Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Dentistry Update 3 ini.
Dentistry Update merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di
semester 6 tahun ajaran 2018/ 2019 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah ini.
Selesainya laporan kegiatan kuliah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan- masukan kepada kelompok kami. Untuk
itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Dentistry
Update beserta teman-teman angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
Terimakasih.
1
DAFTAR ISI
BAB 1. Pendahuluan...................................................................................... 1
BAB 3. Pembahasan....................................................................................... 12
Daftar Pustaka................................................................................................ 25
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat gigi mengalami kerusakan , mengekstraksi semua gigi asli dengan
penggantian gigi tiruan lengkap bukan yang paling diharapkan dalam perawatan
prostodontik. Permasalahan pada prostodontik dengan menggunakan konvensional
denture (GTL lepasan), seirig berjalannya waktu akan menyebabkan resorbsi tulang
alveolar. Resorbsi tulang alveolar menyebabkan gigi tiruan akan longgar, jika
terjadi kelonggaran maka perlu lining setiap kali gigi tiruan itu mengalami
kelonggaran. Oleh karena itu konvensional denture kurang efektif utnuk beberapa
kasus alveolar ridge. Dalam bidang prostodontik terdapat teknologi overdenture
yang menggantikan konvensional denture lepasan. Overdenture lebih unggul
daripada gigi tiruan konvensional dalam kemampuan menggigit, efisiensi
pengunyahan dan penerimaan daya yang berbeda. Proprioseptik melalui reseptor
periodontal memegang peranan penting dalam fungsi neuromuscular.
Piranti overdenture ada 2 yaitu, overdenture dengan penyangga gigi asli dan
overdenture dengan penyangga implant. Pada alveolar ridge dengan bentuk tapper
tidak dapat diinsersikan dengan implant standar karena jarak
bukolingual/bukopalatal sempit. Oleh karena itu pada alveolar ridge berbentuk
tapper diindikasikan penyangga overdenture dengan mini implant. Selain mini
implant, dikenal pula dental magnetic. Dental magnetic merupakan magnet yang
dipasang pada overdenture yang digunakan untuk menyambungkan overdenture
dengan penyangga mini implant. Magnet dipasang pad abutment sebagai penahan
overdenture.
1.2 Tujuan
3
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa mampu mengkaji tentang teknologi terbaru dalam implan gigi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Overdenture
5
residual ridgeresorpsi, hilangnya stabilitas oklusal, hilangnya estetika dan
permasalahan pengunyahan.
Rissin et al. pada tahun 1978 membandingkan kinerja pengunyahan pada pasien
dengan gigi alami, gigi tiruan lengkap dan overdenture. Mereka menemukan bahwa
pasien yang menggunakan overdenture memiliki efisiensi mengunyah sepertiga
lebih tinggi dari pasien gigitiruan lengkap. Crown dan Rooney pada tahun 1975
dalam studi mereka menemukan bahwa retensi caninus mandibula selama
penggunaan overdenture menyebabkan terjadinya pemeliharaan tulang alveolar.
6
Koping pendek sekitar 2-3 mm dan biasanya membutuhkan
perawatan endodontik karena pengurangan koronal akar yang
dibutuhkan akan mengekspos pulpa.
b) Koping Panjang (Long Coping)
Koping panjang biasanya 5-8 mm, pengurangan konservatif
struktur gigi koronal dilakukan. Hasil akhirnya berbentuk
panjang dan elips, serta rasio koronal dan mahkota akar yang
lebih besar. Akibatnya, cor membutuhkan dukungan tulang
dengan tingkat yang lebih besar.
3. Gigi Penyangga Menggunakan Attachment
Dibentuk dengan attachment yang direkatkan terdiri atas dua bagian
yang dapat mengunci satu sama lain untuk meningkatkan retensi.
