Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan mulut tidak terpisah dari kesehatan umum, tetapi menjaga

kesehatan mulut pasti akan lebih sulit dan berbeda pada usia lanjut. Walaupun

demikian, beberapa lansia memiliki keadaan fisik dan/atau mental yang berbeda dan

menarik yang akan mempengaruhi perawatan gigi pada lansia sendiri. Untuk

mencapai kesehatan, sangatlah penting jika harus mengetahui beberapa aspek dan

keadaan dari lansia. Pada waktunya jaringan tubuh menjadi lemah, adanya kumpulan

produk-produk buangan dalam sel-sel tubuh dan hilangnya pelumasan akan

mengarahkan pada gangguan fungsi berbagai organ.

Banyak karakteristik dan fungsi penting bagi sistem stogmatonatik pada

manusia seperti; berbicara, mengunyah, mencicipi, menelan, tertawa, tersenyum,

berciuman, dan bersosialisasi. Penuaan mempengaruhi jaringan mulut, seperti halnya

bagian lain dari tubuh manusia. Karena adanya penuaan maka banyak perubahan-

perubahan pada fungsi sistem stomatognatik sekunder untuk faktor ekstrinsik.

Desain dan implementasi dari perawatan gigi yang komprehensif pada lansia akan

memberikan dan menyajikan banyak tantangan pada perawatan. Walaupun protokol-

protokol tertentu dalam penanganan pasien memiliki penyesuaian pada kondisi dan

keadaan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 1


1. Apa definisi dari penuaan dan lanjut usia ?

2. Apa sajakah perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia baik pada

psikologi, keadaan tubuh dan rongga mulut ?

3. Bagaimanakah strategi rehabilitasi rongga mulut pada pasien lansia ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahuai dan memahami tentang penuaan (Aging) dan lanjut usia.

2. Mengetahuai dan memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

baik pada psikologi, keadaan tubuh dan rongga mulut.

3. Mengetahuai dan memahami strategi rehabilitasi rongga mulut pada pasien

lansia.

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penuaan dan Usia Lanjut

Penuaan adalah proses alamiah yang terjadi terus menerus dan dimulai sejak

manusia dilahirkan. Manusia akan mengalami perubahan melalui tahap-tahap

perkembangan seiring dengan berjalannya waktu.1 Aging atau penuaan secara praktis

dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi biologik dari usia kronologik. Aging

tidak dapat dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dari

susunan genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup, sehingga aging dapat terjadi

lebih dini atau lambat tergantung kesehatan masing-masing individu. Proses penuaan

ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan kemampuan sel untuk

memperbaiki diri. Pada penuaan terjadi dua fenomena, yaitu penurunan fisiologik

(kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan penyakit.2

Usia lanjut merupakan suatu fenomena biologis normal dan tak dapat

terelakkan. Papalia, Old, et al. (2008) menyebutkan bahwa ketika seseorang menjadi

semakin tua, mereka cenderung mengalami atau berpotensi mengalami masalah

kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan adanya penurunan fungsi organ, adanya

kondisi penyakit kronis, dan kehilangan kemampuan untuk menyembuhkan diri.

Manusia dengan usia lanjut memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda

dengan usia remaja, untuk itu manusia dengan usia lanjut akan memerlukan

perhatian khusus perawatan kesehatan. Sebagai akibat dari kemajuan yang dibuat

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 3


dalam dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat dalam setengah abad terakhir,

terdapat adanya peningkatan yang substansial dalam rentang hidup manusia.1,3

Menurut WHO, populasi dunia meningkat dengan angka pertahun sebesar

1,7%, sementara populasi orang lebih dari 65 tahun meningkat pada tingkat 2,5%.

Golongan populasi yang paling cepat berkembang di sebagian besar negara adalah

orang dengan usia lanjut diatas 80 tahun, yang menurut Perserikatan Bangsa-bangsa

(PBB) akan mencapai angka hampir 20% dari populasi dunia. Di Indonesia,

diperkiran pada tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta atau 11% dari total penduduk.

