Anda di halaman 1dari 41

TUGAS KELOMPOK

MODUL 1: TAMBALAN GIGI BERUBAH WARNA

OLEH : KELOMPOK 2

1. Asny Syahriani J011171005


2. Yunita Sri Wulani J011171006
3. Muh. Alif Reski J011171007
4. Shafira Nurul Khaera J011171033
5. Nurul Izza Irwan J011171305
6. Autika Firlie Irwan J011171306
7. Dekarini Dwi Putri J011171307
8. Nurfina Yuniar J011171308
9. Ade Suriyanti Nurdin L J011171505
10. Muhammad Ihsan J011171506
11. Firda Nirhang J011171507
12. Meuthia Alysha Fauziah N J011171508
13. Ainun Jariyah Daming J011171545

Tutor: Prof. Dr. drg. Baharuddin Thalib M.Kes., Sp.Pros (K)

BLOK GNATOLOGI 2
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah modul 1
yang berjudul “Tambalan Gigi Berubah Warna” sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan tugas kami.
Selama persiapan dan penyusunan makalah ini rampung, penulis mengalami
kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. drg. Baharuddin Thalib M.Kes., Sp.Pros (K) selaku tutor atas
masukan dan bimbingan yang telah diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri Blok Penyakit Gnato 2 yang telah memberikan ilmu.
3. Teman-teman kelompok 2 tutorial dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga amal dan budi baik dari semua
pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang melimpah dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa di
masa yang akan datang. Penulis berharap sekiranya laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin

Makassar, 27 Maret 2020


Hormat Kami

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………...……... 1
1.2 Kata/ Kalimat Kunci.............................................................................. 2
1.3 Skenario................................................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
1.5 Tujuan Pembelajaran.………………………………………………..... 4
BAB II PEMBAHASAN…………….………......................................................... 6
2.1 Jenis-Jenis Gigi Tiruan Cekat…............................................................. 6
2.2 Tujuan Gigi Tiruan Cekat....................................................................... 8
2.3 Kelebihan Dari Gigi Tiruan Cekat.......................................................... 9
2.4 Kerugian Dari Perawatan Gigi Tiruan Cekat.......................................... 10
2.5 Komponen Gigi Tiruan Cekat................................................................. 10
2.6 Prinsip-Prinsip Preparasi Gigi Tiruan Cekat........................................... 10
2.7 Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Terhadap Perawatan Gigi Tiruan
Cekat....................................................................................................... 11
2.8 Etiologi Tambalan Berubah Warna......................................................... 11
2.9 Pemeriksaan Klinis Yang Dapat Dilakukan Terhadap Kasus Di
Skenario.................................................................................................. 12
2.10 Cara Menuliskan Informed Consent....................................................... 13
2.11 Pemeriksaan Penunjang Pada Kasus Tersebut ....................................... 13
2.12 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mendiagnosis Kasus.......... 14
2.13 Diagnosis Kasus Pada Skenario ............................................................. 15
2.14 Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan Sebelum Dilakukan Perawatan....... 16
2.15 Rencana Perawatan Yang Akan Dilakukan Pada Pasien Di Skenario… 17
2.16 Hubungan Pekerjaan Seorang Pasien Dengan Perawatan Yang Akan
Dilakukan................................................................................................ 19

iii
2.17 Indikasi Dan Kontraindikasi Pada Perawatan Yang Sesuai Pada Kasus
Skenario.................................................................................................. 19
2.18 Cara Penentuan Warna ........................................................................... 20
2.19 Teknik Pencetakan Yang Tepat Untuk Kasus Diskenario...................... 21
2.20 Prosedur Preparasi Yang Sesuai Pada Kasus Di Skenario...................... 22
2.21 Bahan Restorasi Yang Digunakan Sesuai Skenario............................... 23
2.22 Keuntungan Bahan Restorasi Yang Di Gunakan Pada Kasus Skenario 24
2.23 Bahan Sementasi Yang Tepat Pada Kasus Di Skenario.......................... 24
2.24 Prosedur Sementasi Sementara Dan Sementasi Tetap............................ 25
2.25 Tahapan Insersi Dan Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam
Prosedur Insersi....................................................................................... 26
2.26 Instruksi Pasca Perawatan Pada Kasus Di Skenario............................... 27
2.27 Follow Up Care Yang Dilakukan Terhadap Pasien Gigi Tiruan Cekat.. 27
2.28 Prognosis Kasus Pada Skenario.............................................................. 28
2.29 Alternatif Perawatan Kasus Pada Skenario............................................. 28
2.30 Definisi Dan Peran Work Authorization ................................................ 29
BAB III PENUTUP….………………………………………….……..………….. 32
3.1 Kesimpulan..............................................................................................32
3.2 Saran………………………………………………………………….. 32
Daftar Pustaka........................................................................................................... 34

