Anda di halaman 1dari 29

II.1.

SINGLE COMPLETE DENTURE


II.1.1 DEFINISI SINGLE COMPLETE DENTURE
Gigi Tiruan Penuh Tunggal merupakan GTP pada salah satu Rahang, yaitu Rahang
Atas atau Rahang Bawah saja.

II.1.2 INDIKASI SINGLE COMPLETE DENTURE


Pasien dengan diskrepansi ukuran rahang yang membutuhkan complete denture
Pasien dengan inoperable cleft atau palatum yang perforasi palatum hal ini
disarankan untuk mepertahankan gigi pada maxillary arch. Hal ini disebabkan
karena conventional maxillary complete denture akan gagal karena tidak ada
peripheral seal

II.1.3 KONTRAINDIKASI SINGLE COMPLETE DENTURE


Kenapa single complete denture sulit dibuat ?
1. Adanya kekuatan yang berlebih dari gigi antagonis asli cenderung memindahkan
posisi gigi dari tempat semula.
2. Kekuatan yang besar dari gigi asli (khususnya gigi anterior) cenderung
menghasilkan resorpsi residual ridge yang parah, membuat retensi dan stabilisasi
denture susah didapat.
3. Gigi malposisi (ekstrusi, tipping, rotasi) menyebabkan denture kurang stabil.

II.1.4 KERUGIAN SINGLE COMPLETE DENTURE


Malposisi, tipped atau supra erupted pada rahang bawah yang akan menggangu
keseimbangan oklusi. Ketidakseimbangan oklusi akan menyebabkan perubahan
maxilla, dan ridge resoption
Penggunaan gigi akrilik yang berantagonis dengan gigi asli,gigi akrillik akan
mengalami abrasi sementara apabila gigi porselen digunakan dengan
berantagonis gigi asli, maka gigi asli akan mengalami abrasi
II.1.5 KLAFISIKASI SINGLE COMPLETE DENTURE
Maxillary complete denture opposing a complete natural dentition
Maxillary complete denture opposing a mandibular partial denture
Mandibular complete denture opposing a maxillary natural dentition
Mandibular complete denture opposing a maxillary partial denture
II.1.6 MACAM DESAIN SINGLE COMPLETE DENTURE
1. GTP rahang bawah berhadapan dengan gigi-gigi asli rahang atas
Kehilangan seluruh gigi asli pada rahang bawah umumnya terjadi sebagai akibat
tindakan bedah atau trauma. Dengan tujuan:
-preservasi residual alveolar ridge rahang bawah
-kebutuhan untuk mempertahankan gigi-gigi rahang atas
-mental trauma
2. GTP rahang atas berhadapan dengan gigi asli rahang bawah
3. GTP rahang atas berhadapan dengan GTC/GTSL rahang bawah

4. GTP rahang atas berhadapan dengan GTP rahang bawah yang lama
OVERDENTURES
Definisi overdentures
1. Merupakan protesa yang dirancang untuk menutup secara lengkap suatu gigi atau
akar yang telah dipreparasi.( Kamus Kedokteran Gigi F.J Harty)
2. Merupakan complete denture yang sebagian didukung oleh gigi asli (Alfred
H.Geering,dkk)
3. Merupakan protesa lepasan yang menutupi seluruh permukaan oklusal dari sebuah
akar atau implan (Harold W.Preiskel)
4. Overdenture memiliki kelebihan dibandingkan complete denture pada kekuatan gigit,
efektifitas mengunyah dan menahan tekanan, dan ketika ada beberapa gigi yang
menahan beban kunyah maka jaringan pendukung akan lebih terjaga

Tujuan umum overdenture


Dengan menyisakan akar-akar geligi pada rahang dapat memperlambat atau mencegah
resorpsi dari residual ridge, yang tak terelakkan (pasti terjadi) paska ekstraksi gigi.

Pertimbangan klinis penggunaan overdentures


1. Kondisi periodontal dan prognosisnya
2. Distribusi geligi yang tersisa
3. Oral hygene
4. Kondisi residual ridge
5. Fungsi neuromuskular
6. Riwayat kesehatan umum

Pertimbangan non klinis penggunaan overdentures


1. Sikap pasien terhadap pemakaian overdenture (keoperatifan)
2. Kondisi finansial pasien
3. Status psikososial

Indikasi overdentures:
1. Dilakukan pada kasus proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge pada
maxilla/ untuk pengurangan processus alveolar yang mengalami elongasi
2. Paling banyak dilakukan pada maloklusi kelas II divisi I
3. Untuk mengeluarkan pus dari suatu abses pada gigi
4. Untuk preparasi rahang untuk tujuan prostetik memperkuat stabilitasdan retensi
GT
5. Menghilangkan alveolar ridge yang runcing
6. Menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan prutesa yang stabil dan enak dipakai
7. Untuk eksisi eksostosis
8. Menghilangkan interseptal bone disease
9. Untuk undercut
10. Untuk keperluan perawatan endodontik, bila pemakaian orto tidak maksimal
11. Untuk penyakit perio yang parah yang mengakibatkan kelangan sebagian kecil
tulang alveolar
12. Ektraksi gigi yang traumatik, maupun karena trauma eksternal
13. Tersisa paling sedikit satu gigi yang masih dapat dipertahankan.
14. Kebersihan mulut yang cukup baik untuk menghambat atau mencegah karies yang
cepat atau kerusakan jaringan periodontal.
15. Jika prognosa untuk pemakaian gigi tiruan lengkap yang buruk karena adanya
resorpsi linggir yang berat, xerostomia, refleks muntah yang berat, kemampuan
belajar yang kurang, faktor psikologis dll.
16. Kerusakan gigi tersisa akan menjadi lebih parah oleh tipe perawatan yang lain.
17. Tidak ada tipe perawatan prostetik yang menjanjikan hasil perawatan yang lebih
baik, sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Kontra indikasi overdentures:


1. Apabila pembuatan gigi tiruan dengan metode lain prognosanya lebih baik
2. Bila pasien tidak dapat memelihara gigi penyangga dan jaringan sekelilingnya,
sehingga kehilangan gigi-geligi tidak dapat dihindarkan.
3. Overdenture kontraindikasi ketika metode lainnya sanggup memberikan hasil lebih
baik.
4. Secara psikologis pasien tidak dapat menerima tipe denture lepasan.
5. Ketika pasien tidak dapat menjaga gigi penyangga dan jaringan periodontal
disekitarnya.

