Disusun oleh :
D3 TEKNIK GIGI
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Aspek Kritis pada Gigi Tiruan Cekat”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah “Aspek Kritis pada Gigi Tiruan Cekat” ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Aspek Kritis pada Gigi Tiruan
Cekat ” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
III.1 Simpulan.................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang direkatkan secara permanen pada gigi
yang telah dipersiapkan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh permukaan gigi
yang mengalami kerusakan/ kelainan dan untuk menggantikan kehilangan gigi.Gigi
tiruan cekat meliputi restorasi mahkota tiruan (MT) dan GTJ.
Kehilangan gigi dapat digantikan oleh salah satu dari tiga tipe gigi tiruan
berikut, yaitu gigi tiruan sebagian lepas, gigi tiruan sebagian cekat yang didukung
gigi, atau gigi tiruan sebagian cekat yang didukung implant. Gigi Tiruan Jembatan
(GTJ) didefinisikan sebagai protesa sebagian yang secara permanen direkatkan
dengan semen pada satu atau beberapa gigi yang telah dipersiapkan dan
menggantikan kehilangan satu atau beberapa gigi.
Pada pembuatan gigi tiruan cekat harus memperhatikan aspek kritis, dimana
aspek kritis merupakan bagian-bagian yang letaknya mempunyai kecenderungan
untuk bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan kesehatan jaringan gingiva
disekitar gigi dan kesehatan pulpa gigi
I.3 Tujuan :
Untuk mengetahui pengertian aspek kritis, macam2 komponen aspek kritis, serta
hubungan antara aspek kritis dam Gigi Tiruan Jembatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2) Modified Ridge Lap
Desain ini memberikan gambaran gigi asli. Pada bagian lingual dibuat
sedikit pembelokan kontur untuk mencegah impaction makanan dan
meminimalkan akumulasi plak (Setiawan, 2015 : 16).
3) Hygiene (sanitary)
Istilah hygiene digunakan untuk menggambarkan pontic yang tidak
berkontak dengan edentulous ridge. Pada desain ini ketebalan oklusal
gingival tidak boleh kurang dari 3mm, dan harus ada ruang kosong
dibawahnya untuk memfasilitasi pembersihan (Setiawan, 2015 : 16).
4) Conical
Pontic ini memiliki bentuk yang bulat dan dapat dibersihkan, tapi pada
bagian ujung lebih kecil dari pada ukuran keseluruhan pontic. Pontic ini
cocok digunakan untuk ridge mandibular yang tipis (Setiawan, 2015 : 16).
3
Pontik Conical
5) Ovate
Ovate pontic sudah digunakan sebelum tahun 1930 dan
dipertimbangkan sebagai pengganti pontik tipe saddle untuk mendapatkan
estetika yang baik dan kemudahan untuk dibersihkan (Setiawan, 2016 :
16).
Menurut Rosenstiel SF. Dkk, disain pontik suatu gigi tiruan jembatan
yang optimal harus memenuhi ketiga syarat restorasi yaitu biologis, mekanis
dan estetis. Berdasarkan semua pendapat ini yang terlihat paling optimal
adalah pontik tipe “Ridge Lap” yang dimodifikasi dimana tercakup ketiga
faktor diatas. Prinsip biologis dari desain pontik mencakup pemeliharaan dan
pengawetan “residual ridge”, gigi penyangga serta jaringan penyangganya.
Faktor khusus yang mempengaruhi adalah kontak pontik dengan ridge,
pembersihan plak dan arah gaya oklusal yang jatuh pada permukaan oklusal
pontik.
Dalam membuat pontik juga harus memperhatikan kecembungan atau
kontur dari pontik.
4
Kontur gigi yang yang berlebihan (overcontoured) akan menghalangi
efek pembersihan gigi. Secara eksperimen bahwa kontur gigi yang
berlebihan menghilangkan kesempatan untuk pembersihan plak serta
menyebabkan peradangan jaringan gusi.
