Anda di halaman 1dari 71

MAKALAH

ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK 3


SKENARIO 8

Kelompok 5
Avi Aisyah Ramadini

(1406528365)

Ellen Teora

(1406528636)

Florentsia Hanum N

(1406572914)

Hardiati Nur Wahyuni

(1406576364)

Marceline Olivia

(1406599821)

Maria Julita Nugroho

(1406599885)

Mochamad Prabu Al Farikhi

(1406528491)

Nadia Sabrina

(1406568476)

Rakanda Rizki Ramadhani D

(1406528711)

Rifka Amanda Putri

(1406599891)

Vebrina Yodi

(1406576875)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS INDONESIA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah skenario 7 mata
kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Klinik (IKGK) 3. Makalah ini disusun dengan tujuan
memenuhi penilaian kognitif dan menjadi parameter keberhasilan kelas kami dalam
mencapai learning issue untuk skenario 8 yang membahas tentang dasar-dasar gigi
tiruan sebagian lepas.
Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
fasilitator IKGK 3 kelompok 5, drg. Retno Widayati, Sp.Ort serta pihak pihak lain
yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Depok, 30 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1

Latar Belakang....................................................................................................4

1.2

Rumusan Masalah...............................................................................................4

1.3. Analisis Masalah.....................................................................................................5


1.4. Hipotesis.................................................................................................................5
1.5. Learning Issues.......................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
2.1. KOMPONEN GTSKL............................................................................................7
2.2. BIOMEKANIKA GTSL2,3,4,5,6...............................................................................29
2.3. PEMERIKSAAN LENGKAP9,10..........................................................................39
2.4. TATALAKSANA PASIEN GTS8..........................................................................44
BAB III............................................................................................................................68
PENUTUP.......................................................................................................................68
3.1. KESIMPULAN.....................................................................................................68
3.2. SARAN.................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................69

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang pembuatan makalah ini berdasarkan scenario berikut:
Pasien laki-laki berusia 45 tahun, kesehatan umum baik, sudah pernah memakai
gigi tiruan yang terbuat dari akrilik tetapi tidak enak dipakai saat mengunyah. Pasien
ingin dibuatkan gigi tiruan baru yang nyaman agar dapat mengunyah dengan baik.
Dari hasil anamnesa, pasien adalah seorang karyawan swasta.
Pemeriksaan ekstraoral: muka lonjong, simetris, profil lurus.
Pemeriksaan intraoral :

OH baik

Oklusi ada dan stabil

Gigi 12 dan 21 pasca perawatan saluran akar

Gigi hilang 17,14,24,25,26,27,37,36,46,47

Otot dasar mulut dan ruang retromylohyoid dalam

Palatum dalam

Gigi 35 rotasi mesiobukal

Gigi 16 ekstrusi 5mm

Gigi 48 tipping ke mesial

1.2 Rumusan Masalah


1 Mengapa gigi tiruan akrilik tersebut tidak enak dipakai saat mengunyah?
2 Bagaimana kriteria gigi tiruan yang baik dan nyaman?
3 Bagaimana tatalaksana perawatan untuk pasien tersebut?

1.3. Analisis Masalah

1.4. Hipotesis
Bentuk kasus kehilangan gigi RA kelas III modifikasi 2 Kennedy, RB kelas III
modifikasi 1 Kennedy membutuhkan :
1) Perawatan preprostetik berupa
a. Ekstraksi gigi 16
b. Perawatan orthodontic untuk gigi 35 dan 48
2) Perawatan rehabilitasi berupa GTSKL yang nyaman.
1.5. Learning Issues
1

Pemeriksaan lengkap yang dibutuhkan pada perawatan GTSKL

Jenis GTSKL beserta komponennya

Desain GTSKL
a.

Indikasi & kontraindikasi

b.

Keuntungan dan kerugian


5

Pengaruh biomekanika pada perawatan GTSKL

Tatalaksana perawatan GTSKL:


a. Pencetakan model studi : sendok cetak, teknik, dan material
b. Pembuatan model studi dan surveying
c. Pemilihan desain
d. Preparasi rongga mulut
e. Prosedur lab
f. Try in wax
g. Pembuatan GTSL
h. Pemasangan GTSL

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KOMPONEN GTSKL


A. BASIS GTSL1
Fungsi Basis GTSL:
Menyokong dan menahan gigi tiruan
Mendistribusi tekanan ke seluruh permukaan
Meningkatkan estetis
Material Basis GTSL:
a. Akrilik Resin
Keuntungan
Bersifat estetis
Mudah diperbaiki
Kerugian
Kekuatan dan
dibanding logam
Konduktivitas termal yang rendah

resistensi nya lebih rendah

b. Basis Logam
Keuntungan:
Dimensi stabil
Imbibisi minimal
Lebih akurat
Abrasi minimal

Kekurangan:
Kurang estetik

B. MAYOR KONEKTOR
Major connector menghubungkan komponen pada salah satu sisi lengkung rahang
dengan sisi yang berlawanannya 1. Seluruh komponen menempel pada major connector
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk berfungsi secara efektif dan
meminimalisasi potensi dampak kerusakan sebuah major connector harus memenuhi
kriteria sebagai berikut
1.
2.
3.
4.

Kaku
Memberikan dukungan vertikal dan melindungi jaringan lunak
Memberikan retensi indirek ketika diindikasikan
Memberikan penempatan satu atau lebih basis gigi tiruan
7

5. Nyaman saat dipakai.


Major connector yang kaku akan memndistribusikan tekanan secara meluas karena
beban oklusal akan ditransmisikan terhadap gigi abutment , gigi lain yang terlibat pada
desain gigi tiruan sebagian lepasan serta jaringan lunak dan tulang. Komponen lain
seperti clasp retentif , occlusal rest dan indirect retainer dapat bekerja dengan efektif
hanya jika pada major connector yang rigid.
Major connector yang fleksibel akan menyebabkan kerusakan yang parah pada
jaringan keras dan lunak dalam rongga mulut. Fleksibilitas akan menyebakan tekanan
terkonsetrasi pada gigi individual dan segmen residual ridge. Hal tersebut menyebabkan
pergerakan gigi atau kehilangan gigi. Konsentasi tekanan terhadap segmen residual
ridge yang kecil menyebabkan resorpsi jaringan keras dan lunak. Akibatnya terjadi
penurunan tinggi ridge dan dukungan yang berhubungan dengan basis gigi tiruan.
MAYOR KONEKTOR MAXILLA1
Seluruh maxillary major connector sebaiknya menunjukan minor elevasi yang
berbatasan dengan kontak jaringan palatum lunak. Elevasi tersebut disebut bead lines.
Hal tersebut menghasilkan penutupan mekanik dan mencegah partikel makanan yang
terkumpul dibawah major connector. Selain itu elevasi tersebut memberikan garis akhir
visual .
1. Palatal Bar1
Indikasi
Short span pada kasus kelas III ( menggantikan satu atau dua gigi pada
masing masing rahang ) , tidak boleh ditempatkan di anterior P2 karena
tidak nyaman bagi pasien dan sulit penyesuaian berbicara. Paling banyak
digunakan untuk tujuan sementara namun tidak nyaman dan pendukung

utamanya hanya dari rests pada gigi yang tersisa


Keuntungan
Paling sering digunakan tetapi saat ini digunakan pada interim appliance
Kerugian
Kaku dan tebal sehingga menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien

2. Palatal Strap1
Palatal strap nyaman bagi pasien karena tipis
namun dimensi anteroposteriornya tidak boleh <
8mm agar tidak mengganggu kekakuannya.
Ketebalannya

harus

ditingkatkan

seiring

bertambah panjangnya ruang edentulous


8

a.
b.

a.
b.
c.
d.

Indikasi
area edentulus kelas II bilateral short span
Kontraindikasi
Area edentulus kelas I
Kerugian
Penutupan palatal yang berlebihan disebabkan penempatan batas anterior
yang tidak tepat
Menyebabkan papilary hiperplasia pada penggunaan selama 24 jam
disertai oral hygiene yang buruk
Keuntungan
Memberikan resitensi yang baik terhadap
bending atau twisting forces
Membantu mendistribsikan stress keseluruh
area
Merekat dengan kuat sehingga dapat dibuat
tipis
Dapat diterima dengan baik oleh pasien

3. Anteroposterior Palatal Bar1


Anteroposterior palatal bar memberikan karakteristik seperti palatal bar dan
palatal strap. Anteroposterior palatal bar tidak bisa dijadikan pilihan utama untuk
konektor mayor maksila kecuali jika tidak ada pilihan lain.
Indikasi
a. Kelas I dan II
b. Long edentulus span pada kelas II modifikasi 1
c. Kelas IV dimana gigi anterior harus di ganti dengan gigi tiruan sebagian
lepasan
d. Torus palatina tidak dapat dihilangkan untuk alasan kesehatan
Kontraindikasi
pasien dengan pendukung periodontal yang kurang.
Keuntungan
a. Resistensi terhadap deformasi
yang
baik
b. Penutupan
jaringan
lunak
minimal
Keuntungan
a. Resistensi terhadap deformasi
b. Penutupan
jaringan
lunak
minimal
4. Horseshoe1
Kekakuannya ditingkatkan dengan meluaskan batasnya sedikit ke
permukaan horizontal palatum keras. Dapat digunakan pada penggantian
beberapa gigi anterior, cukup kuat, dapat digunakan pada median suture line
9

prominent atau torus yang tidak dapat dibedah, dan dapat didesain untuk
menghindari kecembungan tulang tanpa memengaruhi dukungan vertical.
Namun ada kecenderungan untuk fleksi atau deformasi. Merupakan pilihan yang
buruk untuk distal extension partial denture. Horseshoe ini digunakan hanya jika
konektor yang lebih kaku tidak dapat digunakan.
Indikasi
Pergantian beberapa gigi anterior
Keuntungan
Konektor yang kuat
Kerugian
a. Resistensi terbatas
b. Cenderungan mengalami flex atau deformasi ketika menerima beban
5.

Anteroposterior
Palatal Strap1
Anteroposterior
palatal strap secara
structural kaku dapat
digunakan

pada

semua maxillary partial denture


Indikasi
a. Adanya torus palatina
b. Menggantikan beberapa gigi yang hilang (Long edentulus span pada
kelas II modifikasi 1)
Keuntungan
a. Memberikan dukungan yang baik pada jaringan
b. Relatif tipis kurang dari 1 mm
c. Resistensi baik
Kerugian
a. Mengganggu fungsi fonetik
b. Iritasi lidah jika batas terlalu panjang

6. Complete Palate1
Complete palate menyediakan kekakuan dan dukungan yang paling baik.
Digunakan ketika semua gigi posterior digantikan. Diindikasikan ketika gigi
tersisa memiliki kelainan periodontal dan ketinggian ridgenya minimal. Nyaman
10

bagi pasien dengan sedikit atau tidak ada efek terhadap fonetik. Selain itu
berkontribusi dalam kesehatan jaringan lunak jangka panjang. Metal juga lebih
tidak porus dari akrilik resin sehingga lebih resisten terhadap kolonisasi
mikrroorganisme berbahaya seperti Candida albicans.
Indikasi
a. Pada situasi dimana hanya beberapa gigi atau seluruh gigi anterior yang
tersisa
b. Kelas II dengan ruang modifikasi posterior yang besar dan beberapa gigi
anterior yang hilang
c. residual ridge yang mengalami
resorpsi vertikal yang ekstrem
Keuntungan
a. Mendistribusikan tekanan sebaik
jaringan palatum
b. Nyaman
Kerugian
a. Menimbulkan reaksi jaringan berupa
hiperplasia
b. Denture wear
MAYOR KONEKTOR MANDIBULA1
Jenis-jenis Konektor Mandibula
a. Lingual Bar
Lingual bar diindikasikan untuk seluruh gigi penyangga
GTSL kecuali terdapat kekurangan jarak antara margin
gingiva dan dasar mulut
Bagian terluas pada lingual bar terdapat pada bagian
bawah
Jarak lingual bar dengan dasar mulut minimal 8mm
tinggi minimum: 5mm
jarak margin gingiva dengan superior border bar: 3mm
apabila tidak mencapai 3mm, kemungkinan akan menimbulkan iritasi pada
jaringan yang berdekatan
Keuntungan
Memiliki minimal kontak dengan gigi yang tersisa dan jaringan lunaknya
sehingga:
akumulasi plak berkurang
Jaringan lunak terstimulasi dengan baik oleh saliva
Kerugian
Jika pada saat pembuatan desain dan konstruksi lingual bar tidak diteliti dengan
baik, maka:
Menyebabkan kekuatan kerangka menjadi lemah, cenderung fleksibel dan tipis
11

b. Lingual Plate

Pada bagian superior border harus memperlihatkan bagian lekukan/scallop

Lingual Plate harus disokong dengan adanya rest pada gigi premolar
Indikasi:
Ketika gigi yang tersisa kehilangan banyak tahanan jaringan periodontal dan
membutuhkan perawatan splinting
Untuk memberikan stabilitas yang baik pada gigi yang tersisa
Keuntungan:
Kerangka tidak harus kaku, kuat dan tebal karena dapat disesuaikan sehingga
pasien merasa nyaman
Kerugian:
Permukaan lingual plate yang terlalu luas akan menyebabkan:
dekalsifikasi pada email
Iritasi pada jaringan lunak pada pasien dengan OH buruk
c. Double Lingual Bar
Mempunyai 2 karakteristik yang sama :
1. Bentuk border atas dan bawah mirip
dengan lingual plate (upper bar
membentuk scallop)
2. Komponen bawahnya seperti lingual bar
Keuntungan:
Ketika mendapat tahanan dari rest, secara tidak langsung mendapat retensi
indirek ke arah anterior
Karena jaringan lunak dan interproksimal embrasure tidak tertutup aliran
saliva dapat menstimulasi marginal gingiva
OH menjadi lebih baik
Kerugian:
Debri cenderung terperangkap
Jika bar tidak berkontak baik dengan permukaan gigi makanan akan terselip
dan pasien tidak nyaman
12

Pasien tidak nyaman karena terdapat 2 bar sehingga makin terasa tebal dan
mengganggu
d. Labial Bar
Posisi labial bar terletak pada permukaan fasial,
melewati mukosa
Kekuatan dan ketebalan labial bar harus lebih besar
jenis mayor konektor lainnya

dari

Labial bar jarang digunakan


Indikasi:
Untuk gigi yang mengalami malposisi atau inklinasi jauh ke arah lingual
C. MINOR KONEKTOR1
Fungsi utama dari minor connectors adalah menyambungkan komponenkomponen di gigi tiruan sebagian lepasan ke major connectors1. Minor connectors juga
bertanggung jawab terhadap distribusi beban oklusal ke gigi abutment dan jaringan oral.
Karakter utama dari mior connectors adalah kaku.
Tipe-tipe minor connectors
1. Minor connector yang bergabung dengan clasp dan bertemu major connectors.
Harus bersifat kaku dikarenakan menyokong komponen aktif
dari GTSL yaitu clasps retentive. Konektor ini juga
menyokong rest yang mencegah pergerakan vertical dari
protesa terhadap jaringan. Karena hal tersebut, minor
connector ini harus memiliki jumlah yang cukup banyak untuk memastikan
kekakuan akan tetapi tidak boleh mengiritasi jaringan oral.
Konektor jenis ini ditempatkan di permukaan proksimal dari gigi yang
berdampingan dengan area edentulous. Konektor ini harus lebar secara
buccolingual dan tipis secara mesiodistal, bentuk tersebut memudahkan untuk
menempatkan protesa pada posisi yang seharusnya.
2. Minor connector yang bergabung dengan indirect retainers/
auxiliary rest dan major connectors
Konektor jenis ini harus membentuk sudut yang tepat dengan
major connectors yang sesuai dengan junctions (pertemuan)
yang dibuat agak melengkung untuk mencegah stress. Minor
connectors harus dipasang di embrasure lingual untuk
menyembunyikan jumlahnya dan mendapatkan kenyamanan
pasien.
13