Examination, Diagnosis and Treatment Planning


1. History and Records
a. Medical History
Penyakit debilitating dan gangguan psikiatri bisa mengganggu kemampuan
pasien untuk bisa menjaga kebersihan mulut. Kedua hal ini merupakan
kontraindikasi pembuatan overdenture.
b. Dental History
Perlu diketahui bagaimana usaha yang dilakukan pasien dirumah dalam menjaga
kebersihan mulut meliputi metode, material dan frekuensi untuk melihat status
oral hygiene pasien.pasien dengan oral hygiene yang baik memiliki prognosis
penggunaan overdenture yang lebih baik.
c. Pretreatment Records
Cetakan akurat untuk diagnose digunakan untuk sumber informasi pemilihan gigi
abutment. Oklusi harus dianalisis untuk melihat apakah ada kontak oklusal yang
deflektif. Informasi yang diperoleh dari cetakan diagnostic adalah hubungan antar
rahang, tuberositas, tori, ruang denture yang tersedia, undercut pada jaringan
dan ukuran untuk panduan penyusunan gigi.
2. Examination
a. Visual and Digital Examination
Yang perlu diperiksa secra visual adalah rongga mulut, lidah, gigi, bibir, mukosa
bukal, gingival, dasar mulut, palatum lunak dank eras dan dilihat apakah ada
perubahan yang disebabkan keadaan patologis pada bagian tersebut.
Pemeriksaan digital untuk melihat eksostosis, ridge mylohyoid yang tajam, dan
tuberositas yang displaceable. Adanya undercut pada jaringan harus dikoreksi
secara bedah sebelum perawatan overdenture.
b. Dental Examination
Lesi karies dan restorasi harus dicatat. Gigi hilang dan kondisi ruangnya harus
diperhatikan. Oklusi, adanya kebiasaan bruxism atau kebiasaan lidah yang
kurang baik juga harus dilihat.
c. Periodontal Examination
Adanya kehilangan tulang dan periodontal pocket merupakan karaokteristik dari
penyakit periodontal.
d. Radiographic Examinatiuon
Periapikal radiografi digunakan untuk seleksi pemilihan gigi abutment.
Sedangkan foto panoramic penting untuk melihat apakah dukungan tulang
terdesia, gigi impaksi, ritasi mahkota-akar, patologi apical, lesi radiolusen dan
radiopak, status perawatan endodontic sebelumnya, potensi perawatan
endodontic dan keadaan jaringan periodonsium.
3. Konsultasi
Dokter gigi harus melakukan konsultasi dengan periodontist dan endodontist terkait
perawatan pada gigi abutment.
4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari hasil cetakan, pemeriksaan radiograf, riwayat pasien,
laporan laboratorium, pemeriksaan dan konsultasi.
5. Treatment Planning
a. Patient Conference
Semua prosedur perawatan yang akan dilakukan harus dijelaskan kepada
pasien, meliputi lama perawatan, rasa ketidaknyamanan, risiko, metode
alternative perawatan dan tujuan serta keuntungannya.
b. Tipe Denture
Immediate overdenture
Transitional overdenture
Remote overdenture
c. Abutment Selection
Gigi yang akan dijadikan abutment harus dievaluasi :
Status periodontal
Gigi abutment harus memiliki mobilitas gigi yang minimal, dukungan
tulang yang adekuat dan bisa dilakukan perawatan periodontal.
Kavitas karies
Idealnya ggi abutment tidak atau memiliki karies yang minimal.
Potensial perawatan endodontic
Perawatan endodontic direkomendasikan untuk gigi abutment
overdenture. Kesuksesan perawatan ini memiliki kontribusi pada estetik
dengan adanya reduksi gigi abutment dan menggantinya dengan ukuran
dan bentuk yang hampir sama.
Pertimbangan posisi
Gigi abutment pada satu rahang bisa memberikan distribusi tekanan yang
idela seperti 2 kaninus dan 2 premolar kedua dalam 1 lengkung rahang.

Pemilihan gigi penyangga


Menurut Brewwer AA, dkk. Pemilihan gigi penangga didasarkan pada kriteria:
1. Status periodontal
- Gigi penyangga harus memiliki periodontal yang sehat sebelum overdenture
dibuat. Kriteria:
Tanpa saku periodontal yang dalam (kurang dari 3 mm dari apeks)
Ketinggian tulang yang cukup (apabila kurang dari 25% maka gigi
dicabut)
Mempunyai gingiva cekat yang lebar
Pergerakannya tidak bertambah setelah diperpendek.
2. Aktivitas karies
- Sebaiknya dipilih gigi-geligi tanpa karies, namun gigi-geligi yang sudah
diserang karies bukan merupakan kontraindikasi sebagai gigi penyangga.
3. Potensi untuk perawatan endodontik
- Setiap gigi yang dapat dirawat endodontik dapat dijadikan sebagai gigi
penyangga overdenture, namun bila gigi berakar tunggal lebih disukai karena
lebih sederhana dan gigi2 tersebut (canin dan premolar) dapat menahan
banyak tekanan pengunyahan.
- Rasio mahkota-akar diperbaiki setelah perawatan ortho.
- Perawatan ini memungkinkan penggunaan gigi yang malposisi, mobilitas, gigi
yang sudah mengalami hemiseksi dan amputasi akar.
4. Pertimbangan letak gigi penyangga
- Adanya gigi-geligi pada 2 sisi dari lengkung rahang akan lebih baik, hal ini
memberi stabilitas pada lengkung rahang yang berseberangan.
- Tujuan dari pembuatan overdenture adalah untuk mempertahankan tulang
rahang dari resopsi, maka gigi penyangga yang dipilih sebaiknya memiliki
antagonis yang asli.
- Idealnya situasi yang paling baik adalah memiliki 4 gigi penyangga pada
setiap rahang, misalnya 2 kanin dan 2 premolar. Penyebaran ini
memungkiinkan stabilitas dan dukungan maksilmal pada overdenture yang
benar-benar didukung oleh gigi.
- Bila terdapat 3 gigi penyangga diusahakan untuk memperoleh keadaan
dimana terdapat 1 gigi penyangga di depan sedangkan yang lain di bagian
sisi kiri dan kanan, tetapi apabila hanya terdapat 2 gigi penyangga makan
lebih baik posisinya pada kedua sisi rahang untuk menciptakan dukungan
yang optimal.
- Gigi-gigi insisiv bawah dan insisiv 2 atas tidak ideal sebagai penayangga
karen apermukaan ligamen periodontalnya lebih sempit. Selain itu,
kenyataannya bahwa pencabutan gigi-gigi ini dapat menghilangkan perlunya
membersihkan gigi penyangga yang berdekatan.
- Gigi penyangga yang tidak berdekatan biasanya hasilnya lebih baik. Satu
kanin dan satu premolar pertama berdekatan , tidak memberikan dukungan
yang lebih daripada satu gigi penyangga. Kadang-kadang gigi penyangga
yang berdekatan lebih sulit bagi pasien untuk membersihkannya dan
keberadaannya menyulitkan penyusunan gigi pada overdenture.

Persiapan rongga mulut sebelum Overdenture


Prosedur Periodontal
Merupakan hal yang paling penting dalam persiapan sebelum membuat overdenture, dalam
prosedur ini akan mempengaruhi apakah jaringan periodontium dapat terjaga tetap sehat
dalam menahan tekanan dari overdenture.
Terdapat 2 tindakan
1. Initial therapy (hygiene phase)
Tahapan untuk membersihkan rongga mulut melalui dental prophylaxis, scaling, root
planning, excavasi karies dan tambalan sementara, eliminasi iritasi gingiva
iatrogenic, eliminasi trauma karena denture yang kurang pas, instruksi untuk
meningkatkan OH.
2. Periodontal surgery
Ketika initial therapy sudah tercapai dan hasilnya positif, maka periodontal surgery
bisa dilakukan, diantaranya yaitu:
- Root planning dengan akses visual langsung
- Reduksi poket periodontal dengan gingivektomi atau flap
- Surgical untuk pemanjangan mahkota
- Melebarkan attached gingiva melalui mucogingival surgery
Konsekuensi jika tidak dilakukan prosedur periodontal Perdarahan, resesi gingiva,
Inflamasi gingiva, tarikan dari moveable mucosa
3. Akibat persiapan periodontal yang tidak sempurna
- Perdarahan disertai inflamasi gusi di sekitar gigi penyangga.
- Resesi gusi: jaringan rusak yang terinflamasi selama preparasi selama
preparasi gigi secara perlahan akan membaik dan resesi gusi muncul.
Hiperplasi gusi dan jaringan granulasi bertambah.