Namun, ada sekitar 74% dari lanjut usia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis

yang diharuskan untuk meminum obat-obatan secara terus-menerus selama hidup

mereka.3

Dalam penggolongannya lansia terbagi atas sebagai berikut.3

1. Orang-orang yang berusia 65-74 tahun adalah lansia baru atau muda yang

cenderung relatif sehat dan aktif;

2. Orang-orang yang berusia 75-84 tahun yang lama atau pertengahan tua, yang

bervariasi dari orang-orang yang sehat dan aktif bagi yang memiliki berbagai

penyakit kronis;

3. Orang yang berusia 85 tahun dan lebih tua dari itu adalah orang yang memiliki

usia paling, yang cenderung secara fisik telah rapuh. Kelompok terakhir ini

adalah golong yang tumbuh paling cepat dari populasi lansia.

Banyak karakteristik dan fungsi penting bagi sistem stogmatonatik pada

manusia seperti; berbicara, mengunyah, mencicipi, menelan, tertawa, tersenyum,

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 4


berciuman, dan bersosialisasi. Penuaan mempengaruhi jaringan mulut, seperti

halnya bagian lain dari tubuh manusia. Karena adanya penuaan maka banyak

perubahan-perubahan pada fungsi sistem stomatognatik sekunder untuk faktor

ekstrinsik.4

2.1.1 Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia.


Proses penuaan merupakan proses yang akan melibatkan perubahan-

perubahan pada kondisi fisik, psikosial, penurunan system imunitas.

Penurunan Kondisi Fisik

Penurunan status kesehatan umum merupakan fenomena terkenal di

antara orang tua: jumlah penyakit meningkat, kemampuan fungsional

memburuk, kapasitas pernapasan menjadi yang lebih buruk dan kekuatan otot

menurun. Fenomena ini merupakan bagian normal dari penuaan.5

Penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan lansia

untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat. Perubahan

fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan menyebabkan

berbagai gangguan secara fisik sehingga mempengaruhi kesehatan serta akan

berdampak pada kualitas hidup lansia.6

Perubahan Psikososial

Pertumbuhan populasi lanjut usia berarti peningkatan langsung pada

penyakit yang berkaitan dengan usia seperti demensia dan kesehatan mental

yang buruk seperti depresi, kecemasan, bunuh diri dan kendala serius pada

kualitas hidup antara individu-individu lanjut usia.7

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 5


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses

belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara

fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat

bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua

fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang

berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.8

Penuaan dapat dianggap sebagai terutama masalah sosial utama yang

menurun dari kesehatan mental karena dua faktor:

1. Penuaan adalah masalah yang langsung akan berhubungan dengan

golongan populasi yang dalam kategori usia. Lansia akan menderita

semua konsekuensi fisik dan emosional karena keterasingan yang nyata

atau dirasakan dari keluarga dan masyarakat.

2. Hal yang dianggap masalah sosial bagi masyarakat secara keseluruhan

karena kehadiran lansia, dan masalah tersebut memiliki efek mendalam

pada struktur, fungsi dan ekonomi masyarakat.7

Penurunan Sistem Imunitas

Adanya penyakit-penyakit pada rongga mulut dan banyak kehilangan

gigi pada lansia akan menyebabkan susahnya lansia untuk mengkonsumsi

makanan. Dengan ini, intake nutrisi pun akan berkurang pada lansia, yang

akan berdampak pada sistem kekebalan tubuh.

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 6


Gizi berdampak pada sistem kekebalan tubuh pasien di atas usia 65

tahun. Oleh karena itu, infeksi yang terjadi pada seseorang lebih

memungkinkan terjadinya kematian pada lansia daripada remaja. Gangguan

respon sel T, perubahan fagosit dan fungsi makrofag, dan mengurangi respon

hipersensitivitas yang akan kontribusi untuk penurunan keseluruhan dalam

fungsi kekebalan tubuh yang berkaitan dengan usia.9

2.1.2 Penyakit Rongga Mulut Yang Sering Terjadi Pada Lansia

1. Karies gigi

Karies gigi dapat terjadi pada semua usia. Namun, karena resesi gingiva

dan periodontitis, lansia memiliki risiko lebih tinggi terkena karies akar.

