Kelompok 5
Avi Aisyah Ramadini
(1406528365)
Ellen Teora
(1406528636)
Florentsia Hanum N
(1406572914)
(1406576364)
Marceline Olivia
(1406599821)
(1406599885)
(1406528491)
Nadia Sabrina
(1406568476)
(1406528711)
(1406599891)
Vebrina Yodi
(1406576875)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah skenario 7 mata
kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Klinik (IKGK) 3. Makalah ini disusun dengan tujuan
memenuhi penilaian kognitif dan menjadi parameter keberhasilan kelas kami dalam
mencapai learning issue untuk skenario 8 yang membahas tentang dasar-dasar gigi
tiruan sebagian lepas.
Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
fasilitator IKGK 3 kelompok 5, drg. Retno Widayati, Sp.Ort serta pihak pihak lain
yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1
Latar Belakang....................................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang pembuatan makalah ini berdasarkan scenario berikut:
Pasien laki-laki berusia 45 tahun, kesehatan umum baik, sudah pernah memakai
gigi tiruan yang terbuat dari akrilik tetapi tidak enak dipakai saat mengunyah. Pasien
ingin dibuatkan gigi tiruan baru yang nyaman agar dapat mengunyah dengan baik.
Dari hasil anamnesa, pasien adalah seorang karyawan swasta.
Pemeriksaan ekstraoral: muka lonjong, simetris, profil lurus.
Pemeriksaan intraoral :
OH baik
Palatum dalam
1.4. Hipotesis
Bentuk kasus kehilangan gigi RA kelas III modifikasi 2 Kennedy, RB kelas III
modifikasi 1 Kennedy membutuhkan :
1) Perawatan preprostetik berupa
a. Ekstraksi gigi 16
b. Perawatan orthodontic untuk gigi 35 dan 48
2) Perawatan rehabilitasi berupa GTSKL yang nyaman.
1.5. Learning Issues
1
Desain GTSKL
a.
b.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Basis Logam
Keuntungan:
Dimensi stabil
Imbibisi minimal
Lebih akurat
Abrasi minimal
Kekurangan:
Kurang estetik
B. MAYOR KONEKTOR
Major connector menghubungkan komponen pada salah satu sisi lengkung rahang
dengan sisi yang berlawanannya 1. Seluruh komponen menempel pada major connector
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk berfungsi secara efektif dan
meminimalisasi potensi dampak kerusakan sebuah major connector harus memenuhi
kriteria sebagai berikut
1.
2.
3.
4.
Kaku
Memberikan dukungan vertikal dan melindungi jaringan lunak
Memberikan retensi indirek ketika diindikasikan
Memberikan penempatan satu atau lebih basis gigi tiruan
7
2. Palatal Strap1
Palatal strap nyaman bagi pasien karena tipis
namun dimensi anteroposteriornya tidak boleh <
8mm agar tidak mengganggu kekakuannya.
Ketebalannya
harus
ditingkatkan
seiring
a.
b.
a.
b.
c.
d.
Indikasi
area edentulus kelas II bilateral short span
Kontraindikasi
Area edentulus kelas I
Kerugian
Penutupan palatal yang berlebihan disebabkan penempatan batas anterior
yang tidak tepat
Menyebabkan papilary hiperplasia pada penggunaan selama 24 jam
disertai oral hygiene yang buruk
Keuntungan
Memberikan resitensi yang baik terhadap
bending atau twisting forces
Membantu mendistribsikan stress keseluruh
area
Merekat dengan kuat sehingga dapat dibuat
tipis
Dapat diterima dengan baik oleh pasien
prominent atau torus yang tidak dapat dibedah, dan dapat didesain untuk
menghindari kecembungan tulang tanpa memengaruhi dukungan vertical.
Namun ada kecenderungan untuk fleksi atau deformasi. Merupakan pilihan yang
buruk untuk distal extension partial denture. Horseshoe ini digunakan hanya jika
konektor yang lebih kaku tidak dapat digunakan.
Indikasi
Pergantian beberapa gigi anterior
Keuntungan
Konektor yang kuat
Kerugian
a. Resistensi terbatas
b. Cenderungan mengalami flex atau deformasi ketika menerima beban
5.
Anteroposterior
Palatal Strap1
Anteroposterior
palatal strap secara
structural kaku dapat
digunakan
pada
6. Complete Palate1
Complete palate menyediakan kekakuan dan dukungan yang paling baik.
Digunakan ketika semua gigi posterior digantikan. Diindikasikan ketika gigi
tersisa memiliki kelainan periodontal dan ketinggian ridgenya minimal. Nyaman
10
bagi pasien dengan sedikit atau tidak ada efek terhadap fonetik. Selain itu
berkontribusi dalam kesehatan jaringan lunak jangka panjang. Metal juga lebih
tidak porus dari akrilik resin sehingga lebih resisten terhadap kolonisasi
mikrroorganisme berbahaya seperti Candida albicans.
Indikasi
a. Pada situasi dimana hanya beberapa gigi atau seluruh gigi anterior yang
tersisa
b. Kelas II dengan ruang modifikasi posterior yang besar dan beberapa gigi
anterior yang hilang
c. residual ridge yang mengalami
resorpsi vertikal yang ekstrem
Keuntungan
a. Mendistribusikan tekanan sebaik
jaringan palatum
b. Nyaman
Kerugian
a. Menimbulkan reaksi jaringan berupa
hiperplasia
b. Denture wear
MAYOR KONEKTOR MANDIBULA1
Jenis-jenis Konektor Mandibula
a. Lingual Bar
Lingual bar diindikasikan untuk seluruh gigi penyangga
GTSL kecuali terdapat kekurangan jarak antara margin
gingiva dan dasar mulut
Bagian terluas pada lingual bar terdapat pada bagian
bawah
Jarak lingual bar dengan dasar mulut minimal 8mm
tinggi minimum: 5mm
jarak margin gingiva dengan superior border bar: 3mm
apabila tidak mencapai 3mm, kemungkinan akan menimbulkan iritasi pada
jaringan yang berdekatan
Keuntungan
Memiliki minimal kontak dengan gigi yang tersisa dan jaringan lunaknya
sehingga:
akumulasi plak berkurang
Jaringan lunak terstimulasi dengan baik oleh saliva
Kerugian
Jika pada saat pembuatan desain dan konstruksi lingual bar tidak diteliti dengan
baik, maka:
Menyebabkan kekuatan kerangka menjadi lemah, cenderung fleksibel dan tipis
11
b. Lingual Plate
Lingual Plate harus disokong dengan adanya rest pada gigi premolar
Indikasi:
Ketika gigi yang tersisa kehilangan banyak tahanan jaringan periodontal dan
membutuhkan perawatan splinting
Untuk memberikan stabilitas yang baik pada gigi yang tersisa
Keuntungan:
Kerangka tidak harus kaku, kuat dan tebal karena dapat disesuaikan sehingga
pasien merasa nyaman
Kerugian:
Permukaan lingual plate yang terlalu luas akan menyebabkan:
dekalsifikasi pada email
Iritasi pada jaringan lunak pada pasien dengan OH buruk
c. Double Lingual Bar
Mempunyai 2 karakteristik yang sama :
1. Bentuk border atas dan bawah mirip
dengan lingual plate (upper bar
membentuk scallop)
2. Komponen bawahnya seperti lingual bar
Keuntungan:
Ketika mendapat tahanan dari rest, secara tidak langsung mendapat retensi
indirek ke arah anterior
Karena jaringan lunak dan interproksimal embrasure tidak tertutup aliran
saliva dapat menstimulasi marginal gingiva
OH menjadi lebih baik
Kerugian:
Debri cenderung terperangkap
Jika bar tidak berkontak baik dengan permukaan gigi makanan akan terselip
dan pasien tidak nyaman
12
Pasien tidak nyaman karena terdapat 2 bar sehingga makin terasa tebal dan
mengganggu
d. Labial Bar
Posisi labial bar terletak pada permukaan fasial,
melewati mukosa
Kekuatan dan ketebalan labial bar harus lebih besar
jenis mayor konektor lainnya
dari
3. Minor connectors yang menyambung dengan basis gigi tiruan dan major
connectors.