Prosedur prostetik tahap awal


- Tujuan: untuk menoong jaringan pendukung GT dan sistem neuromuskular
sehingga kondisinya menjadi baik yang memungkinkan untuk menerima
adanya suatu overenture.
- Prosedur prostetik meliputi: (penjelasan pada makalah)
Perubahan suatu GT sebagian menjadi overdenture
provisional/sementara
Modifikasi GT yang sudah ada
Perawatan awal dengan suatu GTSL
Prosedur diagnostik fungsional

Prosedur bedah
- Urutan prosedur bedah yang mungkin diperlukan dalam mempersiapkan
pasien untuk memakai overdenture meliputi hampir seluruh tindakan bedah
mulut, misalnya pada hasil foto radiologis 25 % kasus menunjukkan temuan
yang memerlukan tindakan bedah seperti fraktur ujung kara gigi, gigi impaksi,
kista, dan kelainan lain/ di atas tulang.
- Meliputi:
Pencabutan gigi yang sudah tidak bisa diharapkan lagi. Nila dilakukan
tindakan tersebut, maka manfaatnya harus diambil untuk
meningkatkan kondisi periodontal dari gigi-gigi tetangganya yang
diselamatkan yaitu dengan cara skalling terbuka/tertutup, eksisi/flap.
Koreksi bedah prostetik dari jaringan lunak seperti: eksisi fibroma,
frenektomi labial dan bukal dan memperdalam vestibulum seringkali
diperlukan dalam mempersiapkan lingir dengan kehilangan sebagian
gigi intuk menerima suatu overdenture.
- Setiap intervensi bedah menghasilkan beberapa resopsi tulang lokal dan
pengerutan mukosa. Untuk alasan ini, maka pembedahan harus
direncanakan sejak awal paling tidak bulan sebelum protesa definitif.

Prosedur endodontik
- Perawatan endodontik diperlukan karena gigi akan diperpendek sampai
hampir setinggi gusi/ karena bagian dari saluran akar memerlukan suatu
pasak/sekrup/ karen agigi non vital dan tidak terdapat pengisian SA yang
sempurna.
- Guttap point digunakan dengan suatu sealer SA yang menambah kepastian
penutupan lengkap dari saluran akan tetapi hal-hal berikut harus
diperhatikan:
Saat saluran akar diekskavasi untuk membentuk suatu ruang, maka
guttap point tidak boleh seluruhnya terangkat.
Perhatian khusus harus dilakukan saat preparasi ruang untuk pasak di
dekat apeks untuk memastikan bahwa tidak terjadi perdorongan
guttap ke apeks.

Tipe - tipe Overdentures

a. Immediate Overdenture
Dibuat untuk insersi segera setelah kehilangan beberapa gigi.
Digunakan ketika pasien memiliki banyak gigi yang tidak bisa diharapkan.
Gigi penyangga dipilih dan dirawat, dan overdenture diinsersikan sebagai penggantian
segera.
Dapat digunakan untuk beberapa tahun.
Sebagian besar pasien dapat menerima immediate overdenture.

b. Transitional Overdenture
Diperoleh dengan mengubah denture sebagian lepasan yang sudah ada.

c. Remote Overdenture
Dibuat untuk insersi pada beberapa rentang waktu yang jauh dari kehilangan gigi.
Untuk pasien dengan gigi yang sedikit tersisa, yang semuanya dijadikan penyangga.
Gigi penyangga dapat dirawat endodontik, dipreparasi, dan diberikan coping pelindung
sebelum remote overdenture dibuat.

Elemen-elemen Pendukung Overdenture

Unsur-unsur pendukung overdenture adalah semua yang berperan menyalurkan


daya kunyah ke periodontal.
Metode yang paling sederhana dan murah untuk menambah dukungan pada
overdenture dari giig tersisa adalah menutup akar yang telh dirawat endo dengan
amalgam,komposit, atau GIC.
Akar-akar gigi yang hanya berperan sebagai unsur pendukung sering kali ditutup
koping emas pelindung untuk mencegah karies.
Jika gigi penyangga telah dipendekkan sampai setinggi gusi, koping harus
dihubungkan ke saluran akar oleh sebuah post atau inlay sentral.
Jika gigi yang telah dipreparasi berada pada beberapa milimeter di atas puncak
linggir, koping emas tidak memerlukan tambahan retensi dari pasak.
Pada pasien usia lanjut, pulpa telah menyusut sehingga gigi dapat dipendekkan
tanpa devitalisasi.
Koping akar berbentuk kupah juga dapat dipertimbangkan bila ruangan yang tersedia
tidak cukup untuk kaitan dan tambahan retensi gigi tiruan sama sekali tidak
diperlukan.
Mempertahankan akar gigi pada tempatnya sebagai unsur pendukung membantu
mempertahankan kontur linggir sehingga penampilan gigi tiruan jauh lebih baik.
Untuk pendukung seperti itu, dapat menciptakan stabilitas yang lebih baik untuk
protesa dengan menambah permukaan dukungan periodontal.
Unsur pendukung tersebut tidak memperlihatkan seberapa banyak unsur pendukung
di atas gusi, unsur pendukung menonjol di atas gusi,unsur pendukung mengalami
sedikit atau tanpa daya memotong.
Untuk alasan inilah akar dengan keterlibatan perio yang beratpun dapat berguna
untuk jangka panjang sebagai unsur pendukung dengan syarat akar tersebut telah
mendapat perawatan periodontal yang tepat.

Prognosis
Prognosis tergantung dari bagaimana pasien memelihara kebersihan mulut paska insersi
overdenture

Keuntungan dan Kerugian Overdenture


1. Keuntungan
a. Fungsi stabilitas yang lebih bak
b. Retensi baik
c. Peningkatan efisiensi pengunyahan karena stabilitas dan retensi yang baik
d. Tekanan pada mukosa berkurang
e. Mudah beradaptasi
f. Mudah untuk diperbaiki
g. Bisa dibentuk roofless pada overdenture maksila
h. Estetik baik
i. Prosedur yang familiar bagu teknisi dan dokter gigi
j. Memudahkan pengukuran dimensi oklusi vertical
2. Kerugian
a. Mahal
b. Bulky daripada fixed atau removable partial denture
c. Beberapa pasien lebih memilih fixed partial denture
d. Bila pasien tidak bisa menjaga kebersihan mulut, akan terjadi karies dan penyakit
periodontal
e. Adanya soft tissue undercuts berpengaruh pada kurannya retensi dan
buruknya estetik
f. Breakage of denture tipis dan tekanan terkonsentrasi diatas abutments

Follow up care for the overdenture patient


Root Caries
Terjadi pada lebih dari 30% gigi abutment yang tak terlindungi dan 15% dari mereka
tidak ditutupi oleh root copings.
Faktor yang mendukung onset karies akar : kehilangan periodontal attachment,
asupan tinggi dari karbohidrat yang difermentasi dan xerostomia karena sebab
apapun.
Diagnosis dan pencegahan:
Aplikasikan flouride harian baik dengan flouride rinsing solution atau dengan
flouride gel.
Gel dapat diaplikasikan secara langsung pada abutment dengan jari, sikat
gigi/ujung kapas atau tidak secara langsung dengan melapisi bagian dalam
denture sebelum ditempatkan.
Karies terdeteksi dengan explorer saat pemeriksaan klinis.
Ro: hanya menentukan lokasi lesi pada permukaan proximal, membantu
menentukan kedalamannya.
Terapi:
Localized supra-alveolar root caries: biasanya dapat diekskavasasi dan
kerusakan dirawat dengan material restorasi. Posisi kavitas mengakibatkan
kesulitan teknik manipulasi filling material tanpa kontaminasi.
Extensive supra-alveolar lesion, yang berada di bawah root copings jarang
bisa dirawat dengan direct restorasi.
Prognosis
Perawatan karies infra-alveolar : jarang menguntungkan terutama jika
dinding dari post space terlibat. Di sini, biaya-manfaat-ratio pengobatan
harus dievaluasi bahkan lebih kritis daripada dalam kasus lesi extensive
supra-alveolar.

