Anda di halaman 1dari 3

CEDERA LUKSASI

Cedera luksasi akan menimbulkan trauma pada jaringan penyangga gigi dan sering
mempengaruhi pasokan darah dan saraf ke pulpa. Penyebab luksasi biasanya adalah hantaman
tiba-tiba seperti pukulan atau terbentur obyek yang keras ketika terjatuh. Pada umumnya, makin
parah luksasinya (perubahan letaknya makin besar) makin besar pula kerusakan pada
periodontium dan kerusakan pulpanya. Ada beberapa tipe cedera luksasi yaitu :
1. Konkusi
Gigi hanya sensitif pada perkusi saja, tidak ada peningkatan dalam mobilitas, dan gigi
tidak berubah letak.
2. Subluksasi
Gigi sensitif terhadap perkusi dan juga goyang, gigi tidak berubah letak dan pulpa masih
normal terhadap pengetasan, sering disertai dengan perdarahan sulkus yang menunjukkan
adanya kerusakan pada pembuluh darah dan ligamen periodontium.
3. Luksasi ekstrusi
Gigi telah berubah letak disoketnya namun masih disumbu panjangnya, mobilitasnya
meningkat, terlihat ada perubahan letak, dan pulpa biasanya tidak memberikan respon
terhadap pengetesan.
4. Luksasi lateral
Gigi telah berubah letaknya dari sumbu panjangnya dan gigi mungkin sensitif terhadap
perkusi.
5. Luksasi intrusi
Gigi terdorong masuk ke dalam soketnya, kadang sampai benar-benar tidak terlihat,
mobilitasnya menurun, dan menyerupai ankilosis.

A. Pemeriksaan dan diagnosis


Cedera konkusi umumnya memberi respon terhadap pengetesan. Pada cedera
subluksasi juga cenderung memiliki pulpa yang responsif walaupun tidak sebaik gigi
pada cedera konkusi. Pada cedera intrusi, lateral dan ekstrusi melibatkan perpindahan
letak sehingga mengalami kerusakan pada pembuluh darah dan saraf didaerah apeksnya,
oleh karena itu pulpa sering tidak bereaksi pada pengetesan.
Pemantauan status pulpa memerlukan jadwal dan evaluasi radiografik untuk
waktu yang cukup lama agar derajat kepastian hasilnya dapat ditentukan. Status pulpa
dapat dipantau dengan pengetesan pulpa, radiograf, gejala yang berkembang, dan
observasi ada tidaknya perubahan warna mahkota.
Untuk pengetesan pulpa dapat digunakan tes elektrik pada gigi yang cedera
diikuti dengan gigi tetangga dan gigi antagonisnya. Tidak adanya respon pada disaat awal
adalah hal yang biasa atau angka angka yang tinggi pada alat tes pulpa. Pengetesan
kembali dilakukan 4-6 minggu kemudian dan hasilnya dicatat dan dibandingkan dengan
hasil pada tes awal. Jika pada tes pertama dan kedua semua negatif maka prognosis
meragukan dan ada kemungkinan pulpanya telah mengalami nekrosis.

B. Evaluasi radiografik
Radiogafik awal sangat penting untuk evaluasi cedera pada gigi dan tulang
alveolar serta sebagai dasar perbandingan dengan radiografik selanjutnya. Radiogafik
lanjutan dibuat dengan interval yang sama dengan pengetesan pulpa, dari hasil
radiografik dapat diliat apakah ada resorbsi eksternal atau internal dan perubahan
periradikuler. Resorbsi akibat inflamasi dapat diatasi dengan perawatan endodontik yang
tepat waktu.

C. Perawatan
Pada cedera konkusi, perawatan biasanya anjuran untuk mengistirahatkan giginya
(menghindarkan menggigit) sampai kepekaan giginya hilang dan pulpa tetap perlu
dipantau. Pada cedera subluksasi juga tidak memerlukan perawatan kecuali ada
kegoyangan gigi moderat maka perlu distabilkan. Luksasi ekstrusi dan intrusi harus
direposisi dan displin, lama pemasangan splin tergantung pada keparahannya.
Pada luksasi ekstrusi mungkin diperlukan waktu 2-3 minggu sedangkan pada
luksasi dengan fraktur tulang mungkin diperlukan waktu sampai 8 minggu. Jika giginya
mengalami pulpitis irreversibel atau nekrosis pulpa maka harus dilakukan perawatan
saluran akar. Penegakan diagnosa memerlukan gabungan tanda dan gejala seperti
perubahan warna, tes vitalitas pulpa, dan lesi periradikuler pada pemeriksaan radiografik.
Gigi dengan cedera luksasi yang didiagnosa pulpitis irreversibel atau nekrosis pulpa harus
dirawat saluran akar dengan prosedur konvensional dan selesai dalam satu kali kunjungan.

Anda mungkin juga menyukai