Terbagi menjadi 3 jenis:
a. Open Construction: terdiri dari longitudinal dan
transverse struts yang berbentuk seperti tangga.
Penempatan longitudinal dan transverse struts
berperan penting dalam penyusunan gigi protesa.
Konektor jenis ini menyediakan perlekatan
acrylic resin dengan framework GTSL yang
paling kuat.
b. Mesh Construction: Sering disamakan dengan rigid metallic screen.
Penetrasi acrylic resin dapat terjadi ketika melewati konektor dan membuat
mechanical retentive dari basis denture.
c. Cast Stops: Cast stop memiliki fungsi untuk mencegah pembengkokan
ketika terdapat beban oklusal. Cast stop dibuat pada area yang kecil di free
end pada minor connector.
4. Penggabungan minor connectors dan major connectors
Minor connector yang menyokong basis acrylic resin harus digabung dengan
major connector dengan jumlah yang cukup untuk mencegah fraktur. Setiap
basis acrylic resin yang menyatu dengan major connector harus smooth
dikarenakan jika adanya step dan iregularitas diantara dua permukaan akan
mengiritasi lidah dan jaringan lunak.
5. Minor connector yang berperan sebagai lengan untuk proyeksi vertical / bar-type
clasp
Merupakan satu-satunya konektor minor yang tidak perlu kaku. Komponen ini
menyokong direct retainers (Clasps) yang berarti harus fleksibel.
D. REST
Rest adalah komponen GTSKL
yang berfungsi mentransfer gaya yang
diterima oleh GTSKL ke gigi dan
jaringan pendukung lainnya sehingga
bersifat atraumatik. Rest seat adalah
permukaan
gigi
yang
dipreparasi
sebagai penyangga rest. Gaya dari protesa ke gigi penyangga harus dapat
ditransmisikan ke apikal sepanjang sumbu gigi. Setiap rest berfungsi sebagai
14
vertical stop bagi protesa. Kontak positif antara rest dan rest seat dapat mencegah
vertical displacement gigi dan mencegah kerusakan jaringan lunak. Selain itu, rest
juga berfungsi mempertahankan posisi retentive clasp.1
Berdasarkan fungsinya, rest terbagi dua. Rest yang merupakan bagian dari
retentive clasp assembly disebut primary rest. Sedangkan rest yang berfungsi
sebagai penyokong tambahan atau retensi indirek disebut auxillary atau secondary
rest. Auxillary atau secondary rest biasanya digunakan pada kelas I, kelas II, dan
long-span kelas IV. 1
Klasifikasi
Rest
a. Occlusal
Rest
Outline occlusal rest harus triangular, dimana dasar segitiga terletak pada
marginal ridge membentuk segitiga ke bagian tengah oklusal
gigi. Outline occlusal rest harus melengkung dan halus, tidak
boleh ada sudut, dinding, dan ledge yang tajam. Bentuk dari
rest seat harus mengikuti outline mesial atau distal fossa dari
gigi yang dijadikan penyangga. Rest harus menempati 1/3
atau diameter mesiodistal gigi dan lebar bukolingual dari cusp tip ke cusp
tip. 1
Sudut
antara
pertemuan
garis
paralel
di
proksimal sejajar sumbu gigi dengan dasar rest seat harus kurang dari 90
sehingga gaya oklusal dapat langsung ditransmisikan sepanjang sumbu vertikal
gigi. Apabila sudut lebih besar dari 90 maka gaya tidak dapat ditransmisikan
secara vertikal, namun dapat mengakibatkan inclined plane effect, yang juga
dapat menimbulkan orthodontic movement atau migrasi dari gigi penyangga,
nyeri, serta bone loss. Selain itu, bagian terdalam dari occlusal rest harus
15
b.
Lingual
atau Cingulum Rest
Lingual atau cingulum rest biasanya digunakan pada gigi caninus rahang
atas, karena morfologi dan ketebalan enamel gigi caninus rahang atas
mencukupi untuk preparasi rest seat secara minimal, sedangkan caninus rahang
bawah tidak. Lingual/cingulum rest juga dapat ditempatkan pada beberapa gigi
insisivus dalam kasus kehilangan gigi caninus, akan tetapi jarang digunakan. 1
Namun, occlusal rest pada gigi premolar lebih
direkomendasikan
daripada
lingual/cingulum
rest
Incisal Rest
Incisal rest terlerak pada permukaan lingual, melewati insisal edge dan
permukaan facial gigi penyangga. Biasanya, incisal rest digunakan pada gigi
caninus baik rahang atas maupun rahang bawah dan tidak diindikasikan untuk
gigi insisivuskarena akan menjadi kurang stabil. Incisal rest berbentuk v dan
terletak pada 1.5-2 mm dari sudut proksimal-insisal. 1
16
E. DIRECT RETAINER1
Direct retainer adalah komponen GTSKL yang berfungsi mencegah
perpindahan protesa
gigi
penyangga,
terdiri
dari
matrix
dengan
GTSKL
yang
Precission Attachment
Komponen terbuat dari metal dan menggunakan
high-precission
Komponen matrix tidak begitu fit, biasanya terbuat dari wax atau plastic
pattern yang kemudian di cast menjadi logam. 1
B. Extracoronal Direct Retainer
Extracoronal direct retainer terdiri dari komponen yang berada di bagian
luar mahkota gigi penyangga. Berfungsi untuk mempertahankan dan
menstabilkan GTSKL. Extracoronal direct retainer terbagi dua, yakni
extracoronal attachments dan retentive clasp assemblies. 1
a.
Extracoronal Attachments
Extracoronal attachments biasanya digunakan pada GTSL rahang
atas. Extracoronal attachments memberikan retensi yang adekuat pada
protesa dan menunjang estetika karena menghilangkan
tampilan
komponen logam. 1
b.
Retentive
Clasp Assemblies
Retentive clasp assemblies merupakan extracoronal direct retainer
yang biasanya digunakan. Berdasarkan DeVans concepts, terdapat 2 jenis
retentive clasp assemblies, yakni : 1
Circumferencial /
suprabulge
direct retainers
clasp
membentang
dari
oklusal protesa
hingga height
bagian
of contour
Vertical projection / bar-type / infrabluge direct retainers : clasp
membentang dari bagian apikal hingga height of contour. Height of
contour ditentukan pada saat surveying oleh dental surveyor1
Berikut
merupakan
komponen
retentive
dari
clasp
assemblies :
18
19
Reciprocation
: merupakan
kualitas
clasp
assemblies
dalam
Clasp
menimbulkan
assemblies
gaya
sehingga
harus
tidak
bersifat
terjadi
pasif
dan
tidak
ketidaknyamanan,
ii.