3. Minor connectors yang menyambung dengan basis gigi tiruan dan major
connectors.
Terbagi menjadi 3 jenis:
a. Open Construction: terdiri dari longitudinal dan
transverse struts yang berbentuk seperti tangga.
Penempatan longitudinal dan transverse struts
berperan penting dalam penyusunan gigi protesa.
Konektor jenis ini menyediakan perlekatan
acrylic resin dengan framework GTSL yang
paling kuat.
b. Mesh Construction: Sering disamakan dengan rigid metallic screen.
Penetrasi acrylic resin dapat terjadi ketika melewati konektor dan membuat
mechanical retentive dari basis denture.
c. Cast Stops: Cast stop memiliki fungsi untuk mencegah pembengkokan
ketika terdapat beban oklusal. Cast stop dibuat pada area yang kecil di free
end pada minor connector.
4. Penggabungan minor connectors dan major connectors
Minor connector yang menyokong basis acrylic resin harus digabung dengan
major connector dengan jumlah yang cukup untuk mencegah fraktur. Setiap
basis acrylic resin yang menyatu dengan major connector harus smooth
dikarenakan jika adanya step dan iregularitas diantara dua permukaan akan
mengiritasi lidah dan jaringan lunak.
5. Minor connector yang berperan sebagai lengan untuk proyeksi vertical / bar-type
clasp
Merupakan satu-satunya konektor minor yang tidak perlu kaku. Komponen ini
menyokong direct retainers (Clasps) yang berarti harus fleksibel.
D. REST
Rest adalah komponen GTSKL
yang berfungsi mentransfer gaya yang
diterima oleh GTSKL ke gigi dan
jaringan pendukung lainnya sehingga
bersifat atraumatik. Rest seat adalah
permukaan

gigi

yang

dipreparasi

sebagai penyangga rest. Gaya dari protesa ke gigi penyangga harus dapat
ditransmisikan ke apikal sepanjang sumbu gigi. Setiap rest berfungsi sebagai
14

vertical stop bagi protesa. Kontak positif antara rest dan rest seat dapat mencegah
vertical displacement gigi dan mencegah kerusakan jaringan lunak. Selain itu, rest
juga berfungsi mempertahankan posisi retentive clasp.1
Berdasarkan fungsinya, rest terbagi dua. Rest yang merupakan bagian dari
retentive clasp assembly disebut primary rest. Sedangkan rest yang berfungsi
sebagai penyokong tambahan atau retensi indirek disebut auxillary atau secondary
rest. Auxillary atau secondary rest biasanya digunakan pada kelas I, kelas II, dan
long-span kelas IV. 1

Klasifikasi
Rest
a. Occlusal
Rest
Outline occlusal rest harus triangular, dimana dasar segitiga terletak pada
marginal ridge membentuk segitiga ke bagian tengah oklusal
gigi. Outline occlusal rest harus melengkung dan halus, tidak
boleh ada sudut, dinding, dan ledge yang tajam. Bentuk dari
rest seat harus mengikuti outline mesial atau distal fossa dari
gigi yang dijadikan penyangga. Rest harus menempati 1/3
atau diameter mesiodistal gigi dan lebar bukolingual dari cusp tip ke cusp
tip. 1

Sudut
antara

pertemuan
garis

paralel

di

proksimal sejajar sumbu gigi dengan dasar rest seat harus kurang dari 90
sehingga gaya oklusal dapat langsung ditransmisikan sepanjang sumbu vertikal
gigi. Apabila sudut lebih besar dari 90 maka gaya tidak dapat ditransmisikan
secara vertikal, namun dapat mengakibatkan inclined plane effect, yang juga
dapat menimbulkan orthodontic movement atau migrasi dari gigi penyangga,
nyeri, serta bone loss. Selain itu, bagian terdalam dari occlusal rest harus
15

terletak di dekat center dari mesial/distal fossa, lalu mengarah semakin ke


oklusal hingga marginal ridge. Tebal dari occlusal rest minimal 0.5 mm pada
point yang paling tipis dan 1-1.5 mm pada marginal ridge. Jika terlalu tipis
maka dapat menyebabkan fraktur. 1

b.

Lingual
atau Cingulum Rest
Lingual atau cingulum rest biasanya digunakan pada gigi caninus rahang
atas, karena morfologi dan ketebalan enamel gigi caninus rahang atas
mencukupi untuk preparasi rest seat secara minimal, sedangkan caninus rahang
bawah tidak. Lingual/cingulum rest juga dapat ditempatkan pada beberapa gigi
insisivus dalam kasus kehilangan gigi caninus, akan tetapi jarang digunakan. 1
Namun, occlusal rest pada gigi premolar lebih
direkomendasikan

daripada

lingual/cingulum

rest

karena lebih menguntungkan dari segi kemudahan


preparasi dan prognosis. Namun, lingual/cingulum rest
lebih direkomendasikan daripada insisal rest karena
terletak dekat dengan pusat rotasi gigi penyangga dan tidak mengenai tip gigi
sehingga lebih aman dan tidak menyebabkan pergerakan gigi penyangga.
Selain itu, lingual/cingulum rest juga menunjang estetika karena terletak pada
lingual gigi penyangga.1
Apabila dilihat dari aspek sagital, lingual/cingulum rest seat harus
berbentuk v untuk mencegah migrasi dari gigi penyangga dari kerangka
GTSKL. Syarat dari lingual/cingulum rest yakni cingulum harus cukup
prominen untuk dilakukan recontouring, OH pasien baik, dan indeks karies
rendah. 1
c.

Incisal Rest
Incisal rest terlerak pada permukaan lingual, melewati insisal edge dan
permukaan facial gigi penyangga. Biasanya, incisal rest digunakan pada gigi
caninus baik rahang atas maupun rahang bawah dan tidak diindikasikan untuk
gigi insisivuskarena akan menjadi kurang stabil. Incisal rest berbentuk v dan
terletak pada 1.5-2 mm dari sudut proksimal-insisal. 1
16

E. DIRECT RETAINER1
Direct retainer adalah komponen GTSKL yang berfungsi mencegah
perpindahan protesa

dari mulut pasien pada saat digunakan. Berikut bagan

klasifikasi direct retainer :

A. Intracoronal Direct Retainer


Intracoronal direct retainer terletak pada
intrakoronal

gigi

penyangga,

terdiri

dari

komponen yakni patrix dan matrix. Matrix adalah


logam yang berbentuk seperti kontur klinis normal
restorasi tetap, sedangkan patrix adalah logam
penghubung

matrix

dengan

GTSKL

yang

menempel pada protesa. Klasifikasi intracoronal direct retainer berdasarkan


metode fabrikasi dan fitness masing-masing komponen yakni :
a.

Precission Attachment
Komponen terbuat dari metal dan menggunakan

high-precission

manufacturing technique. Dinding retainer panjang, paralel, dan banyak


b.

membutuhkan adaptasi permukaan


Semiprecission attachment
17

Komponen matrix tidak begitu fit, biasanya terbuat dari wax atau plastic
pattern yang kemudian di cast menjadi logam. 1
B. Extracoronal Direct Retainer
Extracoronal direct retainer terdiri dari komponen yang berada di bagian
luar mahkota gigi penyangga. Berfungsi untuk mempertahankan dan
menstabilkan GTSKL. Extracoronal direct retainer terbagi dua, yakni
extracoronal attachments dan retentive clasp assemblies. 1
a.

Extracoronal Attachments
Extracoronal attachments biasanya digunakan pada GTSL rahang
atas. Extracoronal attachments memberikan retensi yang adekuat pada
protesa dan menunjang estetika karena menghilangkan

tampilan

komponen logam. 1

b.

Retentive
Clasp Assemblies
Retentive clasp assemblies merupakan extracoronal direct retainer
yang biasanya digunakan. Berdasarkan DeVans concepts, terdapat 2 jenis
retentive clasp assemblies, yakni : 1

Circumferencial /

suprabulge

direct retainers

clasp

membentang

dari

oklusal protesa

hingga height

bagian

of contour
Vertical projection / bar-type / infrabluge direct retainers : clasp
membentang dari bagian apikal hingga height of contour. Height of
contour ditentukan pada saat surveying oleh dental surveyor1
Berikut

merupakan

komponen
retentive

dari
clasp

assemblies :
18

A. Rest : komponen clasp yang berfungsi sebagai vertical support bagi


protesa
B. Retentive clasp
C. Reciprocal element : penahan gigi penyangga pada saat insersi dan
pelepasan protesa (dapat berupa cast clasp, lingual palate, atau
kombinasi minor connector mesial dan distal), harus berkontak pada
height of contour dan ditempatkan di permukaan yang berlawanan
dengan retentive clasp (bila retentive clasp di bukal, maka reciprocal
element di lingual). Fungsinya untuk menetralisir tekanan yang
diberikan retentive clasp agar tidak terjadi lateral displacement pada
gigi penyangga
D. 1 atau lebih minor connector1
Syarat dari retentive clasp assemblies adalah sebagai berikut : 1
Retensi : merupakan kualitas clasp assemblies dalam menahan gaya
yang dapat membuat komponen lepas dari jaringan pendukung atau
kemampuan clasp assemblies dalam menahan gaya vertikal. Retensi
bergantung pada tipe clasp yang digunakan, fleksibilitas retentive arm,
dan konvergensi axial permukaan gigi dari apikal hingga height of
contour.
Support : merupakan kualitas clasp assemblies dalam menahan
perpindahan protesa dari arah apikal. Komponen yang berperan dalam
memberikan support adalah rest, preparasi rest seat, reciprocal
element, dan shoulder dari retentive clasp.
Stabilitas : merupakan kualitas clasp assemblies dalam menahan
perpindahan protesa dari arah horizontal. Komponen yang berperan
dalam memberikan stabilitas adalah reciprocal element, shouder dari
retentive clasp, dan minor connector dengan orientasi vertikal

19

Reciprocation

: merupakan

kualitas

clasp

assemblies

dalam

menetralisir lateral displacement dari gigi penyangga. Komponen


yang berperan dalam memberikan resiprokasi adalah reciprocal
element (karena dapat menetralisir tekanan yang diberikan retentive
clasp). Selain itu, preparasi dinding axial gigi penyangga harus paralel
dengan path of insertion dan removal dari gtsl.
Encirclement : merupakan karakteristik clasp assemblies dalam
mencegah perpindahan gigi penyangga dari clasp assembly tsb. Clasp
assembly harus mengelilingi dan berkontak dengan gigi penyangga
minimal 180
Passivity : merupakan kualtias clasp assemblies dalam mencegah
transmisi gaya yang merugikan gigi penyangga pada saat protesa telah
dipasang.

Clasp

menimbulkan

assemblies

gaya

sehingga

harus
tidak

bersifat
terjadi

pasif

dan

tidak

ketidaknyamanan,

pergerakan gigi, dan kerusakan gigi penyangga maupun GTSKL. 1


i.

Lokasi dari terminus clasp


Secara umum, untuk clasp suprabulge maupun infrabulge, ujung clasp
sebaiknya berada pada line angle di bagian mesial / distal dari gigi
abutment dan sebaiknya lengan clasp berada di bagian fasial dari gigi
tersebut. Dengan penempatan di bagian fasial, lengan dari clasp akan
lebih panjang dan meningkatkan fleksibilitas clasp. Saat mendesain
GTSL, seorang dokter gigi harus mempertimbangkan hubungan antar
clasp. Bila clasp pada satu sisi rahang diletakan pada permukaan lingual
dari gigi abutment,maka pada sisi lateral dari rahang tersebut, sebaiknya
clasp diletakan pada bagian fasial dari gigi abutment. Hal ini

ii.

memberikan sistem retensi yang lebih efektif


Perbandingan retensi infrabulge dan suprabulge
Infrabulge clasp dan suprabulge clasp memiliki posisi yang berbeda
di gigi abutment,sehingga untuk menggerakannya dibutuhkan gaya yang
berbeda pula. Infrabulge clasp membutuhkan gaya dorongan melewati
height of countour, sementara itu suprabulge clasp membutuhkan gaya
tarikan melewati height of countour. Sebagai hasil dari perbedaan

20

mekanis dari kedua clasp tersebut, maka akan ada perbedaan


karakteristik retensi diantara keduanya.
Pada infrabulge clasp, lengan clasp akan lebih panjang dikarenakan
posisi dari clasp itu sendiri yang membutuhkan lengan yang panjang
dibandingkan dengan suprabulge. Hal ini menyebabkan berkurangnya
iii.

gaya retensi akibat bertambahnya fleksibiltas clasp.


Desain Circumferential Clasp
Terdapat beberapa aturan dalam membuat desain circumferential
clasp, antara lain :
Clasp circumferential harus berasal dari bagian framework
yang berada diatas height of contour. 1/3 dari batas clasp
harus melewati height of contour dan berada di bagian
infrabulge dari gigi. hanya bagian ujung dari clasp yang
berada pada undercut. Bagian reciprocal harus berada di /

sedikit di atas height of contour.


Ujung retentif clasp tidak boleh mengarah ke gingiva.
Lengan clasp harus berakhir pada mesial line angle / distal

line angle dan tidak di permukaan midfacial atau midlingual


Lengan clasp sebaiknya berada sejauh mungkin dari apikal

dan tidak boleh mengganggu free gingival margin.


Diperlukan pertimbangan lebih lanjut untuk desain dengan
extension base.

Desain untuk circumferential clasp antara lain :


a. Simple Circlet
Merupakan jenis circumferential clasp yang paling banyak
digunakan. Lengan dari circumferential clasp mengarah
menjauhi daerah edentulus. Desain ini memenuhi persyaratan
dari clasp itu sendiri yaitu support, stabilitas, reciprocration,
encirclement, dan passivity. Desain ini mudah dibuat dan
diperbaiki.