Penggunaan attachment memerlukan biaya yang lebih banyak dan
waktu yang lebih banyak. Attachment diindikasikan untuk pasien
dengan kebersihan mulut yang baik dan indeks karies rendah. Gigi
penyangga harus memiliki kondisi periodontal yang baik dan
dukungan tulang yang memadai. Tipe dari Attachmentterdiri dari:
a) Rigid Attachment (Attachment Kaku)
Tidak memungkinkan pergerakan basis gigi tiruan sehingga
memberikan retensi yang memadai. Dapat menyebabkan lebih
banyak torsi pada gigi penyangga.
b) Resilient Attachment
Memungkinkan kontrol gerakan pada basis gigitiruan. Kurang
menginduksi torsi pada gigi penyangga. Overdenture attachment
dapat berbentuk:
1) Stud, terdiri dari 2 bagian, stud biasanya menempel pada
cor koping logam atas gigi penyangga yang disiapkan dan
tertanam pas di permukaan overdenture.
2) Bar, berkontur bar untuk menghubungkan gigi penyangga
bersama-sama, sejajar & berbaring di atas residual ridge.
Memberikan dukungan & retensi untuk overdenture &
7
splint gigi penyangga. Bar dapat dalam bentuk logam atau
plastik.
3) Magnet, berbentuk magnet mini yang kuat. Tiang semen
dalam rongga dipersiapkan pada saat perawatan endodontik
gigi penyangga dan yang akan melekat pada basis gigi
tiruan.
B. Dukungan Implan (Implant Suport)
Beberapa pasien tidak dapat memakai gigi tiruan mereka dan tidak
tergantung dari kontur yang sempurna pada gigi pendukung. Pasien-
pasien ini disebut sebagai "mal-adaptif." Gigi tiruan dengan dukungan
implan dapat dirancang untuk pasien tersebut.
Berdasarkan Tipe Overdenture (Klasifikasi Brewer dan Morrow)
1. Dukungan Implan (Implant Suport)
Gigi tiruan langsung dibentuk dan ditempatkan segera setelah
pencabutan beberapa gigi tetap.
A. Transitional OverdentureGigi tiruan diperoleh dengan
mengkonversi gigi tiruan sebagian lepasan yang telah ada ke
bentuk overdenture.
B. Remote or Defenite Overdenture
Overdenture lengkap konvensional dibangun di atas satu atau
lebih gigi penyangga. Seluruhnya dapat terbuat dari resin
akrilik atau dihubungkan dengan basis logam.
Overdenture lengkap konvensional dibangun di atas satu atau
lebih gigi penyangga. Seluruhnya dapat terbuat dari resin
akrilik atau dihubungkan dengan basis logam.
8
Gigi asli yang dipertahankan dalam mulut akan memberikan suatu
kebahagiaan khusus, terutama pada pasien usia tua, karena pencabutan
seluruh sisa gigi akan menyebabkan trauma mental.
2. Mempertahankan tulang alveolar.
Tulang alveolar sangat tergantung pada adanya gigi-gigi. Perawatan
overdenture yang memanfaatkan Retained Teeth (RT), yaitu gigi-gigi asli
yang dipertahankan dapat melindungi ridge dari tekanan dan membantu
mempertahankan ketinggian tulang alveolar.
3. Proprioseptor tetap berperan.
Dengan dipertahankannya jaringan periodontal berikut reseptor di
dalamnya, besar dan arah suatu gaya dapat dibedakan lebih baik. Juga
perbedaan dimensi dan konsistensi makanan akan dirasakan lebih jelas.
Proprioseptor yang dipertahankan akan menunjang kemampuan mengunyah
dan akan membantu adaptasi protesa.
4. Retensi dan stabilisasi yang baik.
Retensi dan stabilisasi protesa yang didukung oleh RT akan lebih baik
karena ketinggian ridgemasih terjaga, pembebanan pada mukosa berkurang
dengan adanya tumpuan vertikal pada elemen penyangga, sehingga
mengurangi iritasi mukosa. Retensi dan stabilisasi bahkan dapat
ditingkatkan dengan pemberian attachment ataupun magnit.
5. Oklusi dan estetika yang baik.
Kondisi akurat dan harmonis pada overdenture lebih mudah dipersiapkan
dan dicapai, karena pengaruh kondisi retensi dan stabilitas yang memadai.
Oklusi yang demikian akan menyempurnakan fungsi kunyah. Konstruksi
open face pada overdenture mudah diterapkan, karena pengaruh sayap labial
pada retensi tidak begitu besar. Sedangkan overdenture untuk penderita cleft
palate lebih banyak ditujukan untuk rehabilitasi estetik dan oklusi.
