Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 1

 Aleta Lodya Batlhazar


 Ani Andrayani
 Anita Retnowati
 Cucu Kurniati
 Dhini Ramdhani
 Erna Safariningsih
 Euis Tyas Purwati
 Evi Sri Wahyuni
 Hendrawan
 Herieni
 Ine Setiawati
 Linda Septiyawati

Kelas Karyawan Tingkat 1 Jurusan Keperawatan Gigi


Poltekkes Jakarta 1
2018
Pendahuluan
Definisi anomali gigi adalah penyimpangan bentuk gigi dari bentuk standar yang diterima sebagai
bentuk normal. Etiologinya dibagi menjadi dua secara garis besar, yaitu congenital dan acquired
(malnutrisi, bahan-bahan kimia, obat-obatan, vitamin, gangguan metabolisme, dan infeksi terutama
virus).

Pertumbuhan dan perkembangan gigi melalui beberapa tahap, yaitu tahap inisiasi, proliferasi,
histodiferensiasi, morfodiferensiasi, aposisi, kalsifikasi, dan erupsi. Berdasarkan tahap perkembangan
gigi, anomali gigi dapat dibagi menjadi:

 Tahap inisiasi: anomali jumlah gigi


 Tahap proliferasi: anomali ukuran gigi
 Tahap morfodiferensiasi: anomali bentuk gigi
 Tahap histodiferensiasi dan aposisi: anomali struktur gigi
 Tahap erupsi: anomali posisi dan erupsi
A. Anomali Jumlah Gigi
Dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Anodontia merupakan suatu keadaan dimana tidak terdapat seluruh gigi-
geligi dalam rongga mulut. Penyebab dari anodontia tidak diketahui tapi
sering dihubungkan dengan faktor keturunan. Anodontia berdampak
terhadap perkembangan psikologis karena adanya penyimpangan estetis
serta gangguan fungsi bicara dan pengunyahan.
2. Hipodontia, atau disebut juga oligodontia, merupakan suatu keadaan
dimana tidak terdapat satu atau lebih elemen gigi dalam rongga mulut.
3. Hiperdontia atau dens supernumerary atau supernumerary teeth
merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih elemen gigi
dalam rongga mulut yang melebihi jumlah gigi.
Berdasarkan lokasinya, hiperdontia dapat dibagi menjadi:
 Mesiodens: di dekat garis median antara kedua gigi, terutama pada gigi
I1 tetap rahang atas.
 Laterodens: di daerah interproksimal atau bukal dari gigi-geligi selain I1.
 Distomolar: di sebelah distal gigi M3.
Anodontia Hipodontia

Hiperdontia
B. Anomali Ukuran Gigi
1. Makrodontia
Makrodontia merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau
beberapa gigi yang lebih besar dari normal.
Makrodontia dapat dibagi menjadi 2 secara garis besar, yaitu:
 Generalized: semua gigi lebih besar dari normal
• True generalized: semua gigi di kedua rahang lebih besar dari
normal (pituitary gigantism)
• Relative generalized: gigi sedikit lebih besar dari normal dan
terdapat pada rahang yang lebih kecil (crowding pada gigi) Macrodontia
 Localized: biasanya hanya satu gigi atau gigi yang terisolasi yang
terkena. Sering dihubungkan dengan hemifacial hypertrophy.
2. Mikrodontia
Mikrodontia merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau beberapa
gigi yang lebih kecil dari normal.
Mikrodontia dapat dibagi menjadi 2 secara garis besar, yaitu:
 Generalized: semua gigi lebih kecil dari normal
• True generalized: semua gigi di kedua rahang lebih kecil dari normal
(pituitary dwarfism)
• Relative generalized: gigi sedikit lebih kecil dari normal dan terdapat
pada rahang yang sedikit lebih besar dari normal sehingga terlihat
seperti true microdontia
Microdontia
 Localized: satu atau dua gigi yang terkena, lebih sering terjadi
dibandingkan tipe generalized. Contohnya pada gigi I2 atas (peg shaped)
dan M3 atas (conically shaped)
C. Anomali Bentuk Gigi
1. Gemination (Geminasi)
 Geminasi merupakan bentuk mahkota yang abnormal, dimana mahkota gigi
lebih besar dari normal dan terbelah menjadi dua sebagian atau total.
2. Fusion (Fusi)
 Fusi merupakan penggabungan dua bakal gigi yang bersebelahan dan sedang
berkembang sehingga menghasilkan satu gigi yang besar.

Germinasi Fusi
3. Concrescence
Concrescence merupakan penyatuan akar-akar gigi dari dua atau lebih gigi
normal yang disebabkan oleh pertemuan dari permukaan cementum akar-akar
gigi tersebut.
4. Dilaceration (Dilaserasi)
Dilaserasi merupakan pembengkokan atau lengkungan dari akar-akar gigi yang
abnormal. Etiologinya dihubungkan dengan trauma ketika terjadi pertumbuhan
akar, faktor herediter, dan kekurangan tempat.

Concrescence Dilaserasi
5. Dens Invaginatus (Dens Invaginasi)
Dens invaginasi, atau disebut juga dens in dente (gigi dalam gigi), merupakan
suatu keadaan dimana terjadi pembesaran dan penonjolan darli lingual pit.
Dilaceration (Dilaserasi)
6. Dens Evaginatus (Dens Evaginasi)
Dens evaginasi merupakan suatu keadaan dimana terdapat tuberkel atau
cuspis di tengah permukaan oklusal.

Dens Invaginatus Dens Evaginatus


7. Taurodontism
Taurodontism merupakan suatu keadaan dimana gigi mempunyai mahkota
yang panjang (apically displaced furcation) sehingga menyebabkan ruang pulpa
bertambah panjang dalam arah apico-oclusal.
8. Supernumerary Tooth
Supernumerary tooth merupakan akar tambahan pada gigi. Paling sering
ditemukan pada gigi caninus, premolar, molar terutama M3.

