Anda di halaman 1dari 3

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah

sebagai berikut2 :
1. Faktor Pasien.
a) Sikap Pasien.
Dalam melakukan perawatan, sikap pasien juga merupakan factor yang perlu
diperhatikan karena pasien yang dating ke klinik berbeda-beda. Sebagian
mungkin dapat menerima segala perawatan yang diberikan, tapi sebagian
lagi mungkin meragukan perawatan yang diberikan. Oleh karena itu, dokter
gigi harus melibatkan pasien dalam renca perawatannya agar terjalin kerja
sama yang baik dengan pasien. Kerjasama ini yang merupakan modal utama
karena prosedur perawatan gigi yang membutuhkan waktu yang lama dan
rasa ngilu ketika gigi dipreparasi, menuntut kesabaran pasien.
b) Kebersihan Mulut Pasien.
Pada pasien dengan kondisi mulut yang kurang baik akan menimbulkan
masalah setelah dibuatkan restorasi GTJ. Biasanya dokter gigi akan
melakukan DHE terlebih dahulu kepada pasien yang mempunyai OH buruk.
Factor kebersihan mulut dengan restorasi GTJ berkaitan dengan adanya plak,
karies di bawah restorasi dan adanya kelainan periodontal.

2. Faktor dokter gigi


a) Pemeriksaan yang benar, diagnosis, dan rencana perawatan yang sesuai.
b) Keterampilan atau kemampuan dokter gigi dalam melakukan tindakan
perawatan.

3. Faktor tekniker laboratorium: ketepatan dan ketelitian saat pengerjaan GTJ di


laboratorium.

4. Kondisi Daerah Edentulus.


Hubungan oklusi antara gigi antagonis dengan daerah edentulous perlu
diperhatikan. Adanya gigi supra posisi akan menghambat oklusi di daerah
pontik yang harus diatasi terlebih dahulu sebelum dibuatkan GTJ. Beberapa
cara mengatasi kondisi supra posisi daerah antagonis yaitu :
a) Pengasahan atau penyesuaian oklusi tanpa mencedarai pulpa
b) Perawatan endodontik pada gigi yang supra posisi kemudian disesuaikan
oklusinya
c) Jika sudah tidak dapat dirawat lagi, sebaiknya dicabut.

5. Oklusi gigi.
Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area di dalam rongga
mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka gigi-gigi yang ada di antara gigi
yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah yang kosong, sedangkan gigi
lawannya (antagonisnya) akan cenderung memanjang karena tidak ada gigi yang
menopangnya pada saat oklusi. Bergeraknya gigi ke daerah yang kosong
dinamakan shifting/drifting, sedangkan gigi yang memanjang dinamakan
elongation/extrusion.
Bila kondisi ini berlanjut, maka akan menyebabkan :
a) Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo Mandibular Joint).
b)Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi (food Impaction) dan dapat
menyebabkan penyakit periodontal.
c) Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi lawannya. Beban
fungsional pada oklusal pontik terutama gigi posterior dapat dikurangi dengan
mempersempit lebar buko-lingual atau buko-palatal untuk mengurangi beban
oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada pasien-pasien tertentu.

6. Jaringan periodontal.
Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran periodontal pada akar-akar
dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama dengan daerah membran
periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.

7. Posisi gigi dan kesejajaran gigi.


Abutment yang melibatkan gigi anterior hanya gigi gigi insisivus biasanya
mempunyai inklinasi labial yang serupa dan tidak terlalu sulit untuk menyusun
kesejajarannya. Apabila abutment melibatkan gigi anterior seperti caninus dan
gigi posterior seperti premolar kedua atas supaya diperoleh kesejajaran, kaninus
harus dipreparasi pada arah yang sama seperti premolar.

8. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi.


9. Kegoyangan gigi.
10. Frekuensi karies.
11. Discoloration.

Daftar pustaka :

Ibbetson R. Clinical Considerations for Adhesive Bridgework. Dental Update 2004;


31: 254-265.

Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd Ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115-22

Anda mungkin juga menyukai