4. GTP rahang atas berhadapan dengan GTP rahang bawah yang lama
OVERDENTURES
Definisi overdentures
1. Merupakan protesa yang dirancang untuk menutup secara lengkap suatu gigi atau
akar yang telah dipreparasi.( Kamus Kedokteran Gigi F.J Harty)
2. Merupakan complete denture yang sebagian didukung oleh gigi asli (Alfred
H.Geering,dkk)
3. Merupakan protesa lepasan yang menutupi seluruh permukaan oklusal dari sebuah
akar atau implan (Harold W.Preiskel)
4. Overdenture memiliki kelebihan dibandingkan complete denture pada kekuatan gigit,
efektifitas mengunyah dan menahan tekanan, dan ketika ada beberapa gigi yang
menahan beban kunyah maka jaringan pendukung akan lebih terjaga
Indikasi overdentures:
1. Dilakukan pada kasus proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge pada
maxilla/ untuk pengurangan processus alveolar yang mengalami elongasi
2. Paling banyak dilakukan pada maloklusi kelas II divisi I
3. Untuk mengeluarkan pus dari suatu abses pada gigi
4. Untuk preparasi rahang untuk tujuan prostetik memperkuat stabilitasdan retensi
GT
5. Menghilangkan alveolar ridge yang runcing
6. Menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan prutesa yang stabil dan enak dipakai
7. Untuk eksisi eksostosis
8. Menghilangkan interseptal bone disease
9. Untuk undercut
10. Untuk keperluan perawatan endodontik, bila pemakaian orto tidak maksimal
11. Untuk penyakit perio yang parah yang mengakibatkan kelangan sebagian kecil
tulang alveolar
12. Ektraksi gigi yang traumatik, maupun karena trauma eksternal
13. Tersisa paling sedikit satu gigi yang masih dapat dipertahankan.
14. Kebersihan mulut yang cukup baik untuk menghambat atau mencegah karies yang
cepat atau kerusakan jaringan periodontal.
15. Jika prognosa untuk pemakaian gigi tiruan lengkap yang buruk karena adanya
resorpsi linggir yang berat, xerostomia, refleks muntah yang berat, kemampuan
belajar yang kurang, faktor psikologis dll.
16. Kerusakan gigi tersisa akan menjadi lebih parah oleh tipe perawatan yang lain.
17. Tidak ada tipe perawatan prostetik yang menjanjikan hasil perawatan yang lebih
baik, sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Prosedur bedah
- Urutan prosedur bedah yang mungkin diperlukan dalam mempersiapkan
pasien untuk memakai overdenture meliputi hampir seluruh tindakan bedah
mulut, misalnya pada hasil foto radiologis 25 % kasus menunjukkan temuan
yang memerlukan tindakan bedah seperti fraktur ujung kara gigi, gigi impaksi,
kista, dan kelainan lain/ di atas tulang.
- Meliputi:
Pencabutan gigi yang sudah tidak bisa diharapkan lagi. Nila dilakukan
tindakan tersebut, maka manfaatnya harus diambil untuk
meningkatkan kondisi periodontal dari gigi-gigi tetangganya yang
diselamatkan yaitu dengan cara skalling terbuka/tertutup, eksisi/flap.
Koreksi bedah prostetik dari jaringan lunak seperti: eksisi fibroma,
frenektomi labial dan bukal dan memperdalam vestibulum seringkali
diperlukan dalam mempersiapkan lingir dengan kehilangan sebagian
gigi intuk menerima suatu overdenture.
- Setiap intervensi bedah menghasilkan beberapa resopsi tulang lokal dan
pengerutan mukosa. Untuk alasan ini, maka pembedahan harus
direncanakan sejak awal paling tidak bulan sebelum protesa definitif.
Prosedur endodontik
- Perawatan endodontik diperlukan karena gigi akan diperpendek sampai
hampir setinggi gusi/ karena bagian dari saluran akar memerlukan suatu
pasak/sekrup/ karen agigi non vital dan tidak terdapat pengisian SA yang
sempurna.
- Guttap point digunakan dengan suatu sealer SA yang menambah kepastian
penutupan lengkap dari saluran akan tetapi hal-hal berikut harus
diperhatikan:
Saat saluran akar diekskavasi untuk membentuk suatu ruang, maka
guttap point tidak boleh seluruhnya terangkat.
