Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

GIGI TIRUAN JEMBATAN (BRIDGE)

Topik:

Gigi Ekstrusi

Aulia Shafira Rahma 2213501010012


Sofie Nastiti

DOSEN PEMBIMBING:
drg. Syahrial, Sp. Pros

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
FEBRUARI-2024
Gigi ekstrusi adalah perpindahan parsial gigi dari soketnya. Ekstrusi gigi dari
soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi dan deposisi tulang yang dibutuhkan untuk
pembentukan kembali dari mekanisme pendukung gigi. Gigi yang ekstrusi akan
terlihat memanjang, gigi keluar dari bidang oklusi yang normal dan goyang
karena separasi parsial atau total dari ligament periodontal, dapat terjadi
pemutusan suplay neurovascular pulpa, dan tereksposnya permukaan akar gigi.
Salah satu penyebab ekstrusi adalah tidak adanya gigi antagonis. Perawatan gigi
ekstrusi bervariasi berdasarkan keparahan kondisi ekstrusi.

Gambar 1. Pergerakan vertikal : ekstrusi. Peregangan


timbul pada strutur pendukung dan aposisi tulang untuk
mempertahankan dukungan gigi. (Foster T.D Buku Ajar
Ortodonti, Alih Bahasa Lilian Yuwono, 1997 : 179)

Gambar 2. Pergerakan vertikal : intrusi. Tekanan yang mengenai


struktur pendukung didistribusikan secara merata dan resorpsi
tulang dibutuhkan, khususnya pada daerah apikal dan pada puncak
alveolar.
A. Tujuan perawatan
1. Untuk mengarahkan beban oklusal disepanjang aksis gigi.
2. Untuk memperoleh kontak simultan dari semua gigi pada relasi sentris
dan maximum intercuspation.
3. Untuk mengeliminasi adanya kontak occlusal interference pada
inclined planes untuk meningkatkan posisi stabil gigi.
4. Untuk menyamakan posisi relasi sentis dengan maximum
intercuspation selama pergerakan mandibula.
5. Untuk memperoleh skema oklusal yang dipilih berdasarkan pasien
tertentu.

B. Klasifikasi
a. Berdasarkan panjang gigi yang overerupsi dari bidang oklusal
i. Mild, yaitu 0,1-1,5 mm
ii. Moderate, yaitu 1,6-3,5 mm
iii. Severe, yaitu melebihi 3,5 mm
b. Berdasarkan perubahan fisiologis dari posisi margin gingiva
i. Gigi erupsi melebihi bidang oklusal
ii. Margin gingiva mengikuti erupsi gigi (periodontal growth)
iii. Margin gingiva tetap di posisi yang sama (active eruption)
iv. Margin gingiva menurun, dimana gigi masih tetap parallel terhadap
bidang oklusal (passive eruption)
v. Margin gingiva tetap pada posisi awal namun terdapat occlusal
wear (relative wear)

C. Akibat Ekstrusi Gigi


Ekstrusi biasanya menyebabkan gangguan oklusal pada bagian lateral,
kehilangan dukungan tulang pada gigi yang ekstrusi, mudah mengalami
karies, menyebabkan berbagai masalah teknis dan estetik, gangguan pada
hubungan antar rahang dan gangguan periodontal bila gigi yang
mengalami ekstrusi menyentuh gingiva gigi antagonisnya.
Impaksi makanan juga dapat terjadi karena gigi yang erupsi tidak
berkontak baik dengan gigi sebelahnya. Selain itu, juga menyebabkan
gangguan pada hubungan oklusal. Selain itu, juga terjadi pemutusan
lengkung oklusal karena posisi gigi yang hilang akan ditempati oleh gigi
yang ekstrusi.

D. Cara Mengukur Besar Ektrusi gigi


Cara mengukur besar ekstrusi untuk rahang atas adalah dengan
menggunakan pedoman penyusunan gigi posterior rahang atas yaitu
membuat garis (bidang oklusal) dari cusp tip gigi kaninus, premolar 1 dan
premolar 2. Berdasarkan panduan penyusunan gigi posterior, cusp bukal
gigi premolar 1, premolar 2 dan cusp mesiopalatal molar 1 menyentuh
bidang oklusal sedangkan cusp mesiobukal molar 1 terangkat 0,75 mm
dari bidang oklusal. Cusp distopalatal molar 1, cusp mesiopalatal dan
mesiobukal molar 2 terangkat 1 mm dari bidang oklusal, serta cusp
distobukal molar 2 terangkat paling tinggi yaitu 1,5 mm dari bidang
oklusal. Bila gigi tersebut melebihi batas normal dinyatakan ekstrusi.
Pengukuran besar ekstrusi untuk rahang bawah mengikuti
pedoman pengukuran kedalaman kurva Spee berdasarkan penelitian Hui
Xu et al adalah buat garis referensi yaitu suatu garis yang menghubungkan
cusp bukal kaninus dan cusp tip distobukal molar 2. Kemudian buat garis-
garis yang tegak lurus dari garis referensi tersebut ke cusp tip gigi
premolar 1 dan 2, molar 1 dan mesiobukal molar 2. Hasil penelitian Hui
Xu et al menunjukkan kedalaman kurva Spee adalah 1,9 mm yang dilihat
dari cusp tip mesiobukal molar 1. Bila gigi molar 1 melebihi 1,9 mm di
bawah garis referensi, maka gigi molar 1 tersebut dinyatakan ekstrusi.