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gigi tiruan cekat merupakan cabang ilmu gigi tiruan yang mempelajari
perawatan untuk merestorasi gigi yang telah mengalami kerusakan / kelainan
dan menggntikan kelainan gigi dengan suatu restorasi yan direkatkan secara
permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan. Gigi tiruan cekat terdiri dari
mahkota tiruan dan gigi tiruan jembatan (GTJ). Kerusakan atau kelainan
mahkota gigi yang diakibatkan oleh berbagai sebab dapat diperbaiki dengan
mahkota gigi tiruan, sedangkan kehilangan satu atau beberapa gigi dapat
digantikan dengan GTJ.
Terdapat beberapa kondisi yang memerlukan perawatan dengan mahkot
tiruan seperti kerusakan gigi yang meluas akibat karies, kegagalan restorasi,
serta gigi atau bahan restorasi yang mengalami perubahan warna. Gigi
ataupun bahan restorasi yang berubah warna menjadi tidak estetik terutama
di daerah anterior menjadi penyebab kekhawatiran bagi pasien. Pasien yang
sadar akan gigi berubah warna mungkin akan mengalami kehilangan
kepercayaan diri dan kecemasan sosial karena gigi mereka yang tidak
sempurna. Penyebab perubahan warna gigi berdasarkan sumbernya dibagi
menjadi eksogen dan endogen. Diskolorasi eksogen disebabkan oleh
substansi dari luar gigi dan sering disebabkan kebiasaan minum minuman
berwarna yang berkepanjangan seperti teh, kopi, sirup dan merokok.
Diskolorasi endogen sumbernya berasal dari dalam gigi, didapat dari sumber
lokal maupun sistemik. Faktor lokal dapat disebabkan karena pedarahan
akibat trauma, kesalahan prosedur perawatan gigi, dekomposisi jaringan
pulpa, pengaruh obat-obatan dan pasta pengisi saluran akar, dan pengaruh
bahan-bahan restorasi.
2

Dental estetik mengalami perkembangan yang maju sekarang ini. Pasien


lebih memilih bahan-bahan sewarna gigi untuk merestorasi ataupun
mengganti giginya yang rusak atau hilang. Salah satu pilihan untuk
menghindari tambala gigi yang berubah warna dan memiliki nilai estetika
yang tinggi dapat dengan mempertimbangkan penggunaan gigi tiruan cekat.
Pembuatan mahkota Seperti Mahkota jaket all-porcelain bisa menjadi solusi
terhadap masalah gigi berwarna. Terkadang tidak mungkin untuk membuat
senyum estetika hanya melalui restorasi, oleh karena itu pada makalah kali
ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perawatan gigi tiruan cekat

1.2. Kata/ Kalimat Kunci


a. Tambalan gigi berubah warna
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Usia
e. Tambalan komposit
f. Foto rontgen tidak ada kelainan periapikal
g. Gigi lain dalam kondisi baik
h. Pemeriksaan gigi 11 sudah ditambal aspek mesial distal
i. Tambalan dapat bertahan lama
j. Memperbaiki penampilan

1.3. Skenario
Seorang perempuan berusia 31 tahun, pekerjaan sebagai customer
service pada bank swasta, datang ke RSGM unhas dengan keluhan tambalan
gigi depan berubah warna. Pasien ingin memperbaiki penampilan gigi
depannya agar dapat bertahan lama. Pemeriksaan intraoral gigi 11 sudah
ditambal komposit aspek mesial distal dan sudah berubah warna.
Pemeriksaan rontgen foto tidak ada kelainan periapikal. Gigi lain dalam
kondisi baik.
3

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Jelaskan jenis-jenis gigi tiruan cekat?
2. Jelaskan tujuan gigi tiruan cekat?
3. Sebutkan kelebihan dari gigi tiruan cekat?
4. Sebutkan kerugian dari perawatan gigi tiruan cekat?
5. Apa saja komponen gigi tiruan cekat?
6. Jelaskan prinsip-prinsip preparasi gigi tiruan cekat?
7. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin terhadap perawatan gigi
tiruan cekat?
8. Apa yang menyebabkan tambalan berubah warna?
9. Bagaimana pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan terhadap kasus di
skenario?
10. Bagaimana cara menuliskan informed consent sesuai dengan kasus?
11. Apakah perlu dilakukan pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut?
12. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mendiagnosis kasus?
13. Apa diagnosis kasus pada skenario?
14. Apa saja hal-hal yang perlu di perhatikan sebelum dilakukan perawatan?
15. Bagaimana rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien di
skenario?
16. Bagaimana hubungan pekerjaan seorang pasien dengan perawatan yang
akan dilakukan?
17. Apa indikasi dan kontraindikasi pada perawatan yang sesuai pada kasus
skenario?
18. Bagaimana cara penentuan warna pada kasus di skenario?
19. Apa teknik pencetakan yang tepat untuk kasus diskenario?
20. Jelaskan prosedur preparasi yang sesuai pada kasus di skenario?
21. Apa bahan restorasi yang digunakan sesuai skenario?
4

22. Jelaskan keuntungan bahan restorasi yang di gunakan pada kasus


skenario?
23. Apa bahan sementasi yang tepat pada kasus di skenario?
24. Bagaimana prosedur sementasi sementara dan sementasi tetap?
25. Bagaimana tahapan insersi dan apa hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam prosedur insersi?
26. Apa instruksi pasca perawatan pada kasus di skenario?
27. Bagaimana follow up care yang dilakukan terhadap pasien gigi tiruan
cekat?
28. Bagaimana prognosis kasus pada skenario?
29. Apa alternatif perawatan kasus pada skenario?
30. Apa yang dimaksud dengan work authorization dan apa perannya dalam
kasus di skenario?

