Anda di halaman 1dari 19

GraceHOPPER

Ketika mimpi,impian,dan kenyataan tertuang dalam sebuah tulisan

64262

Selasa, 16 Juni 2015


Gigi Tiruan Cekat

ILMU GIGI TIRUAN CEKAT


Ilmu gigi tiruan cekat adalah ilmu yang mempelajari perawatan untuk
memperbaiki/menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang rusak atau
hilang sengan suatu restorasi berupa mahkota tiruan atau gigi tiruan jembatan
yang dilekatkan secara permanen didalam mulut.

Berdasarkan prinsip perawatan dalam bidang prostodonsia, yaitu rehabilitasi


system stomatognatik , maka tujuan perawatan dengan gigi tiruan cekat,
adalah memperbaiki :
1. Fungsi pengunyahan
2. Fungsi Estetis
3. Fungsi bicara
4. Keadaan lokal (dalam mulut) dan kesehatan umum
5. Rasa nyaman
6. Rasa percaya diri

Macam gigi tiruan cekat :


1. Mahkota tiruan (Artificial crown/Full crown)
Adalah restorasi yang menggantikan sebagian atau seluruh bagian jaringan
mahkota gigi yang sudah rusak/hilang, dipasang secara pemanen dengan
semen.

Berdasarkan banyaknya jaringan permukaan mahkota gigi atau jaringan


mahkota gigi yang digantikan, maka dibedakan atas :
1. Mahkota tiruan penuh (Full Veneer Crown)
2. Mahkota tiruan sebagian (Partial Veneer Crown)
3. Mahkota tiruan pasak (Dowel/Post and Core Crown)
2. Gigi tiruan jembatan (Bridge work)
Adalah restorasi (gigi tiruan) yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi
geligi asli, dilekatkan secara permanent dengan semen serta didukung
sepenuhnya oleh satu atau lebih gigi atau akar gigi atau implant yang telah
dipersiapkan.

Macam-macam gigi tiruan jembatan :


1. Gigi tiruan jembatan konvensional
a. Rigid Fixed Bridge
Gigi tiruan jembatan yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi yang
berurutan, didukung oleh 1 atau lebih gigi penyangga pada masing-masing
ujung diastema, dan dalam pemakaiannya tidak ada pergerakan individual
dari gigi penyangga.
Indikasi :
– Untuk kehilangan 1-4 gigi secara berurutan
– Pada tekanan kunyah yang normal atau besar
– Gigi penyangga yang pendek
– Salah satu gigi penyangga goyang derajat 1 (tanpa kelainan periodontal
atau paska terapi periodontal)
- Pada gigi molar maupun premolar yang mudah karies, dimana beban
pengunyahan besar, maka dipilih agar diperoleh retensi yang maksimum

Keuntungan :
– Indikasi terluas
– Memiliki efek splinting terbaik
- Tidak mudah lepas.
- Dapat melindungi gigi dari karies.
- Preparasi, pencetakan, pembuatan dan penyemenan mudah.Syarat
khusus :
– Gigi penyangga baik posisi dan inklinasinya harus sejajar atau bila vital
dapat dibuat sejajar tanpa membahayakan pulpa (misalnya salah satu gigi
penyangga miring 15-200)
- Tidak mudah mengalami distorsi di bawah tekanan daya kunyah

b. Semi Rigid Fixed Bridge


Fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 atau 2 gigi didukung oleh satu
atau lebih gigi-gigi penyangga pada tiap ujung diastema dan memberikan
pergerakan individual terbatas pada gigi penyangganya pada waktu berfungsi.
c. Cantilever Bridge
Merupakan fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 gigi dan didukung
oleh satu atau lebih gigi penyangga hanya pada satu sisi saja.
d. Kombinasi Bridge
Bridge yang terdiri dari beberapa macam fixed bridge yang disatukan.
e. Modifikasi Bridge
Merupakan fixed bridge yang dimodifikasi karena keadaan tertentu.

2. Gigi tiruan jembatan ‘sophisticated’


1. Implant Bridge
2. Adhesive Bridge (Maryland Bridge)

Jenis Retainer : Retainer ekstrakoronal


Alasan: Retainer yang dipakai adalah retainer ekstrakoronal dimana retainer berada diluar
bidang mahkota gigi karena pada kasus ini akan menggunakan mahkota logam berlapis
porselen.
Kelebihan Extra Coronal Retainer :
Sanggup menerima beban pengunyahan yang besar
Mudah dibuat

Retainer adalah bagian dari jembatan yang menjangkarkan jembatan ke gigi penyangga.
Jenis jenis retainer antara lain:
Intra koronal retainer : terletak di dalam bagian mahkota gigi.
Ekstra koronal retainer : terletak di luar bagian mahkota gigi
Intra radikular retainer : diindikasikan untuk gigi non vital setelah perawatan endodontik
(mahkota pasak).
Jenis yang dipilih adalah retainer ekstra koronal, karena terletak diluar bagian mahkota gigi.