Kekurangannya

adalah

sulitnya

dilakukan

adjustment.
b. Reverse Circlet
Desain ini digunakan bila underut terdapat pada fasial atau
lingual line angle dari gigi abutment. Dikarenakan posisi dari
clasp ini yang biasanya berada pada bagian mesio-oclusal
gigi dan melewati permukaan fasial dari mesial ke distal,
maka sifat estetis dari claspi ini kurang baik.
c. Multiple Circlet
21

Merupakan dua simple clasp yang bergabung di bagian


terminal dari elemen reciprocal clasp tersebut. Diindikasikan
bila salah satu gigi abutment memiliki masalah periodontal.
d. Embrasure Clasp
Merupakan dua simple clasp yang bergabung dibagian badan
dari clasp tersebut. Biasanya digunakan pada bagian rahang
yang tidak memiliki ruang edentulus. Untuk menyokong
bagian embrasure dari clasp ini, digunakan oclusal rest.
e. Ring Clasp
Diindikasikan untuk gigi molar yang mengalami tipping.
Pada gigi yang mengalami tipping, undercut hanya tersedia
pada mesiolingual line angle. Dikarenakan panjang lengan
dari clasp ini, dibutuhkan penambahan

tumpuan untuk

meningkatkan sifat rigid dari clasp. Biasanya digunakan


axilarry branching arm yang berada pada bagian fasial dari
gigi.
f. C-Clasp
Biasa juga disebut sebagai clasp mata pancing. Merupakan
simple clasp dengan lengan clasp yang berputar dan berujung
di undercut di permukaan dimana clasp tersebut berawal.
Clasp ini diindikasikan bila undercut hanya terdapat pada line
angle yang dekat dengan daerah edentulus, jaringan lunak
tidak dapat menerima bar clasp, serta kejelasan oklusal yang
kurang sehingga tidak dapat menggunakan reverse circle.
g. Onlay Clasp
Terdiri dari rest yang menutupi seluruh permukaan oklusal
gigi dan berperan sebagai awal dari buccal dan lingual clasp
arm. Diindikasikan bila permukaan oklusal dari gigi
abutment berada lebih ke apikal dibandingkan occlusal plane
pasien tersebut. Sebaiknya hanya digunakan bila pasien
bebas karies.
h. Wrought Wire circumferential
Disebut juga clasp kombinasi dimana clasp ini terdiri dari
oclusal rest, lengan reciprocal metal dan lengan retentif yang
terdiri dari kawat yang ditempa. Di indikasikan unutk
kehilangan gigi kennedy kelas 1 dan 2 dengan undercut yang
berada pada mesiofasial line angle gigi abutment yang paling
22

posterior.

Dikarenakan

bentuknya,

clasp

ini

hanya

membutuhkan kontak yang sedikit dengan gigi sehingga


cocok digunakan untuk pasien rawan karies. Kekurangan dari
clasp ini adalah perlunya langkah tambahan saat pengerjaan
iv.

di lab, serta lebih rawan rusak saat pembuatan.


Desain Infrabulge Clasp
Merukapan clasp yang mengarah ke undercut dari arah apical gigi.
Fleksibilitas dari clasp ini dipengaruhi oleh bentuk mengerucut clasp
serta panjang lengan. Semakin kerucut dan semakin panjang lengan
clasp, semakin fleksibel clasp tersebut. Clasp ini lebih estetis
dibandingkan suprabulge. Namun, debri makanan mudah menempel
pada clasp ini. Serta membutuhkan bracing dan stabilizing unit tambahan
untuk menstabilkan clasp ini.
Terdapat beberapa aturan dalam membuat desain infrabulge clasp,
antara lain :
Lengan

clasp tidak boleh menghimpit jaringan lunak.

Lengan clasp harus halus dan ter polish dengan baik


Lengan clasp harus tegak lurus dengan free gingival margin.
Lengan clasp tidak boleh di desain menyerupai jembatan di
daerah jaringan lunak untuk menghindari menempelnya

makanan
Ujung clasp diletakan sejauh yang memungkinkan dari

apikal.
Minor connector yang menghubungkan occlusal rest dengan
framework haruslah keras dan kaku serta berperan pula
dalam menstabilisasi prothesa

Desain untuk infrabulge clasp antara lain :


a. Tclasp
Dinamakan sesuai dengan bentuknya. Biasa digunakan pada
klasifikasi kennedy kelas 1 dan 2. Lengan berasal dri
framework dibagian edentulus, lalu mengarah secara
horizontal melewati jaringan lunak lalu mengarah ke vertical
dengan sudut 90derajat dan melewati margin gingiva dan
kemudian berkontak dengan abutment di height of contour.
Terdapat pula bracing tambahan berupa lengan yang
mengarah ke arah yang berlawanan. Clasp ini merupakan
kontraindikasi untuk kasus dengan jaringan lunak yang
23

memiliki undercut, untuk gigi abutment dengan height of


contour yang dekat dengan oklusal.
b. Modified T clasp
Merupakan T clasp dengan pengurangan dibagian lengan
yang memanjang secara horizontal. Sifat mekanis dari clasp
ini kurang lebih sama dengan t clasp sehingga digunakan
untuk klasifikasi kasus kennedy kelas 1 dan 2. Dikarenakan
tidak adanya bagian yang memanjang

secara horizontal

tersebut, sifat estetis bertambah. Biasanya digunakan bila


kaninus ataupun premolar menjadi abutment.
c. Y Clasp
Dinamakan sesuai bentuknya. Memiliki sifat mekanis yang
kurang lebih sama dengan t clasp. Namun dengan
recontouring yang hati hati, clasp ini dapat menjad lebih
estetis dibandingkan dengan t clasp.
d. I Clasp
Dinamakan sesuai bentuknya. Lengan clasp berasal dari
bagian framework di daerah edentulus dan kemudian
memanjang secara horizontal. Lengan kemudian sedikit demi
sedikit mengarah ke vertikal dan kemudian melewati margin
gingiva tegak lurus. Clasp berkontak dengan abutment di
daerah undercut sampai height of contour. Biasanya
digunakan untuk klasifikasi kennedy kelas 1 dan 2.
Pemilihan dari clasp yang digunakan perlu memperhatikan banyak faktor.
Desain sebaiknya dibuat seefektif dan sesederhana mungkin dengan berbagai
penyesuaian yang dapat dilakukan dan dipertimbangkan.
F. Indirek Retainer
Sebuah gigi tiruan lepasan mendapatkan dukungan dari dua sumber. Yang
pertama, gigi tiruan mendapatkan tumpuan dari jaringan periodontal gigi
penyangga. Yang kedua, pada bagian yang tidak bergigi, gigi tiruan
mendapatkan dukungan dari prosesus alveolaris dan jaringan lunak.
Pada gigi tiruan yang memiliki gigi abutment yang baik seperti pada
kehilangan gigi kennedy kelas 3, biasanya gigi tiruan tersebut akan stabil dan
memiliki retensi terhadap perpindahan akibat gerakan fungsional. Namun, pada
gigi tiruan yang tidak sepenuhnya bertumpu pada gigi sehat seperti pada
kehilangan gigi kennedy kelas 1, gigi tiruan dapat bergerak saat diberikan gaya.
24

Untuk itu, dibutuhkan sebuah komponen yang dapat menambah retensi serta
menghilangkan rotasi pada gigi tiruan tersebut. Maka digunakanlah retainer
indirek. Retainer indirek merupakan komponen pada gigi tiruan lepasan yang
menahan rotasi GTSL. Bila suatu gigi tiruan dapat menahan gaya yang diberikan
dengan adanya retainer indirek tersebut, maka gigi tiruan tersebut disebut
memiliki retensi indirek.
Terdapat sebuah terminologi yang dikemukakan oleh prothero pada tahun
1916. Terminologi itu adalah garis fulcrum. Garis fulcrum ini membantu untuk
mengidentifkasi sumbu rotasi utama gigi tiruan sehingga sangat berpengaruh
pada keberhasilan GTSL. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan kemudian.
A. Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Retainer Indirek
Retensi indirek baru bisa didapatkan bila retainer diposisikan pada
rest seat dengan baik. Hubungan yang baik antara retainer dan rest
seat menyebabkan terjadinya transmisi gaya pada gigi abutment.
Selain itu, perlu dilakukan pula identifikasi dari garis fulcrum pada
gigi pasien. Garis fulcrum merupakan garis yang melewati gigi
abutment paling posterior di tiap sisi rahang. Peletakan dari retainer
indirek sebaiknya berada pada bagian yang berlawanan dengan garis
fulcrum. Semakin jauh jarak dari garis fulcrum dan retainer indirek,
semakin efektif retainer tersebut. Jarak terjauh yang dapat digunakan
adalah tegak lurus garis fulcrum.
Selain itu, perlu pula dilakukan pertimbangan pertimbangan lain
mengenai gigi mana yang dijadikan abutment. Seperti kemudahan
preparasi, estetis, dan lain - lain.
B. Bentuk Bentuk Retainer Indirek
Retainer indirek dapat berupa auxiliari occlusal, cingulum, atau
insisal rest. Retainer indirek haruslah rigid agar efektif dalam
menahan gaya. Jenis yang paling baik adalah occlusal rest. Hal ini
dkarenakan lokasi dan orientasi vertikal dari rest tersebut yang dapat
mentransimi gaya sepanjang long axis dari gigi abutment dengan baik.
Cingulum rest juga dapat dipilih sebagai retainer indirek yang
efektif. Cingulum rest ini terbatas hanya untuk kaninus rahang atas.
Anatomi dari gigi itu sendiri memberikan keuntungan berupa hanya
dibutuhkan sedikit konturing untuk membuat seat yang baik. Namun,
butuh perhatian lebih mengenai posisi dari gigi antagonis dan lokasi
kontak oklusi dari gigi tersebut.
25

Insisal rest digunakan bila jenis lainnya tidak dapat digunakan atau
kontaindikasi. Insisal rest digunakan pada gigi insisif mandibula dan
maksila ataupun kaninus mandibulla. Meskipun kekuatannya cukup
baik, namun rest ini tidak estetis untuk gigi anterior.
G. Gigi Pengganti
Gigi pengganti untuk GTSL yang paling umum adalah gigi tiruan dari resin
akrilik. Tersedia pula gigi tiruan alternatif seperti tube teeth, metal pontics, reinforced
acrylic pontics, dan lain lain. Untuk memilih bahan yang paling baik, seorang dokter
gigi harus memperhatikan kebutuhan fungsional dan estetik dari pasien, kebutuhkan
struktural dari GTSL, serta material yang akan digunakan untuk membuat prothesa.
A. Gigi Pengganti Anterior
Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menggantikan
gigi anterior dengan GTSL. Yang pertama dengan menggunakan gigi
tiruan resin akrilik atau porceleain dengan basis resin akrilik. Yang
kedua, dengan menggukanan reinforced acrylic pontics.
Gigi tiruan resin akrilik dengan basis akrilik : Gigi tiruan ini
memiliki kelebihan antara lain sangat estetis, basis dapat
digunakan untuk merestorasi bagian yang hilang dari
prosesus alveolaris, dapat dilakukan relining dan rebasing
pada gigi itiruan. Namun, kekurangan yang dimiliki antara
lain kurang cocok digunakan untuk menggantikan satu gigi

dan kekuatan dari basis yang kurang kuat.


Reinforced acrylic pontics: merupakan gigi tiruan resin
akrilik yang ditopang oleh metal yang diletakan ditengah
tengah gigi. Metal yang menopang gigi ini tersambung ke
basis metal. Kelebihan dari gigi tiruan ini adalah kekuatan
yang sangat baik, estetis yang cukup baik, dapat digunakan
di area yang terbatas. Kekurangan dari gigi tiruan ini adalah
dibutuhkannya residual ridge yang sehat dan konturnya
baik, sulit dilakukan reline, dukungan yang didapat dari

kontak gigi tiruan dengan residual ridge sedikit.


B. Gigi Pengganti Posterior
Terdapat 4 metode yang dapat digunakan untuk menggantikan gigi
posterior, yaitu dengan menggunakan gigi tiruan resin akrilik pada

26

basis akrilik, menggunakan tube teeth, menggunakan braided post,


serta menggunaan metal pontics.
Gigi tiruan resin akrilik pada basis akrilik:
Gigi tiruan ini merupakan gigi tiruan yang paling umum
digunakan. Namun, seiring berjalannya waktu, dapat terjadi
keausan dari gigi tiruan ini. Untuk itu,perlu dilakukan recall
untuk selalu mengevaluasi keadaan dari gigi tiruan untuk

mencegah terjadinya perubahan oklusi.


Tube teeth: berupa gigi tiruan resin akrlik yang dipreparasi
secara vertikal dari bagian ridge lap area sampai ke oklusal.
Setelah

dipreparasi,

kemudian

dilakukan

waxing

membentuk tube sesuai hasil preparasi. Wax kemudian di


casting. Gigi tiruan yang telah di preparasi kemudian di
sementasi ke metal tube yang telah dibuat. Sifat estetis dari
gigi ini baik. Namun dikarenakan tidak dapat dilakukannya
relining pada gigi tiruan ini, gigi tiruan ini tidak

diindikasikan untuk klasifikasi kennedy kelas 1 maupun 2.


Braided Post : kurang lebih sama dengan tube teeth, namun
metal tube pada braidedpost memiliki bentuk seperti tali
yang di kepang. Braided post lebih mudah di fabrikasi bila

dibandingkan dengan tube teeth.


Metal Pontics: metal pontic digunakan bila ruangan antar
rahang yang tersedia sangat terbatas sehingga tidak dapat
digunakan gigi tiruan resin. Terbuat dari metal yang sama
dengan metal yang digunakan sebagai basis. Untuk
meningkakan estetis, dapat digunakan veneer dari resin
akrilik ataupun komposit resin.

2.2. BIOMEKANIKA GTSL2,3,4,5,6


Pertimbangan Biomekanik pada Gigi Tiruan Lepasan (Carr and Brown, 2011)
Struktur pendukung dapat menahan beban tergantung dari
1. Jenis gaya yang memerlukan resistensi
2. Durasi dan intensitas gaya
3. Kapasitas gigi dan atau mukosa untuk dapat menahan gaya
4. Material yang digunakan dan aplikasi yang dapat mempengaruhi resistensi
teeth-tissue
27

5. Perubahan resistensi sepanjang waktu.


Kriteria yang harus dipenuhi pada suatu gigi tiruan lepasan adalah (Carr and Brown,
2011)

Retensi: resisten terhadap dislodging vertical force dengan pemberian direct


retainer dan indirect retainer.

Stabilitas: resisten terhadap gaya horizontal, lateral, maupun gaya torsional.


Stabilitas dapat diperoleh dengan pembuatan: Konektor minor, Proximal plates,
Cengkeram, Lingual plates, Rest, Basis gigi tiruan

Support/ penyokong: resisten terhadap seating vertical force dengan pemberian


rest, konektor mayor, basis gigi tiruan

Berdasarkan jaringan pendukungnya, suatu gigi tiruan lepasan memiliki klasifikasi


biomekanika sebagai berikut (Krol, 1999):
a. Tooth borne (tooth supported/ dento-alveolar supported) gaya fungsional
ditransmisikan melalui gigi abutmen ke tulang.
b. Tooth-Mucosa borne (tooth and mucosa supported, dento-alveolar dan mucoosseous supported maupun extension base) gaya fungsional ditransmisikan
melalui gigi abutmen dan mukosa ke tulang.
c. Mucosa borne (muco-osseous supported) gaya fungsional ditransmisikan
melalui mukosa ke tulang.

Sumber: Removable Partial Denture Design: Outline Syllabus, 5th Edition. San Rafael: Indent. 1999.

Pada saat gigi tiruan berfungsi, terjadi gaya-gaya. Gaya-gaya tersebut adalah gaya
vertikal/ oklusal, gaya horizontal, gaya pemindah dan gerak rotasi (Irwan, 2003).
Gaya vertikal/ oklusal merupakan gaya yang timbul pada waktu blus makanan berada di
permukaan oklusal gigi tiruan sebelum dan pada waktu beroklusi. Gaya oklusal akan
disalurkan ke gigi abutmen dan mukosa di bawahnya serta berpengaruh terhadap
retensi.
28

Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003.