Insiden karies akar pada pasien dengan usia lebih tua dari 60 tahun adalah

dua kali lipat daripada usia 30 tahun; 64 persen orang lanjut usia dari 80

tahun memiliki karies akar, dan sampai 96 persen memiliki karies koronal (di

atas gusi). Adapun factor resiko yang dapat menyebabkan karies pada lansia

antara lain:

Penurunan laju aliran saliva

Adanya riwayat karies

Kurangnya perawatan gigi yang rutin

Status sosial ekonomi rendah

Pasokan air yang nonfluoride pada masyarakat.

Kebersihan mulut yang buruk

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 7


Faktor risiko tersebut untuk karies koronal dan akar menyebabkan

peningkatan paparan bakteri kariogenik, seperti Streptococcus mutans,

Lactobacillus, dan Actinomyces.11

2. Penyakit periodontal

Radang gusi (Gingivitis)

Plak adalah biofilm terdiri dari bakteri gram negatif dan endotoksin

yang berkembang pada gigi dan pada margin gingiva, menyebabkan

peradangan gingiva (gingivitis). Gingivitis ditandai dengan eritematosa dan

jaringan gingiva yang edema, yang sering dan mudah berdarah jika

dilakukan instrumentasi probing dan penyikatan yang lembut. Penyebab

lain gingivitis termasuk trauma dan penggunaan tembakau. Meskipun

gingivitis lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua, usia saja bukan

merupakan faktor risiko untuk gingivitis atau periodontitis.11

Periodontitis

Periodontitis terjadi ketika inflamasi gingiva yang akan menyebabkan

ligamen periodontal untuk melepaskan diri dari sementum dan struktur

gigi, yang menyebabkan peningkatan kedalaman saku gingiva, longgarnya

gigi, dan, pada akhirnya, kehilangan gigi. Banyak orang tua yang rentan

terhadap pelepasan periodontal dan gigi hilang karena kebersihan mulut

yang buruk dan resesi gingiva. Periodontitis telah dikaitkan dengan

penyakit kardiovaskuler, memburuknya kontrol diabetes, penyembuhan

luka yang buruk, dan pneumonia aspirasi.11

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 8


3. Xerostomia

Xerostomia, sensasi subjektif dari mulut kering yang disebabkan oleh

produksi air liur menurun, yang mempengaruhi 29-57 persen dari lansia.

Saliva dapat berguna untuk melumasi rongga mulut, mencegah kerusakan

dengan mempromosikan remineralisasi gigi, dan melindungi terhadap infeksi

jamur dan bakteri. Selain mulut kering, manifestasi klinis dari xerostomia

termasuk sensasi terbakar, perubahan rasa, dan kesulitan menelan dan bicara.

Meskipun aliran saliva tidak menurun dengan usia saja, obat-obatan dan

penyakit tertentu juga meningkatkan risiko xerostomia pada lansia. Jika pasien

memakai obat yang dikenal untuk mengurangi aliran saliva, obat tersebut

harus diubah atau dihilangkan, jika memungkinkan. Pasien harus didorong

untuk minum air, menghindari alkohol, dan mengurangi asupan makanan dan

minuman yang dapat menyebabkan xerostomia atau karies (misalnya,

minuman yang berkafein atau mengandung gula).11

4. Candidiasis

Meskipun diperkirakan bahwa spesies Candida hadir dalam flora

normal mulut orang dewasa yang sehat, 40 kondisi tertentu meningkatkan

risiko pertumbuhan yang berlebih pada lansia. Kondisi ini termasuk

patogenisitas strain Candida individu; faktor-faktor lokal (mis, xerostomia,

iritasi gigi tiruan, penggunaan tembakau, penggunaan steroid inhaler); dan

faktor sistemik (misalnya, immunodeficiencies, penggunaan sistemik

kortikosteroid, penggunaan antibiotik, kemoterapi, terapi radiasi, gangguan

endokrin, malabsorpsi, malnutrisi).11

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 9


Pola klinis dari oral candidiasis bervariasi; Oleh karena itu, mungkin

sulit untuk mengenali. Tampakanya biasa berkisar dari tidak ada gejala untuk

sensasi terbakar yang menonjol atau rasa asin atau pahit yang tidak

mengenakkan. Pola klinis yang paling mudah dikenali, kandidiasis

pseudomembran akut (thrush), ditandai dengan seperti lengket, plak curd yang

tidak dapat dihapus dengan menyeka tegas dengan tongue blade atau kasa.