1.5. Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran yang dapat dicapai yaitu:
1. Mengetahui jenis-jenis gigi tiruan cekat
2. Mengetahui tujuan gigi tiruan cekat
3. Mengetahui kelebihan dari gigi tiruan cekat
4. Mengetahui kerugian dari perawatan gigi tiruan cekat
5. Mengetahui komponen gigi tiruan cekat
6. Mengetahui prinsip-prinsip preparasi gigi tiruan cekat
7. Mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin terhadap perawatan gigi
tiruan cekat
8. Mengetahui etiologi tambalan berubah warna
9. Mengetahui pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan terhadap kasus di
skenario
10. Mengetahui cara menuliskan informed consent
11. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut
12. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mendiagnosis kasus
5

13. Mengetahui diagnosis kasus pada skenario


14. Mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan sebelum dilakukan
perawatan
15. Mengetahui rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien di
skenario
16. Mengetahui hubungan pekerjaan seorang pasien dengan perawatan yang
akan dilakukan
17. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pada perawatan yang sesuai pada
kasus skenario
18. Mengetahui cara penentuan warna
19. Mengetahui teknik pencetakan yang tepat untuk kasus diskenario
20. Mengetahui prosedur preparasi yang sesuai pada kasus di skenario
21. Mengetahui bahan restorasi yang digunakan sesuai skenario
22. Mengetahui keuntungan bahan restorasi yang di gunakan pada kasus
skenario
23. Mengetahui bahan sementasi yang tepat pada kasus di skenario
24. Mengetahui prosedur sementasi sementara dan sementasi tetap
25. Mengetahui tahapan insersi dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
prosedur insersi
26. Mengetahui instruksi pasca perawatan pada kasus di skenario
27. Mengetahui follow up care yang dilakukan terhadap pasien gigi tiruan
cekat
28. Mengetahui prognosis kasus pada skenario
29. Mengetahui alternatif perawatan kasus pada skenario
30. Mengetahui definisi dan peran work authorization
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Gigi Tiruan Cekat


Jenis-jenis gigi tiruan cekat, yaitu sebagai berikut: 1, 2
a. Fixed-fixed bridge, yaitu suatu gigi tiruan yang pontiknya didukung secara
kaku pada kedua sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga

b. Semi fixed bridge, yaitu suatu gigi tiruan yang salah satu pontik
dihubungkan pada retainer dengan konektor non rigid, sedangkan yang
satunya dihubungkan dengan konektor rigid.
c. Cantilever bridge, yaitu suatu gigi tiruan cekat yang satu ujung bridge
melekat secara rigid pada retainer, sedangkan ujung yang lain bebas
menggantung
7

d. Spring cantilever bridge, yaitu suatu gigi tiruan cekat yang mempunyai
pontik jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal bar
e. Compound bridge, yaitu merupakan gabungan atau kombinasi dari dua
macam gigi tiruan cekat dan bergabung menjadi satu kesatuan

Yang perlu kita ketahui pengertian dari gigi tiruan cekat adalah suatu gigi
tiruan sebagian yang diletakkan secara tepat pada satu atau lebih gigi yang
hilang. Jenis-jenis gigi tiruan cekat ada dua ialah: 2, 3
8

a. Gigi tiruan mahkota penuh


Biasanya digunakan pada pasien yang giginya fraktur atau mengalami
perubahan warna. Gigi dengan keadaan pulpa sehat bisa langsung
dilakukan restorasi mahkota jaket, tetapi jika melibatkan pulpa atau pulpa
tidak sehat maka terlebih dahulu dilakukan perawatan saluran akar
kemudian dilakukan restorasi mahkota jaket.
b. Gigi tiruan jembatan
Merupakan suatu jenis gigi tiruan sebagian yang dilakukan secara tetap
pada satu/lebih gigi penyangga dan mengganti satu/lebih gigi yang hilang.
jenis GTJ meliputi komponen pontik dan retainer yang dihubungkan
secara permanen.

Berdasarkan bahan: 4
a. All Metal Fixed Dentures
Gigi tiruan ini dibuat hanya menggunakan logam. Karakteristiknya
antara lain diindikasikan untuk mengganti gigi posterior rahang atas dan
rahang bawah, tidak estetis, memiliki kekuatan dan daya tahan maksimum.
b. Metal-Ceramic Fixed Denture
Logam digunakan untuk membuat inti prostesa. Permukaan luar dibuat
menggunakan porselen. Logam ini terikat pada porselen secara kimia,
mekanis dan ionik. Metal-ceramic fixed dentures dapat terdiri dari dua
jenis. Pada tipe pertama, logam dikelilingi oleh porselen pada semua
permukaan. Pada tipe kedua, permukaan lingual dan oklusal dibentuk oleh
logam, dan permukaan labial dan permukaan gingiva sendiri dibentuk oleh
porselen.

2.2 Tujuan Gigi Tiruan Cekat


Tujuan utama dari perawatan gigi tiruan cekat, apakah dengan mahkota
atau gigi tiruan jembatan adalah memelihara gigi dan jaringan sekitarnya
yang masih ada agar tetap sehat atau memperbaiki fungsi bicara, fungsi
9

estetik, dan gangguan psikologis akibat kehilangan gigi. Kerusakan gigi


bahkan smpai kehilangan gigi dapat mengganggu fungsi estetik utamanya
pada bagian anterior. Gigi yang terkena karies akan mengganggu fungsi
pengunyahan karena dapat menimbulkan rasa sakit karena terjadi
hipersensitivitas dentin, bahkan yang sampai mengenai pulpa. Selain itu,
kehilangan gigi juga dapat menyebabkan bergesernya gigi yang masih ada ke
daerah edentulous, sehingga oklusi gigi geligi terganggu, bahkan dapat
menyebabkan disfungsi TMJ.2
Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengunyah, berbicara, memberikan dukungan otot wajah, dan
meningkatkan penampilan wajah dan senyum.3
Tujuan pambuatan gigi tiruan cekat adalah mengembalıkan fungsi yang
hilang antara lain fungsi pengunyahan , fungsi bicara, dan fungsi estetika
harus dipertimbangkan dan mempertahankan kondisi rongga mulut agar
tidak mengalamı kerusakan lebih lanjut , dalam konteks satu kesatuan sistem
stomagtonati.5