- Tipe dasar pontik : Sanitary pontic


Ada 5 tipe pontik yaitu :
Sanitary Pontik : permukaan dasar tidak kontak dengan linggir alveolus
Indikasi : Gigi Premolar dan Molar RB
Spheroidal Pontik : mirip dengan Sanitary Pontik tapi dasarnya kontak dengan
linggir alveolus.
Indikasi : RB anterior
3. Ridge Lap Pontik : bagian labial berkontak dan bagian palatal menjauhi linggir alveolus.
Indikasi : RA anterior dan posterior
4. Saddle Pontik : modifikasi Ridge Lap Pontik tapi dasar pontik yang kontak dengan
linggir alveolus lebih luas.
Indikasi : RA anterior
5. Conical Root Pontik : dasar pontik masuk sekitar 2 mm dalam socket gigi yang baru
dicabut.
Indikasi : Jembatan, immediate

Jenis-Jenis GTJ

1. Fixed-fixed bridge atau GTJ Lekat


2. Semi-fixed (Fixed-Movable) bridge atau GTJ setengah lekat
3. Cantilever (Swing On) bridge atau GTJ lekat sebelah
4. Spring Cantilever bridge atau GTJ konektor panjang.
5. Compound Bridge
6. Adhesive Bridge
Fixed-Fixed Bridge

 Konektor kaku pada kedua ujung pontik, minimal 3 unit.


 Anterior atau posterior, RA atau RB
GTJ Lekat anterior:

 > gigi tetangga rotasi atau kelainan posisi.


 > gigitan palatum
 > berhub dgn fungsi bicara.
 > tipe retainer: mahkota penuh, pasak, mahkota sebagian.
 > Jenis pontik: Saddle pontik
 > Bahan: all porcelain, kombinasi
GTJ Lekat Posterior

 > Tipe retainer: mahkota penuh, uplay, mahkota sebagian, inlay.


 > Tipe pontik: Saddle Pontic, Sanitary Pontic.
Fixed Moveable (semi fixed) Bridge/ GTJ setengah lekat

Salah satu pontik dihubungkan pd retainer dgn konektor non rigid, sedangkan yang satunya
dihubungkan dengan konektor rigid.

Keuntungan:
 Dapat mengatasi kesulitan melakukan insersi.
 Tidak mengganggu pergerakan individual gigi penyangga.
 Efek stress breaker.
Indikasi:

 salah satu gigi penyangga miring.


 terdapat pier abutment.
Regio anterior:

indikasi: kehilangan Incisivus lateral RA, salah satu penyangga dirawat endo.

Retainer: mayor (mhkt pigura,mhkta ¾), minor (inlay klass III, mhkt pigura, mhkta Selberg).

Regio posterior

indikasi: Tekanan kunyah ringan, kehilangan tidak lebih dari 1, salah satu penyangga miring.

Retainer: Mayor (mhkta penuh, mhkta 4/5), Minor (mhkta penuh, mhkta sebagian, inlay klas II).

Cantilever Bridge (GTJ Lekat Sebelah)/Swing on Bridge

Salah satu sisi pontik dihubungkan oleh konektor rigid, sedangkan sisi yg lainnya melayang.

Keuntungan:

 > Desain sederhana


 > tidak mengalami kesulitan insersi
 > pekerjaan klinik dan lab tidak lama
 > tidak membuang jaringan sehat terlalu banyak
 > estetik memuaskan
Indikasi:

> Terutama kehilangan gigi anterior, dgn keadaan sbb:

 * Tekanan kunyah yang ringan


 * Ruang anodonsia kurang
 * gigi tetangga malposisi
> Menggantikan P1 dengan penyangga P2 dan M1 pada RA/RB

• Retainer: mhkt penuh, mhkt sebagian, pin-lay crown.

Spring Cantilever Bridge (GTJ Konektor Panjang)

 Konektor panjang, retainer terletak jauh dari pontik.


 Kehilangan gigi anterior, dengan penyangga gigi posterior.
 Bersifat pegas
Indikasi:

> kehilangan gigi anterior

 * gigi tetangga lemah


 * multiple diastema anterior
 * tekanan kunyah ringan
Kontra indikasi:
 > kehilangan gigi depan lebih dari satu
 > deep bite
 > bentuk palatum yg kurang menguntungkan
Keuntungan:

 > estetik memuaskan


 > angka rata2 kegagalan rendah
 > mudah memperbaiki pontik, tanpa membongkar semua komponen GTJ.
Tipe pontik: Jacket Pontik

Bentuk konektor: konektor panjang dgn jarak thd mukosa 0,2-0,4mm

Retainer: mahkota pigura, mahkota 4/5

Compound Bridge (GTJ Gabungan)

 Menyederhanakan suatu kompleks GTJ menjadi 2 GTJ sederhana.


