Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUN

Hipersensitif dentin digambarkan sebagai rasa sakit yang


berlangsung pendek dan tajam akibat adanya rangsangan terhadap
dentin yang terpapar. Rasa sakit tersebut akan mempengaruhi
kenyamanan dan fungsi rongga mulut dan bila tidak dirawat maka akan
menimbulkan defisiensi nutrisi pada penderita. Beberapa dokter gigi
masih bingung dengan diagnose , etiologi dan mekanisme terjadinya
hipersensitif dentin, dan dokter gigi biasanya sulit untuk mengatasinya.

Banyak perawatan dan bahan yang digunakan untuk merawat


hipersensitif dentin, tetapi sebagian besar kurang efektif dan
menunjukkan hasil yang bermacam-macam. Oleh karena itu, para
dokter gig harus mengetahui gejala dan etiologi hipersensitif dentin dan
bentuk-bentuk kerusakan permukaan gigi agar diperoleh diagnose dan
rencana perawatan yang tepat.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai defenisi, etiologi dan


factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin , gejala
kelinis ,diagnose serta terapi hipersensitif dentin.

Dari pembahasan tulisan ini, diharapkan agar dokter gigi dan


pasien mengetahui mengenai hipersensitif dentin dan perawatannya.
Dengan mengetahui mengenai hipersensitif dentin, diharapkan para
dokter gigi tidak dibingungkan lagi oleh etiologi, diagnose serta
mekanisme terjadinya hipersensitif dentin dan pasien dapat
melaksanakan terapi hipersensitif dentin secara adekuat, sehingga
akhirnya didapatkan hasil perawatan yang sempurna serta memuaskan
pasien dan doktergigi.

1
BAB 2

DEFENISI, ETIOLOGI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Hipersensitif dentin merupakan masalah yang sering terjadi dan


sulit untuk diatasi. Masalah hipersensitif dentin telah dikenal sejak lama,
namun sampai saat ini belum teratasi dengan sempurna . Banyak
dokter gigi yang masih bingung mengenai etiologi dan penentuan
diagnose serta penanganan kasus tersebut. Walaupun gejala yang
timbul hanya berupa rasa sakit dalam jangka waktu pendek, tapi rasa
sakit tersebut bersifat tajam dan spontan . Sehingga mengganggu
kenyamanan pasien . Saat ini, sekitar 30% penduduk dunia mengalami
hipersensitif dentin.

2.1 Defenisi

Hipersensitif dentin dapat digambarkan sebagai rasa sakit yang


berlangsung pendek dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat
adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar. Rangsangan
tersebut antar lain taktil atau sentuhan , uap, kimiawi dan rangsangan
panas atau dingin. Selain itu, hipersensitif dentin tidak dihubungkan
dengan kerusakan atau keadaan patologis gigi. Walaupun rasa sakit
yang timbul hanya dalam jangka waktu pendek, namun dapat membuat
makan menjadi sulit dan akhirnya mempengaruhi kesehatan rongga
mulut .

2
2.2 Etiologi dan Faktor Yang Mempengaruhi

Etiologi hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan


tubulus dentin akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang
terpapar atau terbuka .Hal ini sesuai dengan teori hidrodinamik yang
dikemukakan oleh Branstrom . Berbagai teori telah dibuat untuk
menjelaskan mengenai etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif
dentin, antara lain teori transducer , teori modulasi , teori gat control
dan vibration dan teori hidrodinamik . Namun ,sampai saat ini hanya
teori hidrodinamik yang paling sering dipakai untuk menjelaskan etiologi
dan mekanisme hipersensitif dentin (gambar 1 ).

Teori hidrodinamik mulai dikembangkan pada tahun 1960 an oleh


Branstrom dan tahun 1989 teori ini diterima dan dipakai untuk
menjelaskan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin . Teori ini
menyimpulkan bahwa hipersensitif dentin dimulai dari dentin yang
terpapar mengalami rangsangan ,lalu cairan tubulus dentin bergerak
menuju syaraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman
rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa sakit .
Rangsangan terhadap tubulus dentin yang terbuka dapat berupa taktil
atau sentuhan ,uap, kimiawi dan rangsangan panas atau dingin . Namun
,dingin merupakan rangsangan yang p[aling sering menyebabkan
hipersensitif dentin. Pergerakan cairan tubulus dentin dipengaruhi oleh
konfigurasi tubulus , diameter tubulus dan jumlah tubulus yang
terbuka.

