Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
Nama : Maya Masyita Atlanta
NIM : J014172022
Pembimbing : Prof. Dr. drg. Sherly Horax, MS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
bidang kesehatan lainnya adalah rasa sakit, atau lebih spesifiknya ketakutan
akan rasa sakit. Reaksi terhadap perawatan gigi adalah ketakutan yang tidak
dapat didefinisikan, termasuk rasa sakit. Dental fear and anxiety (DFA)
merupakan salah satu tantangan besar dalam kedokteran gigi anak. Kecemasan
anak dalam kedokteran gigi telah menjadi perhatian utama sejak beberapa tahun
terakhir dan dapat didefinisikan sebagai perasaan takut yang tidak spesifik,
pertama anak kedokter gigi merupakan hal yang penting dalam membentuk
perilaku anak terhadap dokter gigi dan hasil dari perawatan gigi.
anak. Meliputi orang dan, peralatan yang asing, suara yang tidzk menyenangkan
dan suasana yang menegangkan. Secara jelas, seluruh aspek yang meneganfkan
dari ruang perawatsn gigi tidak dapat dihilangkan, namun beberapa pendekatan
yang penting dan merupakan tantangan besar dalam ruang praktek dokter gigi.
takut dan cemas dan secara realtif. Komunikasi dengan anak dalam bidang
anak terhadap perawatan gigi, dan pada akhirnya mengurangi persepsi anak
mengenai kondisi klinik gigi yang menakutkan dan berbahaya. Sehingga pada
kajian pustaka ini adalah untuk menyajikan teknik manajemen perilaku untuk
anak?
1.3 Tujuan
pada anak.
c
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Anak dan Perkembangannya
2.1.1 Definisi Dental Fear and Anxiety
Kebanyakan anak menganggap kunjungan ke dokter gigi sebagai hal
yang menakutkan. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena berapa hal,
seperti bertemu orang dewasa yang tidak dikenal, suara dan perasaan yang
aneh, posisi berbaring, tidak nyaman, dan bahkan rasa sakit. Perilaku dan
rasa takut yang tidak kooperatif, sering terjadi dalam situasi klinis gigi
muda dan diikuti oleh penurunan yang drastis sementara kecemasan gigi
yang moderat.
Dalam situasi klinis, dokter gigi dapat mengenali anak dengan pemahaman,
berakting dengan menangis atau melawan secara fisik sangat kontras dengan
seorang anak yang berbisik kepada ibunya, tidak melakukan kontak mata
dengan dokter gigi dan menjauhkan diri dari interaksi. Anak-anak dengan
ketakutan dan kecemasan gigi dapat berbeda dari perilaku keseharian mereka,
faktor etiologi dari ketakutan dan kecemasan pada anak. Untuk mencapai
pedodontik dimana setiap komponen saling berhubungan erat, posisi anak pada
puncak segitiga dan posisi orang tua serta dokter gigi pada masing-masing sudut
kaki segitiga. Garis menunjukan komunikasi berjalan dua arah antar masing
komponen dan merupakan hubungan timbal balik. Anak menjadi fokus dari
dokter gigi dan dibantu oleh orang tua. Perawatan gigi anak akan dipusatkan
pada orientasi anak sebagai pasien dan orangtuanya, dokter gigi akan bertindak
anaknya. Pada usia bayi sampai dengan 18 tahun diperlukan komunikasi dan
kerja sama dari dokter gigi dengan anak dan orang tua dalam perawatan gigi
1. Usia 2 tahun
Anak yang berusia dua tahun memiliki kosakata yang bervariasi dari
15 sampai 1000 kata.Anak pada periode ini takut pada gerakan mendadak
yang tidak terduga. Pergerakan mendadak pada kursi gigi (dental chair)
tanpa peringatan akan menimbulkan rasa takut, cahaya yang terang juga
terasa menakutkan bagi anak. Memisahkan anak pada usia ini dari orang
tuanya sangat sulit. Sebisa mungkin anak pada periode usia dua tahun
perawatan.
2. Usia 3 tahun
mendengarkan. Pada usia ini, sikap kooperatif muncul dan dokter gigi bisa
3. Usia 4 tahun
tertarik untuk menjelaskan. Jika tidak diatur dengan baik pada beberapa
situasi anak usia empat tahun bisa menjadi tidak patuh dan menentang.
4. Usia 5 tahun
Usia ini merupakan periode dari penggabungan, dimana anak pada usia
didalamnya dan mereka juga memiliki sedikit rasa khawatir bila terpisah
dari orangtuanya saat melakukan perawatan gigi. Anak dengan usia 1-5thn
yang datang tidak bersama orang tua, Anak dengan usia ini lebih sensitif
dan anak usia ini sulit memahami keadaan dan lebih mudah berfantasi.
prosedur perawatan gigi karena dokter gigi bisa menjelaskan apa yang akan
berdasarkan klasifikasi Piaget’s, anak dengan usia 4-7 tahun adalah masa
social.
b. Negatif
cemberut.
c. Positif
pasien, maka pesan yang disampaikan akan terbagi menjadi dua tingkatan:
hal seperti nada biacara, gesture, kontak mata, dan beberapa area nonverbal
lainnya.
dipercayai dari pesan verbal. Sangat penting bagi tim dokter gigi
kronemik.
putih wanita dalam tim dokter gigi dapat diganti dengan pakaian
Injeksi dapat diberikan dengan meraba gusi saat injeksi agar sakit
tangan dari dokter gigi. Pada situasi ini, sikap menyentuh operator
memastikan pesan ini tidak bertentangan antara satu dan yang lain.