 Memperkecil kemuungkinan terjadinya kegagalan.
 Tidak mengorbankan gigi sehat terlalu banyak.
 Memudahkan melakukan insersi
Adhesive Bridge

• Kekuatan retensi pada:

 > ikatan resin thd enamel


 > daya kohesi resin
 > ikatan resin thd dasar logam
Indikasi:

 > kehilangan 1 atau tidak lebih dr 2 gigi, dengan tekana kunyah ringan.
 > servikal sempit (incisivus bawah)
 > Px tidak tahan duduk lama.
 > Px masih muda.
 > Gigi penyangga sejajar
Kontraindikasi:

 > tekanan kunyah besar


 > gigi dgn karies besar
 > kehilangan gigi lebih dr 2 unsur
 > gigi dgn cacat enamel
TAHAP PROSEDUR PERAWATAN

1. Preparasi gigi penyangga


Contoh kasus kehilangan gigi 36 sehingga gigi penyangga adalah gigi 35 dan
37. Menurut Hukum Ante: jumlah luas membrana periodontal dari gigi-gigi penyangga
harus sama atau lebih besar dari jumlah luas membrana periodontal gigi yang diganti. Luas
membrana periodontal diperkirakan dengan melihat rontgen foto.

Gigi 35 :
Anestesi lokal dengan menggunakan anastesi Articaine dengan adrenalin.
Buat depth guide dengan menggunakan bur silindris pada permukaan oklusal dengan
kedalaman ± 1-1,5 mm.
Preparasi bidang oklusal dengan menggunakan bur silindris sebanyak 2 mm.
Preparasi bidang proksimal dengan menggunakan bur fisur secara hati hati. Kemudian bentuk
konus dengan bur kerucut dan bentuk tepi akhiran servikal berbentuk shoulder.
Buat depth guide dengan menggunakan bur silindris pada permukaan bukal dan lingual
dengan kedalaman ± 1-1,5 mm.
Preparasi bidang bukal dan lingual dengan menggunakan bur kerucut sebanyak 2 mm dan
pembuatan akhiran servikal preparasi berbentuk shoulder pada bagian bukal dan berbentuk
chamfer pada bagian lingual.
Bulatkan seluruh preparasi agar tidak ada bagian yang tajam.

Gigi 37 :
Anestesi lokal dengan menggunakan anastesi Articaine dengan adrenalin.
Buat depth guide dengan menggunakan bur silindris pada permukaan oklusal dengan
kedalaman ± 1-1,5 mm.
Preparasi bidang oklusal dengan menggunakan bur silindris sebanyak 2 mm.
Preparasi bidang proksimal dengan menggunakan bur fisur secara hati hati. Kemudian bentuk
konus dengan bur kerucut dan bentuk tepi akhiran servikal berbentuk shoulder.
Buat depth guide dengan menggunakan bur silindris pada permukaan bukal dan lingual
dengan kedalaman ± 1-1,5 mm.
Preparasi bidang bukal dan lingual dengan menggunakan bur kerucut sebanyak 2 mm dan
pembuatan akhiran servikal preparasi berbentuk shoulder pada bagian bukal dan berbentuk
chamfer pada bagian lingual.
Bulatkan seluruh preparasi agar tidak ada bagian yang tajam.

Macam-Macam Bentuk Akhiran Servikal


1. Flat Shoulder (900)
Bentuk akhiran ini diindikasikan pada bagian labial gigi anterior
rahang atas dan rahang bawah serta gigi posterior rahang atas.
Bentuk ini kontraindikasi pada gigi yang kecil dan pada pasien muda.
2. Shoulder beveled
Bentuk ini diindikasikan pada gigi posterior mandibula atau untuk permukaan gigi yang
tidak mementingkan estetis. Diindikasikan
untuk mahkota berlapis porselain.
3. Sloped shoulder (chamfer)
Bentuk ini diindikasikan untuk permukaan gigi bagian lingual atau palatal mahkota logam
keramik dan mahkota logam.
4. Chisel edge
Bentuk ini diindikasikan untuk preparasi
permukaan proksimal atau lingual.
5. Shoulderless (knife edge)
Bentuk ini lebih sering diindikasikan pada gigi yang kecil.
Knife edge juga digunakan pada bagian proksimal
gigi yang miring untuk menghindari terkenanya pulpa
di proksimal. Diindikasikan untuk mahkota pelapis sebagian
dan mahkota penuh dari logam pada gigi posterior.

2. Retraksi Gingiva
Retraksi gingiva yaitu suatu tindakan membuka tepi gusi ke arah lateral dari tepi preparasi,
tujuannya agar sewaktu mencetak fisiologis, bahan cetak dapat masuk ke dalam sulkus
gingiva sehingga daerah step/ servikal preparasi dapat tercetak dengan akurat.

Macam-macam retraksi gingiva:


Secara mekanis
Mahkota sementara yang berisi gutta-percha lunak diletakkan pada gigi yang telah
dipreparasi.
Gutta-percha yang berlebih akan keluar dan mendorong gingiva ke lateral.
Mahkota dilepaskan dari gigi dan gutta-percha yang berlebih dirapikan
Bila dipasang ke gigi yang dipreparasi akan mendorong gusi secara baik.
Mahkota sementara dipasang pada gigi yang telah dipasang selama 12 jam.
Secara kemis
Serat-serat kapas dipintal ke dalam larutan tawas
Kemudian serat tersebut dikeringkan.
Masukkan ke dalam sulkus gingiva selama kurang lebih 10 menit.
Tepi gingiva akan retraksi.
Secara kemis-mekanis
Benang yang telah diukur sepanjang keliling gigi kemudian dipotong.
Benang dicelupkan ke dalam adrenalin.
Benang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva selama 5-10 menit.
Akan terjadi vasokontriksi sehingga gingiva retraksi.
Kelebihan:
- Vasokonstiktif
- Hemostatis
Kekurangan:
- Efek sistemik: sindrom epinephrine
- Resiko nekrosis jaringan
- Resiko inflamasi gingiva
- Hiperemia rebound
Secara bedah
Dengan menggunakan elektroda (electrode surgery), dinding gingiva dibuang sedikit
sehingga gingiva terbuka.
Pada pekerjaan klinik dilakukan: secara kemis mekanis, yaitu:
Persiapan daerah retraksi
Pengukuran benang retraksi pada penyangga
Merendam benang retraksi dalam larutan adrenalin
Penempatan benang retraksi ke dalam sulkus gingiva ±10 menit
Pengambilan benang retraksi dari dalam sulkus gingiva

