Anda di halaman 1dari 31

Rangkuman Konservasi Ferdy :

Endodontik dalam konservasi :


Endodontik adalah cabang kedokteran gigi yang khusus merawat dan menangani penyakit pada pulpa atau bagian dalam gigi. Pulpa gigi terdiri dari saraf,
arteriol, jaringan limfatik, jaringan fibrosa, dan venula. Perawatan endodontik dilakukan saat pulpa gigi mengalami cedera, kerusakan atau terserang penyakit. Tujuan
utama endodontik adalah untuk mempertahankan gigi alami pasien agar terhindar dari proses rumit yang menghabiskan banyak waktu atau biaya pergantian gigi yang
tinggi.
Jenis bedah endodontik yang paling umum adalah apikoektomi, atau dikenal sebagai reseksi ujung akar gigi. Prosedur ini mengharuskan dokter untuk membuat
sayatan pada jaringan gigi agar dapat menjangkau tulang sehingga jaringan yang terinfeksi dan ujung akar gigi dapat dibuang. Dokter akan mengakhiri prosedur dengan
menutup ujung saluran akar menggunakan tambalan kecil sebelum menjahit gusi. Pada jenis bedah endodontik yang lainnya, dokter perlu memperbaiki akar gigi yang
luka, mengangkat satu atau lebih akar gigi, atau membelah gigi menjadi dua. Ada juga jenis endodontik yang disebut replantasi intensional, yang akan mencabut gigi,
kemudian dilakukan perbaikan pada gigi tersebut , yang nantinya akan dipasang kembali pada rongga awal tempat gigi tersebut dicabut.
Ilmu Konservasi Gigi adalah ilmu yang mempelajari kelainan pada jaringan keras gigi, pulpa dan periapeks dengan perawatan secara preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif untuk mengembalikan fungsi gigi dalam sistem stomatognatik.
Ilmu Konservasi Gigi meliputi anatomi dan biologi jaringan keras, pulpa dan periapikal, kerusakan jaringan keras, penyakit pulpa dan periapikal, klasifikasi dan
etiologi, alat, obat dan bahan untuk perawatan, mikrobiologi karies dan endodontic, asepsis sterilisasi dan isolasi, diagnosis dan interpretasi, teknik preparasi dan
restorasi, macam dan teknik perawatan endodontik (konvensional dan bedah), penyebab kegagalan perawatan endodontik dan penanggulangannya. Penelitian unggulan
dari Departemen Konservasi Gigi adalah pemanfaatan bahan alam pada bidang konservasi gigi.
Perawatan dalam bidang konservasi gigi dibagi menjadi 2 yaitu perawatan secara konvensional dan perawatan secara bedah. Perawatan bedah endodontik
adalah bagian dari ilmu konservasi yang meliputi cara melakukan perawatan endodontik dengan pendekatan bedah pada kelainan pulpa dan jaringan periapikal yang tidak
bisa diselesaikan dengan perawatan endodontik konvensional Apikal reseksi merupakan salah satu bedah endodontic yang banyak dilakukan

KLASIFIKASI KARIES :
Menurut G.V. Black :
1. Klas I : karies ini yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi premolar dan molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
2. Klas II : Kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior, karies klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya
sehingga dapat digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau MOD(Mesio-Oklusal_Distal).
3. Klas III : Lesi Klas III hanya mengenai gigi anterior. Lesi ini dapat terjadi pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi.
4. Klas IV: Kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas klas III. Lesi ini pada permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. CUKUP. Jika
karies ini luas atau abrasi hebat dapat melemahkan sudut dan menyebabkan terjadinya fraktur.
5. Klas V : 1/3 Servikal permukaan fasial dan lingual gigi anterior dan posterior. CUKUP kavitas gingival adalah kavitas pada permukaan yang halus. Terlepas dari
etiologinya karies, abrasi, atau erosi tipe lesi ini disebut juga karies klas V.. Kavitas ini bisa mengenai sementum selain email.
6. Klas VI : tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan edge insisal gigi insisivus
Menurut G.J Mount : Melihat berdasarkan lokasi dan besarannya kerusakan karies.
Berdasarkan Lokasi (site) :
a. Site 1 : karies terletak pada pit dan fissure.
b. Site 2 :karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun posterior.
c. Site 3 :karies terletak di daerah servikal, termasuk enamel/permukaan akar yang terbuka.

Berdasarkan Ukuran :
a. Size 0 : lesi dini / tidak adanya kavitas
b. Size 1 : kavitas minimal, belum melibatkan dentin.
c. Size 2 : Sedang. Adanya keterlibatan dentin. Perawatan dengan preparasi kavitas dimana gigi tersebut masih kuat untuk mendukung.
d. Size 3 : kavitas yang berukuran lebih besar, sehingga preparasi kavitas di perluas agar restorasi dapat digunakan untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dari
retak/patah.
e. Size 4 : sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti cups/sudut insisal

Menurut ICDAS :
1. D0 : gigi yang sehat.
2. D1 : Perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat dengan cara mengeringkan permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di gigi.
3. D2 : Perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih pada gigi, walau gigi masih dalam keadaan basah.
4. D3 : Kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin
5. D4 : Terdapat bayangan dentin (tidak kavitas pada dentin). Karies pada tahap ini sudah menuju dentin, berada pada perbatasan dentin dan email (Dentino Enamel
Junction).
6. D5 : Kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (Karies sudah mencapai dentin).
7. D6 : Karies dentin yang sudah sangat meluas (melibatkan pulpa) (Sebastian dan Johnson, 2015).

Berdasarkan Stadium : Superficial (enamel saja), Media (dentin), Profunda (>1/2 dentin / sampai Pulpa )

LESI NON-KARIES :
1. Atrisi : kehilangan struktur gigi akibat proses mekanis dengan gigi antagonis
2. Abrasi : Kehilangan struktur gigi akibat proses mekanis dengan objek external (misal menyikat gigi)
3. Abfraksi : Kehilangan struktur gigi akibat tekanan beban kunyah berlebih – bisa fraktur pada servikal.
4. Erosi : kehilangan struktur gigi akibat zat / bahan kimia (asam ekstrinsik)

SMEAR LAYER
adalah suatu lapisan debris dengan ketebalan kira-kira 5-10 μm yang terbentuk dari hasil preparasi kavitas gigi yang tersusun dari komponen organik maupun
anorganik. Smear layer dapat menghalangi proses perlekatan pada restorasi adhesive.
Fungsi dari smear layer sendiri adalah untuk melindungi dan menurunkan permeabilitas dentin sampai dengan 80%, namun smear layer yang terdapat pada dasar
kavitas banyak mengandung bakteri, debris dentin serta dapat menghalangi proses bonding sehingga ikatan atau daya adhesi antara bahan restorasi terhadap dentin
menjadi lemah

ANATOMI GIGI ENAMEL DENTIN PULPA :


a. Enamel : merupakan bagian gigi yang paling keras yang melapisi anatomi gigi, mempunyai ketebalan yang bervariasi, serta mengandung bahan anorganik (hidroksi
apatit) dalam jumlah 95% - 98% dan bahan organik 1% - 2% serta 4% air, dalam berat. Hidroksiapatit yang terdapat pada enamel berbentuk unit menyerupai batang,
disebut prisma enamel
b. Dentin : terdiri atas 45-50% kristal apatit anorganik, 30% matriks organik, dan sekitar 25% air dengan ketebalan 3-3,5 mm dari DEJ sampai ke pulpa. Dentin biasanya
berwarna kuning pucat. Ada 3 jenis utama dentin, yaitu: 1)tubulus dentin. 2) dentin intertubular yang merupakan komponen struktural hidroksi apatit dan
mengandung kolagen matriks yang membentuk sebagian besar struktur dentin, 3) dentin peritubular yang merupakan lapisan terbatas pada dinding tubulus.
c. Pulpa :  Jaringan ini mengandung beberapa struktur, diantaranya adalah arteri, Vena, Sistem Limfatik dan Jaringan Saraf. Sismtem Limfatik merupakan perlawanan gigi
terhadap adanya jejas sehingga menimbulkan rasa nyeri, dimana sel sel dari system limfatik seperti neutrofil, makrofag, dan limfosit. Sel-sel imun yang ada berperan
sebagai sel pertahanan pertama yang melindungi pulpa dari jejas yang ada (Macpherson, 2017).

RESIN KOMPOSIT :
suatu bahan yang terdiri dari minimal 2 material yang berbeda yang menghasilkan suatu keunggulan.
 Komposis : terdiri dari organic, an-organic (filler), coupling agent. Komponen lainnya adalah initiator agent, inhibitor, coloring agent (pigment), ultraviolet
absorbers.
 Initiator adalah suatu awal permulaan untuk memulai proses polimerisasi serta menghasilkan radikal bebas.
 Activator suatu bahan untuk mengaktifkan ke dua bahan dari initiator dan bahan
1. Organic : material utamanya di RK (backbonenya RK) berfungsi membentuk ikatan polimerisasi kuat pada komposit, monomer cair, dan mengontrol viskositas ( sifat
kimia )
a. Isinya : Bis-GMA, UDMA, TEGDMA, Kombinasi (Bis-GMA dan TEGDMA). Yang paling padat/sangat kental adalah Bis-GMA dan memiliki sifat hidropobik. Kalau
UDMA viskositasnya sedang serta memiliki hidropobik dan jika bahannya berdiri sendiri maka di sebut adhesive bonding, TEGDMA viskositas paling cair serta
memiliki sifat hidrofilik. Yang paling bagus adalah kombinasi dengan perbandingan 1:1 atau 3:1 karena meingkatkan polimerisasi shrinkage.
2. An-Organic ( Filler) : menentukan sifat fisik dan mekanik dari resin komposit.
a. Keuntungan : menurunkan ekspansi dari RK, menurunkan kemungkinan Shrinkage dari RK,
b. Bahan Filler Zinc, alumunium silica, silicon diokside.
3. Coupling Agent : suatu bahan yang melekatkan bahan organic dan an-organic (filler)
a. Bahan coupling agent : organo silanes / methacrylate.
b. Fungsi : melekatkan filler dan resin matrix, mentransfer, menghalangi penetrasi air ke dalam resin.
4. Initiator agents : berfungsi mengaktifkan polimerisasi komposit ( bahannya camphorquinone, jika selfcure bahannya benzoid perokside), jika di lakukan penyinaran
maka akan mengaktifkan bahan untuk mengeras. Panjang gelombang cahaya 410 – 500 nm, dengan jarak 1 mm. Initiator agents yang tanpa menggunakan sinar adalah
peroxide organic, aktivatornya adalah golongan amine
5. Inhibitors : agent untuk menghambat radikal bebas yang berasal dari sinar yang tidak di inginkan (misalkan dari lampu). Serta juga memperpanjang masa simpan dari
bahan.
6. Coloring Agents : untuk menghasilkan shade guide pada komposit, biasanya bahannya adalah titanium oxide dan alumunium oxide
7. Ultraviolet Absorbers : untuk mencegah terjadinya perubahan warna (diskolorisasi)