Pada saat berfungsi, juga terjadi gaya horizontal yang berpengaruh terhadap kestabilan
gigi tiruan. Berdasarkan arahnya, gaya horizontal dibedakan menjadi gaya anteroposterior dan gaya lateral. Gaya antero-posterior terjadi saat gerakan rahang dengan
kondisi gigi anterior pada posisi edge to edge atau protusif ke oklusi sentris dan
sebaliknya. Gaya lateral terjadi pada saat rahang bawah bergerak dari posisi kontak
oklusi eksentrik ke posisi sentrik dan sebaliknya, kemudian akan diteruskan ke gigi
penjangkaran serta jaringan pendukung oleh lengan cengkeram.

Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003.

Gaya pemindah merupakan Gaya yang dapat menyebabkan gigi tiruan bergerak ke
oklusal (dalam keadaan mulut terbuka). Keadaan ini terjadi karena adanya makanan
lengket yang melekat pada elemen gigi tiruan pada saat mengunyah. Pergerakan otot
pengunyahan, adanya kekuatan tidak terkontrol (batuk, bersin) dan gaya berat gigi
tiruan sebagian lepas rahang atas juga termasuk sebagai gaya pemindah.

29

Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003.

Pada saat berfungsi, khususnya pada GTSL free end akan terjadi pergerakan rotasi
(Irwan, 2003). Terdapat tiga kemungkinan terjadinya pergerakan rotasi, yaitu pada:
1. Garis fulkrum
Terjadi di sekeliling sumbu putar yang terbentuk oleh 2 buah sandaran utama. Garis ini
disebut sebagai garis fulkrum (garis rotasi) yang merupakan pusat rotasi gigi tiruan
dalam arah vertikal.

Sumber: McCrackens Removable Partial Prosthodontics, 12th Edition

2. Sumbu longitudinal
Terjadi pada sumbu longitudinal yang melalui pusat sandaran dan puncak alveolar ridge.
Pada GTSL free end, basis akan berputar di puncak ridge. Pergerakan ini ditanggulangi
oleh basis gigi tiruan dan lengan cengkeram yang terletak bilateral. Dapat pula terjadi
pada crest dari residual ridge

Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003.

30

3. Sumbu imajiner yang tegak lurus pusat rahang


Terjadi karena adanya gaya kunyah horizontal dan diagonal pada gigi tiruan sebagian
lepas. Pergerakan ini dapat dicegah dengan adanya lengan cengkeram bilateral dan
kontak basis gigi tiruan, badan cengkeram dengan permukaan vertikal gigi asli.

Sumber: McCrackens Removable Partial Prosthodontics, 12th Edition (kanan)


Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003. (kiri)

Respon force bearing tissue terhadap beban mekanis


Gaya yang diarahkan ke jaringan penyangga akan sebagian diabsorbsi dan sebagian lagi
ditransmisikan ke jaringan sekitarnya. Persentasi gaya yang diserap atau ditransmisikan
bervariasi tergantung jaringan yang terlibat. Tulang adalah jaringan yang paling banyak
menyerap gaya yang diaplikasikan baik pada segmen mukooseus dan dentoalveolar.
a) Segmen dentoalveolar
1. Gigi
a)
Gigi yang secara sturktural baik dan vital mampu
menahan gaya fungsional normal
b)
Gaya yang berlebihan akan bedampak pada: kegagalan
struktural (fraktur gigi), pergerakan gigi, dan iritasi pulpa seperti
reversibel atau ireversibel pulpitis
c)
Structurally compromised teeth dapat gagal merespon
gaya fungsional contohnya gigi dengan restorasi intracoronal dan
gigi pasca PSA
2. Periodonsium termasuk gingiva, crevicular epithelium, juctional
epithelium, perlekatan jaringan ikat, sementum, ligament periodontal,
dan tulang alveolar.
a)
Periodonsium normal dapat menabsorbsi gaya tanpa efek
merusak

31

b)

Gaya yang berlebihan dapat meningkatkan jarak ligament

periodontal dan berdampak pada mobilitas gigi


c)
Inflamasi yang diinduksi plak dapat membahayakan
periodonsium mengarah pada migrasi apical perlekattan
crevicular epithelium (epitelium fungsional) dan kerusakan
fibroblast serta jaringan ikat di perlekatan jaringan ikat.
Kehadiran inflamasi di gaya fungsional normal dapat
mempercepat laju kehilangan perlekatan periodontal
3. Tulang alveolar
a)
Teori tekanan-regangan (pressure-tension theory). Tulang
cenderung resorbsi dalam respon terhadap gaya kompresif dan
terstimulasi oleh gaya regangan. Untuk menjaga tulang alveolar
yang tersisa, penting agar gaya fungsional utamanya
ditransmisikan ke tulang sebagai regangan dibanding sebagai
tekanan jika memungkinkan.pada situasi tooth borne, mayoritas
gaya fungsional ditransmisikan sebagai regangan ke tulang lewat
desain rest dan preparasi rest seat yang baik. Di situasi toothmucosa borne, beberapa vertical seating forces ditransmisikan
sebagai regangan ke tulang lewat rest. Gaya horizontal
ditransmisikan sebagai kombinasi gaya kompresif dan tensional
ke tulang alveolar (contohnya gaya tesebut diarahkan lewat
bracing clasps, proximal plates, dan minor connectors contracting
proximal tooth surfaces dan guiding planes). Gaya copot vertikal
ditransmisikan ke tulang sebagai gaya kompresif dan tensional
(contohnya makanan yang lengket atau clasp retentif yang
mengikat undercut)
b)
Indeks tulang atau bone factor. Respon tulang terhadap
tekanan bervariasi dalam hal laju resorpsinya tergantung pada
faktor genetic, nutrisi, hormonal, biokemikal, dan faktor intrinstik
lainnya. indeks tulang ditentukan dengan menganalisis respon
tulang terhadap tekanan sebelumnya.
c)
Tulang kortikal vs. tulang kanselus. Tulang kortikal lebih
padat, lebih termineralisasi, dan kurang aktif metabolismenya.
Tulang ini cenderung lebih resisten terhadap tekanan yang

32

memicu resorpsi tulang daripada tulang kanselus. Lamina dura


adalah tulang kortikal.
d)
Gaya yang berlebihan meningkatkan komponen kompresi
gaya yang ditransmisikan ke tulang sehingga dapat meningkatkan
laju resorpsi tulang
e)
Penyakit periodontal. Keberadaan penyakit periodontal
yang diinduksi oleh plak berhubungan dengan kehilangan tinggi
tulang. Gaya yang moderate/sedang dapat mempercepat
kehilangan tulang, kurangnya tahanan tulang, dan meningkatkan
kegoyangan gigi.

b) Segmen muco-oseus
1. Mukosa: normal, terikat dengan kuat, jaringan
terkeratinasi menahan gaya mekanis dengan limit
fisiologis. Gaya mekanis berlebihan akan berdampak
pada ulserasi mukosa
2. Submukosa: menyediakan efek hydraluric cushion.
Meningkatnya ketebalan submukosa meningkatkan
toleransi residual rdge terhadap gaya yang
diaplikasikan.
3. Tulang
a)
Teori tekanan-regangan. Beban fungsional dari basis
tooth-mucosa borne denture mentransmisikan gaya ke tulang dari
segmen mukooseus hampir khususnya sebagai tekanan yang
cenderung menyebabkan resorpsi. Resorpsi muncul di proporsi
dari intensitas, durasi, dan arah dari gaya yang diterima dan
dipengaruhi oleh faktor tulang. Dengan jarak tooth borne gigi
tiruan sebagian yang lebih panjang atau ketika kegoyangan yang

33

berlebihan dari gigi abutment, sebagian gaya akan dikirim lewat


mukosa ke tulang yang ada di bawahnya sebagai tekanan.
b)
Indeks tulang. Indeks tulang alveolar yang mengelilingi
gigi asli dapat berbeda dari tulang dari residual ridge yang rentan
c)
Tulang kanselus vs. tulang kortikal. Residual ridge crest
rentan khususnya pada tulang kanselus dan juga kurang tahan
terhadap resorpsi. Inklinasi fasial dan lingual residual ridge terdiri
dari tulang kortikal dan lebih resisten terhadap remodeling. Laju
resorpsi tulang kanselus mendekati 3 kali tulang kortikal.
d)
Gaya yang berlebihan dapat meningkatkan
laju resorpsi tulang
e)
Gaya yang sedang dapat berakibat resorpsi
tulang yang terakselerasi ketika faktor intrinsic,
abnormalitas local, atau gangguan sistemik
membuat indeks tulang individual rentan
Karakteristik dukungan dento-alveolar yang baik
a) Gigi: strukturnya kuat, secara anatomis baik (area permukaan akar, morfologi
akar, lebih dari satu akar, akar konvergen, rasio mahkota akar, inklinasi aksial)
b) Periodonsium: normal tidak ada kelainan periodontal (indeks gingiva dengan
limit normal,tidak ada hipermobilitas), secara anatomis baik (perlekatan epitel
dan jaringan ikat normal, zona attached gingiva yang adekuat)
c) Tulang alveolar: indeks tulang baik, secara anatomis normal (tinggi tulang,
derajat mineralisasi, keberadaan lamina dura)
Karakteristik dukungan muko-oseus yang baik
a) Mukosa: normal, terkeratinasi, berikatan kuat.
b) Submukosa: normal berfungsi sebagai hydraulic cushion, berikatan kuat dan
padat
c) Tulang: tulang kortikal, indeks tulang yang baik, ada perlekatan otot dengan
regangan langsung ke tulang (atau ekuivalen dalam hal ketahanan terhadap
tekanan yang menginduksi resorpsi)
Optimal force bearing muco-osseous anatomic regions
a) Maksila
1. Palatum keras horizontal: mukosa terkeratinasi, adanya submukosa lemak
(anterior) dan kelenjar (kecuali di sutura), tulang kortikal, ketahanan tinggi
terhadap tekanan yang menginduksi resorpsi
34

2. Posterior ridge crest: mukosa terkeratinasi, ada jaringan ikat submukosa


yang padat dan terikat kuat yang tahan terhadap tekanan yang menginduksi
resorpsi

b) Mandibular
1. Buccal shelf. Area bantalan primer yang terdiri dari
tulang kortikal. Buccal shelf memanjang dari basis
residual ridge di bagian posterior mandibular ke
external oblique ridge.
i. Ada submukosa
ii. Tulang kortikal
iii. Perlekatan otot bucinator. Serat yang arahnya
longitudinal memberli regangan ke tulang
dibawahnya tetapi tidak melepas basis gigi
tiruan selama kontraksi.
2. Pear-shaped pad. Ekstensi paling distal dari jaringan terkeratinasi yang
menyelimuti ridge crest. Terbentuk dari pola scarrung diikuti ekstraksi molar
mandibular paling distal. Hal ini perlu dibedakan dari retromolar pad saat
pemeriksaan klinis.
i. Mukosa terkeratinasi
ii. Ada ikatan yang tegas dan padat dari submukosa
iii. Medial tendon otot temporalis masuk secara lingual di area apeks
gigi molar ketiga dan memberi regangan ke tulang yang ada
dibawahnya
Desain GTSL tooth borne (didukung dentoalveolar)
Tujuan: untuk mentransmisikan dan mengarahkan secara aksial gaya fungsional ke gigi
penyangga. Gaya fungsional utamanya diabsorbsi oleh segmen dento-alveolar
Pertimbangan desain:
35

1. Konektor rigid
a. Konektor mayor. Menyediakan transmisi gaya cross-arch (berkontribusi
terhadap stabilitas dan dukungan cross-arch)
b. Konektor minor. Mentransfer gaya ked an dari gigi penyangga
2. Cast circumferential clasps. bilateral bracing disediakan dengan clasp bracing
dan bagian rigid clasp retentive yang akan membuat transmisi gaya efektif dari
gigi tiruan ke gigi asli
3. Proximate/kira-kira (adjacent rest). Rest yang besebelahan ke area edentulous
mentransfer gaya dari gigi tiruan ke gigi asli.
Desain GTSL tooth-mucosa borne (dukungan dentoalveolar dan mukooseus)
Tujuan: untuk transmisi gaya fungsional equivalen ke segmen dentoalveolar dan
mukooseus. Distribusi gaya yang ekuivalen bukan berarti sama, tetapi merupakan
distribusi optimal berdasarkan potensi ketahanan jaringan terhadap tekanan.
Pertimbangan desain
1. Konektor rigid
a. Kenektor mayormendukung transmisi cross-arch gaya (berkontribusi
pada stabilitas dan dukungan cross-arch)
b. Konektor minor mentransfer gaya ked an dari gigi abutment
2. Konektor mayor RA yang mencakup palatum keras untuk menyediakan
dukungan muko-oseus yang dibutuhkan
3. Desain direct retainer untuk mengontrol gaya (meminimalisisr gaya horizontal
ke gigi abutment) biasanya stress releasing desain yang dipilih contohnya stress
director attachment, wrought wire clasps, remote rest dan clasp konvensional
lainnya, split major connector.
4. Rest yang menyediakan dentoaveolar support
a. Walaupun adjacent rest dapat menyediakan transmisi gaya yang efisien
ke gigi penyangga, remote rest clasp design lebih diinginkan karena
dapat megurangi gaya torque yang tidak diinginkan pada gigi penyangga
dari clasp
b. Modifikasi gigi yang adekuat untuk rest seat menyebabkan gaya
diarahkan ke apical gigi penyangga
5. Ekstensi basis gigi tiruan menyediakan dukungan mukooseus
36

a. Perlindungan jaringan lunak yang maksimal dilimitasi oleh jaringan


bergerak
b. Perlindungan force bearing area primer (ridge posterior RA, buccal shelf,
pear-shaped pad)
c. Konsekuensi dari ekstensi basis yang tidak benar
6. Prosedur pencetakan aplikasi dari pencetakan selective pressure jaringan
lunak dapat meningkatka support

2.3. PEMERIKSAAN LENGKAP9,10


Anamnesis

Sebab kehilangan gigi: tidak diketahui


Pencabutan terakhir: tidak diketahui
Pemakaian gigi tiruan:
Pernah, gigi tiruan lepas, dan sudah tidak dipakai
Pengalaman: gigi tiruan yang terbuat dari akrilik tidak nyaman saat
dipakai untuk mengunyah
Tujuan membuat gigi tiruan: fungsi pengunyahan

Pemeriksaan Ekstraoral

Muka : Lonjong simetris


Profil : Lurus
Pemeriksaan bentuk dan profil muka untuk pemilihan bentuk dan susunan

elemen gigi, juga sebagai pedoman untuk penetapan hubungan rahang


Pemeriksaan Intraoral
1. Saliva, kualitas (encer/normal/kental) dan kuantitasnya (sedikit/normal/banyak).
2. Lidah, observasi ukuran lidah (kecil/normal/besar), mobilitas dan koordinasi
(normal/aktif), serta posisinya berdasarkan klasifikasi Wright yang dibagi
menjadi

37

Kelas I
Posisi lidah terletak dengan ujung lidah
yang sedikit di bawah ujung insisal gigi
anterior mandibula.
Kelas II
Kondisi lidah rata dan lebar, tetapi posisi
ujung lidah normal.
Kelas III
Posisi lidah retraksi dan jatuh di lantai
mulut, ujung lidah menggulung ke atas, ke
bawah, atau masuk ke badan lidah.

