Anda di halaman 1dari 8

2.

3 Pontik
2.3.1 Definisi
Pontik adalah komponen dari gigi tiruan jembatan berupa elemen gigi tiruan yang
menempati area edentulous untuk mengembalikan fungsi gigi yang hilang seperti fungsi
mastikasi, oklusi, stabilisasi, dan estetis. Pemilihan pontik harus memperhatikan kondisi
kebersihan rongga mulut dan kenyamanan pasien, analisis kontur dan ukuran residual
ridge dari aspek mesiodistal, servikooklusal, dan bukolingual.
2.3.2 Syarat
Penentuan desain pontik harus memperhatikan tiga prinsip yaitu biologis berupa
pembersihan yang adekuat, tidak terdapat tekanan pada ridge, dan akses pada gigi
abutment, estetis berupa penampilan yang estetis seperti gigi asli dan efek emergence
yang baik dengan ruang bagi porcelain yang cukup, serta mekanis berupa kekuatan yang
baik dalam menahan beban oklusi, kaku untuk mencegah deformasi, dan integrasi metal
porcelain yang baik untuk mencegah fraktur porcelain.

Gambar 1. Pertimbangan Desain Pontik yang Optimal


2.3.3 Bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:
1. Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy,
yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan
yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi)
akibat tekanan pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah
yang kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor
fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
2. Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan seluruh
permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk
jembatan anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen
mudah beradaptasi dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk
jangka waktu yang lama.
3. Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik.
Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku
sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan
daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan
berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.
4. Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan
estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam
yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari temperatur porselen). Tidak berubah
warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan
mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada
bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan
anterior maupun posterior.
5. Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan estetika
sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat diterima oleh
gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang menghadap gusi
dibuat dari logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
2.3.4 Tipe
Tipe pontik diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama yaitu tidak berkontak
dengan mukosa dan berkontak dengan mukosa, antara lain sebagai berikut.
A. Pontik tidak berkontak dengan mukosa :
 Pontik sanitary
Pontik sanitary merupakan tipe pontik yang tidak berkontak dengan mukosa
ridge sehingga dapat dibersihkan dengan mudah. Jarak pontik dengan ridge
kira-kira 2 mm, sangat direkomendasikan untuk area posterior dan pada
kondisi oral hygiene yang kurang adekuat. Bahan untuk pontik ini adalah
metal. Namun pontik ini kurang terlihat natural sehingga kurang estetis, dan
kontraindikasi pada dimensi vertikal yang minimal.

Gambar 2. Pontik Sanitary


 Pontik modified sanitary / perel pontic
Pontik modified sanitary merupakan tipe pontik dengan dasar cekung atau
melengkung pada arah mesiodistal dan bukolingual. Konektor dibuat dengan
ketebalan maksimal untuk menahan tekanan. Tipe pontik ini dapat
dibersihkan dengan mudah, dan direkomendasikan untuk kondisi oral
hygiene yang kurang adekuat.

Gambar 3. Pontik Modified Sanitary


B. Pontik berkontak dengan mukosa:
 Pontik saddle
Pontik saddle memiliki permukaan cekung yang menyentuh residual ridge
sehingga tampak sangat estetis karena permukaan bukal dan lingual
menyentuh mukosa dengan efek emergence yang baik. Namun pontik ini
tidak direkomendasikan karena sulitnya pembersihan.

Gambar 4. Pontik Saddle


 Pontik conical atau egg shaped / bullet shaped / heart shaped
Pontik conical memiliki satu titik kontak pada titik tengah residual ridge
sehingga mudah dibersihkan, namun tampak kurang estetis. Pontik ini
direkomendasikan untuk gigi posterior terutama dengan ridge yang pipih,
yang tidak memerlukan tampilan estetis. Bahan untuk pontik ini dapat
berupa metal, metal porcelain, ataupun resin.

Gambar 5. Pontik Conical


 Pontik modified ridge lap
Pontik modified ridge lap mengkombinasikan estetis dan higienis dengan area
pontik menyentuh residual ridge pada bagian bukal sehingga estetis, pada
bagian mesial dan distal cembung untuk memudahkan pembersihan, dan
pada bagian lingual tidak menyentuh ridge. Desain ini direkomendasikan
apabila estetika dirasa penting. Bahan untuk pontik ini dapat berupa metal,
porcelain, ataupun resin.