Gambar1

3
Dentin merupakan lapisan sensitive yang menutupi struktur
jaringan pulpa dan memiliki hubungan fungsional dengan jaringan
pulpa. Dentin terdiri dari ribuan struktur tubulus mikroskopis yang
menghubungkan dentin dengan jaringan pulpa . Diameter tubulus
dentin sekitar 0,5-2 mikron. Pemeriksaan mikroskopis pada pasien
hipersensitif dentin menunjukkan bahwa tubulus dentin lebih besar dan
banyak dibandingkan pada pasien yang tidak hipersensitif dentin. .
Terbukanya dentin disebabkan hilangnya enamel akibat dari proses
atrisi ,abrasi, erosi atau abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan
akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan
periodontal .Semua proses diatas merupakan factor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin.

Terkikisnya lapisan enamel yang menutupi gigi dan tersingkapnya


permukaan akar merupakan awal terjadinya hipersensitif dentin .
Penyebab terkikisnya lapisan enamel antara lain erosi , abrasi, atrisi dan
abfraksi. Bentuk-bentuk kerusakan gigi tersebut memiliki gambaran
klinis dan etiologi yang berbeda beda . Erosi adalah kerusakan yang
parah pada jaringan keras gigi akibat dari proses kimia tetapi tidak
diebabkan oleh aktifitas bakteri.

4
Gambaran klinis erosi , sebagai berikut :

1. Bentuk lesi cekung yang luas dan permukaan enamel yang


licin.
2. Permukaan oklusal yang melekuk (insisal yang beralur )
dengan permukaan dentin yang terbuka.
3. Meningkatnya translusensi pada insisal.
4. Permukaan amalgam yang bersih dan tidak terdapat tarnish
5. Rusaknya karakteristik enamel pada gigi
6. Sering ditemui enamel cuf atau ceruk pada permukaan
servikal
7. Terbukanya pulpa pada gigi desidui.
Bentuk kerusakan gigi yang lainnya adalah atrisi. Atrisi
merupakan kerusakan

pada permukaan gigi atau restorasi akibat kontak antar gigi selama
pengunyahan atau karena adanya parafungsi / kelainan fungsi , seperti
bruksism

Gambaran klinis atrisi , sebagai berikut :

1. Kerusakan yang terjadi sesuai denga permukaan gigi yang


berkontak saat pemakaian
2. Permukaan enamel yang rata dengan dentin.
3. Kemungkinan terjadinya fraktur pada tonjol gigi atau restorasi.

Abrasi juga penyebab terkikisnya enamel dan akhirnya menyebabkan


terpaparnya

dentin Abrasi adalah kerusakan pada jaringan gigi akibat benda asing ,
seperti sikat gigi dan pasta gigi.

Gambaran klinis abrasi , sebagai berikut :

1. Biasanya terdapat pada daerah servikal gigi.


2. Lesi cenderung melebar daripada dalam

5
3. Gigi yang sering terkena adalah gigi premolar dan kaninus.

Abfraksi juga dapat menyebabkan terkikisnya enamel . Beda dengan


kerusakan gigi lainnya , abfraksi merupakan kerusakan permukaan
gigi pada daerah servikal akibat tekanan tensile dan kompresif
selama gigi mengalami flexure atau melengkung.

Gambaran klinis abfraksi sebagai berikut :

1. Kelainan ditemukan pada daerah servikal labial /bukal gigi.


2. Berupa parit yang dalam dan sempit berbentik V.
3. Pada umumnya hanya bterjadi pada satu gigi yang mengalami
tekanan eksentrik pada oklusal yang berlebihan atau adanya
halangan yang mengganggu oklusi.