3. Cetakan fisiologis
Pembuatan Sendok Cetak Fisiologis
- Lapisi model anatomis dengan wax setebal 2-3 mm untuk spacer (tempat bahan cetak).
- Beri stopper di tempat yang tidak dipreparasi untuk ruang bahan cetak.
- Lapisi bahan separasi.
- Aduk akrilik, letakkan diatas wax dengan ketebalan 1-2 mm.
- Bentuk tangkai sendok cetak.
- Setelah keras, lepas sendok cetak dari model.
- Bebaskan wax.
- Pinggir sedok cetak dihaluskan dengan bur.

Bahan cetak yang dipakai untuk cetakan fisiologis adalah : Putty Wash
Teknik pencetakan : pencetakan two step technique.
Pada pencetakan ini, bahan putty dicetakkan pertama sekali ke seluruh gigi termasuk gigi
penyangga yang dipreparasi. Setelah bahan putty mengeras atau setting, benang retraksi
diletakkan di gigi penyangga dan ditunggu beberapa saat untuk retraksi gingiva. Kemudian
benang retraksi dicabut dan bahan wash dicetakkan ke gigi penyangga agar bahan wash
mengisi tepi akhiran servikal gigi penyangga

4. Pembuatan mahkota sementara


Self curing acrilic: mahkota dan jembatan
Teknik tidak langsung:
Cetak gigi penyangga yang telah dipreparasi dengan menggunakan alginat kemudian diisi
dengan dental stone.
Selanjutnya cetak kembali model anatomis yang belum dipreparasi dengan alginate.
Aduk akrilik sampai homogen dan tuangkan ke dalam cetakan alginate.
Masukkan cetakan dental stone ke dalam model dengan gigi yang telah dipreparasi, tekan
dengan tekanan yang cukup.
Tunggu sampai akrilik mengeras sempurna.
Lepaskan cetakan.
Lakukan pemolisan.

Keuntungan pembuatan mahkota sementara dengan teknik tidak langsung:


Lebih aman terhadap gigi karena menghindari adanya rasa ngilu dan rasa panas sewaktu
akrilik mulai mengeras terhadap gigi yang telah dipreparasi.

5. PEMILIHAN WARNA GIGI


Vita 3D shade guide, diperhatikan value, chroma, dan hue. Pada pasien warna gigi
menunjukkan hasil A3.

6. Passen coping
- Model fisiologis dikirim ke Laboratorium Uji FKG USU untuk pembuatan coping.
- Sesudah coping dibuat, coping dipassenkan pada gigi penyangga sebelum dibuat jembatan
porselen. Hal yang harus diperhatikan:
1. Pemeriksaan coping apakah sesuai dengan path of insertion (arah pasang)
2. Pemeriksaan batas akhiran servikal preparasi
3. Pemeriksaan jarak oklusal dan ketebalan bagian bukal dan palatal untuk menilai tempat
porselen
- Apabila coping sudah pas dan tidak ada traumatik oklusi, coping dikirim kembali ke
Laboratorium Uji FKG USU untuk dilakukan sandblasting dengan alumina oxide yang
berfungsi untuk membersihkan bahan coping yang kemudian dibuat porselen.

7. Pasang sementara GTC


Jembatan porselen yang telah di-glazing dipasang uji selama satu minggu untuk
mengevaluasi kedudukan dan reaksi rongga mulut terhadap GTC.
Pemeriksaan kontur dan anatomis
Pemeriksaan adanya traumatik oklusi
Try in atau pasang percobaan GTC dengan sementasi menggunakan zinc oxide eugenol
selama 1 minggu.
Yang harus diperhatikan adalah :
Kontak proksimal antara GTC dengan gigi sebelahnya
Pemeriksaan pada tepi GTC tidak boleh menekan gingiva
Retensi
Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi tiruan
kearah oklusal.
Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara: memasang gigi tiruan tersebut ke
dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai retensi maka gigi tiruan tersebut akan terlepas
setelah dipasang, namun jika tidak terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah mempunyai
retensi.
Stabilisasi
Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan
tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada
mastikasi.
Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara: menekan bagian gigi tiruan secara
bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior.
Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah,
kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi
diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi
Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila
terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi traumatik oklusi oleh karena
itu dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective grinding.
Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.