Periodontal follow-up care


Recall examination
Kontrol pasien untuk deteksi awal periodontal dan lesi karies sangat penting untuk
overdenture pasien.
Kontrol I dijadwalkan 3 bulan setelah penempatan prosthesis. Setelah itu interval
kontrol ditentukan situasi individu. Jika OH optimum, periodontal resistance baik
dan tidak ada masalah dengan interaksi prosthetic ,intervalnya 12 bulan.
Pada semua kasus lain, kontrol tiap 6 bulan.
Pemeriksaan periodontal meliputi evaluasi kebersihan pasien dari abutment dan
denture, pengukuran kedalaman poket dan pergerakan gigi, menentukan lebar
attachment gingiva dan derajat inflamasi marginal gingiva.
Ro berkala pada gigi abutment membantu prognosisnya.

Maintenance therapy
Perawatan perodontal maintenance melibatkan lebih dari menghilangkan plak dan
kalkulus. Juga hampir selalu diperlukan memotivasi dan menginstruksi perawatan
yang baik di rumah pada pasien.
Waktu faktor penting. seberapa cepat lesi periodontal berkembang berhubungan
dengan kualitas OH dan tingkat stres pada gigi yang dikenai.
Penentuan prosedur periodontal lebih lanjut berdasarkan faktor yang sama yang
dipertimbangkan dalam evaluasi dan fase preliminary treatment
Setelah evaluasimenentukan prognosis lebih lanjut dari penyakit dan
memperkirakan keefektifan periodontal surgery dalam memperpanjang service life
dari prosthesis.
Evaluasi pertimbangan

Proses perencanaan terdapat 3 fase


Fase 1 menentukan sisa gigi yang memiliki prognosis baik dan buruk
Fase 2 Menentukan kegunaan dan kemanfaatan untuk mempertahankan gigi dari gigi
yang berprognosis baik (ditentukan oleh lokasi)
Fase 3 Menentukan rencana perawatan sesuai gigi yang tersisa dan bentuk yang
direncakan
II.6.4 KLASIFIKASI
II.6.4.1 ALVEOLEKTOMI
Pengertian Alveolektomi
Alveolectomy adalah pengurangan tulang soket dengan cara mengurangi plate
labial/bukal dari prosessus alveolar dengan pengambilan septum interdental dan
interadikuler. Atau Tindakan bedah radikal untuk mereduksi atau mengambil
procesus alveolus disertai dengan pengambilan septum interdental dan inter
radikuler sehingga bisa di laksanakan aposisi mukosa (Sandira, 2009).
Alveolektomi termasuk bagian dari bedah preprostetik, yaitu tindakan bedah yang
dilakukan untuk persiapan pemasangan protesa. Tujuan dari bedah preprostetik ini
adalah untuk mendapatkan protesa dengan retensi, stabilitas, estetik, dan fungsi
yang lebih baik. Tindakan pengurangan dan perbaikan tulang alveolar yang menonjol
atau tidak teratur untuk menghilangkan undercut yang dapat mengganggu
pemasangan protesa dilakukan dengan prinsip mempertahankan tulang yang tersisa
semaksimal mungkin. Seringkali seorang dokter gigi menemukan sejumlah masalah
dalam pembuatan protesa yang nyaman walaupun kondisi tersebut dapat diperbaiki
dengan prosedur bedah minor. Penonjolan tulang atau tidak teratur dapat
menyebabkan protesa tidak stabil yang dapat mempengaruhi kondisi tulang dan
jaringan lunak dibawahnya. (Ghosh, 2006).
Tujuan alveolektomi adalah :
1. Membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol
2. Membuang tulang interseptal yang sakit sewaktu dilakukan gingivektomy
3. Untuk membuat kontur tulang yang memudahkan pasien dalam
melaksanakan pengendalian plak yang efektif.
4. Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan gingival
setelah penymbuhan.
5. Untuk memudahkan penutupan luka primer.
6. Utuk membuka mahkota klinis tambahan agar dapat dilakukan restorasi yang
sesuai.
(Pedersen, 1996)
.
etiologi
Indikasi untuk prosedur ini sangat jarang dilakukan tetapi mungkin dilakukan saat
proyeksi gigi anterior dari ridge pada area premaksilaris akan menjadi masalah untuk
estetik dan kestabilan gigi tiruan pada masa yang mendatang. Maloklusi klass II
divisi I adalah tipe yang sangat memungkinkan untuk dilakukan prosedur ini (Wray,
2003).
Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi
1. Indikasi dari prosedur alveolektomi jarang dilakukan tetapi biasanya pada
dilakukan pada kasus proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge
pada maxilla(Wray et al,2003) atau untuk pengurangan prosesus alveolaris
yang mengalami elongasi (Thoma, 1969). Area yang berlebih tersebut dapat
menimbulkan masalah dalam estetik dan stabilitas gigi tiruan. Pembedahan
ini paling banyak dilakukan pada maloklusi kelas II divisi I (Wray et al,2003).
2. Alveolektomi juga dilakukan untuk mengeluarkan pus dari suatu abses pada
gigi.
3. Alveolektomi diindikasikan juga untuk preparasi rahang untuk tujuan prostetik
yaitu untuk memperkuat stabilitas dan retensi gigi tiruan (Thoma, 1969).
4. Menghilangkan alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan :
neuralgia,protesa tidak stabil,protesa sakit pada waktu dipakai.
5. Menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan protesa yang stabil dan enak
dipakai
6. Untuk eksisi eksostosis (Thoma, 1969).
7. Menghilangkan interseptal bonediseas.
8. Menghilangkan undercut.
9. Mendapatan spaceintermaksilaris yang diharap.
10. Untuk keperluan perawatan ortodontik,bila pemakaian alat ortho tidak
maksimal maka dilakukan alveolektomi
11. penyakit periodontal yang parah yang mengakibatkan kehilangan sebagian
kecil tulang alveolarnya.
12. ekstraksi gigi yang traumatik maupun karena trauma eksternal.
Kontra indikasi
Sedangkan kontra indikasi alveolektomi adalah :
1. Pasien dengan penyakit sistemik
2. Periostitis
3. Periodontitis
Klasifikasi
a) Simple alvolectomy
Setelah dilakukan multiple extractions, lapisan alveolar bukal dan tulang interseptal
diperiksa untuk mengetahui adanya protuberansia dan tepi yang tajam. Incisi dibuat
melintangi interseptal crests. Mukoperiosteum diangkat dengan hati-hati dari tulang
menggunakan Molt curet no.4 atau elevator periosteal. Kesulitan terletak pada
permulaan flap pada tepi tulang karena periosteum menempel pada akhiran tulang,
tetapi hal ini harus dilatih agar flap tidak lebih tinggi dari dua per tiga soket yang
kosong. Jika terlalu tinggi akan dapat melepaskan perlekatan lipatan mukobukal
dengan mudah, dengan konsekuensi hilangnya ruang untuk ketinggian denture
flange. Flap diekstraksi dengan hati-hati dan tepi dari gauze diletakkan di antara
tulang dan flap. Rongeur universal diletakkan pada setengah soket yang kosong, dan
lapisan alveolar bukal atau labial direseksi dengan ketinggian yang sama pada semua
soket. Rounger diposisikan pada sudut 45 di atas interseptal crest, satu ujung pada
masing-masing soket, dan ujung interseptal crest dihilangkan. Prosedur ini dilakukan
pada semua interseptal crests. Perdarahan tulang dikontrol dengan merotasi curet
kecil pada titik perdarahan. File ditarik secara ringan pada satu arah pemotongan
secara menyeluruh sehingga meratakan tulang. Partikel-partikel kecil dihilangkan,
gauze juga dilepaskan sehingga awalan flap terletak pada tulang, dan jari digesek-
gesekkan (dirabakan) pada permukaan mukosa untuk memeriksa kedataran tulang
alveolus. Lapisan bukal harus dibuat kontur kurang lebih setinggi lapisan palatal dan
dibuat meluas dan datar. Undercut pada bagian posterior atas dan anterior bawah
perlu deperhatikan. Sisa jaringan lunak dan jaringan granulasi kronis juga
dihilangkan dari flap bukal dan palatal, kemudian dijahit menutupi area interseptal
tetapi tidak menutupi soket yang terbuka. Penjahitan secara terputus atau kontinyu
dilakukan tanpa tekanan.
b) Radical alveolectomy
Pembentukan kontur tulang bagian radiks dari tulang alveolar diindikasikan karena
terdapat undercuts yang sangat menonjol, atau dalam beberapa hal, terdapat
perbedaan dalam hubungan horizontal berkenaan dgn rahang atas dan rahang
bawah yang disebabkan oleh overjet. Beberapa pasien mungkin memerlukan
pengurangan tulang labial untuk mendapatkan keberhasilan dalam perawatan
prostetik.
Dalam beberapa kasus, flap mukoperiosteal menjadi prioritas untuk melakukan
ekstraksi. Ekstraksi gigi, pertama dapat difasilitasi dengan menghilangkan tulang
labial diatas akar gigi. Penghilangan tulang ini juga akan menjaga tulang
intraradikular. Setelah itu sisa-sisa tulang dibentuk dan dihaluskan sesuai dengan
tinggi labial dan oklusal menggunakan chisel, rongeur dan file. Sisa jaringan pada
bagian flape labial dan palatal dihaluskan, yang diperkirakan akan menganggu atau
melanjutkan kelebihan sutura pada septa (continuoussutures over the septa).
Dalam penutupan flap, penting untuk menghilangkan jaringan pada area premolar
agar terjadi penuruan pengeluaran dari tulang labial. Dalam pembukaan flap yang
besar, harus dilakukan pemeliharaan yang tepat untuk memelihara perlekatan dari
lipatan mukobukal sebaik mungkin, atau selain itu penghilangan kelebihan flap yang
panjang harus dilakukan pada akhirnya. Jika flap tidak didukung dengan gigi tiruan
sementara (immediate denture) dan sisa jaringan tidak dihilangkan, tinggi dari
lapisan mukobukal akan berkurang secara drastis.
(Kruger, 1984)