Tersingkapnya permukaan akar akibat dari resesi gingival juga


merupaka

penyebab hipersensitif dentin . Resesi gingival adalah penurunan tinggi


tepi gingival / marginal gingival kea rah apical hingga ke bawah batas
sementum enamel . Resesi gingival bias bersifat lokalisata atau
generalisata. Prevalensi terjadinya resesi gingival pada usia tua lebih
besar dibandingkan dengan uisia muda . Jika dihubungkan dengan jenis
kelamin , maka frekuensi terjadinya resesi gingival lebih sering pada
pria dibandingakan wanita. Permukaan gigi yang mengalami resesi
gingival bias menjadi sensitive dikarenakan hilangnya lapisan
sementum. Sementum merupakan lapisan yang menutupi dan
melindungi lapisan dentin akar dari berbagai rangsangan. Resesi gingiva
yang terjadi bisa disertai kehilangan tulang alveolar ataupun tidak. Jika
terjadi kehilangan tulang alveolar maka jumlah tubulus dentin yang
terbuka akan lebih banyak lagi . penyebab terjadinya resesi gingiva

6
antara lain erupsi pasif akibat aging , ukuran lokasi gigi di dalam
alveolus , pengaruh genetic dan cara penyikatan yang salah .

Selain resesi gingiva , tersingkapnya permukaan dentin akar juga


dapat disebabkan oleh prosedur perawata periodontal. , seperti skeling
dan penyerutan akar. Prosedur skeling dan penyerutan akar dapat
menyebabkan hilangnya perlekatan jaringan

periodontal dan terkikisnya sementum. Oleh karena itu , dokter gigi


harus berhati-hati dalam melakukan prosedur perawatan periodontal .

Hipersensitif dentin juga dapat disebabkan oleh efek samping dari


prosedur bleaching . Walaupun bersifat ringan, namun sering terjadi dan
mengganggu pasien. Belakangan ini , sebuah penelitian klinis pada
pasien yang melakukan bleaching menyatakan bahwa 54% pasien
mengalami sensitive ringan , 10% pasien mengalami sensitive sedang
da 5% pasien mengalami sensitive prah serta sisanya tidak mengalami
sensitive. Bleaching juga memiliki efek samping yang lain diantaranya
resesi gingival , rasa gatal pada mukosa dan sakit pada
kerongkongan .Hipersensitif dentin pada pasien yang melakukan
perawatan bleaching dipengaruhi oleh factor pasien, lamanya menerima
perawatan, konsentrasi dan pH bahan bleaching dipengaruhi .
Konsentrasi bahan yang tinggi merupakan factor resiko terjadinya
hipersensitif dentin.

7
BAB 3

GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSA

Hipersensitif dentin merupakan kondisi dengan rasa sakit yang


sering terjadi dan mempengaruhi kenyamanan dan fungsi rongga mulut.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa prevalensi hipersensitif dentin
sekitar 4%- 57 %. Namun , data prevalensi hipersensitif dentin setiap
daerah berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan dan

8
kehidupan sosial individu masing-masing. Di Amerika Serikat ,sekitar 40
juta orang mengalami hipersensitif dentin setiap tahunnya.

3.1 Gejala Klinis


Gejala klinis hipersensitif dentin yakni berupa rasa sakit
yang singkat, tajam

dan spontan . Pada pemeriksaan mikroskopis gigi yang mengalami


hipersensitif dentin memiliki banyak tubulus dentin pada permukaan
dentin yang tersingkap dimana jumlah tubulus dentin tersebut 8 kali
lebih banyak dibandingkan gigi yang tidak mengalami hipersensitif
dentin . Disamping itu , diameter tubulus dentin pun meningkat. Pada
gigi yang tidak mengalami hipersensitif dentin , diameter tubulus dentin
sekitar 0,4mikron. Sedangkan pada gigi yang mengalami hipersensitif
dentin yang parah, rasa sakit yang timbul dapat melibatkan seluruh
gigi.

3.2 Diagnosa
Ketika pasien memiliki keluhan gigi yang sensitif,
pertimbangan pertama

harus dilakukan adalah mencari factor penyebab. Hal ini disebabkan


sulitnya membedakan hipersensitif dentin dan berbagai kerusakan gigi
dengan tanpa dihubungkan dengan pulpa. Pasien sering kesulitan untuk
menjelaskan atau menggambarkan kapan timbulnya rasa sakit dan
menunjukkan lokasi yang spesifik gigi yang mengalami hipersensitif
dentin. Karakter rasa sakit hipersensitif dentin dapat diperoleh dari
rangsangan perubahan suhu, kimiawi, sentuhan dan semprotan udara
atau air.