8. Pasang tetap GTC


Satu minggu setelah pemasangan sementara GTC dilakukan evaluasi secara klinis dan
subjektif untuk melihat apakah ada keluhan rasa sakit, inflamasi atau traumatik oklusi.
GTC dibuka dan sisa-sisa semen sementara dibersihkan.
Dilakukan pasang tetap GTC dengan glass ionomer cement.
Satu minggu kemudian dilakukan kontrol untuk melihat GTC, jaringan lunak disekitar GTC
dan apakah ada keluhan terhadap hasil pemasangan GTC

Kontrol dan Pemeliharaan GTC


Kontrol dilakukan satu minggu setelah pemasangan tetap. Hal-hal yang harus diperhatikan
pada saat kontrol :
Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan Objektif
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan objektif :
Oral Hygiene
Oklusi
Inflamasi Perkusi dan Palpasi
Pemeliharaan GTC :
Konsumsi makanan yang berserat dan tidak terlalu keras
Cara menyikat gigi yang benar dan pembersihan daerah GTC dengan dental floss
Kontrol secara periodik.
Diposting oleh Romargareth di 15.48
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: bridge, Gtc, Kedokteran gigi, koas gigi, pontik, preparasi gigi penyangga,
prostodonsia, retainer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Label
 cerpen (2)
 Cinta (3)
 Coass Life (14)
 curhat (9)
 dental health (2)
 galau akademis (2)
 Happy birthday roma (1)
 JURNAL KEDOKTERAN GIGI (4)
 kuliah (4)
 puisi cinta (3)
 sinamot (2)
 unik (3)

Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan

Entri Populer

Gigi Tiruan Cekat

ILMU GIGI TIRUAN CEKAT Ilmu gigi tiruan cekat adalah ilmu yang mempelajari
perawatan untuk memperbaiki/menggantikan sebagian atau selu...
 Contoh Rencana Perawatan Kasus Gigi Tiruan Sebagian Lengkap berbasis Resin
Akrilik

RENCANA PERAWATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN I. IDENTITAS


PASIEN Nomor Status : Nama Pasien : S****** Umur : 61 tahun Jenis ...

 TUGAS JURNAL PEDO I

PERAWATAN STAINLESS STEEL CROWN BERJENDELA PADA GIGI DEPAN


SULUNG Romauli Margareth Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Fakultas
Kedokter...

Mengenai Saya

Romargareth
Medan, Asli lahir di Jakarta, dibesarkan di Bekasi, dan sekarang berdomisili di Medan
demi "drg" dari FKG USU, Indonesia
Sanguinis-Melankolik yang mencoba bercerita, makanya gak heran kadang-kadang
tulisan saya sok lucu, kadang-kadang isi tulisannya galau banget. Suka menghayal
dan memiliki banyak ide. Akhir-akhir ini punya bakat dagang dan punya kekurangan
bosenan dan kurang gigih. Saya juga sesekali menggambar, melukis, dan berfoto atau
memfoto. Hidupi hidupmu, dan cintai yang mencintaimu :)
Lihat profil lengkapku
Laman
 Beranda

Arsip Blog
 ► 2011 (21)

 ► 2012 (1)

 ► 2013 (9)

 ► 2014 (7)

 ▼ 2015 (9)
o ► Maret (2)
o ► Mei (5)
o ▼ Juni (2)
 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
 Gigi Tiruan Cekat
 ► 2016 (14)

Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh tolgakolcak. Diberdayakan oleh Blogger.

 NCBI
 Lewati ke konten utama
 Lewati ke navigasi
 Sumber daya
 Bagaimana caranya
 Tentang Tombol Akses NCBI

PMC
US National Library of Medicine
Institut Kesehatan Nasional

Cari basis data

Istilah pencarian

 Maju
 Daftar jurnal
 Membantu

 Daftar Jurnal
 J Pharm Bioallied Sci
 v.7 (Suppl 1); 2015 April
 PMC4439677

J Pharm Bioallied Sci . 2015 April; 7 (Suppl 1): S220 – S222.

doi: [ 10.4103 / 0975-7406.155914 ]

PMCID : PMC4439677

PMID: 26015717
Serat diperkuat komposit di prosthodontik
- Sebuah tinjauan sistematis
Sanjna Nayar , R. Ganesh , dan S. Santhosh

Informasi penulis Catatan artikel Hak Cipta dan Informasi Lisensi Penafian

Artikel ini telah dikutip oleh artikel lain di PMC.

Go to:

Abstrak
Fibre-reinforced composite (FRC), prostheses menawarkan keuntungan potensial dari estetik
yang dioptimalkan, keausan yang rendah dari gigi yang berlawanan dan kemampuan untuk
mengikat prosthesis pada gigi penyangga, dengan demikian mengkompensasi retensi gigi dan
bentuk resistensi gigi kurang optimal. Prostesis ini terdiri dari dua jenis bahan komposit:
Serat-komposit untuk membangun substruktur dan komposit partikel hibrida atau mikro
mengisi untuk menciptakan permukaan veneer eksternal. Artikel ini mengulas berbagai jenis
FRC dan sifat mekanisnya.

