PENDAHULUN
1
BAB 2
2.1 Defenisi
2
2.2 Etiologi dan Faktor Yang Mempengaruhi
Gambar1
3
Dentin merupakan lapisan sensitive yang menutupi struktur
jaringan pulpa dan memiliki hubungan fungsional dengan jaringan
pulpa. Dentin terdiri dari ribuan struktur tubulus mikroskopis yang
menghubungkan dentin dengan jaringan pulpa . Diameter tubulus
dentin sekitar 0,5-2 mikron. Pemeriksaan mikroskopis pada pasien
hipersensitif dentin menunjukkan bahwa tubulus dentin lebih besar dan
banyak dibandingkan pada pasien yang tidak hipersensitif dentin. .
Terbukanya dentin disebabkan hilangnya enamel akibat dari proses
atrisi ,abrasi, erosi atau abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan
akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva atau perawatan
periodontal .Semua proses diatas merupakan factor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipersensitif dentin.
4
Gambaran klinis erosi , sebagai berikut :
pada permukaan gigi atau restorasi akibat kontak antar gigi selama
pengunyahan atau karena adanya parafungsi / kelainan fungsi , seperti
bruksism
dentin Abrasi adalah kerusakan pada jaringan gigi akibat benda asing ,
seperti sikat gigi dan pasta gigi.
5
3. Gigi yang sering terkena adalah gigi premolar dan kaninus.
6
antara lain erupsi pasif akibat aging , ukuran lokasi gigi di dalam
alveolus , pengaruh genetic dan cara penyikatan yang salah .
7
BAB 3
8
kehidupan sosial individu masing-masing. Di Amerika Serikat ,sekitar 40
juta orang mengalami hipersensitif dentin setiap tahunnya.
3.2 Diagnosa
Ketika pasien memiliki keluhan gigi yang sensitif,
pertimbangan pertama
9
minum jus atau minuman asam,lainnya, makanan, obat-obatan, riwayat
medis (contoh muntah ataupun gangguan pola makan seperti anoreksia
dan bulimia nervosa ). Banyak dokter gigi yang hanya terfokus pada
satu factor penyebab hipersensitif dentin saja yakni akibat adanya
abrasi yang disebabkan prosedur penyikatan gigi. Dokter gigi juga harus
mencatat riwayat dan bentuk nyeri (meliputi daerah yang nyeri pada
gigi, intensitas nyeri, pemicu nyeri, serta frekuensi dan durasi masing-
masing nyeri ). Keberadaan karies serta jumlah dan lokasi gigi yang
sensitif.
10
Diagnosa banding hipersensitif dentin antara lain karies gigi, pulpitis ,
gigi atau restorasi yang fraktur, cracked teeth, dan nyeri neuropatik.
BAB 4
11
TERAPI HIPERSENSITIF DENTIN
12
gigi di praktek. Terapi di rumah lebih sederhana dan murah. Sedangkan
terapi di praktek lebih lengkap dan mahal.
13
potassium nitrate dan 0,454% stannous Fluoride secara signifikan juga
mengurangi hipersensitif dentin. Salah satu pasta gigi yang
mengandung potassium nitrate yang sering dipakai untuk mengurangi
hipersensitif dentin yakni sensodyne.
14
yang biasanya terdapat pada pasta gigi, juga dapat digunakan secara
topical. Potassium nitrate tidak mengurangi permeabilitas dentin,
namun ion potassium mengurangi rangsangan terhadap syaraf. Oxalate
juga merupakan bahan desensitisasi topical. Pada tahun 1881 ,
Greenhill dan Pashley melaporkan bahwa 30% potassium oxalate dapat
mengurangi permeabilitas dentin sekitar 98%.Sejak saat itu , sejumlah
bahan desensitisasi yang mengandung oxalate diproduksi. Selain
mengurangi permeabilitas dentin , bahan yang mengandung oxalate
juga dapat menutup dentin. Calsium phospatase juga efektif dalam
mengurangi hipersensitif dentin dengan cara menutup tubulus dentin
dan mengurangi permeabilitas dentin.
Bahan resin dan adesif seperti fluoride varnish, oxalic acid dan
resin, sealant dan primer, etching dan adhesive dapat juga digunakan
sebagai terapi hipersensitif dentin dibandingkan dengan yang topical.
Hal ini dikarenakan bahan desensitiasi topical tidak berikatan dengan
struktur gigi dan efeknya hanya sementara. Pada tahun 1970 ,
Brannstrom dkk menyarankan penggunaan resin untuk mengurangi
hipersensitif dentin. Saat ini terapi hipersensitif dentin yang paling
15
sering digunakan melibatkan bahan adesif diantaranya varnish, bahan
bonding dan bahan restorasi.
16
dengan bahan yang diterima secara biologis dan tidak diserap (non
resorbable ).
BAB 5
KESIMPULAN
17
juga melibatkaqn pasien. Selain perawatan , pengetahuan atau edukasi
mengenai waktu dan teknik menyikat gigi harus diberikan juga oleh
dokter gigi kepada pasien.
18
akibat dari resesi gingival atau perwatan periodontal . Untuk
menentukan diagnose yang tepat , seorang dokter gigi harus
memeriksa pasien dengan hati-hati dan teliti, termasuk freuensi
minuman asam,makan obat-obatan , riwayat me3dis (contoh muntah
ataupun gangguan pola makan seperti anoreksia dan bulimia nervosa )
DAFTAR RUJUKAN
19
1. Schiff T, He T, Sagel L, Baker R. Efficacy and Safety of a Novel
Stabilized Stannous Fluoride and Sodium Hexametaphosphhate
Dentifrice for Dentinal Hypersensitivity. J Contemp Dentemp
Dent Pract Mei 2006 : (7) 2: 001 -8.
2. Bamise CT, Olusile AO , Oginni AO. An Analysis of the Etiological
and Predisposing Factors Related to Dentin Hypersensitivitiy. J
Contemp Dent Pract Juli 2008 : (9) 5 : 052-9.
3. Camila dkk. Efficacy of Gluma Desensitizer on dentin
hypersensitivity in periodontally treated patients. Braz Oral res
2006 ; 20 (3) : 252 -6.
4. Kielbassa AM . Dentine hypersensitivity : Simple steps for
everyday diagnosis and management . International Dental
Journal 2002 : 52 : 394-6.
5. Ladardo dkk. Laser therapy in the treatment of hypersensitivity
Braz Dent J 2004 : 15 (2) : 144 -50.
6. Carini F. dkk. Effects of a ferric oxalate dentin desensitizer : SEM
analysis. Research Journal of Biological Sciences 2007 : 2 (2) :
147-9.
7. Karen Cristina Kazue . Low level laser therapy for dentine
hypersensitivity Ciene Odontol Bras 2003 : 6 (4) : 17-24
8. Orcahardson R and Gillam DG Managing dentin hypersensitivity . J
Am Dent Assoc 2006 ; 137 : 990-8.
9. Jacobsen PL, Bruce G. Clinical Dentin Hypersensitivity :
Understanding the Causes and Prescribing a Treatment J. Contemp
Dent Pract 2001 ; 2 (1) ; 1-8.
10. Ricarte JM dkk. Dentinal sensitivity : Concept and
methodology for its objective evaluation . Med Oral Patol Oral Cir
Bucal maret 2008 : 13 (3) ; E 201 -6.
20