Sedangkan apabila kontur gigi kurang (undercontoured) tidak
menyebabkan kerusakan yang berarti. Wheeler (1961), Bessett dkk
(1964), Glickman (1972) dan Kornfeld (1974) mendukung pemikiran
bahwa kontur dengan kecembungan sedikit saja akan melindungi
jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan (self
cleansing). Maka dapat dikatakan bahwa desain pontik harus dibuat
cembung dan harus dalam keadaan halus dan licin, sehingga tidak
ada kotoran/plak yang menempel dan tidak berakibat pada penyakit
periodontal.
Penentuan desain pontik harus memperhatikan tiga prinsip yaitu
biologis berupa pembersihan yang adekuat, tidak terdapat tekanan pada ridge,
dan akses pada gigi abutment , estetis berupa penampilan yang estetis seperti
gigi asli dan efek emergence yang baik dengan ruang bagi porcelain yang
cukup, serta mekanis berupa kekuatan yang baik dalam menahan beban
oklusi,kaku untuk mencegah deformasi, dan integrasi metal porcelain yang
baik untuk mencegah fraktur porcelain. Desain pontik juga harus dibuat
konveks (cembung) dan dipulas baik sehingga mudah dibersihkan dengan dental
floss. Desain yang dibuat juga tidak boleh menekan jaringan lunak agar tidak
mengiritasi mukosa dan tidak menghalangi masuknya dental floss.
5
permukaan dalam dari retainer) harus dipoles sampai licin dan mengkilap agar
kotoran atau sisa makanan tidak mudah melekat.
2. PROXIMAL EMBRASURE
a) Pengertian Proximal Embrasure
Proximal embrasure yaitu ruangan yang terdapat diantara bidang proksimal
gigi-gigi asli, diantara mahkota-mahkota tiruan, diantara pontik dan retainer suatu gigi
tiruan jembatan juga mempunyai hubungan sangat erat dengan kesehatan jaringan
penyangga gigi. Ruang “embrasure” dibagi menjadi 4 bagian yaitu bagian
oklusal/insisal, bagian facial, bagian lingual, dan bagian gingival.
b) Pentingnya Aspek Proximal Embrasure
“Embrasure” pada bagian gingival yang paling memegang peranan penting
untuk kesehatan jaringan gingiva. Bila pada penyakit periodontal yang menyebabkan
rusaknya jaringan penyangga dengan menurunkan tulang alveolar, maka ruang
“embrasure” menjadi lebih besar. Untuk mengatasi hal ini diperlukan restorasi yang
bentuknya dapat mengembalikan ukuran normal ruang “embrasure” dengan merubah
kontur proksimal dan meluaskan daerah kontak ke arah apikal.
c) Desain Proximal Embrasure
Pada gigi tiruan jembatan proximal embrasure dibuat lebih lebar daripada
embrasure gigi asli. Bentuk ruang “embrasure” yang baik harus mudah dibersihkan
dan tidak menyebabkan bacterial plaque menumpuk. Outline proximal margin pada
bagian oklusal dimodifikasi dengan melakukan pelebaran.
Permukaan oklusal restorasi harus didesain untuk mengatur jatuhnya gaya
kunyah sepanjang sumbu gigi, memberi ridge yang baik dan lereng oklusal yang
dapat mencegah “interproximal food impaction” yaitu masuknya sisa-sisa makanan
didaerah interproksimal. Pada bagian mesio bukal dibiarkan seperti gigi asli agar tidak
mengganggu estetik. Selain itu, permukaan konektor harus berbentuk konkaf, dipulas
dengan halus, dan tidak overcontour. Dibandingkan dengan gigi tiruan jembatan
akrilik, gigi tiruan jembatan all ceramic memiliki keuntungan plak tidak mudah
menempel, daya tahan, dan estetik yang baik. Sedangkan gigi tiruan jembatan akrilik
memiliki daya tahan yang kurang kuat, ruang embrasure terlalu sempit, dan estetik
kurang memuaskan.
Gigi tiruan dibuat sedemikian supaya hubungan oklusal dengan gigi antagonis
harmonis serta didapat oklusi dan artikulasi seimbang, sehingga gaya vertikal yang
jatuh tidak merusak jaringan penyangga gigi.