Teknik Penumpatan Resin Komposit :


Ada 2, yaitu ; inkramental dan bulkfill.
1. Teknik Inkramental : Teknik inkremental digunakan sebagai standar karena dapat mencegah pembentukan celah yang diakibatkan oleh tekanan pada saat
polimerisasi dan dapat menghasilkan ikatan yang lebih baik antara resin komposit dan jaringan gigi. Tujuan utama teknik inkremental adalah untuk memberi batas
ketebalan resin komposit yang di penetrasi cahaya. Biasanya dengan cara layer by layer setebal 2mm.
Teknik inkramental dibagi menjadi 2, yaitu ;
a. Teknik inkremental horizontal diletakkan ke dalam kavitas secara bertahap, setiap tahapan diletakkan secara paralel atau bertingkat dengan ketebalan mininal
2mm untuk hasil yang memadai.
b. Teknik inkremental oblik dikenal juga dengan teknik Z, diletakkan ke dalam kavitas dengan cara berlapis dan menyilang
2. Teknik Bulkfill : teknik bulk fill sering dipilih karena waktu yang lebih efisien dengan aplikasi penempatan bahan restorasi kedalam seluruh kavitas diisi dalam satu
kali tumpatan kemudian dilanjutkan dengan penyinaran. Biasanya langsung tumpat, syaratnya adalah kedalaman kavitas 4mm sehingga menggunakan bulkfill
composite (nanofiller).
a. Kelebihan : Kelebihan dari teknik ini dibandingkan teknik inkremental adalah lebih sedikit ruang kosong yang 5 dihasilkan dan waktu yang di butuhkan lebih
sedikit.
b. Kekurangan : Kekurangan dari teknik bulk fill adalah teknik ini dilakukan dengan sekali penumpatan dan penyinaran sehingga mudah terjadinya penyusutan
polimerisasi, polimerisasi akan mempengaruhi hasil dari bahan restorasi dan sifat mekanik dari hasil tumpatan

KLASIFIKASI RESIN KOMPOSIT BERDASARKAN FILLER


A. Konventional (makrofiller) ukurannya 8 – 12 mikrometer (um), volume atau berat dari bahannya berkisar 60-65%. Karena dia makrofiller maka permukaan akan
semakin kasar.
a. Keuntungan : sifat fisik dan mekaniknya lebih baik dari pada flowable (unfilled acrylic resins).
b. Kekurangan : permukaan yang kasar, sulit untuk di poles, lebih haus (tergerus), lebih mudah staining
B. Small Particel Composite Resins / Fine. Ukurannya 1-5 mikrometer. Memiliki permukaan yang lebih hasul dibandingkan dengan makrofiller tadi, sehingga lebih mudah
di poles tetapi tidak sampai mengkilat, lebih resisten dari staining. Biasanya digunakan pada klas 1, klas 2, klas 3 yang besar dan klas 4.
a. Keuntungan : permukaan lebih baik, resisten terhadap kehausan, mudah dipoles di banding makro, ekspansi termal lebih mudah, mengurangi efek polimerisasi,
tidak mudah resorb air, estetik good but not excellent.
b. Kekurangan : penggunaan dalam waktu Panjang masih di pertanyakan karena bahannya mengandung filler logam yang bisa terhidrolisis.
C. Mikrofiller : untuk ukuran fillernya ukurannya 0.04-0.4 mikrometer, dengan konten filler 30-40%.
a. Keuntungan : Estetik baik dan lebih mudah di poles sehingga lebih mengkilat.
b. Kekurangan : sifat fisik dan mekanik yang kurang karena isi matrik fillernya hanya 40%, warna kurang stabil, mudah menyerap air, shrinkagenya besar.
D. Hybrid Composite Resins : Kombinasi antar makro dan mikro yang menggabungkan 2 sifat partikel yang berbeda. Ukuran diameternya kurang dari 2 mikrometer dan
0,04 um contain silica. ukuran 0,6-1 um. Kandungan fillernya dari 75-80%
a. Keuntungan : kekuatan fisik dan mekanik bagus, kekuatan tinggi, estetik baik, tahan dari abrasi dan aus, mengurangi shrinkage dan mengurangi absorbsi air.
b. Kekurangan : tidak cocok untuk daerah dengan tekanan oklusal yang tinggi, tidak terlalu dapat di poles karena mengandung macrofilled.
c. Hybrid composit terbagi menjadi 2 : nanofill dan nanohybrid.
i. Nanohybrid : gabungan nano dan mikro. estetik baik dan mudah dipoles, karena gabungan dari mikro dan nano. Ukurannya untuk nano 0,05 – 0,1 um.
Keuntungannya : dapat digunakan pada anterior dan posterior, warna stabil, sifat mekanik yang baik/optimal, warna stabil, resisten terhadap ke ausan,
resisten terhadap stain. Bagus untuk gigi ANTE
ii. Microhybrid : gabungan antara mikro dan makro, ukuran 0,4-0,8 um. Conten fillernya 56-66%

KLASIFIKASI RESIN KOMPOSIT BERDASARKAN POLIMERISASI


A. Selfcure/kimia : terdiri dari 2 pasta, pasta ada yang initiator(benzoil peroksida) dan activator (amine). Reaksinya adalah Ketika 2 pasta dicampurkan antara initiator
dan activator maka membentuk partikel bebas dan terjadi reaksi polimerisasi
B. Aktivasi Sinar : terdiri 1 pasta dalam 1 tube, yang berisi initiator (camphorquinone) dan activator (amine). Reaksinya Ketika terkena sinar maka initiator akan aktif
dan bereaksi dengan activator.
a. Uv = 360-400 nanometer, kekurangan bisa merusak mata serta mahal, lebih tinggi menyebabkan polimerisasi shrinkage.
b. Visible (sinar tampak) = 400-500 nanometer
C. Dual Cure : bisa diselfcure dan polimerisasi, ini biasanya untuk core built up, contohnya resin bio-active

KLASIFIKASI RESIN KOMPOSIT BERDASARKAN VISKOSITAS


 Packable (Condensable Composite) ; viskositasnya tinggi, dikenalkan tahun 1996, kandungan fillernya 48-65%, ukuran partikelnya 0,7 – 20 mikrometer. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan handling/manipulasi dan sifat mekanik, fillernya packable adalah ceramic-fiber. Isinya dari ceramic fiber tadi adalah alumina dan silicon
dioxide. Kenapa packable mudah dimanipulasi karena ada ceramic fibernya. Karena isinya ceramic fiber jadi lightcure bisa tembus sampai 4 ml, dan shrinkage
rendah. Meningkatkan sifat mekanik juga karena ada ceramic fiber.
 Kerugian : adaptasi antar layer by layer agak sulit, estetik kurang baik pada gigi anterior.
 Flowable ( ) konsentrasi kandungan 60%, viskositas rendah, filler 0,02 – 0,5 um. Karena dia lebih cair makanya lebih bagus untuk kavitas kecil, tapi karena fillernya
kecil makanya sifat mekanik dan fisiknya kurang.
 Keuntungan : meningkatkan adaptasi pada marginal/tepi sehingga tidak terjadi micro-shrinkage (kebocoran mikro)
 Kekurangan : tidak cocok pada stress area bearing tinggi (tekanan kunyah tinggi), lebih tinggi shrinkage dibandingkan packable
KLASIFIKASI RESIN KOMPOSIT LAIN
A. Giomers : campuran antara glass ionomers dan komposit. Tanpa air sudah bisa terpolimerisasi sendiri
B. Compomers : juga campuran glass ionomers dan komposit. Asam poli akan beraksi/masuk pada resin ketika masuknya air
C. ORMOCER : SKIP AJA.

REAKSI POLIMERISASI DARI RESIN KOMPOSIT. Ada 4 yang lightcure ;


 Aktivasi ; resin komposit yang disinari oleh sinar tampat/LCU maka menyebabkan terlepasnya radikal bebas, activator dari proses ini adalah amine.
 Kemudian activator tadi akan mengaktifkan initiator camphorquinone sehingga menyebabkan radikal bebas
 Kemudian radikal bebas ini akan berikatan dengan mono006Der organic (Bis-GMA, UDMA, TEGDMNA) membentuk ikatan cabron ganda.
 Selanjutnya terjadi propagation, yaitu molekul monomer carbon ganda tadi akan menangkap monomer carbon ganda lain sehingga membentuk rantai polimerisasi.
 Saat terbentuknya rantai polimerisasi tadi akan berikatan dengan radikal bebas sehingga membentuk ikatan kovalen (yaitu ikatan paling kuat)
 Sesudah terjadinya ikatan kovalen, maka terjadi pemutusan rantai (termination) antara 2 radikal bebas sehingga reaksi dari polimerisasi RK berhenti.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLIMERISASI :


A. Depth of cure ; kedalaman dari lapisan komposit, makin dalam maka akan makin sulit di polimerisasi dan dapat menyebabkan shrinkage karena arah polimerisasi
sinarnya dari bawah ke atas (mendekati sumber sinar)
B. Exposure time ; 20 detik polimerisasi lebih efektif dan cukup adekuat untuk ketebalan komposit 2mm, makin sedikit waktu polimerisasi maka akan terjadi
kekurangan reaksi polimerisasi sehingga menyebabkan shrinkage.
C. Weight / Ketebalan / Kandungan Komposit (khususnya filler) ; konsentrasinya makin tinggi maka sinar akan sulit untuk menembusnya.
D. Jarak Tip dan Lebar dari LCU ; makin jauh dari ujung tip ke RK maka sinar akan makin sulit untuk masuk. Jarak normalnya 1-1,5 mm sehingga dapat menembus 1,5 –
2 mm dari RK. Teori lebar ; semakin lebar tipnya maka akan semakin bagus, tetapi tergantung LCUnya mahal atau tidak (bagus/tidak)