3. Refleks Muntah, menurut House menjadi Kelas I (Normal), Kelas II (Subnormal


atau hiposensitif), dan Kelas III (Supernormal atau hipersensitif). Kalo
4.
5.

6.
7.

hipersensitif palatumnya disemprot pake anastesikum.


Gigitan, (ada/tidak), (stabil/tidak), (overbite,overjet,openbite,crossbite)
Artikulasi,
- Cuspid Protected Occlusion, hanya gigi C yang berkontak
- Group Function, hanya beberapa gigi posterior berkontak
- Balanced Occlusion, sisi working side dan non-working side seimbang
Daya Kunyah, (normal/Besar), Besar->gigi aus
Kebiasaan Buruk,
- Bruxism dan clenching akan mengakibatkan gigi tiruan menjadi mudah aus,
-

tidak stabil, dan dapat menjadi etiologi dari TMD


Kebiasaan menggigit bibir akan mempengaruhi pemilihan warna protesa,
Kebiasaan mendorong lidah dan mengunyah satu sisi akan mengurangi

stabilitas protesa.
8. Pemeriksaan gigi geligi dan tlg alveolar:
-

Bentuk umum gigi/besar gigi: besar/normal/kecil


Fraktur gigi
: pada gigi .....
o Arah
o Ukuran

: horizontal / diagonal / vertikal


: < 1/3, 1/3, , 2/3, serviko insisal / serviko oklusal /

mesio distal
-

Perbandingan

mahkota

dan

akar:

..........................

gigi : ......................................
38

Lain-lain: gigi kerucut / mesiodens / diastema / impaksi / miring / berjejal /

labio versi / linguo versi / hypoplasia /.....


Ketinggian tulang alveolar (sesuai dengan foto panoramik)

Pemeriksaan Lain
1. Vestibulum.
Vestibulum dalam: >setengah kaca mulut terbenam
Vestibulum sedang: setengah kaca mulu terbenam
Vestibulum dangkal: <setengah kaca mulut terbenam
Yang paling menguntungkan adalah vestibulum dalam, karena sayap gigi tiruan
dapat dibuat lebih panjang untuk menambah retensi.
2. Prosesus alveolaris/residual ridge
Bentuk prosessus alveolaris berpengaruh pada retensi dan stabilisasi GTL,
serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat.
Tinggi prosesus alveolaris menggambarkan besarnya resorpsi yang terjadi.

Jika prosesusnya rendah, artinya resorpsi besar yang terjadi. Cara


pemeriksaan dengan membandingkan dengan gigi sisa disebelahnya/
mengunakan kaca mulut no.3 kalo gigi udah abis.
Tahanan jaringan berpengaruh pada proses pencetakan.
Tahanan jaringan rendah/Keras: bila burnisher tidak terlalu

tenggelam, warna mukosa menjadi pucat.


Tahanan jaringan tinggi/Lunak: jika burnisher dapat ditekan lebih

dalam.
Flabby: bila mukosa bergerak dalam arah bukolingual saat ditekan.
3. Relasi Rahang
Pada daerah anterior : relasi

normal, prognati atau retrognati


Daerah posterior : gigitan normal,

gigitan silang / terbuka / terbalik.


4. Frenulum.
Frenulum yang tinggi dapat mengganggu gigi tiruan lepasan karena
mengganggu sayap gigi tiruan.
Frenulum tinggi: bila perlekatan ototnya mendekati puncak prosesus

alveolaris
Frenulum sedang: ditengah antara puncak prosesus alveolaris - dasar

vestibulum
Frenulum rendah: bila perlekatan ototnya menjauhi puncak alveolaris
5. Palatum

Bentuk dan kedalaman palatum berhubungan dengan retensi dan stabilisasi


gigi tiruan lepas
39

Torus palatinus yang besar dapat mengganggu stabilitas gigi tiruan.

Klasifikasi Hard Palate


U-shaped: ideal untuk retensi dan stabilitas
V-shaped: kurang baik dalam retensi, mudah rusak
Flat: mengurangi daya tahan tekanan lateral dan daya putar

Klasifikasi Palatum Molle


Kelas I : gerakan palatum durum yang paling kecil, dapat dibuat postdam

bentuk kupu-kupu.
Kelas II : gerakan palatum durum membentuk sudut >30 derajat, postdam

dibuat bentuk kupu-kupu dengan ukuran lebih kecil.


Kelas III: gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam
dibuat dengan cekungan bentuk V atau U (berbentuk parit).

Palatum molle memiliki jaringan yang sangat kuat, disebut aponeurosis,


yang dijadikan sebagai tempat postdam/posterior palatal seal
Aponeurosis adalah lapisan fibrosa yang melekat pada pinggi posterior
palatum durum dan merupakan lanjutan dari tendo M. tensor veli
palatine.
6. Tuber maksila
Tuber maksila yang besar dapat mengganggu retensi gigi tiruan
Kecil: jika tuber maksila lebih kecil dari pada prosesus alveolaris
Besar: jika tuber melebar atau menonjol kearah oklusal atau lateral
7. Undercut
Undercut biasanya mengganggu perluasan basis protesa yang dapat
mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan, serta menghalangi pemasukan
dan pengeluaran gigi tiruan.
8. Ruang retromilohioid
Retromilohioid dalam sayap lingual gigi tiruan penuh yang lebih retensi
dan stabilitasnya meningkat. Diukur pake kaca mulut no.3
40

9. Bentuk lengkung rahang


Bentuk rahang segitiga menyulitkan saat penyusunan elemen gigi tiruan penuh.

10.
Ruang gigi tiruan
Ruang gigi tiruan adalah jarak vertikal antara prosesus alveolaris rahang atas dan
rahang bawah.

Kalau besar akan memudahkan saat

penyusunan gigi, dan

penentuan tinggi bidang oklusal.

11. Perlekatan dasar mulut


Diperlukan untuk menentukan panjang sayap lingual stabilisasi gigi tiruan. Cek
pake williams probe

12. Lain-lain
Contohnya misalnya ada penonjolan tulang, dituliskan lokasi nya dan
diperhatikan apakah akan menyulitkan pemasangan gigi tiruan.

2.4. TATALAKSANA PASIEN GTS8


Berikut adalah urutan tatalaksana pasien GTSKL.
I.

Pemeriksaan, termasuk pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan

objektif di dalamnya termasuk pemeriksaan umum, ekstraoral, dan intraoral.


Pemeriksaan intraoral di dalamnya termasuk preliminary (OH pasien, karies, restorasi)
dan pemeriksaan mendetil (jaringan lunak, residual ridge, dan lengkung rahang).
II.
Pembuatan preliminary impression dan surveying
SURVEYING
Dental Surveyor
41

Dental Surveyor pada umumnya memiliki komponen-komponenberikut:


1. Platform yang parallel terhadap bench top dan sebagai tempat cast holder
digerakkan
2. Column vertical yang menyokong suprastuktur
3. Horizontal arm yang memanjang pada sudut yang tepat dari column vertikal
4. Surveying arm yang memanjang secara vertikal dari horizontal arm. Surveying
arm memiliki kemampuan untuk bergerak ke arah vertikal dan terdapat mandrel
pada ujung bawah. Mandrel memegang alat spesifik yang digunakan untuk
proses survey.
5. Alat survey yang dapat ditempatkan di mandrel dan digunakan pada berbagai
aplikasi survey. Alat survey tersebut adalah:
a. Analyzing rod, yang digunakan untuk menentukan relative parallelism
pada pemukaan dental cast
b. Carbon marker, digunakan untuk menandai ketinggian kontur pada satu
atau lebih permukaan dental cast
c. Undercut gauges, digunakan untuk mengidentifikasi posisi undercut yang
diinginkan pada dental cast
d. Pisau wax, digunakan selama prosedur blockout dan pada kontruksi
surveyed restorations
6. Surveying table yang didesain untuk memegang dental cast. Surveying table
termasuk ball-and-socket joint, yang memungkinkan reorientasi spasial pada
cast (tipping atau tilting)
Proses Survey
1. Mengidentifikasi

kemiringan

yang

paling

baik

Berdasarkan ketentuan, kemiringan dari cast dideskripsikan dari viewpoint


seseorang melihat dari permukaan posterior. Kombinasi dari kemiringan
mungkin digunakan, namun kmiringan yang ekstrim sebaiknya dihindari.
Terdapat empat faktor kritis yang harus dipertimbangkan ketika menentukan
kemiringan yang paling baik dari dental cast. Faktor tersebut adalah (1) adanya
undercut yang sesuai; (2) menghilangkan jaringan lunak atau keras yang
mengganggu; (3) membuat estetik yang diinginkan; dan (4) pembuatan guiding
planes yang benar. Sangat jarang mendapatkan keempat faktor tersebut secara
maksimal.
a. Retentive undercuts
hal yang perlu diingat adalah retentive undercuts harus ada pada gigi
abutment ketika cast ada dalam kemiringan horizontal. Hal tersebut penting
karena kekuatan dislodging selalu terarah tegak lurus terhadap occlusal
42

plane. Mengganti kemiringan untuk mendapat undercut adalah sebuah ilusi


yang

akan

hilang.

Prosedur survey selalu diawali dengan cast yang dipasang pada meja survey
dan permukaan oklusal parallel terhadap platform surveyor. Kemudian
setiap abutment diperiksa undercut retensi dengan meletakkan analyzing rod
ke dental surveyor dan mengevaluasi kontur abutment. Ketika tidak terdapat
undercut, harus diibuat di mulut dengan mengkontur permukaan enamel.
Idealnya, setiap abutment memiliki 0.010-inch undercut pada lokasi yang
paling diinginkan. Apabila terdapat wrought-wire clasp, dibutuhkan
undercut retensi 0.015 karena fleksibilitas wrought wire yang lebih besar
Ketika undercut retesi telah diverifikasi, kemiringan dapat diganti untuk
mengoptimalkan undercut pada gigi yang lain.
b. Interferences
i. Gangguan pada maxillary arch
Gangguan paling utama biasanya datang dari torus palatal. Torus palatal
yang menonjol mengganggu peletakkan maxillary major connector.
Diatasi dengan mengubah desain atau dilakukan operasi.
Hal yang umum ditemuan di rahang atas adalah exotoses dan undercuts.
Hal tersebut mencegah kontak yang rapat antara GTSL dan jaringan
lunak pasien. Hal tersebut menghasilkan akumulasi makanan pada basis
gigi tiruan dan menurunkan stabilitas gigi tiruan. Untuk meningkatkan
prognosis dapat dilakukan operasi.
Tambahan dari faktor tersebut adalah tipping gigi posterior ke arah facial
yang menyebabkan kesulitan yang signifikan, sehingga tinggi kontur
berpindah kea rah permukaan oklusal. Hal tersebut mempersulit
peletakan buccal clasp arm untuk alasan estetik dan mekanikal. Karena
clasp arm diletakkan lebih jauh dari rotational center gigi, tuas
penghubung lebih panjang, dan tenaga yang dihasilkan mungkin lebih
merusak.
Tipping fasial dapat menjadi penyebab undercut berada di dekat jaringan
gingival.
Jika gigi berinklinasi secara fasial terletak pada satu sisi, modifikasi
minor pada kemiringan dapat menghasilkan hasil yang dapt diterima.
Apabila terdapat pada dua sisi, mengubah kemiringan cast tidak memiliki
efek yang menguntungkan. Apabila inklinasi ringan, dapat dilakukan
pengkonturan kembali pada permukaan enamel.

43

Kesulitan juga mungkin didapat ketika maxillary anterior ridge yang


edentulous dan terdapat undercut yang mencolok. Undercut tersebut
dapat dikontrol dengan pemberian posterior tilt ke cast. Undercut anterior
juga dapat dihindari dengan memodifikasi dan mengeliminasi anterior
flange dari basis gigi tiruan dan mengencangkan gigi pengganti langsung
ke edentulous ridge. Apabila jaringan keras dan lunak yang hilang
minimal, pendekatan ini dapat menghasilkan estetik yang bagus.
ii. Gangguan pada mandibullary arch
Apabila gigi tiruan melewati tori mandibular, dibuat jarak antara jaringan
tersebut dengan permukaan dari konektor major. Namun, hal tersebut
dapat membahayakan ketebalan dari konektor mayor atau mengganggu
aktifitas lidah dan pergerakan mulut. Oleh karena itu, pasien dengan tori
mandibular mempertimbangkan operasi.
Gigi posterior mandibula biasanya terjadi lingual tipping menghasilkan
tidak adanya undercut pada permukaan fasial dan undercut yang besar
pada permukaan lingual.
Ketiadaan undercut fasial
menggunakan

suprabulge

berarti
clasp.

menggunakan

Namun,

retensi

suprbulge

clasp

lingual
pada

permukaan lingual umumnya lebih pendek dan lebih kaku dibanding


dengan clasp yang terdapat pada permukaan fasial. Clasp yang lebih
pendek ini mungkin menggunakan tenaga perusak dan membahayakan
kesehatan abutment.
Inklinasi lingual gigi pada keduasisi rahang bawah mungkin menghasilan
konektor mayor terdapat jauh dari jaringan lunak lingual dan
mengganggu ruang lidah serta terdapat ruang yang tidak diinginkan
dimana terdapat sisa makanan dan debris.
Salah satu solusi adalah dengan menggunakan labial bar major connector.
Namun, hal tersebut kurang dapat diterima pasien karena ukuran dan
letaknya. Faktor tersebut menghasilkan ketidaknyamanan dan kurang
estetis.
Solusi yang paling umum digunakan adalah dengan mengkontur kembali
prmukaan lingual atau meletakkan restorasi untuk mengeliminasi
undercut yang mengganggu. Dapat juga mempertimbangkan perawatan
ortodontik.
Area berdekatan dengan pear-shaped pads terdapat undercut yang
significant pada satu atau kedua sisi. Perubahan kemiringan hanya
44

berpengaruh pada unilateral undercuts. Selain itu, basis gigi tiruan resin
akrilik terletak berdekatan terhadap undercut tersebut dan dapat
disesuaikan untuk meningkatan kenyamanan pasien.
Tonjolan tulang biasa ditemui pada permukaan fasial caninus dan
premolar mmandibula. Tonjolan tersebut dapat menghasilkan undercut
jaringan ringan yang dapat mengganggu peletakan basis gigi tiruan dan
infra bulge clasp. Apabila minor dapat diatasi dengan mengubah
kemiringan cast.
c. Estetik
Untuk menghasilkan estetik yang maksimum pada GTSL, (1) komponen
metal harus ditutupi seefektif mungkin,dan (2) gigi tiruan dipilih, dikontur
dengan benar, dan diposisikan dengan benar.
Untuk menutupi komponen metal, dipilih kemiringan yang benar sehingga
dapat menyamarkan komponen GTSL dan mempertahankan kesehatan
jaringan lunak.
Posisi ideal clasp retensi adalah di sepertiga gingival dari mahkota klinis.
Hal ersebut meminimlisir kemungkinan clasp terlihat, namun menyediakan
jarak yang cukup antara clasp dan margin gingival untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan jaringan.
Requirement kedua untuk mendapatkan estetis yang maksimum melibatkan
pemilihan yang baik, konturing, dan peletakkan gigi tiruan. Pemilihan gigi
yang baik dan benar memerlukan pertimbangan shade, ukuran, dan kontur.
Gigi tiruan memenuhi kebutuhan fungsional pada mulut. Gigi tiruan yang
telah dibuat dimodifikasi untuk merefleksikan estetik dan fungsional secara
individual.
Ketika gigi yang hilang dan tidak segera diganti mengakibatkan ruang yang
semakin kecil. Hal tersebut berpengaruh pada ukuran mesio-distal gigi
tiruan dan kurang estetik terutama pada regio anterior.
Untuk kehilangan satu atau lebih gigi pada gigi anterior mengindikasikan
bahwa gigi tiruan akan memiliki satu path of insertion. Hal terseut berarti
surveyor digunakan untuk menentukan apakah indikasi untuk mengkontur
kembali gigi asli yang tersisa. Pengkonturan kembali tidak hanya
menghasilkan path of insertion yang dapat diterima, namun juga
menyediakan ruang yang cukup untuk penempatan gigi tiruan.
Undercut yang besar pada pemukaan proksimal gigi anterior dapat menjadi
kurang estetik. Undercut tersebut mungkin disebabkan oleh mahkota klinis
atau tipping gigi ke arah area edentulous. Undercut tersebut menghasilkan
45

ruang triangular yang tidak hanya mengurangi nilai estetik,namun juga


sebagai perangkap makanan yang mengganggu pasien. Ruang tersebut harus
diminimalisir atau dieliminasi dengan memodifikasi kemiringan atau
mengkontur

kembali

permukaan

proksimal.