3. MARGINAL RETAINER
A. Pengertian Marginal Retainer
Aspek Marginal Retainer merupakan peralihan antara restorasi dengan
jaringan gigi. Retainer sendiri merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
direkatkan pada gigi abutment secara permanen untuk menghasilkan retensi dan
menahan gigi tiruan agar tetap stabil serta beban kunyah tersalurkan merata. Terdapat
tiga jenis retainer yaitu, retainer intrakorona, retainer ekstracorona, dan dowel
6
retainer. Retainer ekstrakorona menghasilkan retensi dengan menutup permukaan luar
gigi abutment berupa mahkota tiruan baik penuh maupun sebagian, sedangkan
retainer intrakorona menghasilkan retensi pada struktur interna gigi abutment seperti
inlay maupun onlay. Dowel retainer dilakukan pada kasus abutment pasca perawatan
saluran akar dan menghasilkan retensi dari saluran akar serta permukaan luar gigi.
Dowel retainer tidak dapat berdiri sendiri sehingga membutuhkan tunjungan dari
retainer lainnya.
B. Pentingnya Marginal Retainer
Pada daerah marginal retainer rentan adanya suatu celah (mikroleakage) atau
keterbukaan sedikit dimana bakteri dan calculus dapat tersangkut yang akan
mengakibatkan iritasi pada gigiva sehingga terjadi keradangan disamping itu cairan
mulut, toksik, kuman, serta sisa makanan dapat masuk.
c. Letak Margin
7
1. Sub Gingival
Kalkulus yang berada dibawah batas gingiva margin, biasanya pada
daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat.
Keuntungan :
lebih estetika, ketika menggunakan bahan restorative seperti metal,
zirconia, alumina atau lithium disilicate sebagai coping. Bahan tersebut
perlu berada dibawah jaringan untuk menyembunyikan gigi yang berubah
warna dan sambungan dengan bahan restorative.
Kerugian :
gingiva terlihat turun setelah meletakkan marginnya. Resikonya yaitu
gingiva menjadi tidak sehat karena margin ada dibawah jaringan.
Kerugian lainnya yaitu lebih susah untuk mencetak gigi karena harus
menarik jaringannya lagi.
2. Supra Gingival
Kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari pucak
gingival margin dan dapat dilihat.
Keuntungan : mudah untuk dilakukan preprasi, tidak trauma terhadap
jaringan lunak, mudah untuk dilakukan pencetakan, mudah dibersihkan
dan mudah untuk dievaluasi.
Kerugian : estetik dapat disesuaikan dengan bahan restorative tertentu.
Apabila menggunakan bahan zirconia, metal, atau alumina maka
prosesnya akan lebih sulit karena marginnya tampak buram dan akan ada
perbedaan opasitas margin dan warna gigi.
8
II.3 Hubungan Aspek Kritis dengan Gigi Tiruan Jembatan
Aspek kritis pada gigi tiruan jembatan harus tercapai agar dapat menunjang estetik dan
fungsional yang baik dalam kurun waktu pemakaian gigi tiruan yang lama, serta agar
kesehatan jaringan gingiva disekitar gigi-gigi abutment dan kesehatan pulpa gigi-gigi
abutment tidak terganggu sehingga pasien merasa nyaman menggunakan gigi tiruan.
Terdapat celah antara servical margin restorasi terhadap gigi penyangga menyebabkan
bakteri atau sisa makanan masuk. Kalkulus yang tersangkut dapat mengiritasi gingiva
sehingga terjadi peradangan, kemudian pulpa yang sensitif akan terbentuk karies dan
terjadi perubahan warna. Penyebab microleakage :
- Hasil tuangan tidak sempurna.
- Ketebalan semen, coating yang berlebihan menyebabkan marginal tidak fit.
- Distorsi, dikarenakan penanaman yang kurang baik sehingga marginal tidak tercetak
sempurna
Akibat dari mikroleakage :
Bacterial plaque merusak jaringan gingiva dengan proses, Lapisan bacterial
plaque akan melepaskan antigen yang dapat menembus hingga jaringan ikat gingiva.