6. Mudah diubah – overdenture dirancang sedemikian mungkin, meskipun
akan terjadi kehilangan gigi penyangga, overdenture dapat diubah menjadi
gigi tiruan konvensional dengan melakukan rebasing atau relining.
9
7. Dengan gigi yang tersisa, pengukuran hubungan rahang dapat dilakukan
dengan lebih akurat karena gigi penyangga akan membantu basis gigi tiruan
yang lebih stabil.
Indikasi Overdenture
10
1. Overdenture diindikasikan ketika hasil perawatan akan sebanding atau lebih
baik dibandingkan hasil perawatan lainnya.
2. Masih ada beberapa gigi yang sehat dengan dukungan periodontal yang
memadai juga indikasi lain untuk overdenture.
3. Indikasi lainnya, berupa prognosis gigi tiruan penuh yang buruk, seperti
ruang palatal yang tinggi, ruang lipatan sublingual yang tidak terdefinisi
dengan baik, ridge sisa yang buruk pada daerah edentulous, serostomia atau
sialorrhea. Kehilangan ridge maksila atau kehilangan sebagian ridge
mandibula dan kelainan kongenital terutama celah palatum.
4. Gigi dengan prognosis yang dipertanyakan dapat digunakan untuk
overdenture, dan kemudian jika gigi tersebut hilang, basis gigi tiruan dapat
dilakukan relining
Kontraindikasi Overdenture
1. Pasien yang tidak kooperatif dan tidak bersedia dilakukan perawatan
overdenture.
2. Gigi dengan mobilitas derajat III dan periodontal yang lemah, yang tidak
dapat menyediakan dukungan untuk gigitiruan.
3. Kerusakan jaringan lunak dan osseus yang tidak dapat diperbaiki melalui
prosedur bedah.
4. Pasien dengan kebersihan rongga mulut yang buruk.
5. Ketika pasien tidak dapat menerima perawatan lain secara psikologis selain
gigi tiruan penuh.
6. Kontraindikasi untuk perawatan endodontik, terutama fraktur akar vertikal,
perforasi mekanis akar, resorpsi internal, instrumen yang patah didalam
saluran akar, dan fraktur horizontal di bawah puncak tulang.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan kelompok E:
2. Berapa lama magnet yang digunakan pada magnetic overdenture daapt bertahan
di RM?
Adriana da Fonte Porto Carreiro, Cátia Maria Fonseca Guerra, Sandra Lúcia
Dantas de Moraes, Arcelino Farias Neto, Érica Miranda de Torres,
Erika Oliveira de Almeida. The use of a magnetic attachment in a
removable partial denture of a patient with periodontal tissue loss.
Int J Dent, Recife, 8(4):215-219, out./dez.,2009
12
Kelompok I
Pada mini implan, dapat menyebabkan stress mekanik yang berlebih saat
terjadi oklusi dikarenakan implan memiliki bentuk yang kecil dan sempit.
Mini implan dapat diinsersikan pada ridged yang sempit dengan bedah
invasif yang minimal dan cocok diposisikan ketika sejajar dan atau tegak
lurus pada bidang oklusi.
Sedangkan pada implan overdenture tergantung pada 3 kondisi yaitu, posisi
implan, pemilihan perlekatan, dan splinting antara perlekatan dan basis gigi
tiruan. Penggunaan splinting dari implan overdenture ini dikarenakan terjadi
penurunan dari stress sekitar implan. Tetapi walaupun implan telah
dilakukan splinting, jumlah oklusal stress tidak didistribusikan pada semua
implan. Bagian yang sering terkena stress adalah bagian tengah dari implan.
Rumus dari stress pada implan yaitu 1/ d2 dimana “d” merupakan diameter
implan. Diasumsikan bahwa implan reguler memiliki diameter 3,8 mm dan
mini implan dimater 2,7 mm. Stress yang dapat dihasilkan oleh mini implan
kira – kira adalah akan 2x lebih besar dibandingan implan reguler.