Prosedur
Teknik untuk alveolektomi maksila dan mandibula:
1. Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum
harus dicek untuk memastikan bahwa telah terdapat kedalaman minimum
sebesar 10mm.Dari semua tepi gingival yang mengelilingi area yang akan
dihilangkan.
2. Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari puncak alveolar
pada titik di pertengahan antara permukaan buccal dan lingual dari gigi
terakhir pada satu garis, yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju ke
lipatan mukobukal pada sudut 450 setidaknya 15mm. tarik insisi ke area
dimana gigi tersebut sudah dicabut sebelumnya.
3. Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut
dengan jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang ditempelkan
pada tepi flap atau dengan tissue retactor.
4. Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga dari
seluruh area operasi.
5. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu
blade pada puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut yang akan
dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut
ke bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
6. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat menuju
lingual, sehingga plate bagian lingual dapat terlihat. Prosedur ini akan
memperlihatkan banyak tulang interseptal yang tajam.
7. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan end-
cutting rongeurs.
8. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone file.
Tahan bone file pada posisi yang sama sebagai straight operative chisel ,
pada posisi jari yang sama, dan file area tersebut pada dengan gerakan
mendorong.
9. Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula kecil tulang
atau struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket. Ulangi
prosedur ini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
10. Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan lunak,
dan ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab.
11. Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa tulang
dibawahnya telah dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih
sedikit dilapisi oleh jaringan lunak.
12. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya
terlihat overlap.
13. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari
telunjuk yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat
apakah ada penonjolan tajam yang tersisa pada alveolar ridge. Operator
dapat merasakannya dengan jari telunjuk.
14. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan dengan
bone fie.
15. Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan menggunakan
benang jahitan sutra hitam kontinyu nomor 000. Walaupun demikian, jahitan
interrupted juga dapat digunakan jika diinginkan
(Fragiskos, 2007)

Medikasi pasca bedah


a. Analgesic
Perawatan Pasca Operasi
Rasa sakit dan tidak nyaman muncul pada waktu kembalinya sensasi (saat kerja
obat anestesi telah usai ). Oleh karena itu, analgesic diperlukan untuk
mengontrol rasa sakit dan tidak nyaman setelah operasi dilakukan.
(Pedersen,1996).
b. Antibiotik
Antibiotik dapat bekerja secara primer dengan menghentikan pembelahan sel
(bakteriostat), atau dengan membunuh mikroorganisme secara langsung
(bakterisida) (Brooker, 2005). Obat antibiotik digunakan untuk menghilangkan
dan mencegah infeksi pasca bedah.
c. Gargarisma
Penggunaan Gargarisma secara efektif dianjurkan karena hampir selalu terjadi
kondisi di mana kebersihan mulut jelek karena penyikatan gigi masih sakit.
d. Aplikasi dingin untuk mengontrol pembengkakan
Pembengkakan mencapai puncaknya kurang lebih 24 jam sesudah pembedahan.
Pembengkakan dapat bertahan 1 minggu.
Aplikasi dingin dilakukan pada daerah wajah dekat dengan daerah yang
dilakukan pembedahan (Pedersen, 1996).