KATA KUNCI: Abutment, estetika, serat diperkuat komposit

Praktek kedokteran gigi restoratif telah direvolusi oleh komposit dan sistem ini sebagian
besar mendominasi pasar kosmetik dan bahan restoratif. Selama beberapa tahun terakhir, sifat
fisik-kimia mereka telah meningkat pesat. Dalam praktek klinis, kegagalan dengan komposit
terutama disebabkan oleh fraktur kelelahan. Kelelahan pada restorasi gigi dari resin komposit
juga dipengaruhi oleh penyerapan air oleh matriks resin dan gaya siklikal oklusi. Penguatan
serat telah diperkenalkan untuk meningkatkan kekuatan lentur dan modulus bahan-bahan ini.
Namun, komponen penguat dapat bertindak sebagai konsentrator tegangan karena antarmuka
serat-komposit.

Go to:

Tinjauan Literatur
Beberapa yang paling awal dari komposit yang diperkuat serat preimpregnated eksperimental
(FRCs) yang dirancang untuk aplikasi gigi didasarkan pada termoplastik yang diperkuat oleh
kaca oleh Goldberg et al. [ 1 ] pada tahun 1994. Ia mempelajari properti lentur, relaksasi stres
dan stabilitas hidrolitik FRC berdasarkan matriks termoplastik, jenis serat, dan fraksi volume
serat. Dia menyimpulkan bahwa Polycarbonate adalah material matriks yang lebih disukai.
Modulus lentur dan kekuatan ditingkatkan ketika polikarbonat diperkuat dengan 42 volume
persen dari serat kaca. Modulus lentur jelas dari semua komposit menurun dengan rentang
panjang dalam kisaran kepentingan klinis. Modus kegagalan yang lazim untuk semua FRC
diselidiki adalah kegagalan getas di bawah pembebanan lentur. Meskipun penelitian telah
berputar di sekitar improvisasi sifat mekanik FRC, sebagian besar kegagalan klinis adalah
hasil dari debonding para pengikut dari permukaan gigi. [ 1 ]
Uji klinis lanjutan oleh Altieri et al. pada tahun 1994 mengevaluasi penggunaan polikarbonat
yang diperkuat dengan kaca yang telah diresepkan sebagai kerangka untuk gigi tiruan
sebagian yang telah terurai asam (FPDs). [ 2 ] Empat belas 3 restorasi U ditempatkan baik di
lokasi anterior dan posterior menggunakan teknik adhesif dan tidak ada preparasi gigi.
Review setelah 9 tahun menunjukkan bahwa, tiga restorasi masih dalam pelayanan. Semua 11
kegagalan dikaitkan dengan pemisahan di wilayah antarmuka restorasi gigi menunjukkan
kebutuhan untuk sifat mekanik yang memadai dari FRC untuk digunakan dalam aplikasi
prostodontik. Masalah-masalah ini diselesaikan dengan beralih ke resin berbasis glycidyl
methacrylate bisphenol sebagai matriks untuk FRC.

Pada tahun 1997, Samadzadeh dkk. [ 3 ] mempelajari efek penambahan panjang serat
polietilena modulus yang dicacah pada resistansi fraktur FRC. Dia menyimpulkan bahwa
resistensi fraktur meningkat dengan penambahan serat polietilena.

Pada tahun 2002, Freilich dkk. [ 4 ] dievaluasi 39 jembatan terpolimerisasi tetap ringan dan
panas terpolarisasi dibuat dengan substruktur FRC unimpirectional, pra-diresapi, veneer
dengan komposit partikulat hibrida. Masing-masing prostesis dinilai untuk integritas
permukaan, kontur anatomi, integritas marjinal, dan integritas struktural. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dikaitkan terutama dengan volume desain
substruktur. Tingkat kelangsungan hidup adalah 95% untuk prostesis yang dibuat dengan
substruktur bervolume tinggi, ketika pasien dengan kebiasaan parafungsional yang berat
dikeluarkan. Studi ini menunjukkan bahwa FRC yang tidak terarah dan telah diresapi
sebelumnya dapat digunakan dengan sukses untuk membuat jembatan dari desain retainer
variabel yang bertahan hingga 4 tahun atau lebih ketika sebuah substruktur bervolume tinggi
digunakan.

Pada tahun 2003, Li [ 5 ] dkk. mempelajari mode kegagalan dan lokasi kegagalan struktur
jembatan gigi FRC langsung dengan dan tanpa gigi yang berdekatan secara eksperimental.
Hasil eksperimen menunjukkan kesepakatan yang baik dengan pengamatan klinis. Ditemukan
bahwa antarmuka berikat memang merupakan wilayah terlemah dalam jembatan komposit.
Juga, disarankan bahwa resin komposit yang diperkuat dengan serat polimer modulus tinggi
dan keberadaan gigi yang berdekatan dapat secara signifikan meningkatkan kekuatan
struktural dan kekakuan jembatan dan oleh karena itu meningkatkan kinerja klinisnya.

Pada tahun 2003, Li dkk. [ 6 ] melakukan studi elemen hingga (FE) pada jembatan FRC.
Model FE yang diadopsi dibangun dari gambar tomografi komputer dari spesimen jembatan
fisik. Puncak tekanan dan variasi mereka dengan desain jembatan yang berbeda dievaluasi.
Analisis menunjukkan konsentrasi tegangan pada antarmuka pontic-abutment, yang
menghasilkan kegagalan pada antarmuka. Analisis numerik dari struktur jembatan
mengungkapkan bahwa konsentrasi tegangan tinggi terjadi di sekitar bagian insisal dari
antarmuka perekat antara pontik dan abutment.