Pada pasien yang memakai gigi palsu, kandidiasis oral juga dapat

menyebabkan lesi disebut gigi tiruan stomatitis eritematosa.11

5. Kehilangan Gigi, Gangguan Pengunyahan dan Diet

Dirasakan kemampuan pengunyahan meningkat dengan meningkatnya

jumlah gigi alami dan pasangan gigi posterior. Orang dengan lebih dari 20

gigi hadir dengan beberapa kesulitan mengunyah.

Menelan normal adalah sangat penting untuk menghindari pneumonia

aspirasi. Adanya kehilangan gigi dan penyakit-penyakit seperti Xerostomia

akan menyebabkan susahnya penelanan yang terjadi pada lansia. Oleh karena

itu, dengan kurangnya intake makanan kedalam tubuh akibat susahnya

menelan tak akan dapat terhindar dari kurangnya intake nutrisi kedalam tubuh

sehingga menyebabkan diet yang tidak baik (malnutrisi) pada lansia.12

6. Kanker Mulut

Tembakau dan alkohol dianggap bertanggung jawab atas hingga 75

persen dari kanker mulut. lesi prakanker dan kanker mulut dini dapat berupa

samar dan tanpa gejala. Kebanyakan kanker mulut dan orofaring adalah

karsinoma Sel skuamosa yang muncul dari lapisan mukosa mulut. Kanker

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 10


mulut paling sering terjadi, dalam urutan frekuensi, di perbatasan lateral lidah,

bibir, dan di dasar mulut.

Lima belas persen pasien dengan kanker mulut akan didiagnosis dengan

kanker lain di daerah terdekat, seperti laring, esofagus, atau lungs. Lesi

mungkin mulai sebagai bidang kecil seperti tambalan berwarna putih atau

merah, kemajuan ulserasi, dan akhirnya menjadi sebuah endofitik atau massa

eksofitik.11

2.2 Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia

Pasien lansia adalah pasien yang membutuhkan penanganan khusus. Oleh

karena itu, perlunya penanganan-penanganan yang harus menyesuaikan kondisi fisik,

psikososial dari pasien lansia tersebut.

2.2.1 Pertimbangan Aspek Psikologi pada Pasien Lansia

Masalah psikologis terutama muncul bila tidak ditemukan jalan keluar

masalah yang timbul akibat proses menua. Gangguan emosional, kecemasan,

apalagi stres berat secara tidak langsung mengganggu kesehatan fisik.13

Gangguan cemas

Cemas merupakan hasil interaksi yang kompleks antara berbagai bagian

kepribadian. Cemas adalah perasaan difus, yang sangat tidak menyenangkan,

agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini

disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah khas dan berulang.

Gangguan cemas mempengaruhi sistem urogenital, sistem

kardiovaskuler, sistem gastrointestinalis, sistem pernafasan, dan sistem

muskuloskeletal. Gangguan cemas cenderung menimbulkan kebingungan,

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 11


disertai distorsi persepsi, dan gangguan orientasi. Distorsi ini akan

mengganggu kemampuan memusatkan perhatian, dan kemampuan asosiatif.

Kecemasan pasien perlu dipertimbangkan karena tidak hanya mempengaruhi

pasien, namun juga dokter gigi sehingga dapat berpengaruh pada perawatan

gigi.13

Gangguan afektif

Gangguan afektif yang paling banyak ditemukan pada usia lanjut

biasanya berupa depresi. Depresi dapat mempengaruhi perjalanan penyakit

fisik dan kualitas hidup sehingga membutuhkan penatalaksanaan bersifat

holistik dan seimbang baik aspek fisik, mental maupun sosial. Prevalensi

depresi pada manula di dunia berkisar 8-15%, dengan perbandingan wanita-

pria 14,1 : 8,6. Perbandingan prevalensi manula di rumah sakit dan panti

perawatan sebesar 13 : 15.5

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam terapi yaitu perubahan

fisiologi oleh karena proses menua, status medik atau komorbiditas penyakit

fisik, status fungsional, interaksi antara obat, efektivitas dan efek samping obat

serta dukungan sosial.

Penatalaksanaan depresi pada usia lanjut mencakup terapi biologik dan

psikososial. Terapi biologik dapat diberikan dengan obat-obat antidepresan,

terapi kejang listrik, terapi sulih hormon dan transcranial magnetic stimulation

(TMS).13

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 12


Gangguan fungsi kognitif

Gangguan fungsi kognitif merupakan gangguan yang berhubungan

dengan kemampuan intelektual. Penurunan kualitas intelektual manula dapat

berupa kemampuan proses belajar, kemampuan pemahaman, kinerja,

pemecahan masalah, daya ingat, motivasi, pengambilan keputusan, dan

kebijaksanaan Gangguan kognitif dapat berupa demensia, delirium, delusi dan

amnesia.

Demensia yang biasanya terjadi pada usia di atas 65 tahun, adalah

gangguan fungi kognitif progresif dan ireversibel. Dua penyebab yang paling

umum dari demensia senilis adalah penyakit Alzheimer dan demensia multi-

infark. Penyakit ini ditandai dengan kaburnya ingatan, rendahnya konsentrasi,

diikuti dengan melemahnya intelektualitas dan kemudian acuh terhadap diri

sendiri dan tidak mampu merawat diri. Kebersihan gigigeligi pada penderita

ini biasanya buruk dan sering dijumpai kesehatan mulut yang rendah. Pada

keadaan ini, penurunan intelektualitas tidak dapat diperbaiki, pasien sering

marah, menarik diri, dan tidak dapat beradaptasi dengan gigi tiruan yang

digunakannya.13

2.2.2 Perawatan pada Penyakit-penyakit yang Sering Terjadi pada Rongga

Mulut Pasien Lansia.

Adapun bentuk perawatan pada penyakit-penyakit yang sering terjadi pada lansia

terdapat pada table berikut.11

No. Kondisi Perawatan

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 13


1. Karies Gigi Karies akar dapat diobati dengan gel fluoride,

pernis, atau pasta gigi; yang efektif untuk

beberapa karies dangkal

2. Gingivitis Menjaga kebersihan gigi dan mulut, termasuk

menyikat gigi dan flossing setiap hari

3. Periodontitis Menjaga kebersihan gigi dan mulut, termasuk

menyikat gigi dan flossing setiap hari; dan

scaling gigi dilakukan oleh dokter gigi; serta

terapi antibiotik tambahan

4. Xerostomia Air liur substitusi; permen karet bebas gula atau

pilocarpine (Salagen) dan cevimeline (Evoxac)

tetes dapat merangsang produksi air liur

5. Kehilangan Gigi, Gangguan Penggunaaan gigi tiruan baik gigi tiruan

Pengunyahan dan Diet sebagian lepasan, ataupun gigi tiruan penuh

6. Candidiasis Antifungal topikal (misalnya, suspensi oral

nistatin atau troche]; clotrimazole troche

Atau

Antifungal sistemik (misalnya, flukonazol;

ketoconazole; itraconazole)

6. Denture Stomatitis Melepaskan gigi palsu di malam hari; antijamur

topikal diletakkan di dalam permukaan -

pemasangan gigi tiruan

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 14


7. Kanker Mulut Dirujuk untuk menjalani biopsi, staging,

operasi, dan perawatan lainnya

2.2.3 Manajemen Restorative Pada Lansia


Beberapa teknik restorative untuk lanjut usia sama dengan yang berusia

muda. Tetapi, bahan restorative plastis yang digunakan secara direct lebih disukai

karena mudah dan murah diperbaiki atau diganti. Karena adanya beberapa faktor

risiko, aktivitas karies yang cukup tinggi, oleh karena itu membutuhkan perawatan

yang tidak mudah pada restorasi indirect.

Senyum tidak memiliki batas usia kebayakan dari lanjut usia memiliki

kehidupan sosial yang mandiri, tetapi tetapi sadar akan penampilan. Perawatan

estetik untuk lanjut usia mulai dari yang sederhana seperti recontouring, bleaching,

laminasi dan mahkota. Rehabilisasi estetik yang utama dapat dilakukan setelah

penetapan oklusal dan analisis estetik untuk mendapatkan hasil.14

Kesuksesan perawatan endodontic pada usia lanjut dapat diraih apabila

diagnosis tepat, kualitas radiografi yang baik, dan teknik mengadaptasi yang agar

dapat mengatasi kalsifikasi dari saluran akar. Selama gigi dilakukan perawatan yang

penting, terapi endodontic diindikasikan dan dilakukan dengan sabar.14

2.2.4 Perawatan Periodontal Pada Lansia


Pemeliharaan, perawatan nonoperasi bisa menjadi pilihan terapeutik yang

baik untuk lanjut usia yang disarankan melakukan terapi periodontal. Bagi individu

yang hanya melakukan intial terapi hal ini tidak dapat memperbaiki masalah

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 15


periodontal, operasi intervensi diindikasikan. Keputusan ini harus dilakukan setelah

mempertimpangkan banyak keadaan yang mungkin terjadi apabila melakukan

pembedahan intervensi. Pengobatan bedah dapat terdiri dari yang sederhana seperti

gingivectomy dimana banyak attach gingival termasuk prosedur flap seperti

Widman atau reposisi apical.14

Teknik pembedahan juga dilakukan untuk memanjangkan mahkota, yang

mungkin diperlukan pada lansia yang rentan terhadap karies akar dan gigi patah

dibawah gingival. Implant mungkin menjadi pilihan yang layak untuk memulihkan

gigi-gigi yang lemah pada orang tertentu.14

2.2.5 Perawatan Prostodonsi Pada Pasien Lansia

Tujuan utama dari keberhasilan perawatan prostodontik adalah untuk

menjaga gigi. jika gigi yang tersisa memiliki prognosis yang buruk, maka dapat

direncanakan untuk abutment overdenture. Dimana GTL disediakan, ini dapat

dipertahankan dengan menggunakan implant gigi untuk mengatasi banyak masalah

yang terkait dengan gigi palsu pengganti konvensional.14

Mengenai manajemen klinis pasien lansia, hal-hal tertentu harus

dipertimbangkan,

1. Lansia memiliki tingkat kedua terbesar dalam kebutuhan pelayanan

prostodontik dan tingkat kerumitan terbesar dalam faktor gigi, medis dan

perilaku.

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 16


2. Umur tidak kontraindikasi untuk pengobatan prostodontik kompleks. Jadi

pasien dengan usia lanjut akan tetap menghargai keuntungan estetis dan

fungsional.

3. Aspek perawatan gigi pada perencanaan prostodoktik lanjut usia harus fokus

pada integritas gigi-gigi dengan potensi kontribusi setiap gigi ke sistem

pengunyahan. Oleh karena itu kita harus mengantisipasi restoratif, oklusal

dan tantangan fungsional mungkin timbul terhadap jalannya pengobatan.

4. Eksekusi sukses untuk pengobatan prostodontik perlu menyertakan

memperhatikan ukuran pulpa yang berubah, perubahan sifat dentin dan

perubahan periodontal untuk riwayat penyakit periodontal.

5. Gigi tiruan lepasan atau prostodontik lepasan, gigi palsu lengkap atau parsial

memerlukan perhatian untuk prosedur pembuatan yang baik agar

memberikan presisi yang lebih besar pada oklusal, gigi, mukosa dan

hubungan estetik yang dapat digunakan selama seumur hidup.10

6. Pasca perawatan tindak lanjut sangat penting untuk rehabilitasi yang sukses.

Hal ini berguna untuk pemantauan terus menerus, evaluasi, dan koreksi gigi

tiruan. Rehabilitasi gigi tiruan lengkap yang efektif akan membantu pasien

dalam mengurangi debilities baik psikologis dan fisik sampai batas yang

signifikan.17

2.2.5 Pendekatan yang Efektif pada Usia Lanjut

Dalam sebuah perawatan kesehatan gigi dan mulut pada lansia,

diperlukannya pendekatan-pendekatan tertentu pada lansia, mengingat bahwa

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 17


perlunya perhatian khusus untuk lansia dalam perawatannya dikarenakan adanya

perubahan-perubahan pada lansia baik dari sisi psikologinya.

Meningkatkan lingkungan klinik gigi untuk lansia14

Komunitas Pelayanan kesehatan untuk lansia membuat bangunan dan

memiliki lingkungan yang aman untuk lansia. Ruang resepsionis pada klinik

gigi harus nyaman dan memiliki daya tarik untuk para lansia. Memungkinkan

lansia dengan pejalan kaki tau tongkat, untuk bernegosisasi dengan aman,

harus ada jalan yang jelas minimal lebar 28 inci diruang maupun menuju pintu.

Lantai kayu harus memiliki permukaan yang bebas dari karpet yang terpencar-

pencar. Kursi yang kokoh dengan tinggi yang standart dan dudukan tangan.

Pencahayaan yang memadai harus disediakan disetiap kamar untuk

meminimalkan disorientasi visual atau mental yang kebingungan. Audio

portable dengan headset dapat membantu dokter gigi berkomunikasi dengan

pasien. Majalah dengan ukuran yang besar, koran dan brosur kesehatan dan

lembar informasi pasien akan sangat dihargai oleh pasien lansia.

Dental edukasi untuk lansia14

Hal ini sangat penting untuk seorang dokter gigi, pemahaman dan penuh

kasih dan untuk menyadari kebutuhan kasus dari lanjut usia. Kress dan Vidmar

mensurvei 50 ahli dalam kedokteran gigi untuk lansia menentukan 30 bidang

utama dari kompentensi untuk dokter gigi para lanjut usia. Ada lima kategori

disetiap domain yang terdaftar:

Pengetahuan :

Psikologi dan sosiologi dari penuaan

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 18


Penyakit penuaan

Farmakologi dan interaksi obat

Biologi dan fisologi dari penuaan

Obat-obatan umum / penyakit sistemik

Kemampuan

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan pasien lansia dan provider

Kemampuan untuk mengadaptasi rencana perawatan untuk pasien lansia

Kemampuan untuk mendiagnosa perawatan yang dibutuhkan pad pasien

lansia

Kemampuan untuk melakukan spesialis prosedur (khususnya perawatan

prostodontik)

Perawatan terhadap lanjut usia

Sikap

Empati/pengertian

Perhatian/iba

Sikap yang positif, dan menikmati terhadap pasien lanisa

Peduli terhadap pasien lansia

Fleksibel dalam renca perawatan (rencana yang realistis)

Program edukasi dental pada lansia harus tertuju pada kategori diatas dan

dibuat untuk professional dan paraprofessional dalam meningkatkan kesehatan mulut

secara langsung maupun tidak langsung. Program ini dibuat untuk meningkatkan

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 19


persiapan prosesional dokter gigi untuk menangani lansia harus tertuju pada

kesehatan dan kesejahteraan.14

Sebuah elemen yang penting dan efektif falam mengembangkan kesadran

pencegahan oral adalah kemampuan komunikasi. Komunikasi dengan lansia dapat

menjadi bermanfaat, memperkaya pengalaman terutama ketika prinsip-prinsip

tertentu dan penmbelajaran orang dewasa. Komunikasi adalah proses dua arah.

Banyak pertanyaan dari sejarah pasien, keluarga, atau kesukaan dan ketidaksukaan di

hargai. Menjadi pendengar pasien yang sabar adalah keterampilan penting untuk

mengembangkan berkomunikasi dengan setiap individu terlepas dari usia dan dapat

sangat penting dalam menangani gigi dan mulut pasien lansia.

Mengingat pasien yang pertama adalah orang yang sama dan kembali

menjadi pasien lagi. Individualitas harus dieksplorasi dan dipelihara. Karena cara

pengobatan lebih mudah disesuaikan. Bertanya tentang hobi masa lalu atau kesukaan

disuatu bidang dapat membuka lansia untuk lebih berbagi dari bagian hidupnya,

upaya ini harus dilakukan untuk menyadari bahwa mereka tidak seperti apa yang

terlihat sekarang.14

2.2.5 Pemenuhan Nutrisi pada Lansia

Pada lanjut usia, tidak dapat dihindari adanya gangguan kurangnya intake

nutrisi pada lansia. Mengingat adanya itu, dalam sebuah perawatan kesehatan yang

baik agar terciptanya perawatan yang memiliki hasil yang baik, diperlukan adanya

pemenuhan perhatian nutrisi pada lansia. Untuk itu, diperlukannya berikut ini

sebagai bentuk pemenuhan dan perhatian nutrisi pada lansia yang diantaranya,

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 20


Perlunya screening malnutrisi pada lansia untuk melihat kondisi lansia, karena

belum diketahuinya kondisi gizi pada lansia yang berpengaruh pada perawatan

lansia.

Pemberian nutrisi-nutrisi tambahan pada lansia baik berupa susu, suplemen-

suplemen multivitamin seperti kalsium dan vitamin D.15,16

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 21


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penuaan adalah proses alamiah yang terjadi terus menerus dan

dimulai sejak manusia dilahirkan. Manusia akan mengalami perubahan

melalui tahap-tahap perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Usia

lanjut merupakan suatu fenomena biologis normal dan tak dapat

terelakkan. Penuaan ditandai dengan adanya perubahan-perubahan seperti

perubahan biologis atau kondisi kesehatan, psikososial, dan imunitas

lansia. Pada rongga mulut pun perubahan-perubahan dapat terjadi dengan

adanya peningkatan penyakit-penyakit rongga mulut seperti, xerostomia,

gingivitis, periodontitis, candidiasis, kehilangan gigi, gangguan

pengunyahan bahkan sampai dapat terjadi kanker mulut.

Adanya tampakan perubahan itu perlu adanya perlakuan atau strategi

khusus untuk melakukan perawatan pada pasien lansia. Perawatan yang

tepat untuk perubahan-perubahan itu harus disesuaikan dengan kondisi

pasien lansia baik dengan pendekatan-pendekatan komunikasi khusus

untuk pasien lansia, tambahan nutrisi, dan pertimbangan aspek-aspek yang

berpengaruh pada penanganannya secara langsung.

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 22


Daftar Pustaka

1. Suyanta, Ekowarni. Pengalaman emosi dan mekanisme koping lansia yang

mengalami penyakit kronis. Jurnal psikologi. 2012; 39(2): 208-9

2. Wahyuningsih K A. Astaxanthin memberikan efek proteksi terhadap

photoaging. Damianus journal of medicine. 2011; 10(3): 151

3. Razak PA, et al. Geriatric oral health: a review article. Journal of

international oral health. 2014; 6(6): 110

4. Kossioni AE, Dontas AS. Review: the stogmatognathic system in the elderly.

Useful information for the medical practitioner. Greece : University of

Athens. 2007; 2(4): 594,596

5. Souminen H. Oral health status as a predictor of changes in general healrh

among elderly people. Finland: University of Helsinki. 2005; 16

6. Nugroho HA. Perubahan fungsi fisik dan dukungan keluarga dengan respon

psikososial pada lansia dan kelurahan kembangarum semarang. Jurnal

keperawatan unismuh. 2007; 1(1) : 47

7. Parkar SR. Elderly mental health: needs. [diunduh tanggal 10 november

2016]. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4381326/

8. Kartinah, Sudaryanto A. Masalah psikososial pada lanjut usia. Berita ilmu

keperawatan. 2008; 1(1): 94

9. Wells JL, Dumbrell AC. Nutrition and aging: assessment and treatment of

compromised nutritional status in frail elderly patients. London: University

of western Ontario. 2006; 1(1): 69, 75-6

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 23


10. Ravichandran R. Prosthodontic treatment protocols for a geriatric dental

patient. The journal of indian prosthodontics society. 2006; 6(2): 61

11. Gonsalves WC, Wrightson AS, Henry RG. Common oral condition in older

persons. American family physician. 2008; 78(7): 846, 848-51

12. Jubhari EH, Dharmautama M, Ananda UDD, Hipi AW, Herman. Faktor

kejiwaaan menentukan keberhasilan perawatan gigi manula. Makassar:

Universitas hasanuddin. 2012; 39(2): 106-7

13. Bharti R, Chandra A, Prakash AT, Arya D, Gupta R. Oral care needs, barriers

and challenges among elderly in India. The journal of indian prosthodontics

society. 2015; 15(1): 19-21

14. Bpac better medicine. Strategies to improve nutrition in elderly people.

[diunduh tanggal 10 november 2016]. Available from:

http://www.bpac.org.nz/BPJ/2011/may/elderly.aspx

15. Haralur SB. Case report: clinical strategies for complete denture

rehabilitation in patient with Parkinson disease and reduced neuromuscular

control. [diunduh tanggal 10 november 2016]. Available from:

http://www.bpac.org.nz/BPJ/2011/may/elderly.aspx

Strategi Rehabilitasi Rongga Mulut pada Pasien Lansia | 24

Anda mungkin juga menyukai