II.6.4.2 ALVEOPLASTI
Bebagai terminologi
Menurut Archer
istilah-istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:
Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk prosesus alveolaris
sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan immediate
maupun gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi
dilakukan.
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah untuk membuang prosesus alveolaris,
baik sebagian maupun seluruhnya. Adapun pembuangan seluruh prosesus
alveolaris yang lebih dikenal sebagai alveolektomi diindikasikan pada rahang
yang diradiasi sehubungan dengan perawatan neoplasma yang ganas. Karena itu
penggunaan istilah alveolektomi yang biasa digunakan tidak benar, tetapi karena
sering digunakan maka istilah ini dapat diterima. Alveolektomi sebagian
bertujuan untuk mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat menerima gigi
tiruan. Tindakan ini meliputi pembuangan undercut atau cortical plate yang
tajam; mengurangi ketidakteraturan puncak ridge atau elongasi; dan
menghilangkan eksostosis.
Alveolotomi adalah suatu tindakan membuka prosesus alveolaris yang bertujuan
untuk mempermudah pengambilan gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam,
kista atau tumor, atau untuk melakukan tindakan apikoektomi.

Tujuan
Alveoloplasti dilakukan dengan tujuan untuk membentuk prosesus alveolaris setelah
tindakan pencabutan gigi; memperbaiki abnormalitas dan deformitas alveolar ridge
yang berpengaruh dalam adaptasi gigi tiruan; membuang bagian ridge prosesus
alveolaris yang tajam atau menonjol; membuang tulang interseptal yang terinfeksi
pada saat dilakukannya gingivektomi; mengurangi tuberositas agar mendapatkan
basis gigi tiruan yang baik, atau untuk menghilangkan undercut-undercut; serta
memperbaiki prognatisme maksila sehingga didapatkan estetik yang baik pada
pemakaian gigi tiruan.
Tidak semua proses pembuatan gigi tiruan selalu didahului dengan suatu tindakan
bedah preprostodontik, seperti alveoloplasti. Karena itu seorang dokter gigi harus
mengetahui dengan baik keadaan-keadaan yang merupakan indikasi maupun kontra
indikasi dilakukannya tindakan ini.

Indikasi
Dalam melakukan alveoloplasti ada beberapa keadaan yang harus dipertimbangkan
oleh seorang dokter gigi. Keadaan-keadaan tersebut antara lain :
pada rahang di mana dijumpai neoplasma yang ganas, dan untuk
penanggulangannya akan dilakukan terapi radiasi
pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut; cortical plate yang
tajam; puncak ridge yang tidak teratur; tuberositas tulang; dan elongasi,
sehingga mengganggu dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi tiruan
jika terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar yang terbenam dalam tulang;
maka alveoloplasti dapat mempermudah pengeluarannya,
pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau tumor,
akan dilakukan tindakan apikoektomi,
jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol sehingga dapat
menyebabkan facial neuralgia maupun rasa sakit setempat
pada tulang interseptal yang terinfeksi; di mana tulang ini dapat dibuang pada
waktu dilakukangingivektomi,
pada kasus prognatisme maksila, dapat juga dilakukan alveoloplasti yang
bertujuan untuk memperbaiki hubungan antero-posterior antara maksila dan
mandibula,
setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera
dilakukan pencetakan yang baik untuk pembuatan gigi tiruan
adanya torus palatinus (palatal osteoma) maupun torus mandibularis yang besar
untuk memperbaiki overbite dan overjet.

Kontra indikasi
Adapun kontra indikasi dilakukannya tindakan alveoloplasti adalah :
pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis
maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua. Hal
ini harus diingat karena jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada pasien
muda lebih lama dibandingkan pasien tua.
pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena
rasa malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat,
karena selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini
mengakibatkan proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat.
jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi
gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan


Dalam melakukan tindakan alveoloplasti terdapat beberapa factor yang harus
dipertimbangkan oleh seorang dokter gigi, yaitu :
A. Bentuk Prosesus Alveolaris
Pada pembuatan gigi tiruan dibutuhkan bentuk prosesus alveolaris yang dapat
memberikan kontak serta dukungan yang maksimal. Karena itu selain
menghilangkan undercut yang dapat mengganggu pemasangan gigi tiruan, maka
dalam melakukan alveoloplasti harus diperhatikan juga bentuk prosesus
alveolaris yang baik. Yaitu bentuk U yang seluas mungkin, sehingga dapat
menyebarkan tekanan mastikasi pada permukaan yang cukup luas.
B. Sifat Tulang Yang Diambil
Untuk mendapatkan suatu hasil terbaik maka suatu gigi tiruan harus terletak
pada tulang kompakta, bukan tulang spongiosa. Karena itu pada waktu
melakukan alveoloplasti dengan pembuangan tulang yang banyak harus
diusahakan untuk mempertahankan korteks tulang pada saat membuang tulang
medular yang lunak. Hal ini disebabkan karena tulang spongiosa lebih cepat dan
lebih banyak mengalami resorbsi dibandingkan dengan tulang kompakta.
C. Usia Pasien
Dalam melakukan alveoloplasti usia pasien juga harus dipertimbangkan, karena
semakin muda pasien maka jangka waktu pemakaian gigi tiruan semakin lama.
Tulang pada pasien muda lebih plastis dan lebih cenderung mengalami resorbsi
dibandingkan atrofi, serta pemakaian tulang alveolar lebih lama daripada pasien
tua. Jadi pem-buangan tulang pada pasien muda dianjurkan lebih sedikit dan
mungkin tidak perlu dilakukan trimming tulang.
D. Penambahan Free Graft
Jika pada waktu pencabutan gigi atau alveoloplasti dilakukan ada tulang yang
secara tidak sengaja terbuang atau terlalu banyak diambil, maka harus
diusahakan untuk mengembalikan pecahan tulang ini ke daerah operasi. Pecahan
tulang ini disebut free graft. Replantasi free graft ini dapat mempercepat proses
pembentukan tulang baru serta mengurangi resorbsi tulang. Boyne menyatakan
bahwa penggunaan autogenous bone graft lebih baik daripada homogenous dan
heterogenous bone graft untuk pencangkokan, dan semakin banyak sumsum
tulang dan sel-sel endosteal pada tulang semakin baik.
E. Proses Resorbsi Tulang
Pada periodontitis tingkat lanjut yang ditandai dengan resorbsi tulang
interradikular, maka alveoloplasti harus ditunda sampai soket terisi oleh tulang
baru. Penundaan selama 4 - 8 minggu ini dapat menghasilkan bentuk sisa ridge
yang lebih baik. Selain itu harus diingat juga bahwa pada setiap pembe-dahan
selalu terjadi resorbsi tulang, maka harus dihindari terjadinya kerusakan tulang
yang berlebih akibat suatu tindakan bedah, karena keadaan ini dapat
mempengaruhi hasil perawatan.

