Trauma gigi merupakan kerusakan yang umum terjadi terutama pada anak-anak. Avulsi
adalah cedera serius yang dapat menyebabkan kerusakan pada sebagian atau seluruh jaringan
gigi dan sekitarnya. Analisis Doppler mengungkapkan bahwa luksasi intrusif berhubungan
dengan penurunan yang signifikan pada aliran darah pulpa, sementara subluksasi, luksasi lateral,
luksasi ekstrusif, dan avulsi belum menunjukkan perubahan tersebut. Komplikasi penyembuhan
trauma gigi seperti nekrosis pulpa, resorpsi akar, resorpsi inflamasi dan penggantian, dan defek
seperti keterlambatan pengobatan, metode reposisi, yaitu mengharapkan erupsi ulang, reposisi
ortodontik dan reposisi bedah, jenis splint (rigid, semi rigid atau fleksibel), jumlah hari splinting,
dan penggunaan antibiotik. Jenis splint tidak berpengaruh signifikan pada jenis penyembuhan
dalam kasus reposisi gigi avulsi dengan pembedahan yang dlanjutkan dengan splinting. Splinting
gigi sering diperlukan setelah cedera traumatis untuk menstabilkan gigi subluksasi, luksasi,
avulsi, dan fraktur akar. Prognosis ditentukan oleh jenis cedera daripada faktor yang terkait
Dalam sebuah penelitian pada monyet rhesus untuk mengetahui efek splint pada
hiperoklusi, diamati bahwa gaya yang diterapkan pada satu gigi pada splint tersebar di seluruh
unit, yaitu, semua gigi yang termasuk dalam splint, mengurangi beban oklusal pada gigi yang
mengalami gangguan periodontal dan memfasilitasi distribusi gaya oklusal pada permukaan
periodontal yang lebih besar. Dengan demikian, disimpulkan bahwa splinting gigi membantu
dalam mendistribusikan gaya oklusal ke area yang lebih luas. Juga diamati bahwa area bifurkasi
Dalam penelitian lain selama 2 minggu pada monyet vervet untuk menentukan efek dari
splint yang kaku pada gigi anterior setelah ekstrusi gigi sejauh 3 mm dan penggantiannya
kembali ke soket, para peneliti tidak mengamati adanya perbedaan yang signifikan antara gigi
yang displinting dan yang tidak. dalam hal lebar ligamen periodontal atau nilai tegangan atau
regangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa splint yang rigid pada gigi yang mengalami
kegoyangan tidak dapat memperbaiki sifat mekanik ligamen periodontal selama penyembuhan.
Penulis sangat yakin bahwa splinting gigi goyang bertindak sebagai tambahan untuk
perawatan dan pemeliharaan periodontal dan direkomendasikan. Namun, pemilihan splint yang
tepat untuk prosedur yang tepat dilakukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan masing-
masing. splint harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya sedikit plak dan kalkulus, dapat
dipertahankan untuk waktu yang ditentukan, mampu menjalankan fungsi yang ditentukan, dan