2)
3)
4)
Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3
Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy, yang setara
dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga
tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik
logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan faktor estetis, namun
lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan seluruh permukaannya
dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana
faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan
memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik. Dibandingkan
dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan
logam untuk kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.
Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan memberikan kekuatan
sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal
dapat dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari temperature
porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku
dan mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian
labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam ditempatkan pada oklusal dan
lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior maupun posterior.
Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen pada
gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan retensi (Arifin,
2000).
Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada dipermukaan luar mahkota gigi
penyangga
i. Full-veneer Crown Retainer
Indikasi:
- Tekanan kunyah normal/ besar
- Gigi-gigi geligi yang pendek
- Intermediare abutment paska perawatan periodontal
- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan:
- Indikasi luas
- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik
- Memberikan efek splinting yang terbaik
Kerugian:
- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak
- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
Retainer intrakorona : retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota gigi penyangga.
Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay
Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan atau normal
- Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar
- Gigi penyangga mempunyai bentuk/ besar yang normal
Keuntungan:
- Jaringan gigi yang diasah sedikit
- Preparasi lebih mudah
Retainer dowel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenkan ke saluran
akar yang telah dirawat dengan sempurna.
Indikasi:
- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan
- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
- Estetis baik
- Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
- Sering terjadi fraktur akar
C. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus dapat mencegah
distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin, 2000).
a. Konektor rigid : konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen
GTC. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTC. Konektor rigid dapat
dibuat dengan cara:
Pengecoran (casting) : penyatuan dua komponen GTC dengan satu kali proses tuang
Penyolderan (soldering) : penyatuan dua komponen GTC dengan penambahan logam campur
(metal alloy) yang dipanaskan.
Pengelasan (welding) : penyatuan komponen GTC dengan pemanasan dan/atau tekanan.
b. Konektor nonrigid : konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada komponen GTC.
Diindikasikan bila terdapat pier/intermediate abutment untuk penggangti beberapa gigi yang
hilang. Konektor nonrigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair)
GTC. Contohnya adalah dovetail dan male and female.
D. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan gigi tiruan
cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran periodontal, panjang serta
jumlah akar.
Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.
a. Fixed-fixed bridge
Semua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit individual
bersama atau menggunakan satu kali pengecoran. Memiliki dua atau lebih gigi penyangga. GTC
tipe ini menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang sangat baik dan juga mendistribusikan
tekanan lebih merata pada restorasi. Serta memberikan efek splinting yang sangat baik.
Diindikasikan pada span pendek, atau untuk splinting pada gigi goyang dengan kondisi
periodontal kurang baik.
Indikasi Penggantian 1 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang punya tekanan kunyah
normal kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.; Gigi penyangga derajat goyangnya 1
(normal).
c.
Cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment. Pada
cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan. GTC tipe ini
tidak diindikasikan untuk daerah dengan beban oklusal besar. Apabila terkena gaya lateral, maka
gigi penyangga akan tipping, rotasi, atau drifting. Tidak diindikasikan pula pada penggantian gigi
dengan gigi penyangga nonvital sebagai terminal abutment. GTC tipe ini diindikasikan untuk
pengganti satu gigi yang hilang.
Syarat: tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.
Keuntungan Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal; Jaringan yang
rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta menggunakan
full-porcelain crown.
Indikasi Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.
Kontra-Indikasi Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak terlalu
besar.
Kerugian Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan periodonsium (baik tulang
maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena adanya
keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.
Kontra-Indikasi Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang
retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula; Bentuk palatal tidak
memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain
alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki kontak
proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.
Keuntungan Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan relatif lebih
singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan kekuatan yang
tahan lama; Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar.
Kerugian Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup besar
seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami; Meskipun waktu kunjungan
singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.
e.
Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu
menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang yang membutuhkan gabungan
beberapa tipe GTC.
f.
Faktor Biomekanis
Persyaratan Biologis menuntut gigi penyangga dan jaringan yang mendukungdapat dipelihara
pada kondisi yang sehat. Restorasi harus dibuat dengan sedemikian rupa sehingga tidak mudah
terjadinya pengumpulan plaque yaitu dengan cara dipolished. Selain itu, restorasi harus
biokompatibel dan tidak mudah mengalami korosi.
Gigi-gigi penyangga harus mendekati kesejajaran dan dapat direstorasi tanpa membahayakan
pulpa. Preparasi gigi penyangga sebaiknya mencukupi untuk menyediakan kekuatan restorasi.
Selain itu, gigi-gigi penyangga sebaiknya dipreparasi untuk menyediakan retensi yang adekuat
untuk retainer, sehingga mencegah terlepasnya restorasi. Penting untuk diketahui bahwa gigi
tiruan harus cukup kuat agar tidak mudah pecah, tidak mudah patah, dan mengalami distorsi.
b. Keadaan Periodontal
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan pada jaringan periodontal.
Indikasi khusus pada gigi penyangga yang vital dan non vital dengan perawatan saluran akar,
aringan periodontal sehat, bentuk akar yang panjang, posisi dan inklinasi yang baik dalam
lengkung rahang, bentuk dan besar anatomis gigi normal, mahkota gigi punya jaringan email dan
dentin yang sehat.
c.
Estetis
Pertimbangan estetis sebaiknya tidak mempengaruhi kekuatan Gigi Tiruan Cekat.
Bagaimanapun, tampilan emas yang tidak penting sebaiknya dihindari. Pontik sebaiknya
menggunakan warna, ukuran, dan bentuk yang tepat serta memiliki susunan dan karakteristik
yang tepat.
d. Faktor Finansial
Keadaan social-ekonomi serta tingkat pendidikan yang rendah membuat pengetahuan mereka
terbatas dalam hal pelayanan kesehatan gigi dan mulut sehingga mereka cenderung
menggunakan gigi tiruan lepasan yang harganya relative murah dibandingkan dengan gigi tiruan
cekat. Mereka beranggapan bahwa fungsi mastikasi merupakan hal yang utama untuk
penggantian gigi yang hilang.