20
Kekurangannya
adalah
sulitnya
dilakukan
adjustment.
b. Reverse Circlet
Desain ini digunakan bila underut terdapat pada fasial atau
lingual line angle dari gigi abutment. Dikarenakan posisi dari
clasp ini yang biasanya berada pada bagian mesio-oclusal
gigi dan melewati permukaan fasial dari mesial ke distal,
maka sifat estetis dari claspi ini kurang baik.
c. Multiple Circlet
21
tumpuan untuk
posterior.
Dikarenakan
bentuknya,
clasp
ini
hanya
makanan
Ujung clasp diletakan sejauh yang memungkinkan dari
apikal.
Minor connector yang menghubungkan occlusal rest dengan
framework haruslah keras dan kaku serta berperan pula
dalam menstabilisasi prothesa
secara horizontal
Untuk itu, dibutuhkan sebuah komponen yang dapat menambah retensi serta
menghilangkan rotasi pada gigi tiruan tersebut. Maka digunakanlah retainer
indirek. Retainer indirek merupakan komponen pada gigi tiruan lepasan yang
menahan rotasi GTSL. Bila suatu gigi tiruan dapat menahan gaya yang diberikan
dengan adanya retainer indirek tersebut, maka gigi tiruan tersebut disebut
memiliki retensi indirek.
Terdapat sebuah terminologi yang dikemukakan oleh prothero pada tahun
1916. Terminologi itu adalah garis fulcrum. Garis fulcrum ini membantu untuk
mengidentifkasi sumbu rotasi utama gigi tiruan sehingga sangat berpengaruh
pada keberhasilan GTSL. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan kemudian.
A. Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Retainer Indirek
Retensi indirek baru bisa didapatkan bila retainer diposisikan pada
rest seat dengan baik. Hubungan yang baik antara retainer dan rest
seat menyebabkan terjadinya transmisi gaya pada gigi abutment.
Selain itu, perlu dilakukan pula identifikasi dari garis fulcrum pada
gigi pasien. Garis fulcrum merupakan garis yang melewati gigi
abutment paling posterior di tiap sisi rahang. Peletakan dari retainer
indirek sebaiknya berada pada bagian yang berlawanan dengan garis
fulcrum. Semakin jauh jarak dari garis fulcrum dan retainer indirek,
semakin efektif retainer tersebut. Jarak terjauh yang dapat digunakan
adalah tegak lurus garis fulcrum.
Selain itu, perlu pula dilakukan pertimbangan pertimbangan lain
mengenai gigi mana yang dijadikan abutment. Seperti kemudahan
preparasi, estetis, dan lain - lain.
B. Bentuk Bentuk Retainer Indirek
Retainer indirek dapat berupa auxiliari occlusal, cingulum, atau
insisal rest. Retainer indirek haruslah rigid agar efektif dalam
menahan gaya. Jenis yang paling baik adalah occlusal rest. Hal ini
dkarenakan lokasi dan orientasi vertikal dari rest tersebut yang dapat
mentransimi gaya sepanjang long axis dari gigi abutment dengan baik.
Cingulum rest juga dapat dipilih sebagai retainer indirek yang
efektif. Cingulum rest ini terbatas hanya untuk kaninus rahang atas.
Anatomi dari gigi itu sendiri memberikan keuntungan berupa hanya
dibutuhkan sedikit konturing untuk membuat seat yang baik. Namun,
butuh perhatian lebih mengenai posisi dari gigi antagonis dan lokasi
kontak oklusi dari gigi tersebut.
25
Insisal rest digunakan bila jenis lainnya tidak dapat digunakan atau
kontaindikasi. Insisal rest digunakan pada gigi insisif mandibula dan
maksila ataupun kaninus mandibulla. Meskipun kekuatannya cukup
baik, namun rest ini tidak estetis untuk gigi anterior.
G. Gigi Pengganti
Gigi pengganti untuk GTSL yang paling umum adalah gigi tiruan dari resin
akrilik. Tersedia pula gigi tiruan alternatif seperti tube teeth, metal pontics, reinforced
acrylic pontics, dan lain lain. Untuk memilih bahan yang paling baik, seorang dokter
gigi harus memperhatikan kebutuhan fungsional dan estetik dari pasien, kebutuhkan
struktural dari GTSL, serta material yang akan digunakan untuk membuat prothesa.
A. Gigi Pengganti Anterior
Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menggantikan
gigi anterior dengan GTSL. Yang pertama dengan menggunakan gigi
tiruan resin akrilik atau porceleain dengan basis resin akrilik. Yang
kedua, dengan menggukanan reinforced acrylic pontics.
Gigi tiruan resin akrilik dengan basis akrilik : Gigi tiruan ini
memiliki kelebihan antara lain sangat estetis, basis dapat
digunakan untuk merestorasi bagian yang hilang dari
prosesus alveolaris, dapat dilakukan relining dan rebasing
pada gigi itiruan. Namun, kekurangan yang dimiliki antara
lain kurang cocok digunakan untuk menggantikan satu gigi
26
dipreparasi,
kemudian
dilakukan
waxing
Sumber: Removable Partial Denture Design: Outline Syllabus, 5th Edition. San Rafael: Indent. 1999.
Pada saat gigi tiruan berfungsi, terjadi gaya-gaya. Gaya-gaya tersebut adalah gaya
vertikal/ oklusal, gaya horizontal, gaya pemindah dan gerak rotasi (Irwan, 2003).
Gaya vertikal/ oklusal merupakan gaya yang timbul pada waktu blus makanan berada di
permukaan oklusal gigi tiruan sebelum dan pada waktu beroklusi. Gaya oklusal akan
disalurkan ke gigi abutmen dan mukosa di bawahnya serta berpengaruh terhadap
retensi.
28
Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003.
Pada saat berfungsi, juga terjadi gaya horizontal yang berpengaruh terhadap kestabilan
gigi tiruan. Berdasarkan arahnya, gaya horizontal dibedakan menjadi gaya anteroposterior dan gaya lateral. Gaya antero-posterior terjadi saat gerakan rahang dengan
kondisi gigi anterior pada posisi edge to edge atau protusif ke oklusi sentris dan
sebaliknya. Gaya lateral terjadi pada saat rahang bawah bergerak dari posisi kontak
oklusi eksentrik ke posisi sentrik dan sebaliknya, kemudian akan diteruskan ke gigi
penjangkaran serta jaringan pendukung oleh lengan cengkeram.
Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003.
Gaya pemindah merupakan Gaya yang dapat menyebabkan gigi tiruan bergerak ke
oklusal (dalam keadaan mulut terbuka). Keadaan ini terjadi karena adanya makanan
lengket yang melekat pada elemen gigi tiruan pada saat mengunyah. Pergerakan otot
pengunyahan, adanya kekuatan tidak terkontrol (batuk, bersin) dan gaya berat gigi
tiruan sebagian lepas rahang atas juga termasuk sebagai gaya pemindah.
29
Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003.
Pada saat berfungsi, khususnya pada GTSL free end akan terjadi pergerakan rotasi
(Irwan, 2003). Terdapat tiga kemungkinan terjadinya pergerakan rotasi, yaitu pada:
1. Garis fulkrum
Terjadi di sekeliling sumbu putar yang terbentuk oleh 2 buah sandaran utama. Garis ini
disebut sebagai garis fulkrum (garis rotasi) yang merupakan pusat rotasi gigi tiruan
dalam arah vertikal.
2. Sumbu longitudinal
Terjadi pada sumbu longitudinal yang melalui pusat sandaran dan puncak alveolar ridge.