Antigen diproses oleh macrophage dan diserap T-lymphosit. T-lymphosit membesar
berubah menjadi Blast cell. Blast cell kemudian mengeluarkan secrete yang secara
biologis merupakan hasil yang aktif, disebut lymphokines (MRF = macrophage
recruiting factor, MLF = macrophage inhibitory factor, MAF = macrophage activating
factor, Lymphotoxin, Interferon, OAF = osteoclast activating factor) OAF akan
mendekat ke tulang (migrasi epitel) dan menyebabkan keradangan tulang (osteous
9
inflammatory periodontal disease). Selanjutnya osteoclast akan mengakibatkan resorbsi
tulang alveol dan bila berlanjut maka gigi abutment menjadi goyang. Apabila mengenai
gingiva akan menyebabkan gingivitis dan apabila mengenai periodontal akan
menyebabkan gangguan periodontitis.
Cara mengatasi :
Agar microleakage tidak terlalu besar, ditching dan coating 1 mm diatas batas
preparasi. Kemudian pada saat penanaman usahakan adonan bahan tanam difibrasi agar
gelembung-gelembung/udara terjebak keluar dan hasil cetakan dapat lebih baik.
2. Muccosal Contact pada Daerah Servical Tajam
Muccosal contact pada daerah servical yang tajam dapat menyebabkan peradangan
pada gingiva. Kondisi ini tentu saja membuat pasien tidak nyaman memakai gigi tiruan
jembatan.
Cara mengatasi :
Margin restorasi harus halus, tidak menekan, tidak boleh open, over hanging, maupun
under, bentuk dibuat membulat atau menumpulkan tepi marginal yang tajam dan sesuai
dengan kontur. Memulas pinggiran restorasi sebaik mungkin.
10
3. Proximal Embrasure yang Sempit
11
4. Linguo Gingival Pontik yang Terlalu Menekan Mukosa
Linguo gingival pontik terlalu menekan mukosa maka akan mengiritasi mukosa dan
dapat menyebabkan bacterial plaque karena sulit dibersihkan/dilalui dental floss.
Cara mengatasi :
Linguo gingival pontik dibuat koveks (cembung) dan dipulas dengan baik agar
nangtinya mudah dibersihkan dengan dental floss. Tidak boleh menekan jaringan lunak.
Bentuk pontik ridge lap mempunyai kelebihan estetik yang baik, kontak minimum,
serta kesehatan gingiva terpelihara.
12
BAB III
PENUTUP
III.1 SIMPULAN
Pada pembuatan gigi tiruan cekat harus memperhatikan aspek kritis, dimana aspek
kritis merupakan bagian bagian yang letaknya mempunyai kecenderungan untuk bisa
menjadi penyebab terjadinya gangguan kesehatan jaringan gingiva disekitar gigi dan
kesehatan pulpa gigi. Aspek kritis meliputi, aspek linguo gingival pontik, proximal
embrasure, dan aspek marginal retainer (marginal seal). Beberapa penyebab tidak
tercapainya aspek kritis dari GTJ, yaitu Microleakage, servikal tajam, proximal
embrasure sempit, dan linguo gingival pontic yang terlalu menekan. Aspek kritis pada
gigi tiruan jembatan harus tercapai agar pasien merasa nyaman menggunakan gigi
tiruan.
III.2 SARAN
Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan
dari teknisi gigi mengenal aspek-aspek yang menunjang keberhasilan restorasi GTJ,
penting untuk diperhatikan bahwa teknisi gigi harus meminimalisir kemungkinan
terjadinya kegagalan pada GTJ agar tidak menimbulkan kerugian. kami juga
mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah dikemudian hari.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pendahuluan GTJ. 2003. Diakses pada tanggal 14 September pukul 14.00.
https://pdfslide.net/documents/pendahuluan-gtj.html
Repository Poltekkes Tanjung Karang. 2005. BAB II. Diakses pada tanggal 16 September pukul
12.21. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/205/3/6.%20%20BAB%20II.pdf
http://lib.ui.ac.id/
14