2.3 Kelebihan Dari Gigi Tiruan Cekat


Gigi tiruan cekat memeliki beberapa kelebihan yaitu: 2, 6
a. Gigi tiruan cekat mempunyai desain lebih sederhna
b. Nyaman digunakan oleh pasien
c. Estetik lebih baik
d. Dapat menambah ras percaya diri pasien
e. Suatu bagian cekat dari gigi geligi yang tidak dapat dilepas sendiri oleh
pasien dari rongga mulutnya
10

2.4 Kerugian Dari Perawatan Gigi Tiruan Cekat


Gigi tiruan cekat terpasang dengan cekat atau tetap sehingga harus lebih
memperhatikan kebersihan mulut. Jika kebersihan mulut buruk sehingga
dapat karies, yang menyebabkan tepi gigi tiruan terbuka sehingga pasien di
instruksikan membuat kembali/ mengganti gigi tiruan cekat. GTC dapat
menimbulkan dampak pada jarinngan periodontal seperti gingivitis, hal ini
terjadi karena disebabkan oleh permukaan restorasi yang kasar, keadaan
embrasure yang terbuka dan kontur mahkota berlebih dari gigi tiruan. 7, 8

2.5 Komponen Gigi Tiruan Cekat 2


a. Pontik yang bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang.
b. Connector yaitu bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan
pontik.
c. Retainer yaitu bagian GTC yang diletakkan pada gigi abutment.
d. Abutment yaitu mahkota gigi asli telah dipreparasi untuk penetapan
retainer dan mendukung bridge

2.6 Prinsip-Prinsip Preparasi Gigi Tiruan Cekat 1


a. Mempertahankan struktur gigi: restorasi harus memperhatikan struktur
gigi yang tersisa, harus sesuai dengan bentuk anatomis dr gigi bertujuan
untuk melindungi jaringam yang tersisa.
b. Retensi & resistensi: bertujuan untuk membuat restorasi tahan dan stabil
ditempat selama mungkin daan mencegah restorasi berpindah ke
sepanjang sumbu gigi .
c. Daya tahan restorasi.
d. Pemeliharaan jaringan periodonsium, pemeliharaan jaringan
periodonsium sama hal nya dengan mempertahankan struktur jaringan
periodontal yang mana bertujuan untuk memberikan hubungan antara
jaringam ikat perlekatan epitel dan sulkus gingiva yang sehat
11

2.7 Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Terhadap Perawatan Gigi Tiruan
Cekat
Faktor-faktor yang dapat menjadi pertimbangan bagi pasien dalam
melakukan pemeliharaan gigi tiruan antara lain jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan dan status sosial. Jenis kelamin berpengaruh terhadap penentuan
motivasi yang menyangkut pemeliharaan kesehatan gigi dan mulur. wanita
biasanya cenderung lebih memerhatikan segi estetis seperti keindahan,
kebersihan, dan penampilan diri sehingga mereka lebih dapat memerhatikan
kesehatan gigi dan mulutnya dibanding pria. hasil penelitian menyatakan
bahwa wanita lebih sering mengunjungi dokter gigi dibanding pria.
Sedangkan untuk usia, berkaitan dengan kondisi jaringan dan tulang alveolar
dimana semakin bertambahnya umur khususnya lanjut usia akan terjadu
perubahan degeneratif. selain itu, perawatan GTC diindikasikan untuk usia
20-50 tahun. Usia pasien yang masih muda memiliki ruang pulpa yang cukup
besar sehingga dapat mengakibabatkan rasa sakit dan iritasi saat pengambilan
jaringan yang berlebihan 2, 9,10

2.8 Etiologi Tambalan Berubah Warna


Berdasarkan jurnal yang saya peroleh, sesuai kasus pada skenario, pada
pemeriksaan intraoral gigi 11 sudah ditambal komposit aspek mesial distal
dan sudah berubah warna. Sifat yang menyebakan resin komposit dapat
mengalami perubahan warna adalah sifatnya yang mampu mengabsorbsi
cairan. Sifat ini memungkinkan terjadinya absorbsi cairan beserta
subtansinya ke dalam resin jika terjadi kontak secara langsung. Cairan yang
terabsorbsi melalui panas difusi akan mengisi ruang-ruang di antara matriks
sehingga menyebabkan perubahan struktur resin yang akan diikuti perubahan
fisiknya. Keberadaan partikel-partikel zat warna dalam minuman tertentu
yang terabsorbsi bersama cairan, partikel-partikelnya akan berikatan secara
fisik dengan resin sehingga dalam jangka waktu tertentu akan terakumulasi
dan mengakibatkan perubahan warna. Beberapa penelitian membuktikan
12

terjadinya perubahan warna akibat kopi, teh, minuman anggur, dan minyak
sayur. 11
Perubahan warna pada resin komposit dapat d sebabkan oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berperan dalam diskolorasi
bahan resin antara lain perubahan matriks resin, interfase matriks dengan
bahan pengisi dan besar kecilnya partikel pengisi. Untuk faktor ekstrinsik
disebabkan oleh absorbsi bahan pewarna dari sumber-sumber eksogen seperti
teh, kopi, nikotin minuman berkarbonasi, dan obat kumur. Salah satu faktor
yang dapat menyebabkan perubahan warna pada resin komposit adalah obat
kumur. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa resin komposit mengalami
perubahan warna setelah direndam dalam obat kumur yang mengandung
sodium fluoride direndam selama 12 jam. 12,13