Pada GTSL free end, basis akan berputar di puncak ridge. Pergerakan ini ditanggulangi
oleh basis gigi tiruan dan lengan cengkeram yang terletak bilateral. Dapat pula terjadi
pada crest dari residual ridge
Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan Lepas) Bagian I FKG UI.
Jakarta: FKGUI. 2003.
30
31
b)
32
b) Segmen muco-oseus
1. Mukosa: normal, terikat dengan kuat, jaringan
terkeratinasi menahan gaya mekanis dengan limit
fisiologis. Gaya mekanis berlebihan akan berdampak
pada ulserasi mukosa
2. Submukosa: menyediakan efek hydraluric cushion.
Meningkatnya ketebalan submukosa meningkatkan
toleransi residual rdge terhadap gaya yang
diaplikasikan.
3. Tulang
a)
Teori tekanan-regangan. Beban fungsional dari basis
tooth-mucosa borne denture mentransmisikan gaya ke tulang dari
segmen mukooseus hampir khususnya sebagai tekanan yang
cenderung menyebabkan resorpsi. Resorpsi muncul di proporsi
dari intensitas, durasi, dan arah dari gaya yang diterima dan
dipengaruhi oleh faktor tulang. Dengan jarak tooth borne gigi
tiruan sebagian yang lebih panjang atau ketika kegoyangan yang
33
b) Mandibular
1. Buccal shelf. Area bantalan primer yang terdiri dari
tulang kortikal. Buccal shelf memanjang dari basis
residual ridge di bagian posterior mandibular ke
external oblique ridge.
i. Ada submukosa
ii. Tulang kortikal
iii. Perlekatan otot bucinator. Serat yang arahnya
longitudinal memberli regangan ke tulang
dibawahnya tetapi tidak melepas basis gigi
tiruan selama kontraksi.
2. Pear-shaped pad. Ekstensi paling distal dari jaringan terkeratinasi yang
menyelimuti ridge crest. Terbentuk dari pola scarrung diikuti ekstraksi molar
mandibular paling distal. Hal ini perlu dibedakan dari retromolar pad saat
pemeriksaan klinis.
i. Mukosa terkeratinasi
ii. Ada ikatan yang tegas dan padat dari submukosa
iii. Medial tendon otot temporalis masuk secara lingual di area apeks
gigi molar ketiga dan memberi regangan ke tulang yang ada
dibawahnya
Desain GTSL tooth borne (didukung dentoalveolar)
Tujuan: untuk mentransmisikan dan mengarahkan secara aksial gaya fungsional ke gigi
penyangga. Gaya fungsional utamanya diabsorbsi oleh segmen dento-alveolar
Pertimbangan desain:
35
1. Konektor rigid
a. Konektor mayor. Menyediakan transmisi gaya cross-arch (berkontribusi
terhadap stabilitas dan dukungan cross-arch)
b. Konektor minor. Mentransfer gaya ked an dari gigi penyangga
2. Cast circumferential clasps. bilateral bracing disediakan dengan clasp bracing
dan bagian rigid clasp retentive yang akan membuat transmisi gaya efektif dari
gigi tiruan ke gigi asli
3. Proximate/kira-kira (adjacent rest). Rest yang besebelahan ke area edentulous
mentransfer gaya dari gigi tiruan ke gigi asli.
Desain GTSL tooth-mucosa borne (dukungan dentoalveolar dan mukooseus)
Tujuan: untuk transmisi gaya fungsional equivalen ke segmen dentoalveolar dan
mukooseus. Distribusi gaya yang ekuivalen bukan berarti sama, tetapi merupakan
distribusi optimal berdasarkan potensi ketahanan jaringan terhadap tekanan.
Pertimbangan desain
1. Konektor rigid
a. Kenektor mayormendukung transmisi cross-arch gaya (berkontribusi
pada stabilitas dan dukungan cross-arch)
b. Konektor minor mentransfer gaya ked an dari gigi abutment
2. Konektor mayor RA yang mencakup palatum keras untuk menyediakan
dukungan muko-oseus yang dibutuhkan
3. Desain direct retainer untuk mengontrol gaya (meminimalisisr gaya horizontal
ke gigi abutment) biasanya stress releasing desain yang dipilih contohnya stress
director attachment, wrought wire clasps, remote rest dan clasp konvensional
lainnya, split major connector.
4. Rest yang menyediakan dentoaveolar support
a. Walaupun adjacent rest dapat menyediakan transmisi gaya yang efisien
ke gigi penyangga, remote rest clasp design lebih diinginkan karena
dapat megurangi gaya torque yang tidak diinginkan pada gigi penyangga
dari clasp
b. Modifikasi gigi yang adekuat untuk rest seat menyebabkan gaya
diarahkan ke apical gigi penyangga
5. Ekstensi basis gigi tiruan menyediakan dukungan mukooseus
36
Pemeriksaan Ekstraoral
37
Kelas I
Posisi lidah terletak dengan ujung lidah
yang sedikit di bawah ujung insisal gigi
anterior mandibula.
Kelas II
Kondisi lidah rata dan lebar, tetapi posisi
ujung lidah normal.
Kelas III
Posisi lidah retraksi dan jatuh di lantai
mulut, ujung lidah menggulung ke atas, ke
bawah, atau masuk ke badan lidah.
6.
7.
stabilitas protesa.
8. Pemeriksaan gigi geligi dan tlg alveolar:
-
mesio distal
-
Perbandingan
mahkota
dan
akar:
..........................
gigi : ......................................
38
Pemeriksaan Lain
1. Vestibulum.
Vestibulum dalam: >setengah kaca mulut terbenam
Vestibulum sedang: setengah kaca mulu terbenam
Vestibulum dangkal: <setengah kaca mulut terbenam
Yang paling menguntungkan adalah vestibulum dalam, karena sayap gigi tiruan
dapat dibuat lebih panjang untuk menambah retensi.
2. Prosesus alveolaris/residual ridge
Bentuk prosessus alveolaris berpengaruh pada retensi dan stabilisasi GTL,
serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat.
Tinggi prosesus alveolaris menggambarkan besarnya resorpsi yang terjadi.
dalam.
Flabby: bila mukosa bergerak dalam arah bukolingual saat ditekan.
3. Relasi Rahang
Pada daerah anterior : relasi
alveolaris
Frenulum sedang: ditengah antara puncak prosesus alveolaris - dasar
vestibulum
Frenulum rendah: bila perlekatan ototnya menjauhi puncak alveolaris
5. Palatum
bentuk kupu-kupu.
Kelas II : gerakan palatum durum membentuk sudut >30 derajat, postdam
10.
Ruang gigi tiruan
Ruang gigi tiruan adalah jarak vertikal antara prosesus alveolaris rahang atas dan
rahang bawah.
12. Lain-lain
Contohnya misalnya ada penonjolan tulang, dituliskan lokasi nya dan
diperhatikan apakah akan menyulitkan pemasangan gigi tiruan.
kemiringan
yang
paling
baik
akan
hilang.
Prosedur survey selalu diawali dengan cast yang dipasang pada meja survey
dan permukaan oklusal parallel terhadap platform surveyor. Kemudian
setiap abutment diperiksa undercut retensi dengan meletakkan analyzing rod
ke dental surveyor dan mengevaluasi kontur abutment. Ketika tidak terdapat
undercut, harus diibuat di mulut dengan mengkontur permukaan enamel.