E. Rencana perawatan
1. Konservatif
Pada kelompok perawatan ini, gigi yang supraerupsi biasanya
melampaui bidang oklusal dari 0,1 mm hingga 4 mm. Dapat diberikan
perawatan sebagai berikut:
a. Removable acrylic appliance
Pada pendekatan ini, gigi yang supraerupsi dapat dikoreksi
menggunakan suatu alat lepasan, seperti modified posterior bite
plane appliance (MPBP), yang dibentuk dengan retensi
menggunakan call-end clasp untuk gigi molar maksila yang
supraerupsi sejalan dengan penggunaan alat ortondonti cekat.
Penggunaan MPBP memiliki beberapa keuntungan:
- Gaya fisiologisnya menghasilkan resorpsi akar yang minimal
- Tidak invasif dan lebih cost-effective dibanding intrusi
menggunakan mini-implant
- Dapat mereduksi buccal flaring dibandingkan dengaan
penggunaan bracket di oklusal untuk intrusi
- Meminimalkan ketidaknyamanan pasien
- Mudah dilepas dan dibersihkan
- Menurunkan waktu perawatan
- Dapat meng-intrusi lebih dari satu gigi pada satu waktu
- Dapat dimodifikasi dengan menambahkan gigi akrilik pada alat
- Dapat di reaktivasi dengan meningkatkan tinggi alat dengan
cara menambahkan akrilik self-cure pada permukaan
oklusalnya

Terkadang, penggunaan alat lepasan atau splin untuk manajemen gigi


supraerupsi pada pasien tanpa disfungsi temporomandibula tidak disarankan
karena dapat meningkatkan tanda dan gejela berkaitan dengan penggunaan alat
daripada meningkatkan dimensi vertikal oklusal.

b. Fixed composite bite plane


Pada kasus ruang posterior yang kecil, koreksi gigi
supraerupsi dapat dilakukan menggunakan suatu reinforced direct
composite plate untuk meng-intrusi gigi premolar maksila.
Kemudian, ruang tersebut dapat di restorasi menggunakan suatu
protesa cekat. Tipe perawatan ini dapat berlangsung satu tahun atau
lebih.
c. Intrusion only
Tipe perawatan ini dapat dilakukan menggunakan intrusi
ortodontik saja atau dengan kombinasi menggunakan mini-implant
sebagai penjangkarannya. Perawatan ini utamanya bergantung pada
temporary skeletal anchorage devices dan miniscrew implants for
skeletal anchorage. Hal ini dapat dilakukan setelah perawatan
orthodontik, tanpa perawatan orthodontik, atau dengan perawatan
orthodontik segmental seperti edge-wise arches. Perawatan ini
dipertimbangkan sebagai perawatan yang terbaik untuk meng-
intrusi gigi daripada reduksi prostodontik atau ekstrasi gigi yang
ekstrusi. Alat ini memperlihatkan gaya yang ringan, kontinu, dapat
dikontrol tanpa menyebabkan pergerakan resiprokal dari gigi lain
dan menciptakan ruang interoklusal untuk menggantikan gigi yang
hilang dengan pembuatan protesa cekat. Alat ini dapat digunakan
untuk meng-intrusi gigi rahang atas, rahang bawah, dan gigi
anterior.
Keuntungan:
- Tidak invasif dan tidak mahal
- Memberikan gaya immediate untuk meng-intrusi gigi
supraerupsi
- Membutuhkan perawatan di dokter gigi
- Menstimulasi kekooperatifan pasien
- Memperlihatkan respon biologis yang baik dari gigi dan
struktur tulang serta jaringan lunak disekitar area intrusi
- Gigi tetap terlihat normal dan vitalitas serta kesehatan
periodontal dapat terjaga

Untuk keseluruhan, hasil perawatan ini adalah sangat baik dalam


beberapa jarak follow up.