2.9 Pemeriksaan Klinis Yang Dapat Dilakukan Terhadap Kasus Di Skenario


Pemeriksaan klinis, pada pemeriksaan klinis dilakukan dengan melihat
kondisi dari eksta oral dan intra oral untuk melihat semua struktur dari
jaringan lunak dan jaringan keras yang terdapat dalam rongga mulut.14
a. Pemeriksaan keadaan umum
b. Pemeriksaan Ekstra Oral
- TMJ
- Otot Mastikasi
- Bibir
c. Pemeriksaan Intra Oral
- Gigi Geligi: Untuk gigi yang di keluhkan, periksa vitalitas untuk
mengecek apakah penyebab dari diskolorisasi merupakan akibar dari
nekrosis pulpa.
- Periksa jaringan periodontal
- Lidah dan palatum.
13

2.10 Cara Menuliskan Informed Consent


Informed consent dalam kedokteran gigi merupakan persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas penjelasan mengenai tindakan
medis yang diberikan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
Kelengkapan formulir informed consent meliputi:15
a. Identitas pembuat pernyataan
b. Tindakan medik yang akan dilakukan
c. Tanggal, bulan dan tahun
d. Tanda tangan dan nama jelas dari pembuat pernyataan ,dokter
penanggung jawab, serta saksi 1 dan saksi 2

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/


MENKES/ PER/ III/ 2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran pada
pasal 7 ayat (3) penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya mencakup: 16
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain, dan resikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang kemungkinan terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Perkiraan pembiayaan

2.11 Pemeriksaan Penunjang Pada Kasus Tersebut


Pemeriksaan penunjang untuk perawatan GTC terbagi menjadi 3, yaitu: 1,
17

a. Pemeriksaan Model Diagnostik


Pemeriksaan model diagnostik merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari prosedur diagnostik yang diperlukan untuk memberikan
perspektif yang lengkap kepada dokter gigi mengenai kebutuhan gigi
pasien. Untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan, model harus
14

merupakan reproduksi akurat dari lengkung rahang atas dan rahang


bawah, dibuat dari cetakan alginat bebas distorsi. Model tidak boleh
mengandung gelembung sebagai akibat dari penuangan yang salah atau
nodul positif pada permukaan oklusal yang terjadi akibat jebakan udara
selama pengambilan cetakan.
b. Tes Vitalitas Gigi
Sebelum perawatan, kesehatan pulpa harus dinilai, biasanya dengan
mengukur respon tehadap perkusi dan stimulasi temal atau listrik.
c. Pemeriksaan Radiografi
Radiografi merupakan aspek terakhir dari prosedur diagnostik,
memberikan informasi kepada dokter gigi untuk membantu
menghubungkan semua fakta yang telah dikumpulkan dalam anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan model diagnostik. Radiografi harus
diperiksa dengan hati-hati untuk melihat tanda-tanda karies, baik pada
permukaan proksimal yang tidak terestorasi atau karies berulang di
sekitar restorasi sebelumnya. Kehadiran lesi periapikal, serta keberadaan
dan kualitas perawatan endodontik sebelumnya harus dicatat.

Pemeriksaan penunjang berupa radiografi perlu dilakukan untuk


mengetahui karies yang tidak terlihat secara klinis, gigi vital atau non
vital, perluasann pulpa, resesi tulang alveolar, bentuk dan panjang akar
gigi, fraktur akar, tebal tipisnya jaringan periodonsium, ada tidaknya
granuloma atau kista pada akar tulang alveolar.18

2.12 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mendiagnosis Kasus 1, 19


a. Pemeriksaan subjektif ( anamnesis ) berupa mengetahui identisas pasien
seperti nama, usia, jenis kelamin, alamat ,pekerjaan. Menanyai pasien
semua riwayat dental yang perna dijalani, menanyai pasien tentang riwayat
penyakit sistemik yang dialaminya serta menanyai pasien mengenai
kebiasaan buruk yang biasa dia lakukan jika ada
15

b. Pemeriksaan objektif, pemeriksaan objektif dapat dilakukan adalah


pemeriksaanekstra oral dengan mengecek keadaan TMJ dan evaluasi
oklusal dan untuk pemeriksaan intra oral kita mengecek semua keadaan
dalam rongga mulut pasien baik yang jarigan lunak berupa mukosa oral,
gingiva dll maupun jaringan keras seperti gigi yang terdapat karies,
kehilangan gigi dan lain-lain.
c. Pemeriksaan radiografi, untuk melihat karies, lesi periapikal: tingkat/level,
tulang alveolar: perbandingan/ rasio mahkota akar dari gigi abutment:
panjang, konfigurasi, dan arah akar. Foto periapikal dan bitewing dapat
menjadi pilihan. Penggunaan CBCT atau panoramik saar ini umum
digunakan setelah sementasi gigi tiruan cekat untuk melihat ketetapan
marginal GT.
d. Point pemeriksaan yang harus diperhatikan: Health history; TMJ dan
occlusal evaluation; Intra oral examination; Diagnostic casts; Full mouth
radiographs

2.13 Diagnosis Kasus Pada Skenario


Tidak semua pasien mencari perawatan prostodontik untuk masalah
diagnosis. Meskipun demikian, kesalahan diagnostik mungkin sja, terutama
ketika seorang pasien mengeluh sakit atau gejala disfungsi oklusal. Perawatan
mungkin diperlukan untuk menghilangkan sumber keluhan yang jelas, seperti
karies gigi atau gigi yang patah. Pendekatan yang logis dan sistematis untuk
diagnosis membantu menghindari kesalahan. Pada kasus di scenario pasien
mengeluhkan tambalannya berubah warna (diskolorasi komposit) dan bisa
disebabkan karena berbagai factor, di scenario juga menginfokan bahwa pada
gambaran radiografi tidak terdapat lesi periapikal, kemungkinan yang bisa
ditarik untuk diagnosis kasus yaitu pulpitis reversible. 20
16