JENIS LIGHT CURE


1. QTH (Quartz-Tungsten-Halogen) ; gen 1 (pertama) LCU yang ada di dunia, Panjang gelombangnya 400-500 nn. Dapat mempolimerisasi RK setebal 2mm selama
30-60 detik, sangat berisik dan tidak mobile
2. PAC (Plasma-Arc Light) ; Gen 2, lebih bagus dari QTH, Panjang gel 390-590 nn, dapat mempolimerisasi RK setebal 2mm selama 3-5 detik, tetapi tidak mobile,
mahal, berisik, sangat besar.
3. Argon-Ion Laser ; bisa meLCU 10 detik untuk 2mm, Panjang gelombang pendek, mahal.
4. Turbo Light Cure ; merupakan QTH upgrade version yang dimodifikasi pada TIP.
5. LED Gen 1 (LCU) ; kekuatan radiasinya masih kurang, Panjang gelombang hanya 420 – 470 nn
6. LED Gen 2 ; terjadi peningkatan kekuatan radiasi dari pada GEN 1, pada LCU ini panjang gelombangnya mulai 400 – 458nn
7. LED Gen 3 ; range gelombang 440-500nn
ETSA DAN BONDING
 Definisi : adhesi merupakan suatu gaya Tarik menarik antara satu molekul ke molekul lainnya. Defisini lain adheren : adalah molekul yang di satukan, nah adhesive
( bonding ) tu lemnya yang menyatukan antar adheren.
 Mekanisme Adhesi : ada mikromekanikal , Adsorbsi , diffuse , kombinasi (antara mikro, adsorbs, diffuse)

Faktor yang mempengaruhi adhesi :


1. wetting yaitu gaya Tarik menarik antara adheren dengan adhesive hal ini tergantung dari permukaan yang akan di bonding.
2. Tegangan dari permukaan adheren, semakin tinggi tegangan permukaan semakin bagus. Kalau tegangan pada larutan salin itu rendah makanya lancer, jadi harus
tegangan tinggi
3. Sudut kontak adalah sudut yang terbentuk antara tetesan ke permukaan adheren, semakin besar kekuatan adhesive maka akan semakin kecil sudut kontaknya,
biasanya sudut kontak ada dalam sifat fisik suatu bahan.
4. Energi permukaan ; semakin kasar suatu permukaan maka energi permukaannya semakin bagus.
5. Surface contamination, permukaan yang bersih lebih bagus dari pada yang kotor.
6. Air, semakin sedikit air maka akan semakin bagus suatu adhesive

ENAMEL BONDING :
 Bonding ada 2, yaitu untuk enamel dan dentin. Untuk mendapatkan adhesi pada enamel melalui proses peng-etsa-an dengan bahan phosphoric acid 37% dengan
waktu 15-20 detik.
 Fungsi dari etsa terhadap enamel yaitu menciptakan mikroporositas sehingga akan terbentuk enamel tag/resin tag, dan jika sdh beradhesi dengan bonding
mikromekanikal interlocking. Etsa lebih baik bentuk gel dari pada cair
 Mekanisme Bonding : etsa pada enamel : menyebabkan deminerilasi kalsium superficial – primsa enamel terbuka - sehingga terbentuk celah pada interprismatic
(mikrotag) – sehingga terbentuk enamel tag – lalu terjadilah mekanikal interlocking – resin tag (berikatan dengan RK).
 Kekuatan bonding pada enamel : 15-25 Mpa, bonding pada enamel : BISGMA/UDMA

Jika konsentrasi > 37% maka terjadi presipitasi asam fosfat dalam bentuk monocalcium phospat monohydrate (membentuk endapan sehingga tidak berikatan secara
maksimal). Misalkan terlalu lama waktunya maka akan kurang terbentuk resin tag , jika terlalu lama waktu peng-etsa-an tadi maka akan masuk terlalu dalam ke tubulus
dentinalis, primsa enamel dan terjadi yg Namanya deadspace (didalam deadspace nanti akan susah masuk bahan RK sehingga bisa terjadi karies sekunder). Jika < 37% maka
presipitasi dalam bentuk dicalcium phosphate monohydrate (efeknya sama endapan juga).

ETSA TERHADAP ENAMEL :


Efeknya yang pertama membuat demineralisasi dari prisma enamel dan kristal hidroksiapatit – setelah larut maka terbentuk 2 mikroporositas dari enamel rods (prisma
enamel) dan interprisma (diluarnya enamel rods) – sehingga terbentuk makrotag (prisma enamel) dan mikrotag pada interprisma – kemudian mikrotag dan makrotag ini
akan berikatan dengan bonding sehingga membentuk resintag

 *Enamel Rods arahnya tidak beraturan pada enamel (misal arah keluarnya dll) makanya pada enamel perlu di bevel untuk membuka jalan/arah enamel rodsnya.
Etsa dan Bonding Pada Dentin :
 Problem bonding pada dentin : dentin memiliki air lebih banyak pada enamel, adanya smear layer yang lebih dalam dan mempersulit, cairan tubulus dentin yang
slalu bergerak dari dalam ke luar sehingga sulit untuk adhesi.
 Etsa pada dentin secara khususnya : menghilangkan smear layer, dan mengekspos kolagen fibril.

Sebelum bonding harus dalam keadaan moist jangan kering : air berfungsi membentuk sebagai plasticizer untuk kolagen sehingga tidak collapse agar tidak terhambat
terbentuknya hybrid layer.

Jika dentin terlalu basah maka maka akan menurunkan kekuatan ikatan, adanya air akan melarutkan primer dan mencegah terjadinya hybrid layer.

Bonding agent itu harus memiliki sifat hidrofilik dan hydrophobic, hidrofilik akan menggantikan air pada dentin dan hydrophobic akan berikatan dengan resin komposit

 Komposisi dari dentin berdasarkan volume 50% inorganic, 25% organic 25% water, Makanya bonding pada dentin akan berikatan pada in-organic ikatan ion

KLASIFIKASI BONDING :
A. Berdasarkan Generasi
a. Untuk generasi 1 di kembangkan pada tahun 1960-an, gen 1 mekanismenya dengan cara berikatan dengan smear layer, gen 1 ada 2 step yaitu etsa pada
enamel dan adhesive, karena tidak ada primer jadi tidak bagus atau tidak bisa berikatan dengan dentin / kolagen fibrin. Kekuatan gen 1 yaitu low bond
strength 2-3 Mpa.
b. Gen 2 dikembangkan pada tahun 1970-an, tidak berikatan pada dentin dengan baik juga, dan ada yang menghilangkan smear layer atau tidak, stepnya
ada 2 yaitu etsa pada enamel dan adhesive tanpa adhesive. Kekurangannya kekuatannya kurang kuat (3-6 Mpa) dan ikatannya kurang stabil antara resin
dengan dentin.
c. Gen 3 sudah ditemukan tentang penelitian smear layer dan adanya konsep peng etsa-an (conditioner), dan primernya sdh di aplikasikan sebelum adhesive,
stepnya ada 3 , pada gen 3 mekanismenya adalah dengan cara menghilangkan smear layer tetapi tidak mencapai smear plug (smear layer yang sudah
masuk/penetrasi ke dalam tubulus dentinalis) dan ada modifikasi dari smear layer itu sendiri. Keuntungannya memiliki kekuatan yang lebih tinggi (8-15
Mpa), menurunkan kebocoran mikro, membentuk ikatan yang kuat antara dentin sklerotik (tubulus dentin yang termineralisasi). Kerugiannya kekuatannya
akan menurun seiring berjalannya waktu dan meningkatkan kebocoranmikro seiring berjalannya waktu
d. Gen 4 dikembangkan 1990-an. Gen 4 menujukan suatu yang signifikan pada bahan adhesive kedokteran gigi, pada generasi 4 lah ditemukan yang
Namanya Teknik “total etch” dan dalam keadaan moist, serta ditemukan yg Namanya hybridization (suatu phenomena penggantikan kristal hidroksiapatit
dan air dengan resin, resin yang menggantikan ini akan berkolaborasi dengan kolagen fiber sehingga terbentuklah hybrid layer (nah hybrid layer ini yang
membuat ikatan mekanikal interlocking pada dentin)). Komponen dari gen 4 yaitu ada Conditioner(etsa)(berfungsi untuk menghilangkan smear layer,smear
plug pada enamel dan dentin, bahannya asam fosfat), primer (berfungsi wett ability serta menikatkan infiltrasi monomer adhesive ke tubulus dentin yang
terdemineralisasi. Dengan bahan : HEMA dan 4-Hema), dan adhesive (berfungsi untuk mengikat). Gen 4 memiliki kekuatan 13-30 Mpa. Gen 4 ada 3 step
yaitu ; total etching, aplikasi primer, dan aplikasi adhesive. Mereknya bonding All bond-2 (Bisco), Scotchbound Multipurpose (3M), Optibond FL (Kerr),
Clearfil Liner Bond-2 (Kuraray). Keuntungan : membentuk ikatan kuat terhadap dentin 17-25 Mpa. Kekurangan : memakan waktu karena 3 step, tekniknya
sensitive (jangan sampai salah pemakaian)
e. Gen 5 dikembangkan di pertengahan 1990-an, biasanya di sebut “one bottle adhesive” karena primer dan adhesive bergabung. Stepnya ada 2 yaitu etsa
dan adhesive+primer. Keuntungannya : kekuataan yang tinggi, penggunaan yang mudah, kecil kesensitivan Teknik, bonding langsung digunakan ke
preparasi gigi. Kekurangan : kekuatannya lebih kurang dari pada gen 4 (dikarenakan pada gen 4 ada 3 step dimana pada saat melakukan bahan primer saja
ada Teknik evaporasi, sedangkan pada gen 5 cuman 2 step). Contoh mereknya : prime and bond (Dentsplay), Optibound Solo (Kerr), Single bound (3M).
f. Gen 6 dikembangkan pada tahu 2000-an. Pada generasi 6 etsa, primer, dan bonding dalam 1 botol/larutan. Smear layer pada gen 6 di modifikasi. Waktu
penyimpanannya rendah karena asam (pH 1.8-2.5). pada gen 6 ada 2 tipe bonding agents yaitu; self-etching primer dan adhesive (two bottle), dan self-
etching adhesive (L-Pop, One Bottle). Keuntungan Gen 6 yaitu; adhesi terhadap enamel dan dentinnya baik, tidak menimbulkan gejala post-operative
(sakit/nyeri), karena self-etch jadi tidak menghilangkan smear layer sehingga menurunkan gejala nyeri (post operative), akan membentuk hybrid layer yang
tipis di banding Gen-4 dan Gen-5, lebih cepat dan lebih simple. Kekurangannya yaitu; karena pHnya tidak adekuat maka bonding pada enamelnya tidak
terlalu kuat dibanding terhadap dentin, bonding terhadap dentin 18-23 Mpa, waktu penyimpanannya lebih pendek.
g. Gen 7 bertujuan untuk lebih menyederhanakan lagi gen-6, menjadi single component, one-bottle, single step. Tujuannya adalah untuk menghindari
kesalahan pengadukan atau pengaplikasikan. Contohnya “i-bond”
h. Gen 8 (nanofilled Bonding Agent) bonding yang memiliki filler. Keuntungan yaitu; karena small filler jadi membuat bondingnya menjadi kuat dan keras,
memiliki penetrasi lebih dalam, menghasilkan hybridlayer yang tipis. TIDAK ADA KEKURANGAN. Boleh terkena saliva. Contoh merk Prime and Bond NT
(Dentsplay).
i. Generasi Universal, yaitu lebih menyempurnakan dari pada generasi sebelumnya yang memiliki asam lemah dan pada enamel lebih kurang, tetapi pada
universal lebih kuat mendemineralisasi pada enamel untuk membentuk makrotag dan mikrotag

Teknik Pengaplikasikan :
ada total etch (keseluruhan permukaan, menghilangkan smear layer) dan selective etch (pada permukaan yang dibutuhkan aja, misal enamel saja. Smear layer tidak
dihilangkan tetapi dimodifikasi dan di inflitrasi oleh resin.)