Pada tahun 2005, Visser dan Rensburg [ 7 ] melakukan penelitian untuk meninjau FRC
sebagai alternatif pengganti gigi di Afrika Selatan. Meskipun penggunaan FRC untuk tujuan
ini relatif baru di Afrika Selatan, 5 tahun hasil klinis sangat menjanjikan (Vallitu 2004).
Tidak perlu menyiapkan gigi yang berdekatan, sehingga biaya biologisnya rendah. Bahkan,
lebih masuk akal untuk menghemat sebanyak mungkin bagian gigi yang menampilkan
permukaan ikatan terbaik dalam rongga mulut, yaitu enamel gigi. Selain itu, karena teknik ini
dapat dibalik, memungkinkan opsi restorasi lainnya dievaluasi di lain waktu. Restorasi ini
menawarkan alternatif yang layak untuk prostesis tetap atau removable yang lebih mahal.
Shinya dkk. [ 8 ] pada tahun 2008 mempelajari distribusi tegangan di gigi tiruan tetap anterior
dan pada gigi / kerangka antarmuka. Desain FPD terdiri dari pengikut di gigi insisivus sentral
dan kaninus dan pontik sentral maksila. Dua bahan yang berbeda dibandingkan: paduan Au-
pd isotropik dan anisotropik FRC e-kaca kontinu unidireksional. Sebuah model FE tiga
dimensi dari 3 U FPD dengan pembebanan 154 N dianalisis untuk menentukan distribusi
tegangan pada FPD dan antarmuka perekat. Pengamatan umum adalah bahwa FRC-FPD
memberikan distribusi tegangan lebih merata dari titik kontak oklusi ke antarmuka semen
daripada logam-FPD.

Matheus et al. [ 9 ] pada tahun 2010 menggunakan tomografi koherensi optik (OCT)
dibandingkan dengan pemindaian mikroskopi elektron dan mikroskop optik untuk
mengevaluasi perambatan retak kualitatif dan fraktur akhir pada material komposit restorasi
dengan penguatan serat setelah pembebanan siklik. Kegagalan dianalisis menggunakan tiga
metode yang dijelaskan. OCT memungkinkan karakterisasi yang baik dari perambatan retak
internal. Hasilnya menunjukkan bahwa deformasi terjadi pada komposit gigi dan serat pada
arah gaya.

Monaco dkk. pada tahun 2003 [ 10 ] secara klinis mengevaluasi FPD FRD inlay.

Studi klinis ini mengevaluasi perilaku gigi tiruan sebagian tetap (IFPD) dengan desain
kerangka kerja konvensional dan modifikasi selama periode 12-48 bulan. Empat puluh satu
kaca FRC IFPD dibuat untuk menggantikan satu gigi rahang atas atau mandibula yang hilang.
Sampel dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok (19 sampel) 1 memiliki serat paralel
sedangkan Kelompok 2 (22 sampel) memiliki paralel serta serat tenunan. Semua restorasi
dievaluasi dengan kecocokan warna, perubahan warna marginal, karies sekunder, tekstur
permukaan, adaptasi marginal, fraktur, dan sensitivitas pasca operasi. Kelompok 1
menunjukkan tingkat kegagalan patah tulang 16%; Grup 2 menunjukkan tingkat kegagalan
5%. Namun, perbedaan antara kedua kelompok secara statistik tidak signifikan.

Bell et al. pada tahun 2004 [ 11 ] mempelajari sifat ikatan dari dua jenis posting FRC
disemen ke dalam saluran akar molar. Tulisan titanium bergerigi berfungsi sebagai referensi.
Prefabrikasi karbon / grafit FRC posting dengan matriks polimer cross-linked dan pos FRC
kaca yang dibentuk secara individual dengan interpenetrating polimer polimer jaringan
matriks dibandingkan. Gaya push-out diukur dengan mendorong pos dari satu ujung. Gaya
push-out meningkat dengan meningkatnya tinggi disk dentin di semua kelompok. Tidak
seperti posting lainnya, tidak ada perekat (postuation) kegagalan dengan posting FRC kaca
dibentuk secara individual, sugestif dari adhesi interfacial improvisasi semen ke posting ini.