Teknik
Starshak (1971) mengemukakan 5 macam teknik alveoloplasti, yaitu : (i) teknik
Alveolar Kompresi, (ii) teknik Simpel Alveoloplasti, (iii) teknik Kortiko-Labial
Alveoloplasti, (iv) teknik Dean Alveoloplasti, dan (v) teknik Obwegeser Alveoloplasti.
Teknik Alveolar Kompresi
Merupakan teknik alveoloplasti yang paling mudah dan paling cepat. Pada
teknik ini dilakukan penekanan cortical plate bagian luar dan dalam di antara jari-jari.
Teknik ini paling efektif diterapkan pada pasien muda, dan harus dilakukan setelah
semua tindakan ekstraksi, terutama pada gigi yang bukoversi. Tujuan dilakukannya
tindakan ini adalah untuk mengurangilebar soket dan menghilangkan tulang-tulang
yang dapat menjadi undercut.
Teknik Simpel Alveoloplasti
Teknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin
labial atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau palatal.
Biasanya digunakan flep tipe envelope, tetapi kadangkala digunakan juga flep
trapesoid dengan satu atau beberapa
insisi. Pada teknik ini pembukaan flep hanya sebatas proyeksi tulang, karena
pembukaan yang berlebihan pada bagian apikal dapat menyebabkan komplikasi-
komplikasi yang tidak diinginkan. Teknik Kortiko-Labial Alveoloplasti
Teknik ini merupakan teknik alveoloplasti yang paling tua dan paling populer,
di mana dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial. Teknik ini telah
dipraktekkan secara radikal selama bertahun-tahun, dengan hanya meninggalkan
sedikit alveolar ridge yang sempit. Dalam tindakan bedah preprostodontik teknik
inilah yang paling sering digunakan, karena pada teknik ini pembuangan tulang yang
dilakukan hanya sedikit, serta prosedur bedahnya yang sangat sederhana.
Teknik Dean Alveoloplasti
O.T. Dean menyumbangkan suatu teknik alveoloplasti yang sangat baik
dalam mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat mengadaptasi gigi tiruan
dengan baik. Thoma menggambarkan pembuangan tulang interrradicular (di antara
akar) tidak dengan istilah
intraseptal (di dalam septum), tetapi dengan istilah intercortical (di antara cortical
plate). Sedangkan ahli-ahli lain menggunakan istilah teknik crush. Teknik Dean ini
didasari oleh prinsip-prinsip biologis sebagai berikut :
mengurangi alveolar margin labial dan bukal yang prominen,
tidak mengganggu perlekatan otot,
tidak merusak periosteum,
melindungi cortical plate sehingga dapat digunakan sebagai onlay bone
graft yang hidup dengan suplai darah yang baik,
mempertahankan tulang kortikal sehingga dapat memperkecil resorbsi
tulang setelah operasi.
McKay memodifikasi teknik Dean ini dengan memecahkan cortical plate ke arah labial
sebelum menekannya kembali ke palatal. Modifikasi ini menjamin onlay tulang dapat
bergerak bebas dan terlepas dari tekanan.
Teknik Obwegeser Alveoloplasti
Pada kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim, teknik Dean tidak akan
menghasilkan ridge anterior berbentuk U seperti yang diinginkan, tetapi
menghasilkan ridge berbentuk V. Untuk menghindari bentuk ridge seperti ini,
Obwegeser membuat fraktur pada cortical plate labial dan palatal. Keuntungan
teknik ini adalah dapat membentuk kedua permukaan palatal dan labial prosesus
alveolaris anterior, dan sangat tepat untuk kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim.
Operasi dengan teknik ini harus didahului dengan proses pembuatan model gips,
kemudian splint atau gigi tiruan disusun pada model kerja gips tersebut. Dengan
dilakukannya proses ini, maka prosedur operasi yang dilakukan di kamar praktek
dokter gigi atau di ruang
operasi dapat dilakukan dengan lebih akurat.
MACAM ALVEOPLASTI
Alveoplasti tunggal
Alveoplasti tunggal bisa dilakukan bersamaan dengan tindakan pembedahan atau
dilakukan sesudah pencabutan. Untuk itu dibuat insisi ellips dengan kedua ujung
berbentuk segitiga di sebelah mesial dan distal. Setelah itu flap dibukake
pertemuan antara mukosan bergerak dan cekat. Serpihan tulang atau tulang
yang terpisah dari periosteum yang terjadi karena pencabutan dibuang dahulu
baru kemudian diikuti dengan reduksi underkut dan tonjolan-tonjolan tulang
lainnya. Bisa dilakukan dengan menggunakan tang rongeur atau dengan bur
disertai irigasi larutan salin steril.
Bila terjadi erupsi berlebihan atau supraerupsi sering diperlukan kembali
pembentukan celah antar lingir. Hal ini dapat diperoleh dengan reduksi vertikal
terhadap residual ridge. Pada rahang bawah perlu diperhatikan adanya
n.mentalis dan pada rahang atas perlu dihindari terbukanya sinus.
Alveoplasti multipel
Biasanya dilakukan per-kuadran segera sesudah pencabutan gigi. Tekniknya
sama dengan alveoplasti tunggal. Tulang- tulang yang mengalamai trauma
waktu pencabutan, penonjolan-penonjolan yang tajam, eksostosis atau daerah
yang menyebabkan underkut yang besar diambil dari posterior ke anterior.
Jahitan dilakukan dari belakang ke depan dengan arah jarum dari bukal ke
lingual. Tujuan utama penjahitan adalah stabilisasi flap terhadap prosesus
alveolaris. Bukan mendekatkan tepi-tepi mukosa.
Alveoplasti sekunder kadang-kadang diperlukan untuk memperbaiki cacat
pada lingir yang masih tetap tertinggal sesudah pencabutan atau yang
disebabkan karena resorbsi atau atropi yang tidak teratur.

II.6.4.3 RIDGE AUGMENTASI


Definisi : adalah proses dimana tulang rahang dibentuk ulang untuk
memperbolehkan penempatan dental implant.
Tujuan : untuk menciptakan penampilan natural dari bentuk jaringan lunak
sehingga mengijinkan penggantian gigi untuk estetik.
Indikasi : saat tulang rahang yang mengelilingi kavitas dental dari gigi yang
hilang mulai memburuk dan kehilangan bentuknya.
Kontra indikasi : periodonsium yang tidak sehat, tipe gingiva yang tipis dan
berbentuk scallop tinggi, mahkota yang berhubungan dengan gigi RB anterior.
Prosedur yang jarang digunakan karena tidak dapat memberikan hasil yang baik
pada jangka panjang
Ridge resoption dan defective membutuhkan pembentukan kembali dengan
menggunakan bone graft dan bone substitute, bonegraft resorb dan bone
substitute seperti hidroxyapatite granules menjadi displaced

II.6.4.4 OSTEOTOMI
Definisi : adalah bedah oral dimana tulang dipotong, dipindahkan, dimodifikasi,
dan ditempatkan ulang untuk memperbaiki deformitas dentofacial.
Tujuan : untuk mengkoreksi problem rahang dan deformitas dentofasial seperti
prognati maksila, prognati mandibula, open bite, sulit mengunyah, sulit menelan,
kelaninan TMJ yang sakit, pemakaian berlebih dari gigi, dagu yang menyusut.
Indikasi : pertumbuhan yang tidak proporsional dari rahang atas atau bawah
yang menyebabkan deformitas dentofasial, atau individu yang mengalami sulit
mengunyah, sulit menelan, kelaninan TMJ yang sakit, pemakaian berlebih dari
gigi, open bite, over bite, under bite, atau dagu yang menyusut.
Kontra Indikasi : komplikasi umum osteotomi adalah kerusakan saraf yang harus
diidentifikasi dan diperbaiki. Hambatan terbesarnya adalah infeksi bakteri seperti
bakteri yang berjalan melalui aliran darah ke jantung, yang dapat menyebabkan
kematian.