Perhatian khusus harus dilakukan saat preparasi ruang untuk pasak di
dekat apeks untuk memastikan bahwa tidak terjadi perdorongan
guttap ke apeks.
a. Immediate Overdenture
Dibuat untuk insersi segera setelah kehilangan beberapa gigi.
Digunakan ketika pasien memiliki banyak gigi yang tidak bisa diharapkan.
Gigi penyangga dipilih dan dirawat, dan overdenture diinsersikan sebagai penggantian
segera.
Dapat digunakan untuk beberapa tahun.
Sebagian besar pasien dapat menerima immediate overdenture.
b. Transitional Overdenture
Diperoleh dengan mengubah denture sebagian lepasan yang sudah ada.
c. Remote Overdenture
Dibuat untuk insersi pada beberapa rentang waktu yang jauh dari kehilangan gigi.
Untuk pasien dengan gigi yang sedikit tersisa, yang semuanya dijadikan penyangga.
Gigi penyangga dapat dirawat endodontik, dipreparasi, dan diberikan coping pelindung
sebelum remote overdenture dibuat.
Prognosis
Prognosis tergantung dari bagaimana pasien memelihara kebersihan mulut paska insersi
overdenture
Maintenance therapy
Perawatan perodontal maintenance melibatkan lebih dari menghilangkan plak dan
kalkulus. Juga hampir selalu diperlukan memotivasi dan menginstruksi perawatan
yang baik di rumah pada pasien.
Waktu faktor penting. seberapa cepat lesi periodontal berkembang berhubungan
dengan kualitas OH dan tingkat stres pada gigi yang dikenai.
Penentuan prosedur periodontal lebih lanjut berdasarkan faktor yang sama yang
dipertimbangkan dalam evaluasi dan fase preliminary treatment
Setelah evaluasimenentukan prognosis lebih lanjut dari penyakit dan
memperkirakan keefektifan periodontal surgery dalam memperpanjang service life
dari prosthesis.
Evaluasi pertimbangan
Prosedur
Teknik untuk alveolektomi maksila dan mandibula:
1. Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum
harus dicek untuk memastikan bahwa telah terdapat kedalaman minimum
sebesar 10mm.Dari semua tepi gingival yang mengelilingi area yang akan
dihilangkan.
2. Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari puncak alveolar
pada titik di pertengahan antara permukaan buccal dan lingual dari gigi
terakhir pada satu garis, yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju ke
lipatan mukobukal pada sudut 450 setidaknya 15mm. tarik insisi ke area
dimana gigi tersebut sudah dicabut sebelumnya.
3. Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut
dengan jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang ditempelkan
pada tepi flap atau dengan tissue retactor.
4. Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga dari
seluruh area operasi.
5. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu
blade pada puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut yang akan
dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut
ke bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
6. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat menuju
lingual, sehingga plate bagian lingual dapat terlihat. Prosedur ini akan
memperlihatkan banyak tulang interseptal yang tajam.
7. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan end-
cutting rongeurs.
8. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone file.
Tahan bone file pada posisi yang sama sebagai straight operative chisel ,
pada posisi jari yang sama, dan file area tersebut pada dengan gerakan
mendorong.
9. Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula kecil tulang
atau struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket. Ulangi
prosedur ini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
10. Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan lunak,
dan ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab.
11. Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa tulang
dibawahnya telah dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih
sedikit dilapisi oleh jaringan lunak.
12. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya
terlihat overlap.
13. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari
telunjuk yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat
apakah ada penonjolan tajam yang tersisa pada alveolar ridge. Operator
dapat merasakannya dengan jari telunjuk.
14. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan dengan
bone fie.
15. Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan menggunakan
benang jahitan sutra hitam kontinyu nomor 000. Walaupun demikian, jahitan
interrupted juga dapat digunakan jika diinginkan
(Fragiskos, 2007)
II.6.4.2 ALVEOPLASTI
Bebagai terminologi
Menurut Archer
istilah-istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:
Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk prosesus alveolaris
sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan immediate
maupun gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi
dilakukan.