Malferrari dkk. pada tahun 2003 [ 12 ] melakukan tindak lanjut klinis prospektif dan
mengevaluasi penerimaan pos epoksi yang diperkuat serat kuarsa yang digunakan pada gigi
yang dirawat endodontik selama periode 30 bulan. Pada 132 pasien, 180 gigi yang dirawat
endodontik dipulihkan menggunakan posting serat kuarsa. Perpindahan, pelepasan, atau
fraktur pos; fraktur inti atau akar; dan mahkota atau prosthesis de-sementasi dianggap sebagai
parameter kegagalan klinis. Pasien dievaluasi kembali pada 6, 12, 24, dan 30 bulan. Setelah 2
minggu, satu kegagalan kohesif diamati dan mengingat setelah 2 bulan menunjukkan dua
kegagalan adhesif. Semua tiga kegagalan terjadi selama pengangkatan mahkota sementara
pada antarmuka dentin semen. Selama periode 30 bulan, tingkat keberhasilan adalah 1,7%
tetapi bagaimanapun, adalah mungkin untuk berhasil menggantikan pemulihan di ketiga
kasus yang gagal.
Serat e-glass ("E" singkatan dari listrik) adalah kemajuan terbaru dalam FRC. Serat e-glass
terbuat dari aluminoborosilicate glass dengan <1% berat alkali oksida. Studi terbaru oleh
Zhang dan Matinlinna [ 13 ] pada tahun 2011 telah membuktikan bahwa E-serat mampu
mempertahankan properti kekuatan atas berbagai kondisi, relatif tidak sensitif terhadap
kelembaban dan tahan kimia.

Go to:

Catatan kaki
Sumber Dukungan: Nil

Konflik Kepentingan: Tidak ada yang dinyatakan.

Go to:

Referensi
1. Goldberg AJ, Burstone CJ, Hadjinikolaou I, Jancar J. Penapisan matriks dan serat untuk
termoplastik bertulang yang ditujukan untuk aplikasi gigi. J Biomed Mater Res. 1994; 28 : 167–73. [
PubMed ]

2. Altieri JV, Burstone CJ, Goldberg AJ, Patel AP. Evaluasi klinis longitudinal dari gigi tiruan tetap
berserat komposit: Sebuah studi percontohan. J Prosthet Dent. 1994; 71 : 16–22. [ PubMed ]

3. Samadzadeh A, Kugel G, Hurley E, Aboushala A. Kekuatan fraktur restorasi sementara diperkuat


dengan serat polyethylene anyaman yang diolah dengan plasma. J Prosthet Dent. 1997; 78 : 447–50.
[ PubMed ]

4. Freilich MA, Meiers JC, Duncan JP, Eckrote KA, Goldberg AJ. Evaluasi klinis dari jembatan tetap
yang diperkuat serat. J Am Dent Assoc. 2002; 133 : 1524–34. [ PubMed ]

5. Li W, Swain MV, Li Q, Ironside J, Steven GP. Jembatan gigi komposit diperkuat serat. Bagian I:
Investigasi eksperimental. Biomaterial. 2004; 25 : 4987–93. [ PubMed ]

6. Li W, Swain MV, Li Q, Ironside J, Steven GP. Jembatan gigi komposit diperkuat serat. Bagian II:
Investigasi eksperimental. Biomaterial. 2004; 25 : 4995–5001. [ PubMed ]

7. Visser HJ, Jansen van Rensburg JJ. Serat diperkuat komposit - Alternatif untuk penggantian gigi
yang hilang. SADJ. 2005; 60 : 20–2. [ PubMed ]

8. Shinya A, D Yokoyama, Lassila LV, Shinya A, Vallittu PK. Analisis elemen hingga tiga dimensi dari
logam dan FRC perekat gigi tiruan tetap. J Adhes Dent. 2008; 10 : 365–71. [ PubMed ]

9. Matheus TC, Kauffman CM, Braz AK, Mota CC, Gomes AS. Karakterisasi proses fraktur dari
komposit gigi yang diperkuat serat dievaluasi dengan tomografi koherensi optik, SEM dan mikroskop
optik. Braz Dent J. 2010; 21 : 420–7. [ PubMed ]
10. Monaco C, Ferrari M, Miceli GP, Scotti R. Evaluasi klinis dari FPD inlay komposit yang diperkuat
serat. Int J Prosthodont. 2003; 16 : 319–25. [ PubMed ]

11. Bell AM, Lassila LV, Kangasniemi I, Vallittu PK. Ikatan post komposit yang diperkuat serat ke
dentin saluran akar. J Dent. 2005; 33 : 533–9. [ PubMed ]

12. Malferrari S, Monaco C, Scotti R. Evaluasi klinis gigi dipulihkan dengan posting resin epoksi
diperkuat serat kuarsa. Int J Prosthodont. 2003; 16 : 39–44. [ PubMed ]

13. Zhang M, Matinlinna JP. Komposit diperkuat serat e-kaca dalam aplikasi gigi. Silicon. 2012; 4 :
73–8.

Artikel dari Journal of Pharmacy & Bioallied Sciences disediakan di sini milik Wolters Kluwer -
Medknow Publications

Format:
 Artikel

 PubReader

 ePub (beta)

 Ramah Printer

 Kutipan

Bagikan

 Facebook

 Kericau

 Google+

Pusat Dukungan Pusat Dukungan


Tautan eksternal. Harap tinjau kebijakan privasi kami.
NLM

NIH

DHHS

USA.gov

Pusat Nasional Informasi Bioteknologi , Perpustakaan Kedokteran Nasional AS 8600


Rockville Pike , Bethesda MD , 20894 Amerika Serikat

Kebijakan dan Panduan | Kontak

Teks asli Inggris

These prostheses are composed of two types of composite materials: Fiber-composites to build the
substructure and hybrid or micro fill particulate composites to create the external veneer surface.
Sarankan terjemahan yang lebih baik

Anda mungkin juga menyukai