GLASS IONOMER CEMENT


 Definisi : diperkenalkan tahun 1972 oleh Wilson dan kent, GIC terdiri dari kaca aluminosolikat yang dapat dilarutkan ion dan larutan kopolimer asam akrilik

Klasifikasi berdasarkan penggunaan :


a. Tipe I – lutting cement
b. Tipe II – restorative cement ( estetik , reinforce)
c. Tipe III – liner and base
d. Tipe IV - FS
e. Tipe V - Orhto
f. Tipe VI - Corebuild up
g. Tipe VII - fluoride realising
h. Tipe VIII - ART
i. Tipe IX - Desiduos teeth

Merk GIC & RM-GIC :


1. Fuji I : Lutting and lining
2. Fuji II LC : RM-GIC pertama didunia untuk servikal, Klas 5, Klas 2 Pedo, Base/Liner, Core-build Up
3. Fuji II : restorasi
4. Fuji II LC : restorasi sandwich open or close
5. Fuji VIII : GIC Murni pertama di dunia
6. Fuji VII EP: untuk fissure sealent
7. Fuji Bond LC : Resin yang di reinforce (diperkuat) dengan GIC
8. Fuji Plus Capsule : RM-Gic tipe lutting pertama di dunia
9. Fuji CEM : GIC yang memiliki bentukan pasta pertama didunia
10. Fuji IX GP-Fast : GIC yang memiliki tipe packable untuk gigi poste pertama didunia
11. Fuji IX : reinforce good for posterior
12. Fuji TRIAGE : GIC dengan kapsul, untuk Fissure Sealent molar baru erupsi, rampan karies
13. Fuji Lining LC : Resin Reinforce GIC, untuk base atau liner

RM-GIC : pengembangan konvensional GIC, memiliki sifat hidrofobik tidak suka air
Komposisi : Powder : fluroaluminosilikat ada gugus Ca2+, AL3+ SiO2, untuk liquid : asam poliakrilat/poliakrilik k/polialkenoat

Reaksi Setting GIC :


- Tahap 1 Dissolution (24 Jam, saat powder dan liquid di campurkan maka hydrogen yang ada di liquid akan menembus permukaan yang ada di bubuk sehingga
melepaskan ion kalsium aluminium dan natrium ke matriks)
- Tahap 2 Presipitasi Garam : 1. Initial Setting, kalsium akan berikatan dengan asam poliakrila ( bila terkontaminasi air pada tahap ini maka akan terlihat buram, dapat
melarutkan kation pembentuk matriks sehingga semen menjadi lemah). 2 Tahap Maturasi, pada tahap ini aluminum yang berikatan dengan gugus karboksil dan
menjadi lebih rigrid serta semen menjadi kaku.
- Tahap 3 Hidrasi Garam : Air terikat secara longgar secara perlahan menghidrasi matriks ikatan silang sehingga meningkatkan kekuatan semen dan struktur gel yang
stabil atau air terikat secara erat.

Keuntungan dan Kerugian GIC :


Keuntungan :
 Memiliki Daya Adhesi yang baik, karena memiliki ikatan kimia terhadap enamel dan dentin memalui pertukaran ion.
 Biokompatibel, karena GIC memiliki molekul besar mecegah asam mengiritasi pulpa
 Antikariogenik
 Preparasi Gigi yang konservatif
 Shrinkage kecil dan adaptasi yang baik
 Solubilitas yang kecil, jika tidak terkontaminasi air

Kerugian :
1. Brittle dan resistensi terhadap fraktur yg kecil
2. Resistensit terhadap ke aus an yang kecil
3. Sensitifitas terhadap air ketika fase setting
4. Opasitas

Indikasi GIC :
1. Restorasi Untuk Gigi Permanen
2. Restorasi gigi sulung
3. Lutting atau cementing
4. Preventinve restoration
5. Protective Liner and base
6. Repair Material
7. Core build up
8. Splinting Gigi
9. Bahan Restorasi sementara
10. Endodontics

Kontraindikasi GIC :
1. Untuk area dengan tekanan oklusal yang berlebih untuk klas I, klas II, dan Klas IV.
2. Untuj kasus menggantikan cups
3. Px xerostomia
4. Px mempunyai kebiasaan buruk bernafas memalui mulut
5. Area dengan estetik yang tinggi

Sifat GIC
1. Sifat fisik : memiliki compressive strength di banding zinc phospat
2. Biokompabilitas yang baik
3. Sensitive terhadap air
4. Adhesi : perekatan kimia GIC terhadap jar keras gigi melalui kombinasi asam polikarboksilat dan hidroksiapatit
5. Floureide release
6. Estetik
7. Adaptasi Margin dan Leakage

Penggunaan GIC
XXXXXXX

BEVEL ;
Definisi : Merupakan bagian dari dinding kavitas / dasar kavitas yang menjauhi dari preparasi kavitas,
Tujan dari bevel (khususnya inlay onlay ) ; untuk memperoleh hub tepi yang baik antara resotrasi dan permukaan kavitas.

*Sudut Bevel adalah 45 drajat dengan kedalaman antara 0,5mm – 2mm

Tipe Bevel :
1. Ultrashort atau partial bevel, biasanya di bevel kurang dari 1/3 ketebalan enamel. Digunakan untuk memotong prisma enamel agar mendapatkan pengetsaan yang
baik. Biasanya di gunakan untuk Klas 2
2. Short Bevel, melakukan bevel seluruh permukaan enamel tetapi tidak sampai ke dentin….
3. Long Bevel, pembevelan pada seluruh enamel dan < ½ - ½ dari dentin. Menyediakan Boxed up yang meningkatkan resistensi dan retensi.
4. Full Bevel, meliputi seluruh enamel dan dentin, namun full bevel harus di hindari, tetapi kalau misalkan karies luas bisa di gunakan untuk mendapatkan estetik dan
retensi yang baik (optional digunakan)
5. Hollow Ground, jarang digunakan karena di bikin cekung (concave) ke arah gigi dan agak susah digunakan #NICETOKNOW
6. Counter Bevel, biasanya digunakan saat perawatan pasak, dengan pembuatan ferrule .

Fungsi Bevel :
1. Menghilangkan enamel yang lemah
2. Bevel menghasilkan sudut yang tumpul sehingga menghasilkan kekuatan yang kuat
3. Bevel meningkatkan retensi (menahan gaya lateral) resistensi (menahan gaya vertical), estetik and penyesuaian warna untuk komposit.
4. Meningkatkan hub fungsional antara bahan restorasi dengan gigi
5. Mempertahankan kerapatan margin kavitas dengan restorasi
6. Kesiapan margin pada kekuatan tekan, kekuatan tepi, dan kekuatan tarik bahan restorasif

*Kalau bevel digunakan disaat karies yang luas bevel


*Kalau penggunaan grove untuk karies yang dalam dan luas, serta mengenai akar servikal.
*Flare (hamper mirip dengan bevel, Namanya jarang digunakan) : misal pembentukan dinding kavitas, seperti dibikin sejajar/tegak lurus, divergen, atau konvergen.
Flare ada 2, yaitu ; flare primer (untuk titik kontak), flare sekunder (mengikuti flare primer yang agak melebar, dan tidak diberikan pada area yg perlu estetik. Indikasinya
dengan area kontak yang besar. Ketika karies melebihi/melebar kea rah dinding bukal dan lingual)

DENTIN CONDITIONER :
Dentin Conditioner (asam polikarboksilat) : meningkatkan direct bone antar gigi dengan semen, menghilangkan seluruh smear-layer.
Dentin conditioner yang bertujuan menghilangkan lapisan smear dari dinding kavitas agar meningkatkan perlekatan pada bahan restorasi adhesif dan juga
mencegah penetrasi mikroorganisme ataupun bahan-bahan yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga menghalangi daya adhesi
Lapisan dalam dari smear atau smear plugs tetap dipertahankan guna menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa. Dentin conditioner yang banyak digunakan
biasanya memiliki sifat asam, seperti asam fosfat, asam oxalic, asam maleic, asam poliakrilat dan asam nitric

INLAY ;
Inlay merupakan tumpatan atau restorasi yang dibentuk diluar mulut dengan cara membuat model malam terlebih dahulu, kemudian dibuat dari logam atau bukan
logam (keramik/komposit) dan disemenkan pada kavitas yang telah dipreparasi

Indikasi INLAY :
 Karies luas yang tidak mungkin direstorasi dengan amalgam ataupun di restorasi menggunakan komposit secara direct/langsung dalam rongga mulut karena adanya
polymerization shrinkage
 Karies sudah mencapa kurang dari 1/3 – ½ antar tonjol gigi
 Pasien meminta estetik yang baik. Dengan prosedur indirect maka memungkinkan didapatkan estetik yang baik
Kontraindikasi Inlay :
 Gigi yang membutuhkan kekuatan oklusal yang besar. Restorasi inlay, khususnya inlay komposit dapat meningkatkan resiko fraktur restorasi pada pasien dengan
bruxism ataupun clenching
tampilan amorfus, ireguler dan granular. Smear layer meiliki 2 lampisan yaitu
 Daerah operasi yang sulit untuk dijaga untuk tetap kering. Hal ini membuat sulitnya dapat prosedur sementasi
 Preparasi pada subgingiva yang dalam (Garg N dan Garg A, 2015).