2.14 Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan Sebelum Dilakukan Perawatan


Sebelum perawatan gigi tiruan cekat ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu sebagai berikut: 21
a. Bentuk gigi alami yang ada sebagai acuan, hal ini dilakukan agar
diperoleh keselarasan dengan kondisi jaringan sekitarnya
b. Posisi gigi alami yang akan digantikan maupun posisi gigi sekitarnya
untuk digunakan sebagai acuan. Posisi gigi tiruan cekat nantinya disusun
sedemikian rupa sehingga memberikan kesesuaian dengan lengkung gigi
secara keseluruhan
c. Warna, pemilihan warna agar sesuai dengan gigi alami

Beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1, 22


a. Keadaan umum: seseorang penderita yang kesahatannya buruk,
sebaliknya dihindarkan dari suatu perawatan yang makan waktu panjang
b. Jenis kelamin: pada umumnya wanita cenderung lebih memperhatikan
faktor estetik dari pada pria.
c. Usia : pada pembuatan gigi tiruan cekat biasanya di indikasikan pada usia
sekitar 20-55 tahun. Karena pada usia 20 tahun memiliki insidensi karies
yang tinggi dan pertumbuhan gigi belum sempurna untuk mendapatkan
garis akhir preparasi.
d. Sosial ekonomi: sering kali perawatan yang tepat dianggap perawatan
yang ideal pula. padahal, secara praktis harus dilihatjuga kemapuan
pembiayaan perawatan penderita .biala pembiayaan pembuatan GT serta
pemeriksaan penunjang lainnya berada diluar kemampuan pasien
e. Keadaan rongga mulut untuk meningkatkan keberhasilan perawatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan perawatan: 1


a. keadaan mukosa mulut, hal ini berkaitan dengan OH pasien atau penyakit
sistemik yang diderita oleh pasien
17

b. Oral Hygiene, sebelum melakukan tahap perawatan restorasi, hendaknya


rongga mulut pasien dipastikan dalam keadaan OH baik
c. Keadaan jaringan periodontal ( destruksi tulang, gigi mobile)
d. Ukuran, bentuk dan panjang akar gigi
e. Ukuran dan posisi ruang pulpa
f. Kooperatif dan kemampuan finansial pasien
g. Riwayat alergi pasien
h. Penyakit sistemik pasien
i. Umur pasien
j. Faktor jenis kelamin atau tipe pasien
k. Profesi pasien

2.15 Rencana Perawatan Yang Akan Dilakukan Pada Pasien Di Skenario


Rencana perawatan kasus pada skenario yaitu terlebih dahulu dilakukan
pembukaan restorasi sebelumnya yang telah berubah warna kemudian
dilakukan preparasi kembali untuk gigi tiruan. Jenis gigi tiruan yang
digunakan yaitu mahkota penuh (full crown). Mahkota penuh digunakan
karena dapat menutupi permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, dapat
memperbaiki morfologi, kontur, serta melindungi jaringan gigi yang tersisa
dari kerusakan lebih lanjut. Selain itu, juga dapat mengembalikan fungsi
estetik, mengingat pasien merupakan seorang perempuan yang bekerja
sebagai customer service yang menuntut untuk bertemu dengan orang banyak
dan selalu tersenyum, sehingga faktor estetik harus diperhatika. Maka dari
itu, bahan yang digunakan adalah All Porcelain karena memiliki sifat yang
keras, kuat, dan tahan terhadap keausan sesuai dengan keinginan pasien pada
skenario. Selain sifat tersebut, porcelain juga memiliki nilai estetis yang
sangat baik, karena warna translusennya mudah disesuaikan dengan warna
gigi asli. 23
18

Pada kasus d skenario, rencana perawatan yang akan dilakukan adalah


mengganti restorasi yang sebelumnya dengan restorasi full crown
menggunakan bahan all porcelain yang akan melaluii tahapan klinis dan
laboratorium. Prosedure klinis: 24
1. Pencetakan awal
2. Pembuatan mahkota sementara
3. Pembuatan sendok cetak individual
4. Pencetajan model study
5. Preparasi
6. Retraksi gingiva
7. Pencetakan model kerja
8. Penentuan warna
9. Insersi mahkota sementara
10. Try in mahkota tetap
11. Evaluasi jaringan lunak, kemudian sementasi dan insersi tetap
12. Kontrol
Prosedur lab: model kerja yang sudah di buat dikirm ke lab untuk pembuatan
mahkota tetap

Rencana perawatan yang akan diberikan pada kasus: 25


a. Membongkar tambalan komposit yang ada pada daerah mesial dan distal
11
b. Dilakukan pemilihan bahan yang akan digunakan sesuai dengan
keinginan pasien yakni dapat digunakan bahan restorasi All Porcelain.
Dapat pula diberikan alternatif perawatan dengan bahan yang berbeda
yakni Porcelain Fused to Metal (PFM)
c. Dilakukan pencetakan awal dan pemilihan warna
d. Preparasi Gigi
e. Pembuatan Mahkota Di Laboratorium Dental
19

f. Restorasi Provisory
g. Try in dan Insersi restorasi tetap

2.16 Hubungan Pekerjaan Seorang Pasien Dengan Perawatan Yang Akan


Dilakukan
Berdasarkan kasus pada skenario bahwa rencana perawatan yang akan
dilakukan sangat berhubungan dengan profesi yang di jalani oleh pasien
sebagai seorang custemer service, tentu berdasar pada pekerjaan pasien yang
lebih banyak berinteraksi dengan publik, maka rencana perawatan yg akan
dilakukan adalah pasien menuntut untuk yang lebih estetik agar supaya dapat
meningkatkan kepercayaam diri pasien itu sendiri. 26