Idealnya, setiap abutment memiliki 0.010-inch undercut pada lokasi yang
paling diinginkan. Apabila terdapat wrought-wire clasp, dibutuhkan
undercut retensi 0.015 karena fleksibilitas wrought wire yang lebih besar
Ketika undercut retesi telah diverifikasi, kemiringan dapat diganti untuk
mengoptimalkan undercut pada gigi yang lain.
b. Interferences
i. Gangguan pada maxillary arch
Gangguan paling utama biasanya datang dari torus palatal. Torus palatal
yang menonjol mengganggu peletakkan maxillary major connector.
Diatasi dengan mengubah desain atau dilakukan operasi.
Hal yang umum ditemuan di rahang atas adalah exotoses dan undercuts.
Hal tersebut mencegah kontak yang rapat antara GTSL dan jaringan
lunak pasien. Hal tersebut menghasilkan akumulasi makanan pada basis
gigi tiruan dan menurunkan stabilitas gigi tiruan. Untuk meningkatkan
prognosis dapat dilakukan operasi.
Tambahan dari faktor tersebut adalah tipping gigi posterior ke arah facial
yang menyebabkan kesulitan yang signifikan, sehingga tinggi kontur
berpindah kea rah permukaan oklusal. Hal tersebut mempersulit
peletakan buccal clasp arm untuk alasan estetik dan mekanikal. Karena
clasp arm diletakkan lebih jauh dari rotational center gigi, tuas
penghubung lebih panjang, dan tenaga yang dihasilkan mungkin lebih
merusak.
Tipping fasial dapat menjadi penyebab undercut berada di dekat jaringan
gingival.
Jika gigi berinklinasi secara fasial terletak pada satu sisi, modifikasi
minor pada kemiringan dapat menghasilkan hasil yang dapt diterima.
Apabila terdapat pada dua sisi, mengubah kemiringan cast tidak memiliki
efek yang menguntungkan. Apabila inklinasi ringan, dapat dilakukan
pengkonturan kembali pada permukaan enamel.
43
suprabulge
berarti
clasp.
menggunakan
Namun,
retensi
suprbulge
clasp
lingual
pada
berpengaruh pada unilateral undercuts. Selain itu, basis gigi tiruan resin
akrilik terletak berdekatan terhadap undercut tersebut dan dapat
disesuaikan untuk meningkatan kenyamanan pasien.
Tonjolan tulang biasa ditemui pada permukaan fasial caninus dan
premolar mmandibula. Tonjolan tersebut dapat menghasilkan undercut
jaringan ringan yang dapat mengganggu peletakan basis gigi tiruan dan
infra bulge clasp. Apabila minor dapat diatasi dengan mengubah
kemiringan cast.
c. Estetik
Untuk menghasilkan estetik yang maksimum pada GTSL, (1) komponen
metal harus ditutupi seefektif mungkin,dan (2) gigi tiruan dipilih, dikontur
dengan benar, dan diposisikan dengan benar.
Untuk menutupi komponen metal, dipilih kemiringan yang benar sehingga
dapat menyamarkan komponen GTSL dan mempertahankan kesehatan
jaringan lunak.
Posisi ideal clasp retensi adalah di sepertiga gingival dari mahkota klinis.
Hal ersebut meminimlisir kemungkinan clasp terlihat, namun menyediakan
jarak yang cukup antara clasp dan margin gingival untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan jaringan.
Requirement kedua untuk mendapatkan estetis yang maksimum melibatkan
pemilihan yang baik, konturing, dan peletakkan gigi tiruan. Pemilihan gigi
yang baik dan benar memerlukan pertimbangan shade, ukuran, dan kontur.
Gigi tiruan memenuhi kebutuhan fungsional pada mulut. Gigi tiruan yang
telah dibuat dimodifikasi untuk merefleksikan estetik dan fungsional secara
individual.
Ketika gigi yang hilang dan tidak segera diganti mengakibatkan ruang yang
semakin kecil. Hal tersebut berpengaruh pada ukuran mesio-distal gigi
tiruan dan kurang estetik terutama pada regio anterior.
Untuk kehilangan satu atau lebih gigi pada gigi anterior mengindikasikan
bahwa gigi tiruan akan memiliki satu path of insertion. Hal terseut berarti
surveyor digunakan untuk menentukan apakah indikasi untuk mengkontur
kembali gigi asli yang tersisa. Pengkonturan kembali tidak hanya
menghasilkan path of insertion yang dapat diterima, namun juga
menyediakan ruang yang cukup untuk penempatan gigi tiruan.
Undercut yang besar pada pemukaan proksimal gigi anterior dapat menjadi
kurang estetik. Undercut tersebut mungkin disebabkan oleh mahkota klinis
atau tipping gigi ke arah area edentulous. Undercut tersebut menghasilkan
45
kembali
permukaan
proksimal.
Surveyor
dibutuhkan
47
III.
Desain GTSL
Selama melakukan proses survei, praktisi menentukan perbaikan, menempatkan garis
survei, dan menandakan undercut dengan benar. Bila memasuki tahap ini praktisi sudah
harus siap untuk memulai proses desain.
Desain ini akan menjadi blueprint atau konstruksi utama untuk GTSL. Maka dari itu
proses desain harus diselesaikan dengan hati-hati. Karakteristik mekanik dalam GTSL
dapat menjadi pertimbangan, komponen harus di susun dengan baik dan akurat,
terpenting desain harus dapat tergambarkan dengan baik dan jelas untuk laboran yang
akan bertanggung jawab dalam konstruksi ini.
Prinsip desain GTSL
Dalam menerapkan GTSL kedalam area kerja memungkinkan adanya perbedaan dengan
desain awal yang sudah ditentukan. Maka, menentukan desain dapat dilakukan dengan
baik dan benar menggunakan prisnip mekanis dan biologis. Menurut Dr. A. H. Schmidt
prinsip desain terbagi menjadi beberapa poin yang dapat diterapkan, yaitu:
menyempurnakan perawatan
GTSL harus merekonstruksi atau mengembalikan fungsi tanpa menyebabkan
Filosofi Desain
Pada desain GTSL yang didukung oleh gigi (tooth-supported), untuk perawatan
Kennedy Kelas III, umumnya sangat baik. Perhatian utama pada GTSL ialah
sebagian dari pendukung protesis merupakan gigi dan jaringan lunak. Ada pula
pembandingan untuk persyaratan desain untuk free end
panjang (contohnya pada pengaplikasian) kelas 1, 2, dan longspan kelas 4). Sebagai
pusat perhatiaan utama pada gigi tiruan, gigi penyangga (abutment) dan area
48
edentulous ridge. Pada filosofi ini akan dibahas dengan pembagian dari distribusi
tekanan, berikut beberapa poin:
-
Persamaan tekanan
Basis fisiologis
Distribusi luas tekanan
Perlu ditekankan bahwa filosofi ini dapat diterapkan dengan sukses sesuai dengan
keadaan yang sesuai. Praktisi juga harus memahami faktor-faktor yang akan
mempengaruhi proses mendesain.
Kennedy kelas 1 dan kelas 2 sebagian edentulous
Direk retaier
-
Cengkram
-
49
Rest
-
Gigi penyangga ditentukan dengan benar, agar dapat memberikan hasil yang
penyangga tekanannya.
Seringkali, rest diposisikan pada area terdekat dengan edentulous
50
Retensi indirek
-
Konektor mayor
-
tujuan perawatan
Konektor mayor harus kaku
Konekor mayor tidak boleh mengenai jaringan gingival
Pada maksila, konektor mayor yang luas dapat digunakan untuk mendapat
dukungan tambahan dari palatum durum. Semakin luasnya palatum yang
tertutupi, akan besar dukungan yang didapatkan.