Untuk menentukan diagnose yang tepat, seorang doktergigi harus


memeriksa pasien dengan hati-hati dan teliti, termasuk frekuensi

9
minum jus atau minuman asam,lainnya, makanan, obat-obatan, riwayat
medis (contoh muntah ataupun gangguan pola makan seperti anoreksia
dan bulimia nervosa ). Banyak dokter gigi yang hanya terfokus pada
satu factor penyebab hipersensitif dentin saja yakni akibat adanya
abrasi yang disebabkan prosedur penyikatan gigi. Dokter gigi juga harus
mencatat riwayat dan bentuk nyeri (meliputi daerah yang nyeri pada
gigi, intensitas nyeri, pemicu nyeri, serta frekuensi dan durasi masing-
masing nyeri ). Keberadaan karies serta jumlah dan lokasi gigi yang
sensitif.

Selama pemeriksaan , dentin terpapar yang menyebabkan tubulus


dentin terbuka harus diperhatikan dan diperiksa. Alat-alat dan tes yang
dipakai untuk membantu penentuan diagnosda , antara lain semprotan
udara atau air, sonde, alat perkusi, tes gigitan, tes thermal dan
pemeriksaan oklusi. Pemeriksaan gigi yang lengkap dengan sendirinya
akan menentukan factor penyebab hipersensitif dentin, apakah
disebabkan oleh gigi, atau restorasi yang fraktur, karies gigi, kegagalan
perawatan endodontic , marginal leakage, ataupun pulpitis.

Penegakan diagnose pada pasien yang diduga mengalami


hipersensitif dapat diawali dengan pemberian rangsangan berupa panas
, sentuhan semprotan udara atau air sentuhan dari alat sonde/ eksplore
dan prob. Respon terhadap rangsangan rangsangan tersebut bervariasi
pada setiap pasien. Faktor yang menyebabkan respon pasien terhadap
rangsangan bervariasi adalah toleransi pasien terhadap rasa sakit,
tingkat emosi pasien dan lingkungan. Pemeriksaan perkusi , penilaian
oklusi, dan pengambilan radiografi juga dapat dilakukan dalam
penegakan diagnose hipersensitif. Penentuan diagnosa banding juga
perlu dilakukan dalam penegakan diagnose hipersensitif dentin.

10
Diagnosa banding hipersensitif dentin antara lain karies gigi, pulpitis ,
gigi atau restorasi yang fraktur, cracked teeth, dan nyeri neuropatik.

BAB 4

11
TERAPI HIPERSENSITIF DENTIN

Terapi hipersensitif dentin merupakan tantangan bagi pasien dan


dokter gigi.

Disamping sulitnya mengukur dan membandingkan rasa sakit pasien


yang berbeda-beda, mengubah kebiasaan pasien yang menyebabkan
masalah hipersensitif dentin juga merupakan hal yang sulit. Selain itu,
beberapa dokter gigi merasa kurang yakin dalam merawat hipersensitif
dentin . Hal ini dikarenakan mereka kurang mengerti tentang biologis,
etiologi, diagnose dan pengelolaan hipersensitif dentin.

Banyak terapi dan bahan yang digunakan untuk merawat


hipersensitif dentin, tetapi kemanjuran sebagian besar dari bahan-
bahan tersebut bermacam-macam dan tidak menunjukkan hasil yang
memuaskan. Oleh karena itu, dokter gigi harus mampu menentukan
terapi yang memuaskan dan efektif dalam merawat pasien hipersensitif
dentin di praktek.

Hipersensitif dentin dapat dirawat tanpa terapi, tetapi dapat juga


membutuhkan beberapa minggu terapi dengan bahan desensitiasi. Ada
dua prinsip terapi hipersensitif dentin, yakni mencegah aliran cairan
tubulus dentin dan mengurangi rangsangan terhadap syaraf.
Beradasarkan berat ringannya terapi hipersensitif dentin dapat bersifat
invasive dan invasive. Terapi hipersensitif dentin yang bersifat invasive
dan non invasive. Terapi hipersensitif dentin yang bersifat invasive
antara lain bedah mukogingival, resin dan pulpektomi serta laser.
Sedangkan terapi yang bersifat non invasive antara lain pasta
desenitisasi serta laser. Sedangkan terapi yang bersifat non invasive
antara lain pasta desensitisasi dan bahan topical. Terapi hipersensitif
dentin dapat dilakukan oleh pasien sendiri di rumah ataupun oleh dokter

12
gigi di praktek. Terapi di rumah lebih sederhana dan murah. Sedangkan
terapi di praktek lebih lengkap dan mahal.