Macam Macam Inlay :


a. Inlay Logam :
i. Kelebihan Inlay Logam :
 Resistensi kuat dan lebih balik dibandingkan dengan inlay komposit.
 Biokompatibilitas terhadap jaringan baik.
 Dapat memperkuat jaringan gigi yang tersisa. Gigi yang karies cenderung menyisakan jaringan gigi yang lemah, dengan adanya restorasi dari
logam dapat memperkuat jaringan gigi tersebut.
 Karena proses pembuatannya dilakukan secara ekstraoral (teknik indirect), polishing lebih mudah.
 Dapat membentuk kontur gigi yang lebih baik.
 Lebih murah dibandingkan dengan restorasi rigid dari porselen (Hitton et al, 2013).
ii. Kekurangan
 Membutuhkan kunjungan berkala.
 Apabila rusak, lebih sulit diperbaiki.
 Lebih mahal dibandingkan restorasi direct.
 Teknik yang digunakan lebih rumit.
 Secara estetik buruk (Hitton et al, 2013).
b. Inlay Porselen :
i. Kelebihan :
 Memiliki estetik yang baik karena warnanya dapat disesuaikan dengan warna gigi asli pasien.
 Resistensi terhadap pemakaian karena porselen miliki kekuatan yang bagus, sehingga cukup lama dapat bertahan di rongga mulut.
 Biokompatibilitas dan respon jaringannya baik.
 Mempunyai kemampuan untuk menguatkan struktur gigi yang tersisa.
 Dapat mengembalikan anatomis gigi
 Sifat fisis yang adekuat untuk rekonstruksi oklusi.
 Polimerisasi shrinkage tidak ditemukan (Garg N dan Garg A, 2015).
ii. Kekurangan :
1. Biayanya mahal
2. Waktu kunjungan lama
3. Memerlukan keterampilan yang tinggi texbook
4. Dapat menyebabkan keausan gigi antagonis dan restorasi komposit antagonis.
5. Kesulitan untuk polishing intraoral.
6. Potensial perbaikan yang rendah (Garg N dan Garg A, 2015).
c. Inlay Porselen Fused to Metal
i. Kelebihan :
 Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.
 Permukaan licin seperti kaca.
 Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik (Garg N dan Garg A, 2015).
ii. Kekurangan
1. Ketahanan terhadap benturan rendah.
2. Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.
3. Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus (Garg N dan Garg A, 2015)

Teknik Pembuatan Inlay Komposit :


1. Preparasi Kavitas
Preparasi kavitas harus memiliki acuan sebagai berikut:
 Semua enamel harus didukung oleh dentin yang sehat
 Semua sudut dan tepi bagian dalam harus dibuat membulat untuk menghindari tekanan
 Dinding kavitas harus parallel atau sedikit divergen
 Dinding bagian bukal dan lingual dapat seidkit divergen dengan kemiringan 6 o – 8o untuk seating inlay secara pasif dengan baik
 Outline jangan sampai mengenai kontak oklusal
 Ishmus harus lebar untuk mencegah fraktur. Dinding aksial harus sedalam 1,5 mm dari bagian luar permukaan gigi
 Pelebaran box proksimal sebanyak 0,5 – 1 mm untuk mendapatkan margin tepi preparasi yang baik dan pencetakan yang baik
 Dinding tegak lurus dan jangan di bevel untuk menghindari terjadinya fraktur
 Semua undercut harus dihilangkan
 Tepi akhir preparasi harus di supragingiva, sehingga memudahkan sementasi dan akses untuk finishing preparasi
 Untuk perlindungan pada pulpa, dapat diaplikasikan basis atau liner dari GIC
 Perjelas tepi preparasi menggunakan bur finishing (Garg N dan Garg A, 2015; Dhoum et al, 2018).
2. Pencetakan :
Bahan cetak harus bisa menjangkau tempat yang terdalam dan mencetak semua detail preparasi. Bahan cetak yang digunakan adalah elastomer (Garg
N dan Garg A, 2015; Dhoum et al, 2018).
3. Penyesuaian warna gigi
Penyesuaian warna dilakukan pada daerah dentin dan enamel. Warna dentin disesuaikan dengan dentin yang terpapar, bila terdapat amalgam tattoo atau

stain, area servikal dari permukaan bukal dapat digunakan. Warna enamel disesuaikan dengan permukaan oklusal dari gigi. Penyesuaian warna enamel dengan
menggunakan foto juga dapat dilakukan (Garg N dan Garg A, 2015; Dhoum et al, 2018).
4. Restorasi sementara
Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara (Garg N dan Garg A, 2015; Dhoum et al, 2018).
5. Pengiriman ke Laboratorium
6. Try in dan Insersi
Mengembalikan hasil atau try in Inlay ke dalam gigi yang telah dipreparasi dan melakukan pengecekan kontak interproksimal dan adaptasi inlay. Pastikan
tidak ada bagian yang terbuka, jika terdapat bagian terbuka maka dapat dipertimbangkan perlunya pengiriman ke lab kembali. Jika pada try in sudah pas, maka
inlay komposit dapat di sementasi menggunakan resin semen (Garg N dan Garg A, 2015; Dhoum et al, 2018).
7. Finishing
Melakukan pengecekan oklusi pasien dengan articulating paper, jika terjadi spot tebal maka dapat dipertimbangan harus dikurangi dengan bur finishing.
selanjutnya jika spot sudah merata dapat dilakukan pemolesan (Garg N dan Garg A, 2015; Dhoum et al, 2018).

ONLAY ;
Merupakan restorasi intrakoronal dan ekstrakoronal, sudah mengenai seluruh cups
Step Simpelnya :
1. Preparsi bagian fissure
2. Preparasi bagian oklusal
3. Preparasi bagian proksimal dan membentuk shoulder
4. Bersihkan smear layer
5. Membuat catatan gigit
6. Cetak preparasi onlay dgn putty&light body
7. Cetak gigi antagonis dgn alginat
8. Membuat cetakan dengan gipsu

Tipe Selection Of Restoration (Pemilihan Bahan Seleksi)


XXXX

PULP PROTECTION ;
Perlindungan Pulpa : pertahanan pulpa terhadap gigi yang terkena karies, ada 2 yaitu;
 Dentin reparative = karies sdh mencapai pulpa, dentin tersisa 0,25 misal, maka akan membentuk dentin reparative….
 Dentin Sklerotik = deposit mineral yang berasa dari odontoblast yang terklasifikasi tubulus dentin, maka tubulus dentin menutup salurannya untuk menurunkan
permeabilitas dentin.

Bahan Pulpcapping :
1. CaOH ; berfungsi sebagai penghalang pelindung pulpa, tidak hanya memblokir tubulus dentin teatpi juga dengan menetralkan serangan asam anorganik. Bersifat
basa. Bermain di kalsium yang memiliki 2 mata pedang. Maksudnya Terkadang kalsium di CaOH ini bisa meaktifkan odontoblast tetapi juga mengaktifkan
odontoklas dan lebih banyak di banding odontoblast. Jadi bisa menyebabkan resorbsi internal
2. MTA ; sama juga bermain di kaslium.

RDT (Remaining Dentin Thickness) :


 0,75 -1 mm terjadi remaining dentin Thickness
 0,25-,075 terbentuk dentin reparative
 Kalau kurang dari 1,5 diaplikasikan basis
 Kalau kurang dari 0,5 diaplikasikan lining (ketebalannya 0,5-1) dan basis (ketebalannya 1-1,5)
 Khusus RM-GIC
o Di bawah 0,5 mm menggunakan liner
o Di bawah 1,5 mm menggunakan basis

Intermediet layer adalah sebagai bahan pelasis untuk mengadaptasikan bahan restorasi agar lebih baik. Serta sebagai lapisan perantara yang digunakan untuk mencegah
kebocoran mikro pada tepi restorasi

Efek Kimia terhadap pulpa :


 Sifat alami kimia sitotoksik dan ada juga yang mehasilkan panas dan ada masuk ke marginal leakage.
 Bahan kimia terhadap pulpa ; yang asam, yang absorption air di dentin selama setting, yang menghasilkan panas ketika setting, adaptasi margin yang jelek sehingga
memungkinkan bakteri masuk, dan bahan sitotoksik

Prosedur Proteksi Pulpa ;


1. Proteksi pulpa terhadap karies dangkal dan moderate ; karies mengenai setengah dentin tetapi tidak menyebabkan kerusakan pulpa, pada kasus ini digunakan liner
(atau bisa di tambah basis) dan restorasi permanen.
2. Dalam karies yang dalam atau profunda ; karies sdh mencapai hamper ke pulpa, jadi treatmentnya membutuhkan kehati-hatian karena takut menyebabkan post
reparative, dan diperlukan pulp-capping (liner dan basis)
a. Pulp capping Indirect : suatu prosedur yang mana karies sangat dekat dgn pulpa, pada prosedur ini karies yang dalam akan dihilangkan dan menyisakan
dentin yang terinfeksi dgn karies tetapi masih bisa di selamatkan. Karies yang sangat dekat dengan pulpa dibiarkan saja untuk melindungi pulpa lalu di
aplikasikan bahan. Indikasinya karies yang dalam dan hampir mengenai pulpa, tidak ada sakit, tidak ada Kelainan pada jaringan pulpa. Kontra indikasi ;
adanya pin-point (ter-eksposenya pulpa), adanya mobilitas, adanya nyeri spontan
b. Pulp capping direct : jika saat melalukan prosedur Tindakan terkena pulpa maka sesuai aturan bisa dilakukan Tindakan pulpcapping direct. Indikasinya :
trauma mekanik kecil saat Tindakan / patah, tidak ada bleeding yang terus menerus. Kontra indikasi ; ketika terexpose terlalu besar, adanya patologi di
dalam rontgen, adanya nyeri spontan.

*Spontanius = tidak ada rangsangan tetapi sakit.


*Alodina = dari tidak sakit lalu menjadi sakit, karena ada rangsangan
*Hyperalgasia = sudah sakit makin tambah sakit di karenakan, ada rangsangan juga
PERAWATAN SALURAN AKAR ;
Definisi ;
a. Apeksogenesis adalah perawatan pulpa pada gigi yang masih vital dan akar masih blm tumbuh sempurna, tujuannya adalah untuk menjaga vitalitas
serta menginisiasi terbentuknya / sempurnanya perawatan saluran akar. Bahannya MTA/CaOH. Bedanya dengan apeksifikasi giginya non-vital, dan
bahannya MTA.

Tujuan ; untuk membersihkan saluran akar dari jar.nekrotik.