2. Semikonservatif
Tipe perawatan untuk gigi supraerupsi utamanya berdasarkan dari
jarak supraerupsinya. Apabila supraerupsi diantara 0,1-2 mm, dapat
dirawat dengan enameloplasty atau coronoplasty. Apabila supraerupsi
melebihi 1,5 mm dapat dikoreksi menggunakan intentional root canal
treatment (RCT) diikuti dengan endocrown, intrusi diikuti dengan
RCT, atau dengan reduksi gigi supraerupsi diikuti dengan intentional
RCT pada gigi rahang atau atau rahang bawah.
a. Enameloplasty atau coronoplasty
Pendekatan ini adalah reduksi selektif pada occlusal
interference. Hal ini merupakan perubahan langsung dan
irreversibel pada skema oklusi. Fungsi dari occlusal adjustment
adalah untuk mengeliminasi gaya oklusal yang berbahaya. Tujuan
dari coronoplasty adalah tindakan perawatan untuk mengeliminasi
secara mekanis semua supra kontak oklusal pada function atau
parafunction habits. Tujuan lain yaitu untuk mencegah trauma
oklusi, menyediakan suatu oklusi yang stabil dan skema oklusi,
serta meningkatkan hubungan fungsional antara gigi.
Tahapan klinis coronoplasty/enameloplasty atau
dentoplasty
Metode ini dapat secara efektif mereduksi diskrepansi oklusal pada
gigi dengan ekstrusi ringan hingga sedang. Kira-kira 0,1-1,5 mm
enamel dapat direduksi. Reduksi ini dapat dipolish atau reshaped
dengan restorasi komposit dan dapat dibentuk dengan reshaping
single cusp untuk meningkatkan bidang oklusal.
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut:
1. Menghilangkan retrusive prematurities dan mengeliminasi
deflective shift dari retruded cuspal position ke intercuspal
position (ICP).
2. Menyesuaikan ICP ke posisi yang stabil, simultan, dan kontak
Gambar.3. Under certain circumstances, a
yang terdistribusidiscrepancy
dengan luas.
in the occlusal plane (a) can be
corrected using enameloplasty (b)
3. Melakukan pemeriksaan untuk kontak yang berlebihan
(fremitus) pada gigi insisif
4. Menghilangkan kontak supraerupsi posterior dan memperoleh
kontak yang terdistribusi bilateral pada gigi anterior.
5. Menghilangkan atau mengurangi mediotrusive (balancing)
interferences.
6. Mengurangi excessive cusp steepness pada kontak laterorusion
(working).
7. Mengeliminasi disharmoni oklusal yang buruk.
8. Melakukan pengecekan ulang hubungan kontak gigi.
9. Melakukan polishing pada permukaan yang kasar.

Pada beberapa kasus, klinisi dapat sedikit meningkatkan


reduksi, sehingga jumlah minimal dentin dapat dihilangkan dan
ditutup kembali dengan restorasi komposit atau glass ionomer.
Grooving biasanya dilakukan menggunakan bur tapered diamond dan
menghasilkan restorasi pada kedalaman developmental grooves.
Spheroiding dilakukan menggunakan light paint brush stroke, proses
ini merestorasi kontur asli gigi saat mereduksi kontak yang berlebih.
Pointing dilakukan untuk merestorasi kontur titik cusp.
b. Endocrowns with intentional RCT
Hasil dari percobaan klinis memperlihatkan bahwa klinisi dapat
merestorasi gigi menggunakan endocrown untuk memperoleh
restorasi jangka panjang bagi pasien. Endocrown setelah
intentional RCT adalah pilihan yang baik untuk merestorasi gigi
posterior supraerupsi yang dirawat endodontic dengan mahkota
klinis yang pendek dan untuk gigi dimana anatomi akarnya
menghalangi penggunaan post and core. Peningkatan baru
mekanisme bonding dan perkembangan pada teknologi ceramic
dan adhesive meningkatkan reliabilitas endocrown sebagai pilihan

Gambar. 4. If a tooth has


extruded more than 2 mm
(a), placement of a crown (b
and c) may be indicated.
perawatan.