4.1 Terapi Yang Bersifat Non Invasif

Terapi hipersensitif dentin yang bersifat non invasif seperti pasta


desensitiasi dan agen topical merupakan terapi yang ringan dan mudah
dilakukan oleh pasien ataupun dokter gigi. Terapi non invasif lebih
sederhana dan murah dibandingakn dengan terapi invasif.

Pasta gigi merupakan terapi hipersensitif dentin yang paling


sering dan mudah dilakukan. Beberapa pasta gigi mengandung bahan
yang dapat menutupi tubulus dentin seperti strontium salt dan fluoride.
Selain itu ada juga pasta gigi yang mengandung bahan yang dapat
mematikan elemen vital didalam tubulus dentin seperti formaldehyde .
Saat ini , sebagian besar pasta desensitiasi mengandung bahan yang
mengurangi hipersensitif dentin seperti potassium salt ( potassium
nitrate, potassium chloride atau potassium citrate )

Pasta gigi yang mengandung potassium nitrate telah digunakan


sejak tahun 1980. Setelah itu, pasta gigi yang mengandung potassium
chloride atau potassium citrate diproduksi. Ion potassium menyebar
sepanjang tubulus dentin dan mengurangi rangsangan terhadap syaraf-
syaraf interdental dengan mengubah potensial membrane syaraf-syaraf
tersebut.

Sejak tahun 2000, penelitian mengenai pasta gigi yang


mengandung potassium telah banyak dilakukan. Para peneliti tersebut
menemukan bahwa pasta gigi yang mengandung bahan 5% potassium
nitrate atau 3,75% potassium Chloride secara signifikan dapat
mengurangi hipersensitif dentin. Pasta gigi yang mengandung 5 %

13
potassium nitrate dan 0,454% stannous Fluoride secara signifikan juga
mengurangi hipersensitif dentin. Salah satu pasta gigi yang
mengandung potassium nitrate yang sering dipakai untuk mengurangi
hipersensitif dentin yakni sensodyne.

Dalam pemakaian pasta gigi , dokter gigi harus memberi


pengetahuan kepada pasien bagaimana menggunakan pasta gigi dan
teknik penyikatan gigi yang benar.

Banyak pasien yang berkumur-kumur secara berlebihan setelah


menyikat gigi. Padahal kumur-kumur berlebihan setelah menyikat gigi
dapat melarutkan dan menghilangkan bahan aktif pasta gigi tersebut
dari rongga mulut sehingga mengurangi efek pasta gigi dalam
mencegah terjadinya karies.

Disamping pasta gigi, obat kumur dan permen karet juga


merupakan bahan obat kumur yang mengandung potassium nitrate dan
sodium fluoride, potassi dapat mengurangi hipersensitif dentin.
Penelitian Krahwinkel T dkk menyimpulkan bahwa permen karet yang
mengandung potassium chloride secara signifikan dapat mengurangi
hipersensitif dentin.

Pasta gigi, obat kumur dan permen karet merupakan bahan


desensitisasi yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri di rumah. Namun
,bahan desensitiasi topical seperti fluoride , potassium nitrate, oxalate,
dan calcium phosphates sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi di praktek.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan efek perawatan yang lebih
maksimal. Bahan topical fluoride seperti sodium fluoride dan stannous
fluoride dapat mengurangi hipersensitif dentin dengan cara mengurangi
permeabilitas dentin. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pengendapan
calcium fluoride yang tidak terlarut didalam tubulus. Potassium nitrate

14
yang biasanya terdapat pada pasta gigi, juga dapat digunakan secara
topical. Potassium nitrate tidak mengurangi permeabilitas dentin,
namun ion potassium mengurangi rangsangan terhadap syaraf. Oxalate
juga merupakan bahan desensitisasi topical. Pada tahun 1881 ,
Greenhill dan Pashley melaporkan bahwa 30% potassium oxalate dapat
mengurangi permeabilitas dentin sekitar 98%.Sejak saat itu , sejumlah
bahan desensitisasi yang mengandung oxalate diproduksi. Selain
mengurangi permeabilitas dentin , bahan yang mengandung oxalate
juga dapat menutup dentin. Calsium phospatase juga efektif dalam
mengurangi hipersensitif dentin dengan cara menutup tubulus dentin
dan mengurangi permeabilitas dentin.