Surveyor

dibutuhkan

untukmenentukan jumlah recontouring yang dibutuhkan untuk mengurangi


undercutyang tidak diinginkan.
d. Guiding planes
Guiding planes adalah permukaan parallel gigi abutmen yang mengatur
insersi dan pelepasan GTSL. Terbentuk pada permukaan proksimal atau
aksial gigi dan berkontak dengan konektor minor atau elemen kaku lainnya
dari GTSL. Surveyor digunakan untuk melokasi permukaan yang parallel
terhadap path of insertion yang telah direncanakan atau yang dapat dibuat
parallel dengan selective grinding.
Ketika GTSL terpasang sempurna pada mulut,guiding planes berkontak
dengan konektor minor atau komponen kaku lainnya dari GTSL. Sebagai
hasil,guiding planes membantu menstabilkan protesa terhadap tekanan
lateral serta melindungi gigi yang melemah dari tenaga lateral yang
berpotensi merusak.
2. Path of insertion
Path of insertion adalah jalur resultan GTSL selama pemasangan dan pelepasan.
Untuk tujuan praktis,path of insertion dan removal selalu parallel terhadap
vertical arm dari surveyor. Path of insertion tidak hanya satu macam. Path of
insertion dipengaruhi area edentulous dan gigi yang ada disekitarnya. Apabila
hanya ada di satu sisi, gigi tiruan dapat dipasang maupun dilepas dari berbagai
sudut. Namun, apabila guiding planes telah dipreparasipada permukaan
proksimal abutmen pada edentulous yang dikelilingi gigi,protesa memilikisatu
path of insertion.
3. Tripoding the cast
Tripoding atau tripodization adalah prosedur perekaman kemiringan yang paling
baik untuk referensi dimasa depan. Metode yang paling simple adalah dengan
menempatkan tiga tanda silang pada poin berjarak di dental cast ketika vertical
arm surveyor berada pada posisi verikal. Hal tersebut akan menghasilkan tiga
poin pada horizontalplane yang sama dan memudahkan cast diposisikan kembali
dengan benar.
Salah satu teknik, melibatkan undercut gauge untuk menandai permukaan cast.
Undercut gauge yang cocok diletakkan di vertikal arm surveyor dan
46

mengencangkan mandrel. Vertical arm surveyor disesuaikan pada tiga lokasi


yang dapat dengan mudah diidentifikasi. Praktisi memastikan bahwa lokasi
tersebut memiliki jarak yang cukup panjang dan terdapat pada area anatomi
yang tetap dari cast ke cast. Pada tahap ini, vertical arm surveyor posisinya
dikunci. Surveying table digerakkan agar cast berkontak dengan undercut gauge
pada posisi yang diinginkan. Kontak antara cast dan undercut gauge
menghasilkan grooves yang dangkal pada permukaan cast. Untuk meningkatkan
kejelasan, menggunakan pensil merah untuk mencatat posisi groove. Garis
resultan sepanjang 4 mm dan relative sempit. Tanda tripod dilengkapi dengan
membuat konfigurasi crosshair pada setiap posisi.
4. Menempatkan garis survey
Surveyor juga dapat digunakan untuk menulis garis survey pada gigi dan
jaringan lunak. Penempatan garis survey yang benar penting untuk proses
mendesain dan harus dicapai dengan perawatan yang baik.
Untuk menempatkan garis survey, carbon marker diposisikan pada mandrel, dan
mandrel tersebut dirapatkan. Vertical arm surveyor tidak dikunci untuk
mendapatkan gerakan bebas kea rah superior-inferior. Surveying table kemudian
digerakkan sepanjang permukaan platform sampai cast berkontak ringan dengan
carbon marker.
Garis survey dipindahkan ke gigi dengan memindahkan survey table melewati
platform dengan mempertahankan kontak ringan carbon marker dengan cast.
Garis survey dipindakan ke area jaringan lunak dengan cara yang sama. Proses
berlanjut sampai garis survey yang dibutuhkan telah menandai permukaan fasial
dan lingual cast.
5. Melokasikan dan menandai undercut yang telah diukur
Kedalaman dan posisi undercut yang diinginkan bervariasi berdasarkan material
dan sistem clasp yang digunakan. Setelah pemilihan undercut gauge yang tepat,
gauge dimasukkan kemandrel dan dikunci. Surveying table diposisikan sehingga
gigi abutmen berkontak dengan shank undercut gauge. Vertical arm surveyor
dinaikkan sampai puncak undercut gauge berkontak ringan pada area infrabulge
gigi. Kontak poin terlihat goresan sangat tipis pada permukaan cast. Border
apical kontak tersebut ditandai dengan jelas menggunakan pensilmerah dan
terlihat tipis, horizontal kira-kira sepanjang 2 mm.

47

Diagnosa dan rencana perawatan (penentuan desain)1,2

III.

Desain GTSL
Selama melakukan proses survei, praktisi menentukan perbaikan, menempatkan garis
survei, dan menandakan undercut dengan benar. Bila memasuki tahap ini praktisi sudah
harus siap untuk memulai proses desain.
Desain ini akan menjadi blueprint atau konstruksi utama untuk GTSL. Maka dari itu
proses desain harus diselesaikan dengan hati-hati. Karakteristik mekanik dalam GTSL
dapat menjadi pertimbangan, komponen harus di susun dengan baik dan akurat,
terpenting desain harus dapat tergambarkan dengan baik dan jelas untuk laboran yang
akan bertanggung jawab dalam konstruksi ini.
Prinsip desain GTSL
Dalam menerapkan GTSL kedalam area kerja memungkinkan adanya perbedaan dengan
desain awal yang sudah ditentukan. Maka, menentukan desain dapat dilakukan dengan
baik dan benar menggunakan prisnip mekanis dan biologis. Menurut Dr. A. H. Schmidt
prinsip desain terbagi menjadi beberapa poin yang dapat diterapkan, yaitu:

Dokter gigi harus memiliki pengetahuan mengenai faktor-fakto mekanis dan

biologis pada GTSL


Melakukan pemeriksaan lengkap dan diagnosis pasien dengan baik untuk

memenuhi rencana perawatan


Dokter gigi harus menentukan rencana perawatan dengan mengkolerasikan
faktor-faktor yang terkait agar mendofikasi kondisi dalam mulut untuk

menyempurnakan perawatan
GTSL harus merekonstruksi atau mengembalikan fungsi tanpa menyebabkan

injuri di struktur oral yang tersisa


GTSL merupakan bukan penyembuhan dan melainkan sebuah perawatan.

Filosofi Desain
Pada desain GTSL yang didukung oleh gigi (tooth-supported), untuk perawatan
Kennedy Kelas III, umumnya sangat baik. Perhatian utama pada GTSL ialah
sebagian dari pendukung protesis merupakan gigi dan jaringan lunak. Ada pula
pembandingan untuk persyaratan desain untuk free end

atau gigi tiruan yang

panjang (contohnya pada pengaplikasian) kelas 1, 2, dan longspan kelas 4). Sebagai
pusat perhatiaan utama pada gigi tiruan, gigi penyangga (abutment) dan area

48

edentulous ridge. Pada filosofi ini akan dibahas dengan pembagian dari distribusi
tekanan, berikut beberapa poin:
-

Persamaan tekanan
Basis fisiologis
Distribusi luas tekanan

Perlu ditekankan bahwa filosofi ini dapat diterapkan dengan sukses sesuai dengan
keadaan yang sesuai. Praktisi juga harus memahami faktor-faktor yang akan
mempengaruhi proses mendesain.
Kennedy kelas 1 dan kelas 2 sebagian edentulous

Direk retaier
-

Retensi bukan menjadi pertimbangan utama pada gigi tiruan sebagian.


Pertimbangan utama pada GTS ialah fungsi merestorasi dan penampilan,

kenyamanan untuk digunakan, dan pemeliharana struktur oral.


Untuk cengkram membutuhkan adaptasi yang pas pada kerangka agar dapat
menjaga bidang gigi penyangga atau yang tersisa. Pemanjangan dan adaptasi
yang tepat pada basis gigi tiruan dapat menjadi titik retensi GTSL

Cengkram
-

Praktisi harus menggunakan cengkram yang sederahana pada desain.


Seluruh cengkram harus memiliki kualitas stabil yang baik, bersifat pasif dan
aktif dengan tekanan fungsional.

49

Kelas 1 membutuhkan 2 cengkram berhubungan. Satu cengram terletak pada


bagian paling posterior pada sisi kanan rahang. Cengkram lainnya terletak
pada posterior kiri.

Kelas 2 membutuhkan 3 cengkram biasanya. Satu ditempatkan pada gigi


posterior kanan atau kiri dan pada lawannya dipasang lengan retentif
dibagian paling posterior dan anterior-posterior.

Rest
-

Gigi penyangga ditentukan dengan benar, agar dapat memberikan hasil yang

maksimal untuk protesis


Dudukan rest harus di persiapkan agar dapat di salurkan kepada gigi

penyangga tekanannya.
Seringkali, rest diposisikan pada area terdekat dengan edentulous

50

Retensi indirek
-

Retensi indirek diperlukan untuk menetralisir tekanan yang tidak terpusat.


Setiap retainer indirek diposisikan jauh dari garis fulkrum dan tidak
diposisikan lebih anterior dari kaninus
Kelas 1: dua buah retainer indirek
Kelas 2: satu retainer indirek dimana retainer pada desain kelas dua harus

terletak pada sisi yang berlawanan dengan ekstensi distal.


Plat lingual dapat digunakan untuk menambah retensi indirek. Plat lingual
harus didukung oleh kombinasi rest-rest seat yang tepat

Konektor mayor
-

Harus memilih konektor mayor yang sesederhana mungkin untuk mencapai

tujuan perawatan
Konektor mayor harus kaku
Konekor mayor tidak boleh mengenai jaringan gingival
Pada maksila, konektor mayor yang luas dapat digunakan untuk mendapat
dukungan tambahan dari palatum durum. Semakin luasnya palatum yang
tertutupi, akan besar dukungan yang didapatkan.

Konektor minor
-

Konektor minor harus kaku


Diletakan atau dibuat agar meningkatkan kenyamanan, kebersihan dan
penempatan gigi tiruan

Oklusi
-

Bila memungkikan, intercuspation yang maksimum dapat berhimpit dengan

relasi sentrik
Oklusi yang ada dapat terbuat harmonis
Gigi tiruan harus dipilih dan diposisikan dengan baik agar meminimalisasi
tekanan pada gigi tiruan

Basis gigi tiruan


-

Basis gigi tiruan harus didesain untuk dapat menutupi secara luas untuk
mendistribusikan tekanan pada area yang lebih luas dan meminimalisasi
kemungkinan

konsentrasi

tekanan.

Perpanjangan

tepi

tidak

boleh

mengganggu pergerakan fungsional disekitar jaringan.


Permukaan eksternal dari basis gigi tiruan harus dapat memungkinkan pasien
untuk melakukan kontrol neuromuskular maksimal.
51

Kennedy kelas 3

Retensi direk
-

Karena

gigi

tiruan ini sepenuhnya tooth

borne,

transmisi dari tekanan yang

berbahaya

bagi gigi abutment dan

residual
ridge dapat diminimalisasi.
Posisi dari undercut yang retentif pada gigi abutment individual tidak
bersifat kritis.

Cengkram
-

Posisi direct retainer yang quadrilateral lebih ideal.

Kontur gigi, kontur jaringan lunak, dan estetik harus dipertimbangkan, dan
pilih cengkram paling sederhana yang memungkinkan. Biasnya, cengkram
yang digunakan adalah simple circlet clasp.

Elemen reciprocal harus bersifat kaku.

52

Rest
-

Jika mungkin, rest dan atau rest seat harus diletakkan berbatasan dengan

edentulous space.
Rest digunakan untuk mendukung major connector dan lingual plating.

Retensi indirek
-

Indirect retention biasanya tidak digunakan pada desain Kennedy Kelas III.

Mayor dan minor konektor


-

Major dan minor connector harus kaku dan memiliki kondisi yang sama
seperti yang telah dijelaskan pada desain Kennedy Kelas I dan Kelas II.

Oklusi
-

Syarat oklusi sama dengan desain Kennedy Kelas I dan Kelas II.

Basis gigi tiruan


-

Functional impression tidak dibutuhkan karena seluruhnya tooth borne,

tetapi anatomic impression dibutuhkan.


Penutupan residual ridge harus ditentukan dari sisi penampilan, kenyamanan
dan penghindaran impaksi makanan.

Kennedy kelas 4

53

Berbeda dengan kelas 1, 2, dan 3. transmisi dan desainnya.