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah untuk membuang prosesus alveolaris,
baik sebagian maupun seluruhnya. Adapun pembuangan seluruh prosesus
alveolaris yang lebih dikenal sebagai alveolektomi diindikasikan pada rahang
yang diradiasi sehubungan dengan perawatan neoplasma yang ganas. Karena itu
penggunaan istilah alveolektomi yang biasa digunakan tidak benar, tetapi karena
sering digunakan maka istilah ini dapat diterima. Alveolektomi sebagian
bertujuan untuk mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat menerima gigi
tiruan. Tindakan ini meliputi pembuangan undercut atau cortical plate yang
tajam; mengurangi ketidakteraturan puncak ridge atau elongasi; dan
menghilangkan eksostosis.
Alveolotomi adalah suatu tindakan membuka prosesus alveolaris yang bertujuan
untuk mempermudah pengambilan gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam,
kista atau tumor, atau untuk melakukan tindakan apikoektomi.
Tujuan
Alveoloplasti dilakukan dengan tujuan untuk membentuk prosesus alveolaris setelah
tindakan pencabutan gigi; memperbaiki abnormalitas dan deformitas alveolar ridge
yang berpengaruh dalam adaptasi gigi tiruan; membuang bagian ridge prosesus
alveolaris yang tajam atau menonjol; membuang tulang interseptal yang terinfeksi
pada saat dilakukannya gingivektomi; mengurangi tuberositas agar mendapatkan
basis gigi tiruan yang baik, atau untuk menghilangkan undercut-undercut; serta
memperbaiki prognatisme maksila sehingga didapatkan estetik yang baik pada
pemakaian gigi tiruan.
Tidak semua proses pembuatan gigi tiruan selalu didahului dengan suatu tindakan
bedah preprostodontik, seperti alveoloplasti. Karena itu seorang dokter gigi harus
mengetahui dengan baik keadaan-keadaan yang merupakan indikasi maupun kontra
indikasi dilakukannya tindakan ini.
Indikasi
Dalam melakukan alveoloplasti ada beberapa keadaan yang harus dipertimbangkan
oleh seorang dokter gigi. Keadaan-keadaan tersebut antara lain :
pada rahang di mana dijumpai neoplasma yang ganas, dan untuk
penanggulangannya akan dilakukan terapi radiasi
pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut; cortical plate yang
tajam; puncak ridge yang tidak teratur; tuberositas tulang; dan elongasi,
sehingga mengganggu dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi tiruan
jika terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar yang terbenam dalam tulang;
maka alveoloplasti dapat mempermudah pengeluarannya,
pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau tumor,
akan dilakukan tindakan apikoektomi,
jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol sehingga dapat
menyebabkan facial neuralgia maupun rasa sakit setempat
pada tulang interseptal yang terinfeksi; di mana tulang ini dapat dibuang pada
waktu dilakukangingivektomi,
pada kasus prognatisme maksila, dapat juga dilakukan alveoloplasti yang
bertujuan untuk memperbaiki hubungan antero-posterior antara maksila dan
mandibula,
setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera
dilakukan pencetakan yang baik untuk pembuatan gigi tiruan
adanya torus palatinus (palatal osteoma) maupun torus mandibularis yang besar
untuk memperbaiki overbite dan overjet.
Kontra indikasi
Adapun kontra indikasi dilakukannya tindakan alveoloplasti adalah :
pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis
maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua. Hal
ini harus diingat karena jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada pasien
muda lebih lama dibandingkan pasien tua.
pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena
rasa malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat,
karena selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini
mengakibatkan proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat.
jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi
gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.
Teknik
Starshak (1971) mengemukakan 5 macam teknik alveoloplasti, yaitu : (i) teknik
Alveolar Kompresi, (ii) teknik Simpel Alveoloplasti, (iii) teknik Kortiko-Labial
Alveoloplasti, (iv) teknik Dean Alveoloplasti, dan (v) teknik Obwegeser Alveoloplasti.
Teknik Alveolar Kompresi
Merupakan teknik alveoloplasti yang paling mudah dan paling cepat. Pada
teknik ini dilakukan penekanan cortical plate bagian luar dan dalam di antara jari-jari.