Indikasi ;
a. Pulpitis ireversibel
b. Periodontitis apikalis kronis/akut.
c. Karies yang luas
d. Email yang tidak didukung oleh dentin
e. Kelainan pada apeks ( < 1/3 )
f. Gigi masih dapat di restorasi

Kontraindikasi ;
a. Kerusakan / kelainan pada akar > 1/3
b. Saluran akar bengkok
c. Bila apeks mengalami fraktur
d. Kondisi status umum px ;
a. Status px / kooperatif / tidak
b. Alasan dental
c. Alasan local ; resorb
d. Gigi tdk dapat di restorasi

Prosedur Perawatan Saluran Akar :


Triad Endodontic ; access – preparation – obturation

 Access Opening ; merupakan salah satu triad endo yang harus dilakukan, cara preparasi yang baik adalah tetap mempertahankan apical kontriksi. Access opening
Prinsip Preparasi untuk endo ; outline form – confiniance form – removal of caries – toilet of cavity.
- Pengukuran Panjang kerja ; pertama lakukan penjajakan dilakukan dengan file terkecil (6,8,10). Pengukuran Panjang kerja ada beberapa metode yaitu; radiografi
dan apex locator. Panjang kerja adalah oanjang gigi sebenarnya dikurangi 1mm jika tidak ada resorb, kalau ada resorb pada tulang ditambah 1mm kalau pada akar
dan tulang resorb maka dikurang 2mm
 Preparation Biomechanical
- (Cleaning and shaping) ; bertujuan untuk membersihkan saluran akar dari jar.nekrotik, mikroorganisme dan debris, sedangkan untuk shaping mempersiapkan untuk
bahan obturasi.
Alat dan bahan untuk Cleaning dan Shaping yaitu;
- alat :
o Stainless = mudah patah, kaku tidak fleksibel.
o Sehingga terciptalah Nikel Titanium (NiTi) yang lebih fleksibel
o Alat berdasarkan luas penampang ; K-File K-Reamer besar (segitiga); K-Flex (small) K-Reamer Kecil (Kotak), K-Flex besar (diamond)

Kriteria Preparasi Saluran yang Baik atau di anggap selesai ;


1. Menghasilkan saluran akar yang tapred secara simultan (mengerucut).
2. Menjaga bentuk dari saluran akar.
3. Menjaga foramen apical dan apical konstriksi.
4. Membuat bagian apical atau 1/3 apikal sekecil mungkin agar tidak terjadi pelebaran di apical konstriksi
5. Menghasilkan dinding apical yang glossysmooth

Metode untuk Cleaning dan Shaping ;


 SHAPING ( Metode dan K-File/Protaper)
1. Teknik konvensional : merupakan metode preparasi saluran akar yang diindikasikan untuk akar yang lurus dan tumbuh sempurna dan biasanya pada gigi
anterior. Metode ini dilakukan dengan menggunakan file tipe K (K-file). Panjang kerja dari awal sampai akhir sama.
2. Teknik Step Back : merupakan salah satu teknik yang dapat mengurangi kesalahan prosedur dan meningkatkan debridement. Metode step back biasanya
digunakan untuk saluran akar yang bengkok dan sempit pada 1/3 apikal. Pada teknik preparasi ini tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar
bengkok sehingga preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat dengan gerakan berputar. Oleh karena itu, dapat menggunakan
file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur.
3. Teknik Balance Force : Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar
searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam. Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja. Pada 2/3 koronal dilakukan
preparasi dengan Gates Glidden Drill
4. Teknik Step Down : merupakan Teknik kombinasi antara step back dengan crown down presureless. Diawali dengan preparasi 2/3 mahkota atau bagian koronal
dengan Teknik crown down presureless kemudian dilanjutkan pada bagia 1/3 apikal menggunakan Teknik step back. Teknik ini bertujuan untuk mencegah atau
mengurangi jumlah dari debris yang terdorong ke dalam saluran akar.
5. Teknik Crown Down Presure-less : Teknik ini disebut juga dengan teknik step down, merupakan modifikasi dari teknik step back. Menghasilkan hasil yang
serupa yakni seperti corong yang lebar dengan apeks yang kecil (tirus). Bermanfaat pada saluran akar yang kecil dan bengkok di molar RA dan RB. Menggunakan
instrument nikel-titanium, baik yang genggam maupun digerakkan mesin.
 CLEANING
1. Irigasi
a. NaOCl (Goldstandar Irigasi), gold standarnya 2,5%. 5,25% bisa tetapi sifat toxicnya makin meningkat. Makin tinggi makin meningkat bateriostatik.
b. Ethylene Diamine Tetraacetic EDTA (dengan konsentrasi 17%), bisa membuang bahan an-organic (smear layer) karena membentuk ikatan kelasi (proses
berikatannya kelator dengan bahan yang ada di dalam saluran akar/smear layer). Memiliki memiliki sifat anti bakteri yang rendah.
c. Chlorhexidine 2%, baik pada bakteri gram (+), dan afektif terhadap bakteri E. Faecialis. Kurang efektif terhadap bakteri gram (–) sehingga di perlukan
kombinasi antara EDTA dan NaOCl
d. MTAD merupakan campuran antara EDTA dengan NaOCl, serta juga dapat membunuh bakteri E. Faecalis.
e. QMIX merupakan campuran antara Cx dan EDTA, tetapi tetap juga dikombinasikan dengan NaOCl

2. Bahan Dressing, bahan sterilisasi (obat medikamen intracanal) saluran akar secara kimia merupakan metode paling banyak dilakukan di klinik. Syarat dressing
yang ideal ;
a. Tidak mengiritasi
b. Tidak mempengaruhi jar periapical
c. Tidak merusak struktur gigi
d. Dapat memasuki jaringan gigi yang lebih dalam
e. Mudah masuk ke dalam sal akar.

Bahan Dressing berasal dari ;


1. Esensial oils (eugenol). Eugenol dengan low dosis dapat menghambat prostaglandin, white sell dan aktivitas saraf, sedangkan dengan dosis tinggi dapat
menyebabkan kematian sel, resopsi interna, dan menghambat sel. Masa aktif harinya 1-3 hari
2. Phenol
a. CHKM bersifat ; bakteriasid (spektrum luas), masa aktifnya 3-7 hari. Indikasinya : desinfeksi pada dentin setelah prep kavitas, desinfektan setelah
pulpektomi, perawatan untuk radang, desinfektan saluran akar. Kelebihan
b. Cresophene : ….. masa aktif 3-5 hari
c. Cresatin,
3. Aldehida
a. Formocresol, sering digunakan untuk pulpotomy pada gigi decidui tetapi memiliki sifat mutagenic, komposisinya ada formaldehid, cresol, air dan
gliserin. Formaldehid dan cresol memiliki antiseptic yang baik terhadap bakteri. Bisa bersifat bakterisid dan bateriostatik tergantung konsentrasi
bahan.
b. TKF (Trikersol Formalin) merupakan desinfektan yang digunakan untuk mensteril bakteri anaerob, masa aktifnya 3-6 hari
4. Calsium Hidroxide (Ca(OH)2), popular pada tahun 1920, memiliki antimikroba pada pH yang tinggi (12,5), dan merusak struktur bakteri. Masa aktifnya
minimal 7 hari. Efek kalsium hidrokside ada 2, yaitu ;
a. Secara fisik : meminimalisirkan ruang untuk bakteri berkembang, sebagai baries/pelindung agar bakteri tidak dapat masuk.
b. Secara Kimia ; memiliki sifat antiseptic pada pH yang tinggi, merusak membrane sel, menghambat replikasi DNA bakteri, menghidrolisis produk
bakteri berupa lipopolisakarida (LPS) sehingga mencegah rusaknya jaringan periapical
i. Keuntungan : memicu mineralisasi
ii. Kekurangan : kalau di atasnya ZOE dapat mengurangi setting time ZOE, serta sulit dihilangkan dari saluran akar.

Alat dan bahan Endo ada beberapa grup ;


- Group I Hand Operated Instrument ; Pull, Push, dan reaming (diputar clockwise & counterclockwise)
1. Broach, ada 2 yaitu; Smooth Broach (miller) dan Barbed Broach (jarum ekstirpasi)
2. Reamer ( untuk melebarkan saluran pulpa)
3. Files, K-File ; cutting edgenya triangular, square, rhomboidal. K-Flex File ; Lebih fleksibel cutting edgenya rhomboidal (diamond). Hedstrom (H-File)
kelebihannya bisa mengangkat debris ke arah korona, kekurangannya kurang fleksibel dan harus akar lurus.
- Group III Rotary Endodontic Instruments ;
1. Gates-Glidden Bur ; untuk melebarkan orifice dan memotong/menghilangkan guttap.
2. Peeso Reamers ; untuk preparasi pasak.
3. Protaper File, cutting edge ; triangulal convex, protaper terbagi menjadi 2 secara umum yaitu ; shaping (pembentukan pada bagian 1/3 corona dan 1/3 media
saluran akar) Sx,S1,S2 dan finishing F1, F2, F3

OBTURASI ;
Obturasi merupakan pengisian saluran akar untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Fungsi utama obturasi yaitu mecegah kebocoran koronal, membunuh mikroorganisme,
dan mencegah stagnansi cairan jaringan. Bahan pengisi ; guttap perca (dikombinasikan dengan sealer, karena sealer untuk menutupi celah dari guttap untuk mendapatkan
ke hermentisan)

Syarat bahan obtur ;


1. Mudah masuk dalam saluran akar
2. Menutup kanal/apical
3. Tidak menyusut saat setting
4. Memiliki sifat bakterisidal
5. Radiopak, fungsinya untuk membandingkan hasil obturasi
6. Tidak menimbulkan stain, fungsinya menjaga estetik
7. Tidak mengiritasi jar apical
8. Steril dan dapat di sterilisasi
9. Mudah dihilangkan dari saluran akar
Kriteria yang baik untuk dilakukan obturasi :
1. Kondisi Pulpa
2. Jika waktu kerja pengerjaannya terlalu lama, jadikan multiple visit
3. Visit terlalu banyak, menurunkan kepercayaan px
4. Simtom (masih terasa sakit/tidak)

Bahan Obturasi ; ada yang solid dan semi-solid


SOLID : Keuntungan bahan solid dapat mengontrol Panjang kerja, sedangkan pada semi-solid lebih sulit. Tetapi Kelebihan semi-solid lebih mudah untuk saluran akar
yang bengkok.
1. Gutta-Percha ; komposisi utamanya Zinc Oxide 75% dan 20%nya Rubber. Bentuk Guttap biasanya sesuai ISO (misal K-File 50 guttapnya juga 50). Bahan yang
mengandung iodoform ABGP ( antibacterial gutta-percha
a. Keuntungan Gutta-Percha ; dapat beradaptasi dengan baik, mudah dimanipulasi, mudah di hilangkan dari RCS (root canal system)
2. Resin
3. Silver Point, hanya di obturasikan pada saluran akar yang round, cuman secara long term (10tahun ++) kurang baik karena memiliki adaptasi yang tidak bagus.
Kekurangannya dapat terjadi korosi, sangat sulit di hilangkan. Silver point sangat tidak di rekomendasikan.