2.17 Indikasi Dan Kontraindikasi Pada Perawatan Yang Sesuai Pada Kasus
Skenario
Indikasi dan kontraindikasi mahkota jaket: 2, 26, 27
a. Indikasi mahkota jaket:
- Gigi dengan kerusakan yang parah
- Trauma primer
- Tooth wear
- Kondisi hipoplastik
- Gigi non-vital
- Mengoreksi bentuk, ukuran dan inklinasi gigi
- Memperbaiki oklusi
- Sebagai bagian dari restorasi lain
- Pasien usia 20-50 tahun
- Mempunyai struktur gigi sehat (vital)
- OH baik
- Oklusi dan jaringan periodonsium baik
- Tidak punya bad habbit
- Kebutuhan estetik
20

b. Kontra indikasi mahkota jaket:


- Pasien yang sangat muda dan yang sangat tua, berhubungan dengan
kondisi ruang pulpa yang besar.
- Jarak interoklusal terbatas, dalam kasus mahkota klinis pendek, deep
overbite, edge to edge ataudengan gigi lawan yang super-erupsi.
- Tekanan oklusal berat, berhubungan dengan sifat material yang rapuh
dan sifatnya yang abrasifpotensial, restorasi keramik harus dihindari pada
pasien dengan kebiasaan parafungsi seperti bruxism.
- Tidak mampu memelihara daerah kerja tetap kering, restorasi keramik
membutuhkan kontrol kelembaban yang baik saat sementasi mereka untuk
memastikan hasil yang optimal.
- Status ekonomi rendah

2.18 Cara Penentuan Warna


Cara penentuan warna untuk all porcelain shade guide:1
a. Pasien menghilangkan koesmetik dan gangguan lainnya sebelum
pencocokan.
b. Gigi harus dibersihkan misal gigi dalam keadaan basah.
c. Saat pencocokan warna, operator berdiri antara pasien dan sumber
cahaya.
d. Proses pencocokan dimulai dengan dilihat cepat.
e. Tabs/ GT dipegang di kedua sisi ketika membuat pilihan antara 2 yang
mendekati.
f. Bagian gingiva pada tab sahde disesuaikan dengan gingiva gigi.
g. Lalu bagian insisal disesuaikan dengan cara insisal dari gigi.
h. Untuk urutan value, chroma, dan hue dapat dilihat pada 30-Master. Level
chroma 1 = yellow, 12 = red, M = middle.
i. Shade tabs disimpan di disinfektan jika telah cocok.
21

Untuk menentukan warna gigi selain menggunakan shade guade salah


satunya juga adalah spektrofotometer, merupakan suatu alat mengukur
cahaya pada gelombang tertentu secara tradisional, spektrofotometer
menggunakan gruting difruksi dan karakter lineu charge couple device
(CCD). Ada dua setting dalam menentukan warna gigi yaitu setting pada 1
titik da setting pada 3 titik 1/3 servikal, 1/3 tengah dan 1/3 insisal. 29
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan warna
antara lain sumber cahaya, mata operator, lama waktu pengamatan, dan
latar belakang atau kondisi ruangan. Sumber cahaya merupakan faktor yang
dominan dalam pemilihan warna. Sumber cahaya dari lampu sering
menimbulkan metamerisme sehingga warna yang dipilih tidak sesuai dengan
warna gigi alami yang menjadi acuannya. Sumber cahaya yang paling baik
yang akan memberikan hasil yang sesuai dengan warna acuan adalah cahaya
matahari. meskipun demikian sumber cahaya ini tidak selalu bisa kita
manfaatkan karena penentuan warna lebih sering dilakukan pada jam praktek
seperti malam hari. saat ini telah tersedia banyak jenis lampu yang dapat
menghasilkan cahaya yang memiliki karakteristik seperti cahaya matahari
pada tengah hari. 21
Operator juga berperan dalam keberhasilan pemilihan warna selain
kualitas penglihatan mata operator, kelelahan mata sangat berpengaruh pada.
Lamanya pengamatan juga berperan dalam menghasilkan warna yang tepat.21

2.19 Teknik Pencetakan Yang Tepat Untuk Kasus Diskenario 30


Teknik pencetakan yang sering digunakan untuk mencetak gtc biasanya
adalah teknik mencetak dengan material elastomer light body dan ruang body
atau lebih dikenal dengan teknik putty wash atau teknik double impression.
pencetakan dengan teknik double impression ini dapat dilakukan dengan cara
teknik on step dan two step. terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa
teknik pencetakan dengan two step lebih akurat di bandingkan teknik one
step.
22

Teknik pencetakan sangat berpengaruh pada keberhasilan perawatan.


pencetakan yang akurat akan memberikan dukungan yang dominan dalam
menunjang keberhasilan. bahan cetak yang dipilih dan teknik pencetakan
yang akan dilakukan cukup menentukan keakuratan hasil cetakan. Sebelum
dilakukan pencetakan sebaiknya dilakukan retraksi gingiva, agar daerah
sulkus gingiva dapat tercetak dengan sempurna. benang retraksi dimasukkan
ke dalam surga gingival dengan hati-hati agar tidak menyebabkan kerusakan
epithelial attachment, sehingga diperoleh cetakan pada tepi di Nepal akan
lebih mudah bagi teknik untuk membuat GIC yang memiliki kerapatan tepi
yang baik.