Teknik ini paling efektif diterapkan pada pasien muda, dan harus dilakukan setelah
semua tindakan ekstraksi, terutama pada gigi yang bukoversi. Tujuan dilakukannya
tindakan ini adalah untuk mengurangilebar soket dan menghilangkan tulang-tulang
yang dapat menjadi undercut.
Teknik Simpel Alveoloplasti
Teknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin
labial atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau palatal.
Biasanya digunakan flep tipe envelope, tetapi kadangkala digunakan juga flep
trapesoid dengan satu atau beberapa
insisi. Pada teknik ini pembukaan flep hanya sebatas proyeksi tulang, karena
pembukaan yang berlebihan pada bagian apikal dapat menyebabkan komplikasi-
komplikasi yang tidak diinginkan. Teknik Kortiko-Labial Alveoloplasti
Teknik ini merupakan teknik alveoloplasti yang paling tua dan paling populer,
di mana dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial. Teknik ini telah
dipraktekkan secara radikal selama bertahun-tahun, dengan hanya meninggalkan
sedikit alveolar ridge yang sempit. Dalam tindakan bedah preprostodontik teknik
inilah yang paling sering digunakan, karena pada teknik ini pembuangan tulang yang
dilakukan hanya sedikit, serta prosedur bedahnya yang sangat sederhana.
Teknik Dean Alveoloplasti
O.T. Dean menyumbangkan suatu teknik alveoloplasti yang sangat baik
dalam mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat mengadaptasi gigi tiruan
dengan baik. Thoma menggambarkan pembuangan tulang interrradicular (di antara
akar) tidak dengan istilah
intraseptal (di dalam septum), tetapi dengan istilah intercortical (di antara cortical
plate). Sedangkan ahli-ahli lain menggunakan istilah teknik crush. Teknik Dean ini
didasari oleh prinsip-prinsip biologis sebagai berikut :
mengurangi alveolar margin labial dan bukal yang prominen,
tidak mengganggu perlekatan otot,
tidak merusak periosteum,
melindungi cortical plate sehingga dapat digunakan sebagai onlay bone
graft yang hidup dengan suplai darah yang baik,
mempertahankan tulang kortikal sehingga dapat memperkecil resorbsi
tulang setelah operasi.
McKay memodifikasi teknik Dean ini dengan memecahkan cortical plate ke arah labial
sebelum menekannya kembali ke palatal. Modifikasi ini menjamin onlay tulang dapat
bergerak bebas dan terlepas dari tekanan.
Teknik Obwegeser Alveoloplasti
Pada kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim, teknik Dean tidak akan
menghasilkan ridge anterior berbentuk U seperti yang diinginkan, tetapi
menghasilkan ridge berbentuk V. Untuk menghindari bentuk ridge seperti ini,
Obwegeser membuat fraktur pada cortical plate labial dan palatal. Keuntungan
teknik ini adalah dapat membentuk kedua permukaan palatal dan labial prosesus
alveolaris anterior, dan sangat tepat untuk kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim.
Operasi dengan teknik ini harus didahului dengan proses pembuatan model gips,
kemudian splint atau gigi tiruan disusun pada model kerja gips tersebut. Dengan
dilakukannya proses ini, maka prosedur operasi yang dilakukan di kamar praktek
dokter gigi atau di ruang
operasi dapat dilakukan dengan lebih akurat.
MACAM ALVEOPLASTI
Alveoplasti tunggal
Alveoplasti tunggal bisa dilakukan bersamaan dengan tindakan pembedahan atau
dilakukan sesudah pencabutan. Untuk itu dibuat insisi ellips dengan kedua ujung
berbentuk segitiga di sebelah mesial dan distal. Setelah itu flap dibukake
pertemuan antara mukosan bergerak dan cekat. Serpihan tulang atau tulang
yang terpisah dari periosteum yang terjadi karena pencabutan dibuang dahulu
baru kemudian diikuti dengan reduksi underkut dan tonjolan-tonjolan tulang
lainnya. Bisa dilakukan dengan menggunakan tang rongeur atau dengan bur
disertai irigasi larutan salin steril.
Bila terjadi erupsi berlebihan atau supraerupsi sering diperlukan kembali
pembentukan celah antar lingir. Hal ini dapat diperoleh dengan reduksi vertikal
terhadap residual ridge. Pada rahang bawah perlu diperhatikan adanya
n.mentalis dan pada rahang atas perlu dihindari terbukanya sinus.