SEMI-SOLID : Pastes/pasta ; tidak direkomendasikan jika tidak dikombinasikan dengan guttap, ZOE sendiri tanpa kombinasi tidak direkomendasikan karena tidak dapat
menentukan Panjang kerja.
1. ZOE (zinc oxide eugenol), sebenarnya zoe digunakan untuk gigi decidui karena bersifat resorb-able. Zoe memiliki sifat anti mikroba dan efek sedative karena ada
eugenolnya, karena berbentuk pasta jadi mudah untuk masuk ke dalam saluran akar. Tidak direkomendasikan untuk pengisi bahan utama. Radiopaknya lebih
rendah sedikit. Komposisinya ada paraformaldehyde (antimikroba, efek pengawetan), ada corticosteroid (antiinflamasi). Contoh merk N2, Endomethasone, Rickerts
Sealer, Wach Sealer, Grosmanns Sealer
2. Siler Resin Base, yaitu ;
a. Plastics ; berupa resin-based contohnya AH26 dan Diaket. Kerugian sama kaya pasta pasta sebelumnya
b. Siler mengandung polymer, contoh AH+ dan Diaket
c. Epiphany ; salah satu resin dual cure, komposisi BisGMA, UDMA
d. Endo Rez ; bahan langsung dengan guttapnya
3. CaOH karena memiliki efek dari kalsium hidroksida, kekuataannya kurang bagus, mudah larut sehingga kerapatannya tidak bagus. Bahan kalsium hidrokside ada
sealapex, CRCS dan Apexit.
4. Siler GIC ; toksisitasnya lebih kecil ke jaringan, belum banyak penelitian
5. Siler mengandung paraformaldehyde.
Teknik Obturasi ;
1. Kondensasi Lateral ; Metode ini dilakukan pada gigi yang mempunyai saluran akar oval atau lebar. Metode ini sering digunakan karena panjang kerja terkontrol dan
dapat dengan mudah memasukan sealer ke dalam saluran akar.
2. Kondensasi Vertikal : Metode kondensasi vertikal pertama kali diperkenalkan oleh Schilder dengan memasukan gutta percha lebih banyak dari sealer. Metode ini
menggunakan pugger pugger yang dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menekan gutta percha dan sealer
3. Single Cone Technique : atau Single gutta percha point merupakan teknik yang paling sederhana namun memiliki kekurangan yaitu tidak dapat mengisi saluran akar
dengan gutta percha secara penuh
4. Thermoplasticized gutta percha : Teknik ini menggunakan pistol grip syringe untuk injeksi gutta percha yang telah dipanaskan dan dimasukan perlahan pada saluran
akar. Keberhasilan obturasi dievaluasi dengan foto radiograf yang ditunjukkan dengan pengisian yang hermetis sesuai panjang kerja
5. Teknik Plugger/Sectional : digunakan untuk gigi yang akan di indikasikan penggunaan mahkota pasak. Teknik ini menggunakan bagian ujung dari gutta percha untuk
mengisi 1/3 bagian apical yang dipotong dan dipanaskan serta direkatkan/ditempelkan pada plugger, kemudian dimasukan kedalam saluran akar. Teknik ini ada
kekurangan yaitu memiliki waktu pengerjaan yang cukup lama dan sulit menghilangkan gutta percha jika ada kelebihan/overfilling.
6. Teknik Inverted Cone : Teknik ini digunakan untuk gigi dengan apeks atau bagian akar yang belum terbuka dan memiliki foramen apical yang lebar. Pada gigi dengan
bagian akar yang belum tumbuh sempurna sebaiknya dilakukan apeksifikasi terlebih dahulu sampai terbentuk apical seal barrier.
7. Teknik Rolled Guttapercha : Teknik ini digunakan untuk saluran akar yang lebar dengan dinding sejajar atau lurus, dimana didapatkan gutta percha yang tidak sesuai
dengan ukuran saluran akar. Cara penggunaan Teknik ini adalah dengan cara menggabungkan dua gutta percha yang dipanaskan diatas glass-lab kemudian dilakukan
pengisian dengan cara seperti kondensasi lateral.
8. Teknik Chemically Platicized Gutta Percha : Teknik ini menggunakan bahan pelarut seperti Chloroform atau Eucalyptol untuk melarutkan gutta percha yang sudah
ditempatkan dalam saluran akar kemudian dipadatkan dengan pemadatan kearah lateral. Teknik ini memiliki kekurangan seperti dapat mengiritasi jaringan
periapical, mengalami penyusutan, apical seal yang kurang baik, dan mudah overfilling.

*Menurut Torabinejad ; corona seal lebih bagus dari pada apical seal, karena port de entry dari infeksi berasal dari coronal.

PASAK MAHKOTA ;
 Pasak / Dowel / Post ; adalah bangunan yang terbuat dari logam atau bukan logam (fiber, resin komposit) yang di masukan ke dalam saluran akar untuk menambah
retensi dan resistensi restorasi gigi
 Core adalah bangunan inti yang di bentuk untuk menggantikan dentin yang hilang (biasanya core memiliki ½ dari Panjang mahkota klinis)

MATERIAL CORE ; AMALGAM, KOMPOSIT, GIC ( TIPE VI)


1. Kekuatannya : Amalgam>Komposit>GIC
2. Bonding : RK > GIC > AMALGAM
3. Ease Of Use : RK > Amalgam > GIC
4. Setting Time : RK > GIC > Amalgam
5. Dimensional Stability : Amalgam > GIC > RK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETENSI PASAK ;
1. Panjang pasak ; penentuan panjangnya yaitu ;
a. 2/3 panjang akar, atau menyisakan 4-5 mm gutta-percha yang disisakan
b. Panjang pasak = Panjang mahkota anatomis
c. Meningkatkan Panjang pasak dapat menyebabkan perforasi pada foramen apical
d. Kalau mengurangi Panjang pasak dapat menyebabkan terjadinya fraktur apikal
2. Bentuk pasak
a. Tapperd (berulir) sesuai anatomi saluran akar, retensi kurang baik. indikasi ; indikasi untuk sal akar yang meruncing
b. Parallel (lurus) tidak sesuai anatomi sal.akar sehingga banyak dilakukan preparasi, retensi baik. indikasi ; saluran akar yang bulat kecil
3. Diameter pasak
a. Meningkatkan diameter pasak – mengurangi ketebalan dentin – stress pada gigi meningkat – kegagalan (fraktur apical)
b. Memperkecil diameter pasak – meningkatkan resiko lepas
c. Insisif bawah 0,6
d. Insisif atas 0,8
e. Untuk gigi berakar bisa memakai 1-2 pasak
f. Menambah jumlah pasak – meningkatkan retensi – mengurangi kekuatan giginya
4. Konfigurasi pasak
a. Pasak halus (Smooth)– buatan pabrik, operator
b. Pasak berulir (Threaded) – buatan pabrik
c. Pasak bergigi (Serrated) – buatan pabrik (lebih retentive)

Ferrule adalah merupakan bangunan melingkar pada sisa servikal gigi yang berfungsi ;
 Mengurangi insidensi fraktur gigi dengan memperkuat gigi pada permukaan luar dan menyalurkan kekuatan yang berkonsentrasi pada lingkar daerah servikal
 Menahan tekanan lateral dari pasak dan pengaruh dari mahkota saat berfungsi
 Meningkatkan resistensi untuk menahan gaya tekan dari lateral dan mengurangi/mencegah fraktur pada gigi
Syarat Ferrule ;
a. Restorasi harus mengelilingi permukaan gigi
b. Tulang pendukung gigi harus adekuat
c. Tinggi axial wallnya 1-2mm dengan lebar 1 mm
Inti Pasak Tuang (Custom Dowel Core) ; adalah restorasi mahkota gigi pasca PSA dengan retensi intra redikuler berupa pasak tuang dan inti. Tekniknya ada 2 yaitu ;
1. Direct
2. Indirect
Prosedur Custom Dowel Core ;
1. Preparasi mahkota dengan menyisakan jar keras yang masih sehat
2. PSA
3. Bevel pada cavosurface (Ferrule Effect)
4. Cetak
5. Cetak Inlay Wax (membuat Inti Core)
6. Cek / Insersi

Syarat Preparasi Crown harus memenuhi 5 syarat dan di anggap selesai ;


1. Ferule (tinggi axial wall) harus 2- 3 mm
2. Dinding axial harus parallel
3. Restorasi harus mengelilingi gigi
4. Margin/batas harus pada jaringan gigi yang solid
5. Mahkota dan preparasi mahkota tidak boleh mengenai attachment apparatus.

Kegagalan Post Core ;


 Fraktur Vertikal dan horizontal akar
 Kebocoran korona
 Karies sekunder
 Kerusakan jaringan periodonsium
 Lesi periapical membesar
 Post longgar atau tercabut

BLEACHING :
px perub warna gigi: Ekstrinsik & intrinsic
Jenis Bleaching
 INTERNA (NON VITAL) : Teknik termokatalitik dan walking bleach
o Teknik termokatalitik : - aktivasi dengan panas (dgn lampu atau alat yg dipanasakan, atau alat pemanas listrik), -menyebabkan resorspsi di daerah servikal
o Teknik walking bleach:
 Lebih dipilih karena wktu singkat dan lebih nyaman untk pasien
 Multiple appointment
 Indikasi: perubahan warna berasal dari kamar pulpa
 EKTERNA (VITAL) :
o Laser
o Teknik mcInnes
- Indikasi :
o perubahan warna email yang ringan
o Fluorosis endemic
o Perubahan warna terkait umur
- Kontraindikasi :
o Perubahan warna kehitaman yang parah
o Kehilangan email yang parah
o Dekat dengan tanduk pulpa
o Ada karies
o Gigi hipersensitivitas
o Restorasi korona yang baru

EKTERNA:

AT HOME IN OFFICE
Mouthguard: - Hydrogen peroxide + heating lamp
- Tray, paint-on, strip - Teknik bleaching pd gigi vital
- H202 1,5 – 10%
- Carbamide peroxide 10% (selama tidur)
Pumis asam (HCL 18%) : gosok dgn Gerakan memutar
menggunakan spatel kayu slm 5 detik

Syarat Bleaching : tidak ada karies, tidak ada kalkulus, gingiva harus sehat.
Mekanisme Bleaching :
A. Secara Umum :
- Saat hydrogen peroksida masuk menembus kedalam email dan dentin
- Maka akan mengubah pH, Suhu, Cahaya untuk mendapatkan oksigen aktif yang dalam hal ini bersifat elektrofilik
- Maka terjadi ikatan tunggal yang mengalami oksidasi dengan radikal bebas
- Yang akan berikatan dengan daerah yang kaya akan ikatan ganda sehingga akan ber efek memutihkan gigi
B. Eksternal Bleaching :
- Penentuan warna awal (shade Guide)
- Pembersihkan gigi
- Isolasi jaringan lunak
- Aplikasikan bahan bleaching
- Mencocokan warna akhir
C. Internal Belaching :
- Masukan bahan
- Tumpat TS

Indikasi dan Kontraindikasi Internal :


 Kontraindikasi
o Ruang pulpa yang berisi pembuluh darah dan saraf yang masiih sangat besar (pada usia muda)
o Kehilangan lapisan email yang berat
o Restorasi banyak pada gigi depan
o Riwayat alegri peroksida
 Indikasi :
o Kasus perubahan warna

Kekurangan dan Kelebihan Bleaching :


o Kelebihan :
o Aplikasi relative mudah
o Secara umum dapat diterima oleh px ekonomi tengah
o Lebih aman dan persentase kesuksesan tinggi
o Kekurangan :
o Dapat menimbulkan sensitive gigi
o Sakit pada otot pengunyahan dan sendi TMJ
o Warna dapat Kembali ke bentuk semula apabila tidak dijaga kebersihan gigi dan mulut.