Konektor minor
-
Oklusi
-
relasi sentrik
Oklusi yang ada dapat terbuat harmonis
Gigi tiruan harus dipilih dan diposisikan dengan baik agar meminimalisasi
tekanan pada gigi tiruan
Basis gigi tiruan harus didesain untuk dapat menutupi secara luas untuk
mendistribusikan tekanan pada area yang lebih luas dan meminimalisasi
kemungkinan
konsentrasi
tekanan.
Perpanjangan
tepi
tidak
boleh
Kennedy kelas 3
Retensi direk
-
Karena
gigi
borne,
berbahaya
residual
ridge dapat diminimalisasi.
Posisi dari undercut yang retentif pada gigi abutment individual tidak
bersifat kritis.
Cengkram
-
Kontur gigi, kontur jaringan lunak, dan estetik harus dipertimbangkan, dan
pilih cengkram paling sederhana yang memungkinkan. Biasnya, cengkram
yang digunakan adalah simple circlet clasp.
52
Rest
-
Jika mungkin, rest dan atau rest seat harus diletakkan berbatasan dengan
edentulous space.
Rest digunakan untuk mendukung major connector dan lingual plating.
Retensi indirek
-
Indirect retention biasanya tidak digunakan pada desain Kennedy Kelas III.
Major dan minor connector harus kaku dan memiliki kondisi yang sama
seperti yang telah dijelaskan pada desain Kennedy Kelas I dan Kelas II.
Oklusi
-
Syarat oklusi sama dengan desain Kennedy Kelas I dan Kelas II.
Kennedy kelas 4
53
yang baik dan tidak menganggu gigi tiruan yang akan dibuat.
Tahap selanjutnya:
1) Perawatan konservasi gigi dan endodontic
54
55
khusus, stone, rubber wheel/point. Gigi tersebut harus diberi fluoride topical
untuk menghindari karies.
a. Preparasi gigi dilakukan untuk:
i. Menyediakan tempat/ dudukan bagi rest
Hal ini bertujuan untuk produksi support permukaan gigi,
mencegah gangguan oklusi, serta mengurangi tonjolan rest.
ii. Membuat bidang panduan
Bidang panduan merupakan dua atau lebih dinding aksial yang
parallel pada gigi penjangkaran yang menuntun arah masuknya
gigi tiruan. Pengasahan untuk membuat bidang panduan
dilakukan seminimal mungkin (max. 0.5mm)
iii. Modifikasi garis survey
Garis survey yang terlalu ke oklusal akan terlihat dan menganggu
oklusi. Sedangkan yang terlalu ke gingival akan menjadi tempat
akumulasi plak.
iv. Membuat area retentive
Dilakukan dengan mengasah enamel gigi, namun pada bagian 1/3
gingival enamel relative tipis. Cara lain untuk menambah retensi
adalah dengan penggunaan bahan komposit.
V. Pencetakan Rahang (cetakan akhir)1
Banyak material cetak dan teknik yang bisa digunakan untuk membuat cetakan
final untuk GTSL. Material cetak seperti alginat, polisufida, pvs, dan polieter. Masing
masing memiliki kekurangan dan kelebihannya. Alginat yang paling sering digunakan
dan paling serbaguna. Kelebihannya yaitu tidak mahal, mudah digunakan dan akurat
secara dimesional, tidak memerlukan custom tray, hanya digunakan saat stock tray tidak
fit. Namun kekurangannya adalah tidka bisa disimpan dalam waktu yang lama, harus
dicor dalam waktu 12 menit dari seja dikeluarkan dari dalam mulut.
Menggunakan Stock Tray
Ketika stock tray digunakan untuk membuat final impression untuk GTSL, tray
harus dimodifikasi untuk memastikan alginate memiliki ketebalan yang konsisten. Jika
material cetak tidak didukung selama proses gelasi, bisa menumpuk jadinya. Masalah
yang sering terjadi pada regio palatal dari rahang aas dan bisa menyebabkan adaptasi
yang buruk untuk major connectors. Metode yang paling sederhana dan akurat dari
memodifikasi sendok cetak adalah dengan menggunakan modelling plastic. Modelling
plastic dilunakkan dalam air dengan suhu 60 dan dicetakkan pada area yang
56
57
3. Kelihatan antara gigi dengan modeling plastic atau modeling plastic dan hard
palette jika tray sudah dimodifikasi utuk cetakan alginate
4. Void atau bubbles pada palatal vault ketika palatal major connector akan dibaut
5. Underextension peripheral ketika basis dental sudah didesain dan perbaikan cast
impression tidak direncanakan
6. Sobek di bagian interproximal
7. Kurang detail pada permukaan cetakan
8. Keraguan dari akurasi cetakan
Pouring master cast
Sama seperti diagnostic cast, kecuali minimal expansion, penginkatan artificial stone
harus digunakan
1. Setelah cetakan telah dibersihkan dari saliva. Periksa defek dan berikan
2.
3.
4.
5.
Basis cast harus ditrim jadi permukaan oklusal gigi parallel dengan basis jika
memungkinkan. Posterior border membentuk sudut 90 dengan basis dan tegak
lurus dengan garis yang melewati diantra insisiv sentral. Bagian samping cast
ditrim jadi paralel terhadap permukaan bukal dari gigi posterior atau crest
edentulous ridge. Anterior border dari maxilla dibentuk dengan trim area
kaninus pada tiap sisi menghadap ke area interproximal dari central incisor.
Anterior border mandibular dibentuk dengan membentuk dinding curve dari
canine dari satu sisi ke sisi lain
58
2. Height of Contour
Pada tahap ini tinggi kontur gigi dan jaringan lunak dapat dibuat
menggunakan carbon marker sebagai acuan.
3. Blockout and Relief
Pada tahap ini dilakukan proses peletakkan wax
pada cast yang masih terdapat undercut. Ada
beberapa tahapan pada tahap ini, yaitu:
a. Cast Preparation
Sebelum cast akan diberikan wax,
cast diberi garis/ didesain terlebih dahulu
Lalu jika cast telah siap di desain,
maka diolesi dengan acetone-based liquid
b. Blockout technique
59
60
5. Duplication
Cast yang telah diblockout, diletakkan pada dasar
duplicating flask
Lalu duplicating flask yang telah berisi cast tadi,
diisi dengan bahan cetak reversible hydrocolloid
6. Pencelupan cast ke dalam beeswax
Refractory cast dicelupkan ke dalam beeswax panas pada
suhu 138C -149C (280F - 300F) selama 15 detik agar
didapatkan permukaan yang halus dan padat serta mencegah
diperlukannya proses perendaman cast sebelum proses investing
7. Waxing Kerangka Logam
a. Pemindahan design
Sebelum memulai waxing, design kerangka logam
dipindahkan dari master cast ke refractory cast.
Pembuatan design dilakukan dengan tekanan ringan
agar permukaan refractory cast tidak rusak. Bagian
paling penting dari pemindahan design adalah posisi
individual clasp tips. Apabila pada tahap blockout
pembuatan ledge sudah sesuai, maka penempatan
retentive clasp tips akan lebih mudah dan akurat.
b. Teknik waxing
Pola plastik dilekatkan
menggunakan
cairan
pada
pelekat
refractory
yang
cast
merupakan
campuran dari aseton dan plastic pattern scraps. Cairan pelekat ini diaplikasikan
dengan brush secukupnya. Jika cairan pelekat terlalu tipis, pola plastik tidak
merekat dengan sempurna ke refractory cast, sehingga kerangka logam akan
menjadi tidak akurat. Namun jika terlalu tebal, maka menghasilkan kilatan
logam di sekitar casting. Kelebihan logam ini akan menyulitkan proses finishing
nantinya.