c. Intrusion with RCT and crowning


Pada beberapa kasus, keberhasilan perawatan gigi
supraerupsi dengan resesi gingiva yang parah dapat membutuhkan
suatu pendekatan multidisiplin. Setelah terapi periodontal
nonsurgical dan intentional RCT, ruang ekstrusi pada gigi molar
maksila dapat dikoreksi menggunakan suatu microimplant diikuti
dengan menutup resesi gingiva dan protesa cekat untuk
menggantikan gigi yang diekstraksi.
d. Reduction of teeth with intentional RCT and crowning
Gigi supraerupsi direduksi, diikuti dengan RCT, crown
lengthening, dan crowning. Tahapan ini dilakukan untuk
menciptakan hasil yang stabil, jangka panjang serta estetis.
Stabilitas jangka panjang tinggi tulang marginal, gingiva, dan
status gigi yang diberikan terapi endodontic diikuti crown
lengthening dan restorasi akhir dievaluasi. CL adalah prosedur
prediktif untuk koreksi gigi supraerupsi pada rahang atas dan
rahang bawah dengan survival rate 100% lebih dari 24-96 bulan.

e. Crown lengthening with crowning


Gigi dengan mahkota klinis yang pendek dapat menjalani
RCT diikuti dengan osseus CL resection dan protesa akhir dengan
equigingival margins yang bertahan dalam durasi yang panjang
dengan jaringan gingiva serta tinggi tulang yang stabil. Tipe
perawatan ini dapat diprediksi digunakan untuk mengkoreksi gigi
yang supraerupsi dan untuk memperoleh ruang interarch sebagai
tujuan prostetik. Perawatan ini menghasilkan prognosis jangka
panjang protesa yang baik.

3. Nonconservative Treatment
Pada kategori ini, gigi supraerupsi yang berada 4mm atau lebih
dari bidang oklusal dapat dikoreksi dengan orthognathic surgery atau
pencabutan. Kategori ini melibatkan beberapa perawatan sebagai
berikut.
a. Orthognathic surgical treatment
Pada pendekatan ini, posterior maxillary segmental
osteotomy (PMSO) dapat efektif dalam mengkoreksi gigi
supraerupsi dengan ekstrusi dentoalveolar. Teknik ini sederhana,
aman, dan cepat namun teliti sehingga dapat memperoleh hasil
surgikal yang baik namun oklusi akhir yang buruk. Beberapa
distorsi dapat terjadi dalam berbagai tahapan surgery. Dengan
demikian, penggunaan surgical guide dalam bentuk acrylic splint
adalah penting untuk memperoleh oklusi akhir yang baik.
Penempatan suatu orthodontic arch wire atau interim denture dapat
mencegah resiko perpindahan dalam dimensi transversal dan
vertikal. Teknik PMSO direkomendasikan untuk menyediakan
ruang interarch yang adekuat terhadap adanya gigi posterior yang
supraerupsi dan biasanya dilakukan dalam kondisi anestesi umum.
Melalui teknik ini, perkiraan 4mm atau lebih ruang interproksimal
dapat diperoleh, hasil ini dapat menyediakan ruang untuk restorasi
prostetik di rahang antagonisnya. Hasil dari teknik ini stabil tanpa
komplikasi dalam 16-18 bulan post-operatif.

b. Corticotomy
Metode ini adalah pendekatan yang efektif untuk
memperoleh intrusi gigi yang supraerupsi tanpa efek samping
menggunakan skeletal anchorage. Perawatan ini cepat dan
menyediakan hasil yang dapat diprediksi saat dilakukan melalui
ultrasonic piezoelectric surgery, yang mana lebih aman dan
memberikan trauma minimal terhadap tulang daripada teknik lain
untuk osteotomy.

c. Intentional Replantation (Replantasi Intensional)


Merupakan prosedur dimana dilakukan ekstraksi gigi yang
sengaja dilakukan, kemudian diikuti dengan reinsersi gigi, dan
nantinya dilakukan perawatan saluran akar. Biasanya tindakan ini
merupakan perawatan terakhir, jika semua perawatan yang telah
dilakukan telah gagal atau memiliki prognosis yang buruk.

d. Extractions
Metode ini dilakukan untuk kasus resorpsi atau kehilangan
dukungan tulang alveolar disekitar gigi supraerupsi, seperti
keterlibatan furkasi, atau untuk kasus dimana supraerupsi
menghasilkan rasio mahkota/akar yang tidak adekuat. Pencabutan
gigi direkomendasikan apabila gigi tersebut bukanlah suatu kunci
dalam perawatan estetik nantinya.
Daftar Pustaka

1. Cherniavskih VI. Techniques for Management of Supraerupted Teeth Prior to


Prosthetic Treatment: Updated Review. Biosci Biotechnol Res Commun.
2020;13(1):15–22.
2. Xu H, Suzuki T, Muronoi M, Ooya K. An evaluation of the curve of Spee in
the maxilla and mandible of human permanent healthy dentitions. J Prosthet
Dent. 2004;92(6):536–9.
3. Rodney D. Phoenix. 2004. Stewart's Clinical Removable Partial Prosthodontic.
4th ed. p 195-196

Anda mungkin juga menyukai