4.2 Terapi Yang Bersifat Invasif

Terapi hipersensitif dentin yang bersifat invasive seperti bedah


mukogingiva,

pulpektomi, resin dan adesif serta laser merupakan terapi yang


membutuhkan keahlian khusus dan hanya dilakukan oleh doktergigi.
Terapi invasive lebih kompleks dan lebih mahal dibandingkan dengan
terapi non invasif.

Bahan resin dan adesif seperti fluoride varnish, oxalic acid dan
resin, sealant dan primer, etching dan adhesive dapat juga digunakan
sebagai terapi hipersensitif dentin dibandingkan dengan yang topical.
Hal ini dikarenakan bahan desensitiasi topical tidak berikatan dengan
struktur gigi dan efeknya hanya sementara. Pada tahun 1970 ,
Brannstrom dkk menyarankan penggunaan resin untuk mengurangi
hipersensitif dentin. Saat ini terapi hipersensitif dentin yang paling

15
sering digunakan melibatkan bahan adesif diantaranya varnish, bahan
bonding dan bahan restorasi.

Terapi invasive lainnya adalah iontophoresis yang merupakan


terapi dengan menggunakan daya listrik untuk meningkatkan difusi ion-
ion ke dentin. Dental iontophoresis biasanya digunakan bersamaan
dengan penggunaan pasta fluoride. Terapi dengan menggunakan laser
juga dapat merawat hipersensitif dentin, tergantung pada jenis laser
dan p0arameter perawatan. Penelitian Lier BB dkk melaporkan bahwa
laser neodymium : Yodium Aluminium Garnet (YAG), lasererbium : YAG
dan laser gallium alumunium arsenide tingkat rendah juga dapat
mengurangi hipersensitif dentin. Namun ,terapi dengan menggunakan
laser membutuhkan biaya lebih mahal dan perawatan yang kompleks.

Jika factor etiologi hipersensitif dentin merupakan resesi gingiva,


maka terapi yang dipilih adalah bedah mukogingiva, seperti lateral
sliding flaps, coronally positioned flaps dan connective tissue grafts,
yang menghasilkan penutupan akar yang tersingkap sekitar 65% hingga
98% . Generasi jaringan terarah (Guided tissue regeneration ) juga
mulai dikenal sebagai terapi resesi gingival dengan menggunakan
membrane yang bioabsorbable atau non absorbable dan mampu
menutup akar yang tersingkap sekitar 48% hingga 92%.

Pulpektomi juga dapat dilakukan untuk merawat hipersensitif


dentin. Namun, terapi ini dipilih sebagai jalan terakhir. Pulpektomi
merupakan perawatan saluran akar yang terpapar dengan cara
membuang pulpa dan jaringan periradikular. Biasanya , kamar pulp[a
dibuka untuk mendapatkan akses ke saluran akar. Setelah pulpa dan
jaringan yang terinfeksi lainnya dibuang, proses debridemen preparasi
saluran akar dilakukan . lalu proses pengisian saluran akar dilakukan

16
dengan bahan yang diterima secara biologis dan tidak diserap (non
resorbable ).

BAB 5

KESIMPULAN

Hipersensitif dentin merupakan masalah yang sering terjadi pada


pasien yang datang berobat gigi. Dokter gigi harus mengetahui dengan
jelas factor penyebabnya , termasuk lokasi dan gejala awal hipersensitif
dentin. Pemeriksaan dengan teliti atau skrining sangat penting untuk
mengidentifikasi hipersensitif dentin. Hal tersebut bermanfaat dalam
menentukan rencana perawatan yang tepat. Saat pasien menunjukkan
gejala hipersensitif dentin, bukan hanya peranan dokter gigi saja, tetapi

17
juga melibatkaqn pasien. Selain perawatan , pengetahuan atau edukasi
mengenai waktu dan teknik menyikat gigi harus diberikan juga oleh
dokter gigi kepada pasien.

Selain itu, indeks nyeri yang universal sangat dibutuhkan


menentukan diagnosa dan rencana perawatan hiperensitif dentin yang
tepat . Indeks nyeri tersebut membantu dokter gigi untuk memeriksa
dan mengukur keparahan hipersensitif dentin. Hal ini dikarenakan
respon terhadap rangsangan bervariasi pada setiap pasien. Faktor yang
menyebabkan respon pasien terhadap rangsangan bervariasi adalah
toleransi pasien terhadap rasa sakit, tingkat emosi pasien dan
lingkungan.