Alveoplasti multipel
Biasanya dilakukan per-kuadran segera sesudah pencabutan gigi. Tekniknya
sama dengan alveoplasti tunggal. Tulang- tulang yang mengalamai trauma
waktu pencabutan, penonjolan-penonjolan yang tajam, eksostosis atau daerah
yang menyebabkan underkut yang besar diambil dari posterior ke anterior.
Jahitan dilakukan dari belakang ke depan dengan arah jarum dari bukal ke
lingual. Tujuan utama penjahitan adalah stabilisasi flap terhadap prosesus
alveolaris. Bukan mendekatkan tepi-tepi mukosa.
Alveoplasti sekunder kadang-kadang diperlukan untuk memperbaiki cacat
pada lingir yang masih tetap tertinggal sesudah pencabutan atau yang
disebabkan karena resorbsi atau atropi yang tidak teratur.
II.6.4.4 OSTEOTOMI
Definisi : adalah bedah oral dimana tulang dipotong, dipindahkan, dimodifikasi,
dan ditempatkan ulang untuk memperbaiki deformitas dentofacial.
Tujuan : untuk mengkoreksi problem rahang dan deformitas dentofasial seperti
prognati maksila, prognati mandibula, open bite, sulit mengunyah, sulit menelan,
kelaninan TMJ yang sakit, pemakaian berlebih dari gigi, dagu yang menyusut.
Indikasi : pertumbuhan yang tidak proporsional dari rahang atas atau bawah
yang menyebabkan deformitas dentofasial, atau individu yang mengalami sulit
mengunyah, sulit menelan, kelaninan TMJ yang sakit, pemakaian berlebih dari
gigi, open bite, over bite, under bite, atau dagu yang menyusut.
Kontra Indikasi : komplikasi umum osteotomi adalah kerusakan saraf yang harus
diidentifikasi dan diperbaiki. Hambatan terbesarnya adalah infeksi bakteri seperti
bakteri yang berjalan melalui aliran darah ke jantung, yang dapat menyebabkan
kematian.
II.6.4.5 VESTIBULOPLASTI
Definisi Vestibuloplasti: Prosedur penambahan linggir yang relative
Tujuan Vestibuloplasti: Membuat permukaan linggir yang ada meninggi
sehingga permukaan yang digunakan untuk menahan protesa yang lebih besar
Pendekatan standar vestibuloplasti total mandibula biasanya mencakup
merendahkan sulkus lingual dan memerlukan rawat inap.
Sebelum dilakukan pembedahan, dibuat sendok cetak akrilik yang digunakan
untuk mendapatkan cetakan dari daerah yang sudah dipersiapkan yang juga
berfungsi sebagai stent untuk membawa cangkokan kulit.
Pada mulanya insisi dibuat tepat di lingual dari puncak lingir residual. Kemudian
disingkapkan untuk memaparkan m.mylohyoid yang dipisahkan pada bagian
dekat origonya pada linea mylohyoid. M.genioglossus direseksi sebagian pada
origonya, biasanya kurang lebih sepertiga sampai setengah ketinggiannya.
Langkah berikutnya adalah reposisi flap ke apikal. Dengan menggunakan
penusuk, jahitan dimasukkan lewat tepi inferior mandibula untuk menekan flap
lingual ke bukal dan dengan efektif mereposisi kedua flap ke arah flap ke apikal.
Gmbr bisa dilihat di buku pedersen hal 134.
Fungsi
Glositis, angular cheilitis, sore throat, swelling, erythema pada oral mucosa
Biasanya terjadi pada pasien cholestatik kronik liver dan mengakibatkan abnormalitas
pada CNS dan PNS
Brewer AA, Morrow RM. 1980. Overdentures. 2nd ed. St Louis Toronto. London: The Mosby
Company.
Smith GA, Laird WRE, Grant AA. 1983. Magnetic Retention Units for Overdenture. Journal of
Oral Rehabilitation; 10: 481- 8.
Balaji SM. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi: Elseveir.
Basker, R.M, Davenport, J.C, Tomlin. 1994. Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak Bergigi.
Edisi 3. Jakarta: EGC.