II.6.4.5 VESTIBULOPLASTI
Definisi Vestibuloplasti: Prosedur penambahan linggir yang relative
Tujuan Vestibuloplasti: Membuat permukaan linggir yang ada meninggi
sehingga permukaan yang digunakan untuk menahan protesa yang lebih besar
Pendekatan standar vestibuloplasti total mandibula biasanya mencakup
merendahkan sulkus lingual dan memerlukan rawat inap.
Sebelum dilakukan pembedahan, dibuat sendok cetak akrilik yang digunakan
untuk mendapatkan cetakan dari daerah yang sudah dipersiapkan yang juga
berfungsi sebagai stent untuk membawa cangkokan kulit.
Pada mulanya insisi dibuat tepat di lingual dari puncak lingir residual. Kemudian
disingkapkan untuk memaparkan m.mylohyoid yang dipisahkan pada bagian
dekat origonya pada linea mylohyoid. M.genioglossus direseksi sebagian pada
origonya, biasanya kurang lebih sepertiga sampai setengah ketinggiannya.
Langkah berikutnya adalah reposisi flap ke apikal. Dengan menggunakan
penusuk, jahitan dimasukkan lewat tepi inferior mandibula untuk menekan flap
lingual ke bukal dan dengan efektif mereposisi kedua flap ke arah flap ke apikal.
Gmbr bisa dilihat di buku pedersen hal 134.

II.7. DEFISIENSI NUTRISI


II.7.1 DEFISIENSI VITAMIN A
Larut dalam lemak
Ditemukan dalam minyak ikan, butter, dan telur
Tersimpan dalam jumlah besar dalam liver dan dalam jumlah kecil di kulit dan
ginjal
Vitamin A penting untuk pemeliharaan fungsi dan struktur epithelium untuk
produksi dari fotointesis pigmen yang digunakan untuk pemelharaan
pertumbuhan normal skeletal dan mata
Pada wanita lesi karena defisiensi vitamin A jarang
Defisiensi vitamin A pada oral menyebabkan :
penurunan aliran saliva
hyperkeratosis are di oral mukosa
Oleh jarena itu vitamin A disarankan dengan treatment untuk white patches di
oral mukosa

II.7.2 DEFISIENSI VITAMIN B1


Berfungsi sebagai co enzim untuk beberapa reaksi metabolic dan mempengaruhi
persyarafan.
Beri-beri , di asia tenggara penyakit ini muncul karena kulit ari beras dihilangkan
kulit arinya yang mengandung thiamin. Bermanifestasi pada cardiovascular
problem dan neurologic problem (misalnya, neuropathy periperiferal dan
wernicks encephalophaty)
II.7.3 DEFISIENSI VITAMIN B2
Sumber

Hati, ikan telur, susu, sayuran hijau, daging

Fungsi

Untuk reaksi oksidasi-reduksi di dalam sel

Manifestasi oral defisiensi vitamin B2

Glositis, angular cheilitis, sore throat, swelling, erythema pada oral mucosa

II.7.4 DEFISIENSI VITAMIN B3


Berperan sebagai co-enzim untuk reaksi oksidasi dan reduksi
Contohnya daging tanpa lemak, hati, kacang,ragi, sereal.
Tanda Klinis
Pellagra (pada masyarakat dengan jagung sebgai makanan utama)
Sign n symptom: triad (dermatitis, dimensia, diarhea)
Dermatitis terdistribusi simetris pada daerah yang terekspos matahari seperti
muka, leher dan lengan bawah
Manifestasi oral : stomatitis, glositis, lidah merah, halus dan lecet.
Bisa menyebabkan kematian jika dibiarkan.

II.7.5 DEFISIENSI VITAMIN B6


Berperan sebagai ko-faktor yang berhubungan dengan enzim yang terlibat dalam
sintesis asam amino. Dapat ditemukan pada makanan yang bersumber dari hewan
dan sayuran.
Gambaran klinis : defisiensi tidak umum terjadi karena banyak terdapat dalam
berbagai jenis makanan. Beberapa obat-obatan anti TBC isoniazid berperan sebagai
antagonis pyridoxine sehingga pasien dengan medikasi obat-obatan ini dapat
mengalami defisiensi. Karena pyridoxine berperan dalam fungsi neuronal pasien
dapat mengalami pusing, lemah dan kejang. Pasien ini juga mengalami cheilitis dan
glossitis.

II.7.6 DEFISIENSI VITAMIN B12


II.7.7 DEFISIENSI VITAMIN C
Kekurangan vitamin ini mengakibatkan scurvy. Tanda dan gejalanya adalah
pembengkaan ginggiva, perdarahan spontan, ulserasi, gigi goyang, masalah
periodontal. Selain itu tidak cukupnya sintesis kolagen mengakibatkan petechy,
ecchimosis, luka yang lama sembuh, dan pada anak-anak dapat mengakibatkan
hemoragi subperiosteal yang menyakitkan.

II.7.8 DEFISIENSI VITAMIN D


Fungsi : dianggap sebgai hormone yang bisa mensintesis sejumlah epidermis bila
kulit terekspos matahari dalam derajat moderate
Sumber : susu dan sereal yang mengandung vitamin D
Clinicl manifestation :
Pada anak-anak : riketsia yang berkembang menjadi osteomalasia, yang
berupa iritabilitas, growth retardation
Pada orang dewasa : osteomalasia yang berupa kurangnya mineralisasi
kalsium pada tulang, tulang yang lemah taau rapuh, dan gampang patah

II.7.9 DEFISIENSI VITAMIN E


- fat soluble vitamin, sebagai anti oksidant. Terdapat di minyak sayur dan sayur-
sayuran
- Manifestasi klinik vit E
o Jarang terjadi, tapi biasanya pada anak-anak dengan chronic cholestatic
liver disease, terjadi malabsorbsi semua fat soluble vitamin, terutama
vitamin E multiple neurologic merupakan akibat dari abnormalita CNS dan
PNS

Biasanya terjadi pada pasien cholestatik kronik liver dan mengakibatkan abnormalitas
pada CNS dan PNS

II.7.10 DEFISIENSI VITAMIN K


Fat soluble vitamin, banyak di sayuran hijau, juga diproduksi oleh intestinal bacteria.
Fungsi untuk sintesis berbagai protein termasuk faktor II, VII, IX, dan X.
Terdapat pada pasien syndrome malabsorbtion / intestinal microflora karena
penggunaan antibiotic broad spectrum dalam jangka lama. Oral anticoagulant juga
menghambat aktivitas vitamin K menyebabkan koagulopaty karena sintesis yang
inadequate dari protrombin dan faktor clotting yang lain.
Intraoral : Gingival bleeding kematian jika tidak terkontrol perdarahannya

TREATMENT DEFISIENSI VITAMIN


- Replacement therapy
- Vitamin suplemen banyak kasus di Amerika berlebihan mengonsumsi vitamin
suplemen. Misal kelebihan vitamin A akan menyebabkan sakit perut, vomit, pusing, sakit
sendi dan eksostosis. Kelebihan vitamin C akan menyebabkan bisa menginduksi
formasi batu ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Brewer AA, Morrow RM. 1980. Overdentures. 2nd ed. St Louis Toronto. London: The Mosby
Company.
Smith GA, Laird WRE, Grant AA. 1983. Magnetic Retention Units for Overdenture. Journal of
Oral Rehabilitation; 10: 481- 8.
Balaji SM. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi: Elseveir.
Basker, R.M, Davenport, J.C, Tomlin. 1994. Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak Bergigi.
Edisi 3. Jakarta: EGC.

Preiskel HW. 1996. Overdentures Made Easy. Quintessence Publishing

Anda mungkin juga menyukai