Walaupun perawatan hipersensitif dentin bervariasi saat ini,


namun perawatan dengan pasta desensitisasi dianjurkan sebagai
perawatan awal. Selain itu , setelah perawatan hipersensitif dentin juga
diperlukan tindak lanjut. Hal ini perlu dilakukan karena dengan
melakukan tindak lanjut maka dapat diketahui apakah perawatan yang
telah dilakukan berhasil atau tidak dan apakah juga dapat diketahui
perawatan yang dilakukan akan dilanjutkan ataupun diganti dengan
perawatan yang lain.

Hipersensitif dentin digambarkan sebagai rasa sakit yang


berlangsung pendek dan tajam akibat adanya rangsangan tubulus
dentin yang terpapar sehingga menimbulkan pergerakan cairan tubulus
dentin. Rangsangan tersebut antara lain taktil atau sentuhan, uap,
kimiawi dan rangsangan panas. Selain itu, hipersensitif dentin tidak
dihubungkan dengan keadaan patologis gigi. Terbukanya dentin
disebabkan hilangnya enamel akibat dari proses atrisi ,abrasi,erosi atau
abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan akar yang tersingkap

18
akibat dari resesi gingival atau perwatan periodontal . Untuk
menentukan diagnose yang tepat , seorang dokter gigi harus
memeriksa pasien dengan hati-hati dan teliti, termasuk freuensi
minuman asam,makan obat-obatan , riwayat me3dis (contoh muntah
ataupun gangguan pola makan seperti anoreksia dan bulimia nervosa )

Ada dua prinsip terapi hipersensitif dentin, yakni mencegah aliran


cairan tubulus dentin dengan menutup tubulus dentin dan mengurangi
rangsangan terhadap syaraf. Berdasarkan berat ringan dilakukannya,
terapi hipersensitif dentin dapat bersifat invaqsif dan invasive. Terapi
hipersensitif dentin yang bersifat invasive antara lain bedah
mukogingival,resin dan pulpektomi serta laser. Sedangkan terapi yang
bersifat non invasive antara lain pasta desensitisasi dan topikal.

DAFTAR RUJUKAN

19
1. Schiff T, He T, Sagel L, Baker R. Efficacy and Safety of a Novel
Stabilized Stannous Fluoride and Sodium Hexametaphosphhate
Dentifrice for Dentinal Hypersensitivity. J Contemp Dentemp
Dent Pract Mei 2006 : (7) 2: 001 -8.
2. Bamise CT, Olusile AO , Oginni AO. An Analysis of the Etiological
and Predisposing Factors Related to Dentin Hypersensitivitiy. J
Contemp Dent Pract Juli 2008 : (9) 5 : 052-9.
3. Camila dkk. Efficacy of Gluma Desensitizer on dentin
hypersensitivity in periodontally treated patients. Braz Oral res
2006 ; 20 (3) : 252 -6.
4. Kielbassa AM . Dentine hypersensitivity : Simple steps for
everyday diagnosis and management . International Dental
Journal 2002 : 52 : 394-6.
5. Ladardo dkk. Laser therapy in the treatment of hypersensitivity
Braz Dent J 2004 : 15 (2) : 144 -50.
6. Carini F. dkk. Effects of a ferric oxalate dentin desensitizer : SEM
analysis. Research Journal of Biological Sciences 2007 : 2 (2) :
147-9.
7. Karen Cristina Kazue . Low level laser therapy for dentine
hypersensitivity Ciene Odontol Bras 2003 : 6 (4) : 17-24
8. Orcahardson R and Gillam DG Managing dentin hypersensitivity . J
Am Dent Assoc 2006 ; 137 : 990-8.
9. Jacobsen PL, Bruce G. Clinical Dentin Hypersensitivity :
Understanding the Causes and Prescribing a Treatment J. Contemp
Dent Pract 2001 ; 2 (1) ; 1-8.
10. Ricarte JM dkk. Dentinal sensitivity : Concept and
methodology for its objective evaluation . Med Oral Patol Oral Cir
Bucal maret 2008 : 13 (3) ; E 201 -6.

20

Anda mungkin juga menyukai