Penyusunan gigi tiruan untuk memenuhi estetik dan fonetik
Konektor mayor harus kaku dan dapat menutupi palatum (untuk rahang atas)
Retensi indirek harus diletakan seposterior mungkin dari garis fulkrum
Fungsional imprresi dapat diindikasikan jika area edentulous luas

IV. Preparasi rongga mulut1,5,8


Ditujukan untuk stabilisasi kondisi rongga mulut sebelum perawatan GTSL
dilakukan. Menurut Davenport dkk. (1988), ada dua tahap preparasi rongga
mulut, yakni:
Tahap awal:
1) Initial prosthetic treatment, yang berfokus pada mengatasi
masalah akibat gigi tiruan lama pasien.
2) Prosedur bedah
3) Perawatan periodontal, untuk mengevaluasi kemampuan pasien
dalam menjaga OH serta memberikan perawatan untuk penyakit
periodontal yang terjadi.
4) Perawatan Ortodontik untuk membuat gigi berada dalam posisi

yang baik dan tidak menganggu gigi tiruan yang akan dibuat.
Tahap selanjutnya:
1) Perawatan konservasi gigi dan endodontic

54

2) Preparasi gigi sehingga gigi dapat menerima rest, lengan


cengkram, serta elemen bracing dan reprocating.
Menurut stewart, persiapan rongga mulut terdiri atas beberapa perawatan sebagai
berikut.
1) Penyembuhan rasa sakit dan infeksi
Kondisi yang membuat pasien tidak nyaman segera diketahui, kemudian
dapat dilaksanakan tindakan sebagai berikut.
Perawatan endo dan prosedur pembedahan
Mengatasi lesi karies
Perawatan periodontal
Setelah perawatan darurat dilakukan, dilanjutkan dengan perawatan
definitive.
2) Prosedur bedah
Prosedur ini dilakukan dengan indikasi untuk gigi yang dibiarkan tanpa
restorasi, support jaringan pendukung kurang, gigi impaksi atau non erupsi,
serta eliminasi torus atau eksostosis yang mengganggu perawatan.
3) Koreksi diskrepansi oklusal
Sebagai akibat dari adanya kehilangan gigi yang tidak segera digantikan
dengan gigi tiruan, diskrepansi berupa tipping, atau supraerupsi minor dapat
diatasi dengan enameloplasty. Untuk kasus yang lebih parah biasanya
dibuatkan inlay atau onlay. Untuk kasus yang sudah memasuki tingkat
severe, dapat dilakukan ekstraksi. Untuk tipping dan migrasi gigi, bisa
dilakukan perawatan orthodonti namun tergantung kepada pasiennya.
4) Koreksi malalignment
Pilihan pertama untuk kasus ini adalah perawatan orthodontic. Pilihan lain
untuk perawatan ini adalah rekontur pemukaan axial untuk kasus minor,
dilakukannya intentional endodontic dan pembuatan mahkota tiruan untuk
kasus moderate, dan ekstraksi gigi untuk kasus severe.
5) Dukungan untuk gigi yang jaringan periodontalnya lemah.
Pilihannya dapat berupa splinting dengan gigi tiruan cekat, atau GTSL
dengan plating lingual dan multiple facially positioned clasped arm.
6) Pembentukan ulang kontinuitas rahang dengan menggunakan GTSL untuk
meningkatkan prognosis.
7) Pembentukan ulang gigi: rekontur, enameloplasty, perubahan height of
contour
8) Preparasi gigi
Dilakukan dengan menggunakan diamond bur dengan bentuk dan ukuran
yang tepat. Permukaan enamel yang kasar harus dipoles kembali dengan bur

55

khusus, stone, rubber wheel/point. Gigi tersebut harus diberi fluoride topical
untuk menghindari karies.
a. Preparasi gigi dilakukan untuk:
i. Menyediakan tempat/ dudukan bagi rest
Hal ini bertujuan untuk produksi support permukaan gigi,
mencegah gangguan oklusi, serta mengurangi tonjolan rest.
ii. Membuat bidang panduan
Bidang panduan merupakan dua atau lebih dinding aksial yang
parallel pada gigi penjangkaran yang menuntun arah masuknya
gigi tiruan. Pengasahan untuk membuat bidang panduan
dilakukan seminimal mungkin (max. 0.5mm)
iii. Modifikasi garis survey
Garis survey yang terlalu ke oklusal akan terlihat dan menganggu
oklusi. Sedangkan yang terlalu ke gingival akan menjadi tempat
akumulasi plak.
iv. Membuat area retentive
Dilakukan dengan mengasah enamel gigi, namun pada bagian 1/3
gingival enamel relative tipis. Cara lain untuk menambah retensi
adalah dengan penggunaan bahan komposit.
V. Pencetakan Rahang (cetakan akhir)1
Banyak material cetak dan teknik yang bisa digunakan untuk membuat cetakan
final untuk GTSL. Material cetak seperti alginat, polisufida, pvs, dan polieter. Masing
masing memiliki kekurangan dan kelebihannya. Alginat yang paling sering digunakan
dan paling serbaguna. Kelebihannya yaitu tidak mahal, mudah digunakan dan akurat
secara dimesional, tidak memerlukan custom tray, hanya digunakan saat stock tray tidak
fit. Namun kekurangannya adalah tidka bisa disimpan dalam waktu yang lama, harus
dicor dalam waktu 12 menit dari seja dikeluarkan dari dalam mulut.
Menggunakan Stock Tray
Ketika stock tray digunakan untuk membuat final impression untuk GTSL, tray
harus dimodifikasi untuk memastikan alginate memiliki ketebalan yang konsisten. Jika
material cetak tidak didukung selama proses gelasi, bisa menumpuk jadinya. Masalah
yang sering terjadi pada regio palatal dari rahang aas dan bisa menyebabkan adaptasi
yang buruk untuk major connectors. Metode yang paling sederhana dan akurat dari
memodifikasi sendok cetak adalah dengan menggunakan modelling plastic. Modelling
plastic dilunakkan dalam air dengan suhu 60 dan dicetakkan pada area yang
56

membutuhkan modifikasi. Ketika modelling plastic masih lunak, permukaan dipanaskan


dengan alchoho torch, disesuaikan dengan suhu water bath, kemudian ditempatkan pada
mulut. Seharusnya akan menghasilkan cetakan akurat dari jaringan oral sekitarnya.
Setelah di keluarkan dari mulut, tray direndam dalam ice water bath. Modelling plastic
kemudian ditrim untuk mendapatkan space yang cukup untuk material cetak alginate.
Bagian dalam modified impression tray kemudian dilapisi dengan adhesive yang cukup
dan biarkan 5menit untuk mongering. Selanjutnya cetakan dibuat
Prosedur Cetak
Hampir sama dengan prosedur cetak untuk diagnostic cast kecuali bagian yang
harus diperhatikan adalah preparasi dari rest seat yang sudah dibuat pada gigi abutmen.
1. Pastikan pasien diposisikan dengna tepat untuk prosedur pencetakan
2. Pilih dan modifikasi sendok cetak yang diperlukan
3. Ulangi posisi operator dan penempatan tray selama beberapa kali sehingga
pasien sadar akan responsibilitasnya.
4. Biarkan pasien berkumur kemudian letakkan gauze pads
5. Takar dan campurkan material cetak sesuai dengan petunjuk pabrik. Isi tray
secara inkrimental untuk menghindari udara yang terjebak
6. Angkat gauze pads dari mulut dan inject material cetak pada area kritis seperti
peripheral, palatum keras).
7. Tempatkan tray seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Manipulasi bibir dan
pipi untuk meyakinkan bahwa peripheral sudah terkestensi dengan benar dan
tidak ada udara yang terjebak pada vestibulum. Untuk cetakan mandibular,
pastikan bahwa lidah pasien diangkat dan protrusi
8. Dukung tray sampai material cetak sudah set.
9. Setelah proses gelasi, lepaskan impression dengan cepat
10. Bersihkan impression dengna meletakkannya di aliran air dingin. Jika
diperlukan, saliva dan kontaminan lainnya dihilangkan dengan sprinkling dental
stone pada permukaan cetakan dan brushing menggunakan soft amel hair brush
11. Periksa cetakan untuk menentukan apakah dtail sudah akurat. Jika ragu, tolak
impression
12. Spray impression menggunakan desinfektan yang cukup. Biarkan disinfektan
tetap kontak dengan impression selama periode yang ditentukan pabrik
Alasan menolak sebuah cetakan
1. Bubbles dan voids disekitar preparasi rest seat
2. Kontak cusp dnegan tray, terutama ketika gigi teribat dalam desain keranka

57

3. Kelihatan antara gigi dengan modeling plastic atau modeling plastic dan hard
palette jika tray sudah dimodifikasi utuk cetakan alginate
4. Void atau bubbles pada palatal vault ketika palatal major connector akan dibaut
5. Underextension peripheral ketika basis dental sudah didesain dan perbaikan cast
impression tidak direncanakan
6. Sobek di bagian interproximal
7. Kurang detail pada permukaan cetakan
8. Keraguan dari akurasi cetakan
Pouring master cast
Sama seperti diagnostic cast, kecuali minimal expansion, penginkatan artificial stone
harus digunakan
1. Setelah cetakan telah dibersihkan dari saliva. Periksa defek dan berikan
2.
3.
4.
5.

disinfektan, langsung cor cast.


Jangan biarkan cetakan bersandar pada rubber bowl,gunakan tray handle
Jangan membuat cetakan kedua atau berlawanan sebelum mencor yang pertama
Sediakan pre-weighed stone sebelum perjanjian
Campurkan stone, sebaiknya dibawah vakum, mengikuti petunjuk dan

selesaikan coran pertama


6. Pastikan semua peripheral sudah tertutup setidaknya oleh 6 mm stone.
Tinggalkan permukaan stone kasar
7. Setelah initial set (10-12 menit), basahkan basis dari coran pertama dengan air
dan tambahkan coran kedua
8. Antara 45-60 menit dari coran pertama, pisahkan cetakan dari cast jika material
hidrokoloid yang digunakan
9. Basahkan cast dengan air
10. Trim cast. Basis cast harus ditrim jadi permukaan oklusal gigi parallel dengan
basis jika memungkinkan. Cast harus 10 mm tebalnya
11. Identifikasi cast dengan nama pasien
12. Cast tidak boleh dibasahi oleh running water, brushing atau soaking pada larutan
apapun.

Basis cast harus ditrim jadi permukaan oklusal gigi parallel dengan basis jika
memungkinkan. Posterior border membentuk sudut 90 dengan basis dan tegak
lurus dengan garis yang melewati diantra insisiv sentral. Bagian samping cast
ditrim jadi paralel terhadap permukaan bukal dari gigi posterior atau crest
edentulous ridge. Anterior border dari maxilla dibentuk dengan trim area
kaninus pada tiap sisi menghadap ke area interproximal dari central incisor.
Anterior border mandibular dibentuk dengan membentuk dinding curve dari
canine dari satu sisi ke sisi lain
58

VI. Instruksi Tekniker


VII. Prosedur Laboratorium (Pembuatan Kerangka Logam)1
Berikut tahapan pembuatan GTSL kerangka logam secara berurutan
1. Retripoding Cast
Membuat 3 tanda pada masing-masing sisi horizontal plane agar didapatkan
orientasi yang tepat pada master cast

2. Height of Contour
Pada tahap ini tinggi kontur gigi dan jaringan lunak dapat dibuat
menggunakan carbon marker sebagai acuan.
3. Blockout and Relief
Pada tahap ini dilakukan proses peletakkan wax
pada cast yang masih terdapat undercut. Ada
beberapa tahapan pada tahap ini, yaitu:
a. Cast Preparation
Sebelum cast akan diberikan wax,
cast diberi garis/ didesain terlebih dahulu
Lalu jika cast telah siap di desain,
maka diolesi dengan acetone-based liquid
b. Blockout technique

59

Cast diolesi dengan wax menggunakan spatula, dari bagian


apikal hingga tinggi kontur yang paling atas dan tidak diolesi

pada bagian yang akan berkontak dengan logamnya.


c. Tapered versus parallel blockout
Keputusan untuk menghilangkan bagian undercut pada saat
tenik blockout dapat ditentukan dengan instrument parallel atau
taper, tergantung keputusan dan instruksi dari dokter gigi.
d. Contouring the blockout wax
Pada saat menggunakan instrument blockout, intrumen tersebut

cenderung bekerja dalam keadaan panas. Hal ini dikarenakan


agar dapat memudahkan proses contouring dan supaya lebih
efisien.
e. Arbitrary Blockout
Daerah permukaan cast yang undercut, yang secara tidak langsung

berkontak dengan logamnya harus dihilangkan


Daerah tersebut harus di rekontur kembali untuk meminimalisir
terjadinya distorsi yang akan terjadi pada saat proses duplikasi cast
Untuk memudahkan proses rekontur, dapat digunakan bahan semacam
lilin untuk menutupi area jaringan lunak yang berkontak dengan logam
4. Sprue Guide Placement
GTSL logam dapat disprue menggunakan sprue former dan reservoir.
Teknik ini membutuhkan penempatan sebuah tapered-cylinder kecil pada
cast yang dapat terbuat dari wax, plastik, atau logam.

60

5. Duplication
Cast yang telah diblockout, diletakkan pada dasar
duplicating flask
Lalu duplicating flask yang telah berisi cast tadi,
diisi dengan bahan cetak reversible hydrocolloid
6. Pencelupan cast ke dalam beeswax
Refractory cast dicelupkan ke dalam beeswax panas pada
suhu 138C -149C (280F - 300F) selama 15 detik agar
didapatkan permukaan yang halus dan padat serta mencegah
diperlukannya proses perendaman cast sebelum proses investing
7. Waxing Kerangka Logam
a. Pemindahan design
Sebelum memulai waxing, design kerangka logam
dipindahkan dari master cast ke refractory cast.
Pembuatan design dilakukan dengan tekanan ringan
agar permukaan refractory cast tidak rusak. Bagian
paling penting dari pemindahan design adalah posisi
individual clasp tips. Apabila pada tahap blockout
pembuatan ledge sudah sesuai, maka penempatan
retentive clasp tips akan lebih mudah dan akurat.
b. Teknik waxing
Pola plastik dilekatkan
menggunakan

cairan

pada

pelekat

refractory
yang

cast

merupakan

campuran dari aseton dan plastic pattern scraps. Cairan pelekat ini diaplikasikan
dengan brush secukupnya. Jika cairan pelekat terlalu tipis, pola plastik tidak
merekat dengan sempurna ke refractory cast, sehingga kerangka logam akan
menjadi tidak akurat. Namun jika terlalu tebal, maka menghasilkan kilatan
logam di sekitar casting. Kelebihan logam ini akan menyulitkan proses finishing
nantinya.

61

Setelah plastik melekat ke refractory cast, lakukan adaptasi agar tidak terjadi
distorsi menggunakan pattern adapter. Setiap pola ditempatkan pada refractory
cast dan ditekan perlahan setelah diberikan cairan pelekat. Pola plastik
diposisikan pada outline design. Gunakan blade untuk memotong pola plastik
yang melampaui outline yang telah digambar sebelumnya. Biasanya, bagian
yang sering terdistorsi pada proses ini adalah retentive clasp.

Tahap

selanjutnya

adalah melakukan waxing. Wax yang digunakan adalah blue inlay wax karena
keras dan mudah dipoles. Blue inlay wax juga digunakan untuk menutupi margin
dari major connector dan membuat minor connector dan rests. Untuk contouring
final, dapat digunakan carver dengan mata pisau yang kecil dan membulat
8. Spruing Kerangka Logam
a. Teknik sprue
Lokasi dan geometri sprue former ditentukan berdasarkan panduan produsen.
Ticonium dicetak menggunakan single sprue former, sedangkan type IV gold
beberapa campuran chrome cobalt dicetak menggunakan multiple secondary
sprue former.