1. Komunikasi
dimana setiap orang dapat saling berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa
dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Cara komunikasi dengan anak yang
paling umum digunakan adalah cara verbal yaitu melalui bahasa lisan. Banyak cara
untuk memulai komunikasi verbal, misalnya untuk anak kecil dapat ditanyakan
tentang pakaian baru, kakak, adik, benda atau binatang kesayangannya. Berbicara
second language terutama untuk anak kecil misalnya untuk melakukan anastesi
mata dengan anak, menjabat tangan anak, tersenyum dengan penuh kehangatan
menggandeng tangan anak sebelum mendudukkan ke kursi perawatan gigi, dan lain
lain.
2. Modelling
model. Anak diajak mengamati anak lain sebayanya yang sedang dirawat giginya
yang berperilaku kooperatif, baik secara langsung atau melalui film dan video
dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku anak. Teknik ini sangat
memberikan efek pada anak-anak yang berumur 3-5 tahun dan sangat baik
pengelolaan atau manajemen perilaku untuk merawat gigi anak dan cara ini sangat
sederhana dan cukup efektif. Tell artinya mengatakan kepada anak dengan bahasa
yang bisa dimengerti oleh anak tersebut. Tentang apa yang akan dilakukan. Dalam
hal ini dijelaskan juga alat-alat yang mungkin akan digunakan. Setiap kali anak
menimbulkan rasa takut. Dalam hal ini dapat dipergunakan model gigi
menunjukkan alat yang akan dipergunakan misalnya bur dan kalau perlu dipegang
pasien.
Do yaitu tahap akhir yang dilakukan jika tahap show telah dapat diterima
oleh anak. Pada tahap do, anak didiberikan perlakuan sesuai dengan apa yang telah
diceritakan maupun ditunjukkan. Pada waktu melakukan TSD harus sesuai dengan
yang diceritakan atau ditunjukkan, jadi jangan sampai anak merasa dibohongi.
modeling. Cara pendekatan dengan TSD dapat diterapkan untuk semua jenis
perawatan pada anak kecuali melakukan suntikan. Bisa digunakan dengan semua
pasien. Dapat digunakan untuk berurusan dengan yang sudah ada kecemasan dan
ketakutan, atau dengan pasien menghadapi dokter gigi untuk pertama kalinya. Pada
efektif pada pasien pre-operatif dan selama prosedur diamati pada kelompok Tell-
Tell-Show-Do
perilaku digunakan pada kasus yang selektif misalnya pada anak yang agresif dan
histeris yang tidak dapat ditangani secara langsung. Teknik ini juga sering
perhatian dari anak sehingga komunikasi dapat dijalin dan diperoleh kerjasama
dalam melakukan perawatan yang aman. Teknik ini hanya digunakan sebagai upaya
5. Distraksi
Teknik distraksi adalah suatu proses pengalihan dari fokus atau perhatian
pada nyeri ke stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian
anak agar menghiraukan rasa nyeri. Beberapa teknik distraksi yang dikenal dalam
pendekatan pada anak antara lain distraksi visual seperti melihat gambar di buku,
bercerita juga sangat efektif. Dokter gigi yang berbicara selagi mengaplikan pasta
6. Desensitasi
Desentisasi secara tradisional digunakan untuk anak yang gelisah, takut,
ataupun fobia pada perawatan gigi. Prinsip ini dapat dengan mudah dimanfaatkan
oleh dokter gigi anak dengan semua pasien, untuk meminimalkan kemungkinan
Nada suara dapat juga digunakan untuk mengubah perilaku anak. Perubahan
kepada anak. Perintah yang tiba-tiba dan tegas dapat mengejutkan dan menarik
perhatian anak dengan cepat. Dengan adanya perhatian anak yang diperoleh melalui
8. Reinforcement
prestasi tersebut diulang. Pada umumnya anak akan senang jika prestasi yang telah
ditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberaniananak
keuntungan karena dokter gigi secara langsung dapat mengontrol pemberian hadiah
yang akan diberikan dipraktek untuk meningkatkan frekuensi tingkah laku yang
diinginkan.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Hubungan antara kecemasan dan manajemen perilaku pada anak
Anak anak yang pernah mendapat pengalaman perawatan sebelumnya
yang positif pula. Orang tua membawa anaknya ke dokter gigi untuk pertama
lingkungan klinik. Hal ini bertujuan agar anak merasa nyaman dengan suasana
klinik dokter gigi. Anak-anak memiliki cara pendekatan tersendiri yang berbeda
dengan orang dewasa dan memiliki cara berkomunikasi yang berbeda juga.
Apabila anak merasa takut, tidak nyaman, atau tidak kooperatif, maka mungkin
perlu dilakukan penjadwalan ulang. Kesabaran dan ketenangan orang tua dan
kepercayaan anak pada dokter gigi dan lingkungan klinik, dan hal ini terbukti
anak akan dipusatkan pada orientasi anak sebagai pasien dan orangtuanya,
dokter gigi akan bertindak untuk mengarahkan orangtua pada perawatan yang
rasa takut yang berkaitan dengan usia, penanganan pada kunjungan pertama,
‘
c
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti faktor orang tua, tim dokter gigi, dan lingkungan klinik
gigi. Dan faktor yang paling utama adalah faktor dari anak itu sendiri, termasuk
4.2 Saran