Dampak Bleaching :
o Iritasi gingiva
o Sensitifitas gigi
o Fraktur corona
o Merusak restorasi

SHADE GUIDE ;
panduan dalam proses untuk menentukan warna
o Dalam melakukan shade guide melihat warnanya melalui warna dentin paling penting karena berwarna kuning ke merah, sedangkan kalau enamel lebih translusen dan
tidak memiki warna.

Ceramic Base Shade Guide : biasanya dengan merk VITA. Kriterianya ada ;
 A ; Coklat kemerahan
 B ; kuning kemerahan
 C ; abu-abu
 D ; abu-abu kemerahan
*tambahan : biasanya digrupkan dalam angka, misal A1 – A4 (dimana ada A4 lebih tinggi/kuat warnanya dibanding A1)

3 tahap persiapan dalam pemilihan warna ;


1. Check Color Vision
2. Dengan lampu yang sesuai (spektrum yang pas) rekomendasinya 5500K – 6500K
3. Memperhatikan kondisi sekitar ; misal jangan ada warna yang terlalu terang di sekitar area mulut (menggunakan baju yang cerah / alat yang cerah / lipstick yang
terlalu terang)

Tahapan Shade Guide ;


1. Pertama kali dilakukan saat pertemuan pertama untuk menghindari distorsi warna dan mata operator kelelahan.
2. Mengatur lampu untuk pengamatan, jarak operator dengan px 25 – 35 cm
3. Menentukan Teknik posisi pengambilan shade guide : sejajar dan vertical

APA ITU WEDGES ;


 Wedge memiliki penampang triangular atau bulat dan terbuat dari kayu, plastic atau karet. Wedge diselipkan setelah matriks band dipasang untuk menjaga posisi
matriks di daerah margin servikal sehingga dapat membentuk embrasure gigi.
 Triangular (anatomic) shaped wedge adalah wedge anatomik disarankan digunakan pada tumpatan interproksimal dengan margin gingiva yang sangat dalam karena
wedge ini memiliki dimensi cross-sectional pada basis wedgenya (Sturdevant, 1995).

JENIS MATIRX :
 Def : Matrix merupakan alat bantu untuk membuat dinding yang berhadapan dengan dinding aksial, melingkupi area struktur gigi yang hilang selama dilakukan
prosedur preparasi
 Tujuan : Tujuan pemasangan matriks dan wedges agar mendapatkan hasil restorasi yang baik terutama di daerah titik kontak sehingga dapat mengembalikan
fungsi.
 Fungsi utama matriks adalah untuk mengembalikan kontur anatomis dan memperbaiki kontak proksimal.
JENIS-JENIS MATRIX :
A. Tofflemeire Matrix Bands
Sistem matriks universal (Tofflemire) merupakan band yang terbuat dari stainless steell fleksibel dan tersedia dalam ukuran molar, premolar dan universal.
Matriks ini ideal diindikasikan pada restorasi yang melibatkan tiga permukaan gigi posterior (mesial, oklusal, distal) dan pada restorasi Klas II yang melibatkan dua
permukaan (Sturdevant, 1995).
B. Celluloid strip
Matriks berbahan plastik, disebut juga celluloid matrix atau mylar strip, dapat digunakan pada restorasi klas III yang mengalami kehilangan dinding proksimal pada
gigi anterior. Matriks ditempatkan pada regio interproksimal sebelum prosedur etsa dan bonding. Hal ini bertujuan untuk melindungi gigi tetangga dari material
tersebut. Setelah aplikasi bahan komposit, matriks diketatkan mengelilingi gigi untuk mengembalikan kontur gigi. Matriks yang transparan akan mampu
meneruskan sinar curing untuk penetrasi pada material komposit sehingga komposit dapat berpolimerisasi.
 Carannya : Strip ditempatkan di permukaan aproksimal dan wedge yang kecil dipasang pada tepi gingival untuk menahan matriks terhadap permukaan gigi.

C. Sectional Matrix
Sectional matrix paling baik digunakan pada restorasi kelas II komposit untuk membentuk kontak proksimal yang baik. contoh sectional matrix :
 Composite Tight Gold System with Ring Placement Forceps
Merupakan sectional matrix yang digunakan untuk membentuk kurvatur dan kontak interproksimal pada restorasi posterior resin komposit dan amalgam.
 Interguard
Interguard adalah sebuah band stainless steel singkat ditempatkan interproximally untuk mencegah kerusakan iatrogenic pada struktur gigi yang
berdekatan selama preparasi.
D. Crownform
Biasanya untuk anterior proksimal

Cara Pemasangan Matrix Tofflemire :


Berikut adalah teknik penempatan tofflemeire matrix bands yang benar:
1. Pasang coba wedge yang sesuai lalu lepaskan.
2. Burnish matriks band. Mulailah dengan melipat paper towel beberapa kali dan meletakkannya di benchtop, hal ini memberikan permukaan yang lebih empuk untuk
burnishing. Tahan band matriks pada paper towel dan gunakan burnisher atau ujung tumpul instrumen, seperti kaca mulut, untuk menggosok band matriks maju
mundur. Hal ini akan membentuk kurvatur pada matrix band.
3. Letakkan matriks band kedalam retainer.
4. Sesuaikan matriks band pada gigi. Band harus diletakkan mengelilingi gigi
5. Letakkan wedge Kembali
6. Kencangkan matriks pada gigi.
KLASIFIKASI TRAUMA
 Menurut Ellis

NO. KLASIFIKASI PERAWATAN

1. Kelas I (Fraktur email). Menghaluskan tepi tajam, restorasi.

2. Kelas II (Fraktur email dan dentin). Restorasi, pulp capping.

3. Kelas III ( Fraktur email, dentin yang Perawatan saluran akar, pencabutan.
melibatkan terbukanya pulpa).

4. Kelas IV (Gigi menjadi nonvital Perawatan saluran akar, pencabutan.


dengan atau tanpa adanya fraktur /
kehilangan struktur mahkota).

5. Kelas V (Avulsi). Tidak dirawat (observasi).

6. Kelas VI (Fraktur Akar dengan atau Pencabutan.


tanpa kehilangan struktur gigi).

7. Kelas VII (Displacement / Gigi Intrusi : Re-erupsi, reposisi, pencabutan.


bergeser. Tanpa fraktur
Ekstrusi : Reposisi, pencabutan.
mahkota/akar).
Luksasi : Reposisi, pencabutan.

8. Kelas VIII (Enmasse/ Mahkota Mahkota dicabut, akar dibiarkan resorpsi.


hancur).

9. Kelas 9 (trauma Pada Gigi Sulung)


 Menurut WHO
 Crown infraction : retak pada email tanpa ada kehilangan struktur gigi
 Fraktur Crown – Kalau Complicated : melibatkan pulpa. Kalau uncomplicated : pulpa tidak terlibat
 Fraktur Crown and Root - Kalau Complicated : melibatkan pulpa. Kalau uncomplicated : pulpa tidak terlibat
 Fraktur Root - Kalau Complicated : melibatkan pulpa. Kalau uncomplicated : pulpa tidak terlibat
 Menurut Andreasen :
 Konkusi : hanya kerusakan ligament periodontal; tidak goyang atau bergeser (Perkusi(+))
; Gigi goyang : tetapi tidak berpindah dari soket

 Intrusi : gigi terdorong masuk ke socket


 Ekstrusi : gigi terdorong ke arah luar dari socket
 Luksasi lateral : gigi terdorong ke arah lateral dari socket
 Avulsi : gigi terlepas dari socket.
 Fraktur Lain :
1. fraktur cups : gegara menggigit benda keras. Bisa sampai 1/3 akar frakturnya. Kalau misalkan frakturnya banyak di cups gantikan saja cupsnya dengan
restorasi / mahkota
2. Crack tooth : bisa pada mahkota dan extention ke akar. Bisa karena tekanan berlebih atau struktur gigi rapuh. Gejalanya biasanya tidak sampai servikal.
Sampai mahkota saja
3. Split tooth : sdh sampai akar frakturnya dengan prognosa buruk. Sdh tidak bisa di PSA dan perawatannya di lakukan exo
4. Vertikal root fraktur : tanpa mengenai mahkota tetapi di akar sdh fraktur arah vertikal. Jarang di lalukan perawatan karena prognosis jelek sehingga di
lakukan exo
5. Horizontal fraktur : biasanya di lakukan dengan treatment hemiseksi

#Catatan Unik :
 Diamond-impregnated adalah kandungan dari rubber polishing, sehingga menyebabkan tumpatan menjadi mengkilat
 Bahan bonding HEMA (2-hidroksietil metakrilat) adalah resin yang menggabungkan bahan restorasi resin komposit dengan gigi, baik itu di enamel maupun di bagian
dentin. HEMA merupakan derivat resin metakrilat serta mudah berpolimerisasi. Proses polimerisasinya diperoleh dengan menggunakan sinar tampak (visible light)
yang berasal dan alat light curing unit. Perlekatan HEMA dengan kolagen dentin dapat terjadi karena adanya interaksi kimia antara karbonil ester HEMA dengan
gugus amino kolagen serta adanya retensi mekanis resin HEMA di dalam rongga jejaring (network) kolagen. Secara kimia, perlekatan utama antara resin HEMA
dengan kolagen dentin dibuktikan dengan banyaknya gugus karbonil HEMA yang berikatan dengan gugusan amino pada kolagen. Meskipun juga terdapat ikatan
hidrogen dan interaksi gugus fungsi di antara kedua bahan tersebut. Penelitian dengan F-T Raman menjelaskan, reaksi kimia antara HEMA dengan kolagen terjadi
sebagai hasil adanya bentuk ikatan baru pada gugus fungsi ester HEMA.

Anda mungkin juga menyukai