Pada

saat

melakukan

proses

sprue, tepi tajam pada refractory material harus diperhatikan karena dapat pecah
ketika logam cair dimasukkan sehingga dapat ikut masuk ke dalam cetakan
logam dan merusak kerangka logam.
b. Ukuran sprue former
Ukuran dan dimensi sprue former sangat penting, biasanya ditentukan
berdasarkan panduan produsen. Tidak boleh terdapat konstriksi pada sprue
former yang dapat menyebabkan logam cair mengalir dari area yang tebal ke
62

tipis, kemudian tebal kembali. Hal ini dapat menyebabkan deformasi internal
mold dan inklusi yang tidak diinginkan pada cetakan.
c. Sprue former tambahan
Apabila terdapat sejumlah besar area yang terpisah dari kerangka logam,
sehingga menciptakan rongga, maka dibutuhkan sprue former tambahan.
Secondary sprue former digunakan untuk memastikan bahwa logam cair masuk
ke rongga terkecil dari cetakan dan untuk mendukung pontic logam. Ukuran dari
sprue former tambahan adalah 1/3 atau diameter sprue former utama.
9. Investing refractory cast
a. Two-part mold
Beberapa sistem memerlukan 2 tahap proses investment. Tahap pertama berupa
pembuatan lapisan refractory material setebal 3-4-mm. Lapisan ini diaplikasikan
pada refractory cast yang sudah diwax untuk memastikan tidak adanya rongga
sebelum proses investing. Setelah lapisan pertama setting, dilakukan tahap
kedua. Refractory material dimanipulasi sesuai ukuran ring lalu refractory cast
ditempatkan ke dalam investing ring. Posisi sprue former ditandai diluar mold
sebagai orientasi mesin casting
b. Penyimpanan mold
Sebelum proses eliminasi wax, mold diletakkan dalam plastik tertutup untuk
mencegah kerusakan dari refractory material.
10.

Eliminasi

wax

burnout
a. Waktu dan suhu
Waktu dan suhu
yang

digunakan

untuk mengeliminasi wax dari kavitas mold ditentukan berdasarkan sistem


refractory-alloy yang digunakan, karena setiap sistem memiliki kadar ekspansi
mold dan penyusutan campuran logam yang berbeda. Oleh karena itu,
disarankan mengikuti panduan produsen.
b. Furnaces
Burnout furnaces dapat berupa elektrik atau
gas. Terdapat berbagai macam ukuran, ada
yang dapat memuat 25 mold atau hanya 1-2
mold. Sebelum dipanaskan, mold harus
diletakkan

di

dalam

plastik

untuk

menghindari dehidrasi.
63

11. Casting
Casting dilakukan pada mesin casting yang
memiliki sensor elektrik untuk mengukur suhu
dari logam cair. Setelah logam cair mencapai
suhu yang diharapkan, sensor secara otomatis
mengaktivasi proses casting.
12. Casting recovery
Setelah proses casting selesai, mold dikeluarkan dari mesin casting, lalu bagian terluar
dari refractory material dieliminasi menggunakan palu. Selanjutnya, elemen investment
yang tersisa dieliminasi menggunakan airborne particle abrasion

13. Finishing Kerangka Logam


1) Sprue removal, menggunakan high speed lathes dan abrasive disks.
2) Finishing dan Shaping
Major konektor dibentuk ke bentuk finalnya
rubber wheel dan point dapat digunakan untuk membuat "satin" finish/

Nodulusnya dibuang.
Casting lalu disesuaikan dan finishing dengan coarser disk dan finer grinding

agent.
Permukaan kritis seperti rest, ujung cengkram retentive, dan proximal plate
harus mendapatkan finishing minimal.

Tahap pertama pemolesan framework: electropolishing (salah satu bentuk dari


electrolitic stripping). Pemolesan terjadi dalam rendaman asam orthofosforik yang
dipanaskan dari 49 - 60 derajat selsius). Anodanya menempel ke cast dan cast direndam
dalam solusi carian. setiap inchi persegi membutuhkan 2A selama 6 menit, rata-rata
diatur 6A/ 6 menit
64

Pemolesan Akhir
Pemolesan akhir menggunakan agen polishing dengan rag and felt wheels highspeed.
Untuk menghilangkan residu material poles, digunakan pembersih ultrasonik. Setelah
itu framework dikembalikan master cast atau duplikatnya.
Sectioning dan Soldering
Sebelum basis dan gigi prosthesanya difitting, dilakukan fitting pada framework.
Apabila tidak dapat didudukkan, framework harus dibuat ulang atau dimodifikasi
dengan sectioning dan soldering. Namun, pembuatan ulang itu cukup rumit. Untuk
konektor minor dan beberapa yang mayor digunakan precious atau non-precious
brazing alloy dengan electrosoldering device.
Occlusal Adjustment
Preliminary adjustment dilakukan di laboratorium. Untuk meningkatkan akurasi dan
memaksimalkan usaha yang dapat dilakukan, dokter gigi harus memiliki model
antagonis dan catatan gigit.
Pembuatan Clasp
1. Wrought Wire Clasp
Cengkeram retentive dapat dibuat dari kawat tempaan, sama seperti cast alloy.
Banyak dokter lebih memilih menggunakan cengkram kawat karena lebih
mudah disesuaikan dan diadaptasikan. Kawat dapat terbuat dari precious atau
non precious alloy. Karena harga precious metal yang mahal, 18- dan 19- gauge
nikel-krom-kobalt biasanya jadi yang paling populer. Cengkram jenis ini
digunakan untuk prostesa interim dan transisional sebagai tambahan reparasi
untuk cengkram yang fraktur atau distorsi. Cara yang paling mudah adalah
dengan membengkokan dengan jari dan menahan kawat dengan menggunakan
tang.
Berikut adalah cara melekatkan cengkram ke prostesa:
Menanamkan kawat di resin akrilik.
menambahkan logam casting ke kawat,
Menyolder kawat pada rest-minor connector junction. temperatur solder
berpengaruh terhadap sifat fisiknya dan penyolderan lebih baik dilakukan
dengan elektrosoldering device dan nickel based industrial alloys.

65

Laser

welding

menggunakan

welder

yang

merupakan

unit

neodymium:yttrium-aluminum-garnet (Nd:(YAG) dalam keadaan solid dan


telah digetarkan. Operator memegang appliancenya, matanya tertuju ke
mikroskop, dan aktivasi foot controlnya.
2. Twin Flex Technique
Teknik ini menghasilkan cengkram flexible yang tidak terlalu mencolok.

VIII. Percobaan Kerangka Logam1


Dalam percobaan ini terbagi menjadi 3 fase, yaitu:

Fase 1, diawali dengan pemeriksaan pasien dan diakhiri dengan pemilihan

desain yang sesuai dengan kebutuhan pasien.


Fase 2, melibatkan preparasi mul dan konstruksi GTSL
Fase 3, percobaan protesis kepada pasien

Ketidaknyamanan karena kurang fit akan terjadi. Pemanipulasian material dan teknik
yang digunakan mengakibatkan jumlah dan ukurannya menjadi berubah. Diharapkan
perubahan yang terjadi seminimal mungkin, jika ada perubahan lebih baik segera di
koreksi untuk kenyamanan dan kelayakan pada pasien.
Pemeriksaan kerangka
Kerangka logam harus segera diperiksa kembali secara seksama setelah dalam prosedur
fabrikasi atau laboratorium. Sebagai praktisi atau dokter gigi kita harus langsung
mencoba kerangka logam sudah sesuai dengan permintaan dan sesuai dengan model
kerja. Beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Apakah konektor sudah terposisikan sesuai dengan yang sudah diminta?


Apakah garis finish untuk basis gigitiruan akrilik sudah sesuai dengan

posisinya?
Sudahkah rests terbentuk didalamnya?
Apa clasp yang diminta sudah ada dan terbentuk?
66

Sesuai atau tidak retentif lengan clasp dengan ukuran, bentuk dan posisinya?
Apakah jaringan lunak sudah terhindar dari undercuts?

Laboran dental harus tetap berdiskusi atau berkonsultasi dengan dokter gigi agar hasil
yang dihasilkan sesuai dan baik dengan mulut pasien. jika terjadi perbedaan atau
penjelasan desain yang tidak sesuai dengan hasil laboratorium harus segera dituntaskan
apa perbedaan yang ada.
Apakah kerangka logam sesuai dengan model kerja secara akurat?
Konstruksi kerangka harus akurat dengan model kerja. Jika, kerangka logaam sulit
dikeluarkan dari model kerja kemungkinan besar kerangka masih memiliki undercut.
1. Rests yang sudah didesain harus terposisikan sesuai dengan preparasi yang
dilakukan. Adaptasi sesuai dengan preparasi agar retentif pada kerangka logam
terbentuk dengan baik.
2. Lengan clasp jangan sampai bersentuhan langsung dengan permukaan gigi, jika
terjadi maka harus dilakukan waxing dan metal finishing. Hal ini dilakukan
untuk memberikan ruang pada kerangka logam dengan permukaan gigi
antagonisnya.
3. Finishing dan poles prosedur harus dilakukan dengan baik. Agar texture yang
terbentuk sesuai dan nyaman digunakan oleh pasien.
4. Major konektor harus bersifat kaku. Ketika melakukan fikasasi dapat diperiksa
adanya pergerakan atau tidak pada kerangka, jika ada pergerakan segera lakukan
rekonstruksi atau pembenaran. Major konektor sangan penting pemeriksaan
kekakuannya, karena jika ada pergerakan dapat menyebabkan dislokasi, trauma
pada jaringan lunak dan dasar tulang.
Prosedur klinis
Pada fase ini mempunyai dua objek terpisah. Pertama, memastikan kerangka pada
gigi dan jaringan lunak sebagai jaringan pendukung. Kedua, menyesuaikan
kerangka dengan oklusi antagonisnya. Kerangka harus tetap terpasang sampai
mendapatkan penyesuaian oklusalnya.
Penyesuaian kerangka kedalam jaringan gigi dan jaringan lunak
Menyesuaikan kerangka logam kedalam jaringan mulut dapat dilakukan dengan
sedikit atau tidak penyesuaian. Kerangka logam yang terlalu pas atau sempit dapat
menyebabkan kerusakan struktur oral. Pada bagian yang tidak sesuai dengan desain
awal dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan kerusakan.
Disclosing media
67

Untuk memeriksa kerangka praktisi atau dokter gigi dapat mengidentifkasi area
jaringan yang terinterfensi menggunakan disclosing media. Media ini dapat berupa
tipe semprot yang cukup sering digunakan. Tetapi, media semprot ini sering kali
membuat hasil yang cukup berantakan dan sulit untuk di kontrol. Maka, tipe
semprot ini tidak digunakan untuk prosedur intraoral. Material yang digunakan
adalah yang bertipe wax.
Disclosing tipe wax lebih mudah untuk digunakan dan akan memberikan hasil yang
baik jika digunakan sesuai dengan ketentuan pabrik. Praktisi harus dapat
membedakan hasil yang dikarenakan tekanan yang berlebihan dan yang disebabkan
sempitnya ruangan yang ada. Praktisi juga harus mengerti perpindahan pada clasp
dan kerusakan pada wax yang disebabkan pertemuan antar gigi langsung. Cara
membedakannya dapat dilihat dengan observasi. Media pengukapan wax ini
memiliki kelebihan mencetak secara tiga dimensi.
Aplikasi dan penggunaan disclosing wax
Alat yang digunakan untuk mengaplikasikannya disclosing wax, pemanas dan instrumen
yang cocok dengan wax. Biasanya disclosing wax di taruh didalam sebuah wadah kaca
atau plastik. Untuk menghindari kontaminasi material jadi menggunakan wadah
terpisah, ambil sebagian kecil wax menggunakan instrumen. Masukan wax kedalam
pemanas untuk mendapatkan wax leleh atau cair. Setelah mendapatkan wax cair
aplikasikan wax ke kerangka logam yang akan berkontak dengan gigi.
Ketika mengaplikasikan kerangka, gunakan tekanan yang rendah dan tidak memberikan
tekanan yang terlalu besar agar terbentuk sesuai dengan anatomisnya. Setelah
mendapatkan cetakan yang sesuai, evaluasi apakah ada wax yang terbuka atau robek
hingga mengekspos langsung logam.
Jika kerangka logam terkespos kemungkinan ruang yang ada kurang, maka dapat
dilakukan rekonstruksi langsung pada kerangka tersebut. Setelah melakukan
rekonstruksi kembali di lapisi dengan wax untuk mencoba apakah sudah pas atau belum
pada kerangka logam.
Penyesuaian oklusal pada kerangka logam
Setelah melakukan penyesuaian pada kerangka logam, selanjutnya penyesuaian pada
oklusi pada oklusi sentris. Penyesuaian ini menggunakan kertas tips artikulasi, pertama
menggunakannya pada posisi oklusi jika ada gerakan vertikal maka kemungkinan
68

adanya logam yang mengganjal pada oklusi. Kembali di evaluasi pada rests yang
membuat ganjalan dan menyisakan kertas artikulasi, maka segera di rekonstruksi.
Setelah direkonstruksi maka lakukan kembali menggunakan kertas artikulasi apakah ada
gerakan vertikal atau tidak, jika tidak evaluasi dengan pasien membuat gerakan ke
kanan dan kiri lateral dan prostusif untuk mengecek apakah tahanan atau tidak.

69

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Bentuk kasus kehilangan gigi RA kelas III modifikasi 2 Kennedy, RB kelas III
modifikasi 1 Kennedy membutuhkan :
2) Perawatan preprostetik berupa
a. Ekstraksi gigi 16
b. Perawatan ortodontik untuk gigi 35 dan 48
c. Pembuatan mahkota tiruan pasak inti untuk gigi 12 dan 21
2) Perawatan rehabilitasi berupa GTSKL yang nyaman,
Rahang atas

Major konektor palatal strap

Oklusal rest (28, 18), cingulum rest (23,13)

Jumlah cengkram 4: gigi 23 dan 13 (C-clasp), gigi 28, 18 (simple circlet)

Rahang bawah

Major konektor palatal strap

Oklusal rest (35,38,45,48)

Jumlah cengkram 4: gigi 35,48 (ring clasp), 38, 45 (simple circlet)

3.2. SARAN
Pasien wanita 40 tahun membutuhkan perawatan menggunakan Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan karena keinginan pasien untuk menggunakan gigi tiruan yang
dapat dilepas pasang dan jika memenuhi indikasi GTSL.

70

DAFTAR PUSTAKA
1. Phoenix RD, Cagna DR. Stewarts Clinical Removable Partial Prosthodontics.
Quintessence, Chicago, 3rd Ed 2003.
2. Carr AB, Brown DT. McCrackens Removable Partial Prosthodontics, 12th
Edition. St Louis: Elsevier Mosby. 2011.
3. Carr AB, Brown DT. McCrackens Removable Partial Prosthodontics, 11th
Edition. St Louis: Elsevier Mosby. 2008.
4. Krol AJ, Jacobson TE, Finzen FC. Removable Partial Denture Design: Outline
Syllabus, 5th Edition. San Rafael: Indent. 1999.
5. Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan
Lepas) Bagian I FKG UI. Jakarta: FKGUI. 2003.
6. Krol, A., Jacobson, T., & Finzen, F. Removable partial denture
design. San Rafael, CA: Indent. 1999
7. Stratton RJ, Wiebelt FJ. Atlas of Removable Partial Dentures Design, 1998.
8. Himawan, Laura S dkk. Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam dan Gigi Tiruan
Khusus (Pengantar Kuliah Prostodonsia IV). 2005
9. Panduan Pengisian Rekam Medik Khusus Departemen Prostodonsia
10. Nallaswamy .D. Texbook of Prosthodontic. Jaypee Brother. page 20

71

Anda mungkin juga menyukai