61
Setelah plastik melekat ke refractory cast, lakukan adaptasi agar tidak terjadi
distorsi menggunakan pattern adapter. Setiap pola ditempatkan pada refractory
cast dan ditekan perlahan setelah diberikan cairan pelekat. Pola plastik
diposisikan pada outline design. Gunakan blade untuk memotong pola plastik
yang melampaui outline yang telah digambar sebelumnya. Biasanya, bagian
yang sering terdistorsi pada proses ini adalah retentive clasp.
Tahap
selanjutnya
adalah melakukan waxing. Wax yang digunakan adalah blue inlay wax karena
keras dan mudah dipoles. Blue inlay wax juga digunakan untuk menutupi margin
dari major connector dan membuat minor connector dan rests. Untuk contouring
final, dapat digunakan carver dengan mata pisau yang kecil dan membulat
8. Spruing Kerangka Logam
a. Teknik sprue
Lokasi dan geometri sprue former ditentukan berdasarkan panduan produsen.
Ticonium dicetak menggunakan single sprue former, sedangkan type IV gold
beberapa campuran chrome cobalt dicetak menggunakan multiple secondary
sprue former.
Pada
saat
melakukan
proses
sprue, tepi tajam pada refractory material harus diperhatikan karena dapat pecah
ketika logam cair dimasukkan sehingga dapat ikut masuk ke dalam cetakan
logam dan merusak kerangka logam.
b. Ukuran sprue former
Ukuran dan dimensi sprue former sangat penting, biasanya ditentukan
berdasarkan panduan produsen. Tidak boleh terdapat konstriksi pada sprue
former yang dapat menyebabkan logam cair mengalir dari area yang tebal ke
62
tipis, kemudian tebal kembali. Hal ini dapat menyebabkan deformasi internal
mold dan inklusi yang tidak diinginkan pada cetakan.
c. Sprue former tambahan
Apabila terdapat sejumlah besar area yang terpisah dari kerangka logam,
sehingga menciptakan rongga, maka dibutuhkan sprue former tambahan.
Secondary sprue former digunakan untuk memastikan bahwa logam cair masuk
ke rongga terkecil dari cetakan dan untuk mendukung pontic logam. Ukuran dari
sprue former tambahan adalah 1/3 atau diameter sprue former utama.
9. Investing refractory cast
a. Two-part mold
Beberapa sistem memerlukan 2 tahap proses investment. Tahap pertama berupa
pembuatan lapisan refractory material setebal 3-4-mm. Lapisan ini diaplikasikan
pada refractory cast yang sudah diwax untuk memastikan tidak adanya rongga
sebelum proses investing. Setelah lapisan pertama setting, dilakukan tahap
kedua. Refractory material dimanipulasi sesuai ukuran ring lalu refractory cast
ditempatkan ke dalam investing ring. Posisi sprue former ditandai diluar mold
sebagai orientasi mesin casting
b. Penyimpanan mold
Sebelum proses eliminasi wax, mold diletakkan dalam plastik tertutup untuk
mencegah kerusakan dari refractory material.
10.
Eliminasi
wax
burnout
a. Waktu dan suhu
Waktu dan suhu
yang
digunakan
di
dalam
plastik
untuk
menghindari dehidrasi.
63
11. Casting
Casting dilakukan pada mesin casting yang
memiliki sensor elektrik untuk mengukur suhu
dari logam cair. Setelah logam cair mencapai
suhu yang diharapkan, sensor secara otomatis
mengaktivasi proses casting.
12. Casting recovery
Setelah proses casting selesai, mold dikeluarkan dari mesin casting, lalu bagian terluar
dari refractory material dieliminasi menggunakan palu. Selanjutnya, elemen investment
yang tersisa dieliminasi menggunakan airborne particle abrasion
Nodulusnya dibuang.
Casting lalu disesuaikan dan finishing dengan coarser disk dan finer grinding
agent.
Permukaan kritis seperti rest, ujung cengkram retentive, dan proximal plate
harus mendapatkan finishing minimal.
Pemolesan Akhir
Pemolesan akhir menggunakan agen polishing dengan rag and felt wheels highspeed.
Untuk menghilangkan residu material poles, digunakan pembersih ultrasonik. Setelah
itu framework dikembalikan master cast atau duplikatnya.
Sectioning dan Soldering
Sebelum basis dan gigi prosthesanya difitting, dilakukan fitting pada framework.
Apabila tidak dapat didudukkan, framework harus dibuat ulang atau dimodifikasi
dengan sectioning dan soldering. Namun, pembuatan ulang itu cukup rumit. Untuk
konektor minor dan beberapa yang mayor digunakan precious atau non-precious
brazing alloy dengan electrosoldering device.
Occlusal Adjustment
Preliminary adjustment dilakukan di laboratorium. Untuk meningkatkan akurasi dan
memaksimalkan usaha yang dapat dilakukan, dokter gigi harus memiliki model
antagonis dan catatan gigit.
Pembuatan Clasp
1. Wrought Wire Clasp
Cengkeram retentive dapat dibuat dari kawat tempaan, sama seperti cast alloy.
Banyak dokter lebih memilih menggunakan cengkram kawat karena lebih
mudah disesuaikan dan diadaptasikan. Kawat dapat terbuat dari precious atau
non precious alloy. Karena harga precious metal yang mahal, 18- dan 19- gauge
nikel-krom-kobalt biasanya jadi yang paling populer. Cengkram jenis ini
digunakan untuk prostesa interim dan transisional sebagai tambahan reparasi
untuk cengkram yang fraktur atau distorsi. Cara yang paling mudah adalah
dengan membengkokan dengan jari dan menahan kawat dengan menggunakan
tang.
Berikut adalah cara melekatkan cengkram ke prostesa:
Menanamkan kawat di resin akrilik.
menambahkan logam casting ke kawat,
Menyolder kawat pada rest-minor connector junction. temperatur solder
berpengaruh terhadap sifat fisiknya dan penyolderan lebih baik dilakukan
dengan elektrosoldering device dan nickel based industrial alloys.
65
Laser
welding
menggunakan
welder
yang
merupakan
unit
Ketidaknyamanan karena kurang fit akan terjadi. Pemanipulasian material dan teknik
yang digunakan mengakibatkan jumlah dan ukurannya menjadi berubah. Diharapkan
perubahan yang terjadi seminimal mungkin, jika ada perubahan lebih baik segera di
koreksi untuk kenyamanan dan kelayakan pada pasien.
Pemeriksaan kerangka
Kerangka logam harus segera diperiksa kembali secara seksama setelah dalam prosedur
fabrikasi atau laboratorium. Sebagai praktisi atau dokter gigi kita harus langsung
mencoba kerangka logam sudah sesuai dengan permintaan dan sesuai dengan model
kerja. Beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
posisinya?
Sudahkah rests terbentuk didalamnya?
Apa clasp yang diminta sudah ada dan terbentuk?
66
Sesuai atau tidak retentif lengan clasp dengan ukuran, bentuk dan posisinya?
Apakah jaringan lunak sudah terhindar dari undercuts?
Laboran dental harus tetap berdiskusi atau berkonsultasi dengan dokter gigi agar hasil
yang dihasilkan sesuai dan baik dengan mulut pasien. jika terjadi perbedaan atau
penjelasan desain yang tidak sesuai dengan hasil laboratorium harus segera dituntaskan
apa perbedaan yang ada.