Taurodontism Supernumerary Tooth


7. Taurodontism
Taurodontism merupakan suatu keadaan dimana gigi mempunyai mahkota
yang panjang (apically displaced furcation) sehingga menyebabkan ruang pulpa
bertambah panjang dalam arah apico-oclusal.
8. Supernumerary Tooth
Supernumerary tooth merupakan akar tambahan pada gigi. Paling sering
ditemukan pada gigi caninus, premolar, molar terutama M3.

Taurodontism Supernumerary Tooth


9. Enamel Pearls (Mutiara Email)
Mutiara email merupakan deposit butir ektopik dari email, biasanya terjadi
pada daerah bifurkasi atau trifurkasi akar gigi molar.
10.Dental Attrition (Wear of Teeth / Atrisi Gigi)
Atrisi gigi merupakan akibat dari pemakaian gigi secara fisiologis, yaitu dari
proses mastikasi.

Enamel Pearls Dental Attrition


11.Dental Abration (Abrasi Gigi)
Abrasi gigi merupakan akibat dari pemakaian gigi secara patologis akibat
kebiasaan buruk atau pemakaian zat-zat abrasif secara oral, rokok dengan
pipa, mengunyah tembakau, menyikat gigi secara agresif, serta pemakaian
alat-alat gigi yang abrasif.
12.Dental Erotion (Erosi Gigi)
Erosi gigi merupakan hilangnya struktur gigi yang disebabkan oleh proses
kimiawi non bacterial.

Dental Abration Deantal Erotion


13.Hipercementosis
Hipercementosis adalah suatu keadaan dimana terjadi pembentukan
cementum berlebihan di sekitar gigi.
14.Talon’s Cusp
Talons cup merupakan tonjolan kecil pada enamel. Sering terdapat pada
maxilla bagian lateral dan lingual.

Hipercementosis Talon’s Cusp


D. Anomali Struktur Gigi
1. Amelogenesis Imperfecta
Amelogenesis imperfect merupakan kelompok penyakit herediter dimana
terdapat gangguan perkembangan email tetapi tidak terdapat gangguan
sistemik.
Amelogenesis imperfect dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
 Hipoplasia Enamel
Hipoplasia enamel adalah suatu gangguan pada enamel yang ditandai dengan
ketidaklengkapan atau ketidaksempurnaan dari pembentukan enamel.
Berdasarkan faktor etiologinya, hipoplasia enamel dapat dibedakan lagi
menjadi 3, yaitu: Hipoplasia Enamel

 local enamel hypoplasia (Turner’s hypoplasia)


 systemic enamel hypoplasia
 herediter enamel hypoplasia
 Hipokalsifikasi Enamel
Hipokalsifikasi enamel adalah suatu gangguan yang terjadi akibat kerusakan
pada mineralisasi deposit matriks enamel secara kualitatif.
 Hipomaturasi Enamel
Hipomaturasi enamel terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan
atau pematangan enamel.

Hipokalsifikasi Enamel
2. Dentinogenesis Imperfecta
Dentinogenesis imperfect merupakan kelompok penyakit autosomal dominan,
dimana terjadi gangguan perkembangan pada dentin. Insidensi lebih sering
ditemukan pada orang Inggris atau Prancis. Gigi yang sering terkena adalah gigi
seri dan M1, dapat mengenai gigi susu maupun gigi tetap. Lapisan enamel
biasanya dapat dengan mudah lepas dari dentin. Gigi juga dapat mengalami
pelebaran pulpa.

Hipoplasia Enamel
E. Anomali Posisi Gigi
1. Impaksi
Impaksi gigi adalah malposisi gigi karena benih gigi (tooth buds) yang tumbuh
tidak tepat. Hal ini dapat menyebabkan gigi gagal tumbuh ke dalam
mulut dalam posisi yang tepat.
 Impaksi gigi adalah masalah yang harus diperbaiki karena dapat:
 Menyebabkan kerusakan pada struktur akar gigi yang berdekatan.
 Mengganggu rongga sinus.
 Menciptakan spasi gigi yang tidak diinginkan. Impaksi Gigi
 Menganggu fungsi gigi.
 Menyebabkan keausan dini pada gigi.
 Menyebabkan gigi tidak selaras (asimetris)
2. Transposisi
Transposisi merupakan suatu keadaan dimana terjadi pergantian posisi dua
gigi pada rahang. Gigi yang sering terkena adalah gigi caninus dan PM1
permanen. Penyebabnya adalah karena tekanan atau crowding teeth pada
saat erupsi gigi.

Transposisi Gigi
F. Anomali Erupsi Gigi
1. Premature Eruption
Premature eruption merupakan erupsi gigi yang lebih awal dari biasanya,
dimana gigi yang sering terkena adalah gigi Incisivus. Premature eruption
dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan waktu timbulnya, yatiu:
 a. Natal tooth (timbul saat bayi baru lahir)
 b. Neonatal tooth (timbul sesudah bayi berusia 1 bulan)

Gambar Natal/Neonatal Teeth


2. Delayed Eruption
Delayed eruption merupakan erupsi gigi yang terlambat dari biasanya.
Dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi tetap. Etiologinya biasa
disebabkan oleh fibromatosis ginggiva.
3. Malposisi
Malposisi merupakan keadaan dimana gigi tidak erupsi sesuai di
tempatnya atau posisi yang sebenarnya sehingga menyebabkan susunan
gigi tidak serasi (maloklusi). Contohnya: crawding.

Delayed Eruption Malposisi Gigi


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai