Anda di halaman 1dari 15

Tujuan diagnosa dan perawatan pendahuluan mempunyai arti yang penting terhadap

suksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien. Diagnosa dan perawatan
pendahuluan pada pembuatan gigi tiruan mempunyai beberapa pertimbangan :
1. Membentuk kesehatan jaringan periodontal.
2. Pemulihan gigi pasien.
3. Pemulihan dan mengahrmoniskan hubungan oklusal.
4. Penggantian dari gigi yang hilang.
Jika pasien langsung dirawat tanpa melakukan diagnosa dan perawatan pendahuluan, maka
kegagalanlah yang akan dihadapi. Selain diagnosa dan perawatan pendahuluan, ada hal-hal
yang sama pentingnya, yaitu:
1. Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga pasien
mengerti akan kegunaan gigitiruan tersebut.
2. Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.
3. Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.
4. Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.
5. Mendiagnosa pasien berarti melakukan anamnese dan pemeriksaan terhadap pasien.
Anamnese yaitu menanyakan kepada pasien mengenai segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gigitiruan yang akan dipakainya.
1. Pemeriksaan subjektif.
Penyakit sistemik, misalnya: hipertensi, diabetes mellitus. Kebiasaan jelek, misalnya:
mengunyah di satu sisi, bruxism, dsb. Apakah pernah memakai gigitiruan, jika
bagaimana

pernah

keluhan- keluhan gigi tiruan yang lama.

2. Pemeriksaan objektif.
Pada pemeriksaan objektif ini, pemeriksaan dapat dilakukan dengan melihat Palpasi
Perkusi Sonde Termis Rontgen foto
Pemeriksaan ektra oral
1) Bentuk muka/wajah
a.

Dilihat dari arah depan (oval/ovoid, persegi/square, lonjong/tapering)

b. Dilihat dari arah samping (cembung, lurus, cekung)


2)

Bentuk bibir (panjang, pendek, normal, tebal, tipis, tegang, kendor (flabby). Tebal tipis bibir
akan mempengaruhi retensi gigitiruan yang akan dibuat, dimana bibir yang tebal akan
memberi retensi yang lebih baik.

3) Sendi rahang (mengeletuk, kripitasi, sakit).


Pemeriksaan intra oral
1) Pemeriksaan terhadap gigi
a.

Gigi yang hilang

b. Keadaan gigi yang tinggal (gigi yang mudah terkena karies, banyaknya tambalan pada gigi,
mobility gigi, elongasi, malposisi, atrisi. Jika dijumpai ada kelainan gigi yang mengganggu
pada pembuatan gigi tiruan, maka sebaiknya gigi tersebut dicabut.
c.

Oklusi : diperhatikan hubungan oklusi gigi atas dengan gigi bawah yang ada. Angle klas I, II,
dan III.

d. Adanya ovrclosed occlusion pada gigi depan, dapat disebabkan, antara lain karena : (angular
cheilosis, disfungsi dari TMJ, spasme otot-otot kunyah, Spasme otot-otot kunyah dapat
diperbaiki dengan menambah dimensi vertical pada pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan.
Selain deep overbite, harus diketahui juga ukuran over jet dari gigi depan. Dalam keadaan
normal, ukuran over bite dan over jet ini berkisar antara 2 mm.
e. Warna gigi
Warna gigi pasien harus dicatat sewaktu akan membuat gigitiruan sebagian lepasan terutama
pada pembuatan gigitiruan di daerah anterior untuk kepentingan estetis.
f. Oral hygiene (adanya karang gigi, adanya akar gigi, adanya gigi yang karies, adanya
peradangan pada jaringan lunak, misalnya : gingivitis
g. Rontgen foto
Dengan rontgen foto dapat diketahui adanya:

kualitas tulang pendukung dari gigi penyangga

gigi-gigi yang terpendam, sisa-sisa akar

kista, kelainan periapikal

resorbsi tulang

sclerosis (penebalan tulang)


h. Resesi gingival
i. Vitalitas gigi
2. Pemeriksaan terhadap mukosa
Inflamasi, pada keadaan ini mukosa harus disembuhkan terlebih dahulu sebelum dicetak.
(bergerak/tidak bergerak, keras/lunak).
3. Pemeriksaan terhadap bentuk tulang alveolar
Bentuk U, V, datar, sempit, luas, undercut
4. Ruang antar rahang
- Besar, dapat disebabkan karena pencabutan yang sudah terlalu lama
- Kecil, dapat disebabkan karena elongasi
- Cukup, minimal jaraknya 5 mm
5. Adanya torus
- Pada palatum disebut torus palatinus

- Pada mandibula disebut torus mandibula Torus ini bila keadaan mengganggu pada pembuatan
gigitiruan, harus dibuang
6. Pemeriksaan jaringan pendukung gigi
7. Pemeriksaan terhadap frenulum
Apakah perlekatannya tinggi atau rendah sampai puncak alveolar, dimana jika
yang

rendah

akan mengganggu gigitiruan

yang

perlekatan

dibuat, sehingga perlu dilakukan

pembebasan.
Setelah dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap pasien, dapat diketahui apakah masih
perlu dilakukan perawatan pendahuluan sebagai persiapan perawatan prostodonti

Gigi tiruan jembatan (Bridge work)


Adalah restorasi (gigi tiruan) yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi geligi asli,
dilekatkan secara permanent dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu atau lebih gigi
atau akar gigi atau implant yang telah dipersiapkan.

Macam-macam gigi tiruan jembatan :


1.

Gigi tiruan jembatan konvensional

a.

Rigid Fixed Bridge

Gigi tiruan jembatan yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi yang berurutan, didukung
oleh 1 atau lebih gigi penyangga pada masing-masing ujung diastema, dan dalam pemakaiannya
tidak ada pergerakan individual dari gigi penyangga.
Indikasi :

Untuk kehilangan 1-4 gigi secara berurutan

Pada tekanan kunyah yang normal atau besar

Gigi penyangga yang pendek

Salah satu gigi penyangga goyang derajat 1 (tanpa kelainan periodontal atau paska terapi
periodontal)
Pada gigi molar maupun premolar yang mudah karies, dimana beban pengunyahan

besar, maka dipilih agar diperoleh retensi yang maksimum

Keuntungan :

Indikasi terluas

Memiliki efek splinting terbaik


-

Tidak mudah lepas.


Dapat melindungi gigi dari karies.

Preparasi, pencetakan, pembuatan dan penyemenan mudah.Syarat khusus :

Gigi penyangga baik posisi dan inklinasinya harus sejajar atau bila vital dapat dibuat
sejajar tanpa membahayakan pulpa (misalnya salah satu gigi penyangga miring 15-200)

- Tidak mudah mengalami distorsi di bawah tekanan daya kunyah

b.

Semi Rigid Fixed Bridge

Fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 atau 2 gigi didukung oleh satu atau lebih gigi-gigi
penyangga pada tiap ujung diastema dan memberikan pergerakan individual terbatas pada gigi
penyangganya pada waktu berfungsi.

c.

Cantilever Bridge

Merupakan fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 gigi dan didukung oleh satu atau lebih
gigi penyangga hanya pada satu sisi saja.
d.

Kombinasi Bridge

Bridge yang terdiri dari beberapa macam fixed bridge yang disatukan.
e.

Modifikasi Bridge

Merupakan fixed bridge yang dimodifikasi karena keadaan tertentu.

2.
1.
2.

Gigi tiruan jembatan sophisticated


Implant Bridge
Adhesive Bridge (Maryland Bridge)

Jenis Retainer : Retainer ekstrakoronal


Alasan: Retainer yang dipakai adalah retainer ekstrakoronal dimana retainer berada diluar
bidang mahkota gigi karena pada kasus ini akan menggunakan mahkota logam berlapis porselen.
Kelebihan Extra Coronal Retainer :
Sanggup menerima beban pengunyahan yang besar
Mudah dibuat
Retainer adalah bagian dari jembatan yang menjangkarkan jembatan ke gigi penyangga. Jenis
jenis retainer antara lain:
Intra koronal retainer : terletak di dalam bagian mahkota gigi.
Ekstra koronal retainer : terletak di luar bagian mahkota gigi
Intra radikular retainer : diindikasikan untuk gigi non vital setelah perawatan endodontik
(mahkota pasak).
Jenis yang dipilih adalah retainer ekstra koronal, karena terletak diluar bagian mahkota gigi.
- Tipe dasar pontik : Sanitary pontic
Ada 5 tipe pontik yaitu :
Sanitary Pontik : permukaan dasar tidak kontak dengan linggir alveolus
Indikasi : Gigi Premolar dan Molar RB
Spheroidal Pontik : mirip dengan Sanitary Pontik tapi dasarnya kontak dengan
linggir alveolus.
Indikasi : RB anterior
3. Ridge Lap Pontik : bagian labial berkontak dan bagian palatal menjauhi linggir alveolus.
Indikasi : RA anterior dan posterior
4. Saddle Pontik : modifikasi Ridge Lap Pontik tapi dasar pontik yang kontak dengan linggir
alveolus lebih luas.
Indikasi : RA anterior
5. Conical Root Pontik : dasar pontik masuk sekitar 2 mm dalam socket gigi yang baru dicabut.
Indikasi : Jembatan, immediate

Jenis-Jenis GTJ

1. Fixed-fixed bridge atau GTJ Lekat


2. Semi-fixed (Fixed-Movable) bridge atau GTJ setengah lekat
3. Cantilever (Swing On) bridge atau GTJ lekat sebelah
4. Spring Cantilever bridge atau GTJ konektor panjang.
5. Compound Bridge
6. Adhesive Bridge
Fixed-Fixed Bridge

Konektor kaku pada kedua ujung pontik, minimal 3 unit.

Anterior atau posterior, RA atau RB


GTJ Lekat anterior:

> gigi tetangga rotasi atau kelainan posisi.

> gigitan palatum

> berhub dgn fungsi bicara.

> tipe retainer: mahkota penuh, pasak, mahkota sebagian.

> Jenis pontik: Saddle pontik

> Bahan: all porcelain, kombinasi


GTJ Lekat Posterior

> Tipe retainer: mahkota penuh, uplay, mahkota sebagian, inlay.

> Tipe pontik: Saddle Pontic, Sanitary Pontic.


Fixed Moveable (semi fixed) Bridge/ GTJ setengah lekat
Salah satu pontik dihubungkan pd retainer dgn konektor non rigid, sedangkan yang satunya
dihubungkan dengan konektor rigid.
Keuntungan:

Dapat mengatasi kesulitan melakukan insersi.

Tidak mengganggu pergerakan individual gigi penyangga.

Efek stress breaker.


Indikasi:

salah satu gigi penyangga miring.


terdapat pier abutment.

Regio anterior:
indikasi: kehilangan Incisivus lateral RA, salah satu penyangga dirawat endo.
Retainer: mayor (mhkt pigura,mhkta ), minor (inlay klass III, mhkt pigura, mhkta Selberg).
Regio posterior
indikasi: Tekanan kunyah ringan, kehilangan tidak lebih dari 1, salah satu penyangga miring.
Retainer: Mayor (mhkta penuh, mhkta 4/5), Minor (mhkta penuh, mhkta sebagian, inlay klas II).
Cantilever Bridge (GTJ Lekat Sebelah)/Swing on Bridge
Salah satu sisi pontik dihubungkan oleh konektor rigid, sedangkan sisi yg lainnya melayang.
Keuntungan:

>

>

>

>

>
Indikasi:

Desain sederhana
tidak mengalami kesulitan insersi
pekerjaan klinik dan lab tidak lama
tidak membuang jaringan sehat terlalu banyak
estetik memuaskan

> Terutama kehilangan gigi anterior, dgn keadaan sbb:

* Tekanan kunyah yang ringan

* Ruang anodonsia kurang

* gigi tetangga malposisi


> Menggantikan P1 dengan penyangga

P2 dan M1 pada RA/RB

Retainer: mhkt penuh, mhkt sebagian, pin-lay crown.


Spring Cantilever Bridge (GTJ Konektor Panjang)

Konektor panjang, retainer terletak jauh dari pontik.

Kehilangan gigi anterior, dengan penyangga gigi posterior.

Bersifat pegas
Indikasi:
> kehilangan gigi anterior

* gigi tetangga lemah

* multiple diastema anterior

* tekanan kunyah ringan


Kontra indikasi:

> kehilangan gigi depan lebih dari satu


> deep bite

> bentuk palatum yg kurang menguntungkan


Keuntungan:

> estetik memuaskan

> angka rata2 kegagalan rendah

> mudah memperbaiki pontik, tanpa membongkar semua komponen GTJ.


Tipe pontik: Jacket Pontik
Bentuk konektor: konektor panjang dgn jarak thd mukosa 0,2-0,4mm
Retainer: mahkota pigura, mahkota 4/5
Compound Bridge (GTJ Gabungan)

Menyederhanakan suatu kompleks GTJ menjadi 2 GTJ sederhana.

Memperkecil kemuungkinan terjadinya kegagalan.

Tidak mengorbankan gigi sehat terlalu banyak.

Memudahkan melakukan insersi


Adhesive Bridge
Kekuatan retensi pada:

> ikatan resin thd enamel

> daya kohesi resin

> ikatan resin thd dasar logam


Indikasi:

> kehilangan 1 atau tidak lebih dr 2 gigi, dengan tekana kunyah ringan.

> servikal sempit (incisivus bawah)

> Px tidak tahan duduk lama.

> Px masih muda.

> Gigi penyangga sejajar


Kontraindikasi:

>
>
>
>

tekanan kunyah besar


gigi dgn karies besar
kehilangan gigi lebih dr 2 unsur
gigi dgn cacat enamel

1. Akrilik
Lebih dari 60% elemen gigitiruan di Amerika Serikat dibuat dari resin
akrilik atau resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen gigitiruan resin

memiliki basis dengan susunan linier poli (metil metakrilat). Resin poli (metil
metakrilat) yang digunakan dalam pembuatan elemen gigitiruan adalah serupa
dengan yang digunakan untuk pembuatan basis protesa. Namun besarnya ikatan
silang dalam elemen gigitiruan adalah lebih besar dibandingkan dengan basis
protesa yang terpolimerisasi. Peningkatan ini diperoleh dengan meningkatnya
jumlah ikatan silang dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer
hasilnya

menunjukkan

peningkatan

stabilitas

dan

sifat

klinis

yang

disempurnakan. 8
Resin akrilik dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki
sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik balk, mudah
dimanipulasi, reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil. 9
Poli(metil metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat.
Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai
untuk mendapatkan warns dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap
stabil di bawah kondisi mulut yang normal dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti
sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Satu keuntungan poli(metil metakrilat)
sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah pengerjaannya. Kurang kuat,
mudah patah, tidak cukup tegar dan menyerap cairan mulut, merupakan beberapa
kelemahan resin.8
II.3.2. Porselen
Ada beberapa kategori porselen gigi: porselen konvensional yang
mengandung leucite, porselen yang diperkaya leucite, porselen ultra-low-fusing
yang

mungkin

mengandung

leueite,

porselen-kaca,

porselen

inti

khusus

( alumina, alumina yang diperkaya kaca, magnesia dan spinel ), dan porselen
CAD CAM. 10
Porselen gigi dapat diklasifikasi menurut tipe ( porselen feld spathic,
porselen yang diperkaya leucite, porselen alumina, alumina yang diinfiltrasi
kaca, spinel diinfiltrasi kaca, dan porselen-kaca ), menurut kegunaan ( gigitiruan,
vinir, porselen logam, inlai, mahkota, dan jembatan anterior), menurut metode
pemprosesan

sintering,

pengecoran,

atau

mesin

),

menurut

metode

pemprosesan (sintering, pengecoran, atau mesin), menuntut materi substruktur


(logam cor, logam swaged, porselen-kaca, porselen CAD-CAM atau inti porselen
sintering). Metode pembuatan restorasi porselen mencakup koridensasi dan
sintering.10
Komposisi porselen gigi konvensional adalah porselen vitreus (seperti
kaca)

yang

berbasis

pada

anyaman

silica

(SiO2)

dan

feldspar

potas

(K2OAl2O3.6SiO2) atau keduanya. Pigmen, bahan opak, dan kaca ditambahkan


untuk mengontrol temperatur penggabungan, temperatur sintering, koefisien
ekspansi eksternal, dan kelarutan. Feldspar yang digunakan untuk porselen gigi
relatif murni dan tidak berwarna. Jadi, harus restorasi sewarna gigi yang sesuai
dengan gigi tetangganya. 10

Gambar 3. Mahkota Porselen


(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available
from :http://www.google.co.id/image/.php)

Sifat-sifat porselen : 10
1. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan
hilangnya bahan pengikat (bila ada). Besarnya pengerutan berkisar 30 - 40
persen; terutama disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga udara selama
proses pembulatan. Porselen tidak popular selama pembuatan inlay, oleh
karena sukar mendapatkan hasil dengan ketepatan yang dibutuhkan.
2. Porositas, adanya gelernbung-gelembung udara merupakan hal yang tidak
dapat dihindari pada pembakaran porselen. Ini dapat menurunkan kekuatan
bahan dan translusensi. Untuk mengurangi porositas tersebut beberapa
peneliti menganjurkan cara sebagai berikut :
a) Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk mengeluarkan air
b) Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes ke luar
dari porselen

c) Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultante besarnya


pori-pori
3. Sifat kimia : Salah satu daya tarik utama dari porselen sebagai bahan
restorasi gigi adalah bahwa bahan ini tidak rusak karena pengaruh kimia pada
hampir semua pada kondisi lingkungan mulut
4. Sifat mekanis : porselen adalah bahan yang rapuh. Penemuan bahan porselen
beberapa tahun ini diarahkan pada tercapainya sifat-sifat mekanis yang baik.
seperti pada porselen alumina.
5. Sifat termis : sifat pengantar panas yang rendah dan koefisien termal
ekspansinya sangat mendekati email dan dentin
6. Estetis : porselen menunjukkan nilai estetik yang baik, meskipun demikian
apabila semen larut, dan terbentuk celah pada tepi restorasi, maka ini akan
menyebabkan terjadinya perubahan warna oleh sisa-sisa makanan.
Keunggulan dental porselen dibandingkan dengan bahan aklirik antara lain : 10
1. Lebih keras dan lebih kuat pada ketebalan tertentu
2. Mempunyai permukaan yang lebih mengkilap (bila proses glaze dilakukan
dengan baik)
3. Lebih tahan terhadap pengikisan / abrasi
4. Warnanya lebih stabil selama pemakaian
5. Tidak memberikan reaksi jaringan
Kekurangan yang utama adalah sifat kerapuhannya bila ketebalannya kurang
penyusutan selama pembakaran. 10
II.3.3. Logam

Bahan yang biasa digunakan untuk membuat gigitiruan adalah logam,


akrilik dan porselen. Adapun logam yang biasa dipakai adalah aloi emas, aloi
chromium

cobalt, dan aloi chromium nikel. Ketiga bahan gigi tersebut dapat

dipilih sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan ketersediaan biaya. 11


Logam dan aloi berperan penting dalam bidang kedokteran gigi. Material
ini

sering

digunakan

pada

praktek

kedokteran

gigi,

termasuk

dental

laboratorium, restorasi langsung dan tidak langsung serta alat yang digunakan
untuk preparasi dan manipulasi gigi. Paduan logam dasar mempunyai kekuatan
lebih baik dan lebih ekonomis dari segi biaya bila dibandingkan dengan paduan
logam mulia terutama dalam pembuatan mahkota tiruan dan restorasi jembatan.
Logam padu tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag aloi)
masih digunakan sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu
menahan daya kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek
samping dan mudah pengelolaannya. Ni-Cr aloi secara luas digunakan untuk
mengganti mahalnya precious metal aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam
mendeteksi logam tuang untuk suatu restorasi perlu dipertimbangkan kekasaran
permukaan hasil tuangan logam, sebab kadang permukaan dari hasil tuangan
logarn, terutama pada daerah tertentu kasar dan tidak sesuai dengan cetakan.
Kekasaran permukaan dari restorasi tuang bisa mempersulit dalam proses
finishing atau polishing dan dapat memperlemah suatu restorasi tuang.
Permukaan yang kasar merupakan faktor yang paling besar untuk terjadinya
perlekatan plak. 12

Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan


Pada pembuatan gigi tiruan jembatan terdapat beberapa keuntungan yaitu:
1. Karena dilekatkan pda gigi asli sehingga tidak mudah lepas atau tertelan

2.
3.
4.
5.
6.

Dirasakan seperti gigi asli oleh penderita


Memiliki efek splinting untuk mempertahankan posisi gigi
Tidak ada kawat sehingga permukaan email tidak aus
Melindungi gigi terhadap tekanan
Mendistribusikan tekanan fungsi keseluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan gigi.
Beberapa kerugiannya yaitu:
1. Membutuhkan pengasahan permukaan gigi pada mahkota gigi yang masih utuh untuk dijadikan
gigi penyangga
2. Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk mengontrol plak gigi (dapat dicegah dengan
emnggunakan dental floss)
3. Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik
2.5 Indikasi dan Kontra indikasi umum
Menurut Prayitno (1991) terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam

perawatan gigi tiruan jembatan yaitu :


1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun
Kontra indikasi untuk usia dibawah 20 tahun karena:
Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur
Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas
Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan rontgen
Dapat menghambat pertumbuhan tulang
Kontraindikasi untuk usia diatas 50 tahun karena:

Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi


Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara fisiologis
Kelainan jaringan yang bersifat patologis
2. Sikap Penderita & kondisi psikologis
Yang terpenting dalam menentuan dibuat tidaknya suatu jembatan pada seorang penderita adalah
sikapnya terhadap pearwatan gigi serta motivasinya.
Watak pasien terbagi dalam tahap-tahap psikologis saat anamnesa yaitu:
Klas 1 : filosofi (pasien kooperatif)
Klas 2 : Pasien banyak bicara dan ingin tahu (exciting)
Klas 3 : Histerical
Klas 4 : Indeferen (acuh tak acuh, pada pasien ini harus banyak komunikasi)
3. Kondisi keuangan, pendidikan & pekerjaan]
Keuangan dapat juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya gigi tiruan lepasan lebih murah
dibanding jembatan, tingkat pendidikan, wawasan dan intelektualitas berpengaruh dalam
merencanakan suatu perawatan.
4. Penyakit sistemik
Pada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan jembatan daripada gigi tiruan
lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi fraktur pada gigi tiruan lepasan tersebut, dan

kemungkinan dapat tertelan, bila penyakit sedang kambuh. Penyakit sistemik lainnya seperti
penyakit jantung.
5. Kondisi Periondisium
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan
Indikasi khusus:
1. Gigi penyangga:
- Vital & non vital dengan perawatan saluran akar
- Jaringan periodontal sehat
- Bone support baik
- Bentuk akar yang panjang
- Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang
- Bentuk dan besar anatomis gigi normal
- Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat
2. Gigi antagonis:
- Oklusi normal
3. Gigi tetangga :
- Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring

Anda mungkin juga menyukai