Apakah kerangka logam sesuai dengan model kerja secara akurat?
Konstruksi kerangka harus akurat dengan model kerja. Jika, kerangka logaam sulit
dikeluarkan dari model kerja kemungkinan besar kerangka masih memiliki undercut.
1. Rests yang sudah didesain harus terposisikan sesuai dengan preparasi yang
dilakukan. Adaptasi sesuai dengan preparasi agar retentif pada kerangka logam
terbentuk dengan baik.
2. Lengan clasp jangan sampai bersentuhan langsung dengan permukaan gigi, jika
terjadi maka harus dilakukan waxing dan metal finishing. Hal ini dilakukan
untuk memberikan ruang pada kerangka logam dengan permukaan gigi
antagonisnya.
3. Finishing dan poles prosedur harus dilakukan dengan baik. Agar texture yang
terbentuk sesuai dan nyaman digunakan oleh pasien.
4. Major konektor harus bersifat kaku. Ketika melakukan fikasasi dapat diperiksa
adanya pergerakan atau tidak pada kerangka, jika ada pergerakan segera lakukan
rekonstruksi atau pembenaran. Major konektor sangan penting pemeriksaan
kekakuannya, karena jika ada pergerakan dapat menyebabkan dislokasi, trauma
pada jaringan lunak dan dasar tulang.
Prosedur klinis
Pada fase ini mempunyai dua objek terpisah. Pertama, memastikan kerangka pada
gigi dan jaringan lunak sebagai jaringan pendukung. Kedua, menyesuaikan
kerangka dengan oklusi antagonisnya. Kerangka harus tetap terpasang sampai
mendapatkan penyesuaian oklusalnya.
Penyesuaian kerangka kedalam jaringan gigi dan jaringan lunak
Menyesuaikan kerangka logam kedalam jaringan mulut dapat dilakukan dengan
sedikit atau tidak penyesuaian. Kerangka logam yang terlalu pas atau sempit dapat
menyebabkan kerusakan struktur oral. Pada bagian yang tidak sesuai dengan desain
awal dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan kerusakan.
Disclosing media
67
Untuk memeriksa kerangka praktisi atau dokter gigi dapat mengidentifkasi area
jaringan yang terinterfensi menggunakan disclosing media. Media ini dapat berupa
tipe semprot yang cukup sering digunakan. Tetapi, media semprot ini sering kali
membuat hasil yang cukup berantakan dan sulit untuk di kontrol. Maka, tipe
semprot ini tidak digunakan untuk prosedur intraoral. Material yang digunakan
adalah yang bertipe wax.
Disclosing tipe wax lebih mudah untuk digunakan dan akan memberikan hasil yang
baik jika digunakan sesuai dengan ketentuan pabrik. Praktisi harus dapat
membedakan hasil yang dikarenakan tekanan yang berlebihan dan yang disebabkan
sempitnya ruangan yang ada. Praktisi juga harus mengerti perpindahan pada clasp
dan kerusakan pada wax yang disebabkan pertemuan antar gigi langsung. Cara
membedakannya dapat dilihat dengan observasi. Media pengukapan wax ini
memiliki kelebihan mencetak secara tiga dimensi.
Aplikasi dan penggunaan disclosing wax
Alat yang digunakan untuk mengaplikasikannya disclosing wax, pemanas dan instrumen
yang cocok dengan wax. Biasanya disclosing wax di taruh didalam sebuah wadah kaca
atau plastik. Untuk menghindari kontaminasi material jadi menggunakan wadah
terpisah, ambil sebagian kecil wax menggunakan instrumen. Masukan wax kedalam
pemanas untuk mendapatkan wax leleh atau cair. Setelah mendapatkan wax cair
aplikasikan wax ke kerangka logam yang akan berkontak dengan gigi.
Ketika mengaplikasikan kerangka, gunakan tekanan yang rendah dan tidak memberikan
tekanan yang terlalu besar agar terbentuk sesuai dengan anatomisnya. Setelah
mendapatkan cetakan yang sesuai, evaluasi apakah ada wax yang terbuka atau robek
hingga mengekspos langsung logam.
Jika kerangka logam terkespos kemungkinan ruang yang ada kurang, maka dapat
dilakukan rekonstruksi langsung pada kerangka tersebut. Setelah melakukan
rekonstruksi kembali di lapisi dengan wax untuk mencoba apakah sudah pas atau belum
pada kerangka logam.
Penyesuaian oklusal pada kerangka logam
Setelah melakukan penyesuaian pada kerangka logam, selanjutnya penyesuaian pada
oklusi pada oklusi sentris. Penyesuaian ini menggunakan kertas tips artikulasi, pertama
menggunakannya pada posisi oklusi jika ada gerakan vertikal maka kemungkinan
68
adanya logam yang mengganjal pada oklusi. Kembali di evaluasi pada rests yang
membuat ganjalan dan menyisakan kertas artikulasi, maka segera di rekonstruksi.
Setelah direkonstruksi maka lakukan kembali menggunakan kertas artikulasi apakah ada
gerakan vertikal atau tidak, jika tidak evaluasi dengan pasien membuat gerakan ke
kanan dan kiri lateral dan prostusif untuk mengecek apakah tahanan atau tidak.
69
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Bentuk kasus kehilangan gigi RA kelas III modifikasi 2 Kennedy, RB kelas III
modifikasi 1 Kennedy membutuhkan :
2) Perawatan preprostetik berupa
a. Ekstraksi gigi 16
b. Perawatan ortodontik untuk gigi 35 dan 48
c. Pembuatan mahkota tiruan pasak inti untuk gigi 12 dan 21
2) Perawatan rehabilitasi berupa GTSKL yang nyaman,
Rahang atas
Rahang bawah
3.2. SARAN
Pasien wanita 40 tahun membutuhkan perawatan menggunakan Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan karena keinginan pasien untuk menggunakan gigi tiruan yang
dapat dilepas pasang dan jika memenuhi indikasi GTSL.
70
DAFTAR PUSTAKA
1. Phoenix RD, Cagna DR. Stewarts Clinical Removable Partial Prosthodontics.
Quintessence, Chicago, 3rd Ed 2003.
2. Carr AB, Brown DT. McCrackens Removable Partial Prosthodontics, 12th
Edition. St Louis: Elsevier Mosby. 2011.
3. Carr AB, Brown DT. McCrackens Removable Partial Prosthodontics, 11th
Edition. St Louis: Elsevier Mosby. 2008.
4. Krol AJ, Jacobson TE, Finzen FC. Removable Partial Denture Design: Outline
Syllabus, 5th Edition. San Rafael: Indent. 1999.
5. Irwan SH, Fardaniah S. Buku Diktat Kuliah Prostodonsia III (Ilmu Gigi Tiruan
Lepas) Bagian I FKG UI. Jakarta: FKGUI. 2003.
6. Krol, A., Jacobson, T., & Finzen, F. Removable partial denture
design. San Rafael, CA: Indent. 1999
7. Stratton RJ, Wiebelt FJ. Atlas of Removable Partial Dentures Design, 1998.
8. Himawan, Laura S dkk. Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam dan Gigi Tiruan
Khusus (Pengantar Kuliah Prostodonsia IV). 2005
9. Panduan Pengisian Rekam Medik Khusus Departemen Prostodonsia
10. Nallaswamy .D. Texbook of Prosthodontic. Jaypee Brother. page 20
71