Gambar 6. Pontik Modified Ridge Lap


 Pontik ovate
Pontik ovate merupakan jenis pontik yang paling estetis karena memiliki efek
emergence profile yang optimal. Dasar pontik membulat dan masuk ke dalam
cekungan residual ridge sehingga mudah dibersihkan dan tampak
menyerupai gigi asli. Cekungan residual ridge didapatkan dengan
memempatkan gigi tiruan jembatan sementara segera setelah ekstraksi
dengan memperluas pontik pada bagian servikal masuk ke dalam ridge.
Bahan untuk pontik ini dapat berupa metal porcelain, porcelain, atau resin.
Gambar 7. Pontik Ovate
Tipe pontik ini dapat digunakan pada regio anterior maupun posterior
dengan tingkat keberhasilan yang sama, meski demikian kebutuhan estetis
lebih diutamakan pada regio anterior sehingga direkomendasikan terutama
untuk kasus gigi tiruan jembatan anterior. 1
Inti dari desain pontik ovate adalah prinsip preservasi soket atau
alveolar architecture preservation technique. Sebelum melakukan ekstraksi,
dilakukan pencetakan awal untuk membuat gigi tiruan jembatan sementara
dengan pontik ovate. Model pembuatan gigi tiruan sementara ini diradir agar
terbentuk cekungan pada alveolar ridge sehingga desain pontik gigi tiruan
sementaranya dapat menyesuaikan. Bagian servikal dari pontik (2,5mm)
masuk ke dalam soket segera setelah ekstraksi sehingga terbentuk daerah
cekung 1-2 mm tergantung pada ketebalan dan viskoelastis mukosa.
Sedangkan jika ekstraksi sudah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup
lama dan sudah tidak ada cekungan pada jaringan lunak biasanya akan
dilakukan prosedur bedah. Prosedur tersebut diawali dengan augmentasi
jaringan lunak jika diperlukan dan dilanjutkan dengan pembuatan cekungan.
Setelah itu, desain gigi tiruan sementara juga perlu diperhatikan
menyesuaikan dengan desain pontik ovate. Gigi tiruan jembatan sementara
harus dipoles hingga halus untuk minimalisasi retensi plak karena area pontik
saat masa penyembuhan jaringan sulit dijaga kebersihannya. 1 bulan setelah
pemasangan, dapat dilakukan recontouring dengan mengurangi dasar pontik
1-1,5 mm. Setelah kondisi gingiva stabil (6-12 bulan) maka restorasi final
dapat dibuat. Pontik ovate akan mendukung jaringan gingiva dan
mengeliminasi black triangle akibat resesi papila interdental. Kontur sisi
jaringan permukaan ovate harus berada ±1 mm dari tulang interproksimal
dan bukal dan menjadi template proses penyembuhan jaringan.
Kelebihan dari pontik ovate antara lain:
- Estetika yang baik, identik dengan gigi asli
- Tidak rentan terhadap impaksi makanan
- Permukaan konveks, mengeliminasi adanya bagian proselen yang tidak
terdukung di bagian gingivofasial
- Dapat diakses dengan dental floss
Kekurangan dari pontik ovate antara lain:
- Area kontak jaringan yang besar memerlukan pembersihan yang lebih
baik
- Perlunya manajemen jaringan melalui tindakan bedah
- Biaya relatif lebih mahal
- Perlunya kunjungan evaluasi tambahan untuk membentuk gigi tiruan
definitif sesuai dengan soket gigi yang selama ini didukung oleh gigi
tiruan sementara

Gambar 8. Pontik Ovate


Gambar 9. Gigi Tiruan Jembatan Sementara dengan Pontik Ovate
A. Ekstraksi gigi atraumatik, B. Gigi tiruan jembatan sementara dengan pontik ovate
tampak kecembungan merata pada seluruh dimensi pontik, C. Perluasan 2,5mm dari
pontik ke apikal, D. Tampak papila yang tertekan ringan dan pucat. E. Gigi tiruan jembatan
sementara pada 12 bulan paska ekstraksi, tampak papila interdental sudah normal dan
kondisi baik

Keberhasilan pontik ovate bergantung pada ketinggian apikokoronal


dan lebar fasiolingual ridge yang sesuai.Pada pembuatan pontik ovate,
apabila terdapat defek pada residual ridge, maka perlu dilakukan manajemen
berupa gingivoplasti atau penggunaan pink porcelain crown pada defek yang
ringan. Namun jika defek yang terjadi lebih parah, maka diperlukan
augmentasi jaringan lunak hingga bone graft. Defek residual ridge
diklasifikasikan menjadi:2
a. Defek kelas I / Defek horizontal: kehilangan lebar jaringan fasiolingual
dengan ketinggian ridge yang normal
b. Defek kelas II / Defek vertikal : kehilangan ketinggian ridge dengan lebar
ridge normal
c. Defek kelas III / Defek horizontal dan vertikal : kombinasi kehilangan lebar
dan tinggi ridge
` Pada kasus dengan defek pada ridge yang minimal dapat ditangani
dengan gingivoplasti ataupun penggunaan dari protesa tambahan seperti pink
porcelain crown, namun pada kasus dengan defek yang lebih parah maka
diperlukan augmentasi jaringan hingga bone graft.

Gambar 10. Klasifikasi Defek Residual Ridge


Kelas O: tidak ada defek, B. Kelas I, C. Kelas II, D. Kelas III)
Daftar pustaka
1. Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4 th
ed. Louis: Mosby Inc; 2008
2. Siebert JS: Reconstruction of deformed, partially edentulous ridges, using full thickness
onlay grafts. 1. Technique and wound healing, Com pend Contin Educ Dent 4:437,
1983.

Anda mungkin juga menyukai