Hal tersebut berkaitan dengan pertimbangan klinis, mekanis dan indikasi dari mini
implan antara lain,
13
d. Pasien dengan resorpsi tulang yang agresif sehingga tulang alveolar sempit
Selain itu, pada penggunaan implan, memerlukan tulang penyangga yang lebih
besar dibandingan dengan mini implan. Apabila pasien dengan resorpsi tulang
alveolar yang agresif, maka perlu dilakukan bedah preprostetikyaitu dengan
penumbuhan tulang menggunakan bonegraft. Tetapi apabila pasien menolak untuk
melakukan bedah tulang, maka cukp menggunakan mini implan.
Input sensorik dari reseptor periodontal adalah salah satu penentu utama
fungsi pengunyahan. Retensi gigi alami mempertahankan beberapa input
sensorik dari reseptor periodontal, yang lebih tepat daripada yang diperoleh dari
mukosa mulut. Resorpsi tulang basal ditambah dengan penurunan fungsi
neuromuskuler pasien karena penurunan respons proprioseptif yang dihasilkan
dari kehilangan gigi, akhirnya menyebabkan kegagalan gigi tiruan. Cara yang
jelas untuk mencegah masalah gigi tiruan adalah menyelamatkan gigi-geligi
alami dan memanfaatkan propriosepsi oral untuk mempertahanan tulang dan
kontrol prostesis yang lebih baik.
14
Rathee, Mohneesh, Shefali, dan Malik. 2014. Oral Proprioception for
Prevention and Preservation. Research And Reviews: Journal Of Dental
Sciences. e-ISSN:2320-7949.
Kelompok H
Jawab :
15
alveolaris yang terbatas, adanya persyaratan luas dan ketinggian tulang
alveolaris untuk pemasangan implan pada rahang bawah yang
memperhatikan letak foramen mentale, fovea mandibularis, pemasangan
implan non-paralel menjadi salah satu pilihan, sudut pemasangan MDI
yang masih ditoleransi dari gigi anterior ke posterior 15 derajat (15°)
terhadap procesus alveolaris.
Angulasi tulang alveolar sering mengalami perubahan setelah
kehilangan gigi dalam waktu lama sehingga membutuhkan pengkoreksian
pada sisi tulang tersebut sebelum pemasangan MDI. Adanya foramen
mentale pada rahang bawah mengharuskan pemasangan MDI 10 mm di
mesial dari foramen mentale dengan peningkatan sudut, pada daerah
kaninus, premolar satu dan premolar dua memungkinkan sudut sampai 15
derajat terhadap medial-line. Kelebihan MDI sebagai pendukung
overdenture dapat digunakan pada jarak berdekatan antara satu implan
sebagai pendukung overdenture dengan pendukung implan disebelahnya.
Seorang laki-laki, usia 56 tahun, datang ke RSGMP FKG USU dengan keluhan
ingin dibuatkan gigi tiruan pada rahang atas dan bawah karena kesulitan saat
mengunyah makanan.
Pemeriksaan ekstraoral terlihat profil wajah pasien dari samping cekung dan dari
depan lancip (Gambar 1), tidak ada riwayat penyakit sistemik, sendi rahang normal
dan sikap mental pasien filosofis.
16
Pemeriksaan intraoral terlihat edentulus pada rahang atas dan gigi yang tersisa di
rahang bawah 33 dan 43, dengan kondisi gigi 33 ekstrusi sebesar 3 mm dan mobiliti
derajat 1, gigi 43 ekstrusi sebesar 5 mm dan mobilitas derajat 3. Lingir posterior
rahang bawah datar dan vestibulum dangkal. Hubungan lingir alveolar adalah klas
III, rahang bawah lebih panjang dan lebar dari rahang atas. Kuantitas dan kualitas
saliva normal, bibir dan mukosa mulut normal (Gambar 2).
Pemeriksaan radiografi panoramik terlihat tidak ada gigi yang terpendam. Rasio
mahkota akar gigi 33 (1,5:1), rasio mahkota akar gigi 43 (5:1) dan terdapat
kehilangan tulang yang parah di regio gigi 43, sehingga gigi 43 mempunyai
prognosis buruk jika dipertahankan (Gambar 3).
17
Gambar 4. Model anatomis
Berdasarkan pemeriksaan diperoleh diagnosa pada rahang atas edentulus dan pada
rahang bawah klas I Kennedy modifikasi 1, dengan lingir datar pada posterior
rahang bawah disertai relasi rahang klas III. Perawatan yang dilakukan pada pasien
adalah pembuatan gigi tiruan lengkap resin akrilik pada rahang atas dan gigi tiruan
lengkap overdenture dengan coping dome-shaped pada rahang bawah serta
pembuatan kerangka logam sebagai penguat untuk mencegah fraktur basis gigi
tiruan rahang bawah.
1. Perawatan pendahuluan dengan pencabutan gigi 43, dan perawatan saluran akar
gigi 33 yang akan dibuatkan coping dome-shaped.
18
Gambar 5. Preparasi gigi kaninus kiri mandibula
4. Gigi dan saluran akar yang telah dipreparasi dicetak untuk pembuatan koping
dome-shaped dengan bahan cetak kombinasi elastomer monophase dan light body,
kemudian cetakan diisi dengan gips keras tipe IV (Gambar 7).
19
5. Prosedur laboratorium pembuatan coping dome-shaped. Setelah selesai, maka
dilakukan pasang percobaan dan penyemenan tetap coping dome-shaped pada gigi
33 dengan glass ionomer cement (Gambar 8).
20
7. Pembuatan basis gigi tiruan resin akrilik rahang atas dan basis gigi tiruan rahang
bawah yang diperkuat dengan kerangka logam, serta pembuatan occlusal rim
(Gambar 11).
Gambar 11. a. Kerangka logam, b. Basis gigi tiruan dan occlusal rim
8. Basis gigi tiruan beserta occlusal rim dengan dimensi vertikal dan relasi sentrik
yang sudah ditentukan difiksasi, kemudian ditanam ke dalam artikulator semi
adjustable. Penyusunan gigi tiruan artifisial dilakukan menggunakan bentuk gigi
anatomis (33°) dengan lebar buko lingual yang lebih kecil untuk mengurangi beban
yang diterima. Penyusunan gigi tiruan artifisial dengan konsep oklusi seimbang dan
gigi posterior disusun dengan hubungan crossbite bilateral (Gambar 12).
9. Setelah uji coba ke dalam mulut pasien, dilakukan proses akrilik polimerisasi
panas, polishing kemudian dilakukan pemasangan gigi tiruan rahang atas dan
rahang bawah ke dalam mulut pasien (Gambar 13).
21
Gambar 13. Pemasangan gigi tiruan
22
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Perawatan prostodontik preventif penting untuk menunda atau
menghilangkan masalah yang dapat mengganggu pada perawatan
prostodontik. Perawatan overdenture adalah bagian dari konsep
prosthodontik preventif yang mempertahankan satu atau beberapa gigi asli
atau akar gigi asli, dan atau untuk mencegah resorpsi linggir alveolus baik
tinggi vertikal maupun volume linggir alveolus.
Adanya gigi asli menyebabkan perbedaan yang signifikan antara
overdenture dengan gigi tiruan konvensional. Magnetik overdenture
merupakan gigi tiruan dengan penggunaan magnetik untuk meningkatkan
retensi overdenture. Penggunaan attachment dan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip dasar desain gigi tiruan lengkap dapat meningkatkan retensi
dan stabilitas overdenture. Awalnya magnet terbuat dari cobalt-platinum
atau paduan berbasis aluminium, nikel dan kobalt (Alnico). Namun saat ini
telah digantikan oleh bahan: samarium cobalt (Sm-Co) dan boron besi
neodymium (Nd-Fe-B).
Selain itu, perkembangan ilmu prostodontik lainnya dalah Implant
overdenture. Implan yang digunakan berukuran 3,75-4,2 mm diameter,
sementara implan yang berdiameter kurang dari 3,0 mm disebut mini
implant yang memungkinkan untuk diaplikasikan pada tulang yang sempit.
Keuntungan utama dari mini implan adalah implan minimal invasif, hemat
biaya, dan membutuhkan durasi perawatan yang singkat.
4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian dan pendalaman materi lebih lanjut
mengenai perawatan prostodontik preventif yaitu overdenture yang dapat
mempermudah tenaga medis khusunya dokter gigi untuk menangani
masalah gigi yang diindikasikan pemasangan magnetik overdenture atau
23
implant overdenture dan juga diperlukan agar dapat membandingkan
penelitian yang digunakan sekarang dengan penelitian yang digunakan
sebelumnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
25