2.20 Prosedur Preparasi Yang Sesuai Pada Kasus Di Skenario 10


a. Armamentarium:
- handpiece
- flat-end tapered diamond
- small wheel diamond
- H158-012 radial fissure bur
b. Tahapan:
a. membuat groove untuk orientasi kedalaman (sebagai acuan untuk
mereduksi selanjutnya) menggunakan flat end tapered diamond
b. mereduksi insisal menggunakan flat end tapered diamond
c. mereduksi bagian labial sampai 1/2 insisal menggunakan flat end
tapered diamond
d. mereduksi bagian labial (1/2 gingival) menggunakan flat end
tapered diamond
e. mereduksi bagian lingual menggunakan small wheel diamond
f.mereduksi lingual axial menggunakan flat end tapered diamond
g. finishing dinding axial dan bahu radial menggunakan radial fissure
bur. (Nurfina)
23

Berikut adalah tahap preparasi untuk restorasi mahkota all porcelain: 31


a. Preparasi mahkota gigi untuk pembuatan mahkota penuh porselain diawali
dengan preparasi bagian labial menggunakan round end tapered fissure
diamond bur dengan kedalaman ± 1 mm.
b. Preparasi bagian aproksimal masih menggunakan round end tapered
fissure diamond bur dengan pengurangan sebanyak 1 mm – 1,5 mm dan
membentuk sudut ± 6° ke arah insisal.
c. Preparasi bagian palatal di bawah cingulum menggunakan round edge
wheel diamond bur kemudian daerah cingulum ke arah servikal
(permukaan palatal aksial) menggunakan round end tapered fissure bur,
bentuk akhiran servikal berupa chamfer.
d. Seluruh bagian tajam, tidak rata dan undercut dihilangkan
e. Preparasi diakhiri dengan finishing bur sehingga didapatkan hasil
preparasi tonggak yang ideal (shoulder atau sudut 90°).

2.21 Bahan Restorasi Yang Digunakan Sesuai Skenario


Restorasi mahkota penuh dapat terdiri dari porselen fused to metal (PFM)
dan all porselen. Namun kekurangan PFM yakni harus ditutupi lapisan
opaque untuk menutup warna keabua-abuan dari logam restorasinya sehingga
menghasilkan keterbatasan dalam bidang estetik karena kurangnya
translusensi dari restorasi. Selain itu dibandingkan dengan all poselen, PFM
lebih menyebabkan kerusakan periodontal dibandingkan dengan all porselen.
Sehingga bahan untuk mahkota yang dipilih yakni all porselen karena lebih
estetik dan lebih menjaga kesehatan periodontal. 32
Bahan restorasi yang dapat digunakan pada kasus di skenario adalah
bahan restorasi All porcelain. Selain dari sifatnya yang estetik Kekuatan
mekanis porselen daapt dioptimalkan dengan penambahan zirkonia sebagai
bahan dasar dan fespaltik/ lithium sebagai bahan dasar. 33
All porcelain ini diindikasikan untuk memperbaiki estetik/ kerusakan
pada gigi anterior. Jika dibandingkan dengan porcelain fised to metal (PFM)
24

bahwa PFM lebih besar kemungkinannya mengalami kerusakan jaringan


periodontal dari all porcelain. 34, 35

2.22 Keuntungan Bahan Restorasi Yang Di Gunakan Pada Kasus Skenario


Bahan porsealain ini merupakan bahan yang dapat digunakan karena
memiliki keunggulan seperti estetis yang tinggi, tidak mudah aus, warna
stabil dan mengkilap dan tidak menimbulkan reaksi alergi. Namun dari bahan
ini memiliki kekurangan karena sifatnya getas dan pembuatannya sulit.36
Adapun keuntungan dari bahan restorasi, yaitu: 37, 38, 39
a. Memiliki estetik paling baik
b. Sifat mekanis dan fisis baik
c. Translusensi baik
d. Dapat mencegah terjadinya abrasif pada gigi antagonis
e. Induksi termal yang baik
f. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut
g. Biokompatibilitas baik
h. Isolator panas yang baik
i. Titik leleh tinggi
j. Bisa digunakan pada gigi anterior dan posterior.
k. Dimensi stabil
l. Tidak larut dalam cairan mulut
m. Reduksi jaringan sedikut
n. Resistensi pemakaian tinggi

2.23 Bahan Sementasi Yang Tepat Pada Kasus Di Skenario


Berdasarkan perawatan dan jenis bahan restorasi yang digunakan yaitu
full porcelain maka bahan sementasi yang cocok digunakan adalah semen
resin. Semen resin komposit memiliki kekuatan regangan dan kekuatan
mikromekanis yang tinggi, namun memiliki kekurangan dapat menimbulkan
kebocoran tepi dan reaksi pulpa yang parah jika diaplikasikan pada dentin
25

yang terpotong namun hal ini dapat diatasi dengan bahan bonding yang dapat
mengurangi kekurangan dari semen resin komposit. 40
Bahan sementasi yang dapat diaplikasikan pada skenario, karena
menggunakan bahan all ceramic restoration maka beberapa bahan cementasi
yang mengacu terhadap bahan ceramic yang digunakan adalah sebagai
berikut. Untuk bahan ceramic dengan komposisi alumina dapat dilakukan
sementasi dengan zinc phosphate sedangkan untuk bahan ceramic yang
mengandung zirconia single crown dengan akhiran preparasi champer pada
anterior dapat digunakan sementasi glass ionomer cement tipe 1 atau luting
cement. 41

2.24 Prosedur Sementasi Sementara Dan Sementasi Tetap 42


Restorasi sementara dianjurkan agar psien dan dokter gigi dapat menilai
fungsi dan tampilan dari gigi tiruan. Namun, sementasi sementara ini harus
diperhatikan dengan hati-hati. Di satu sisi, pelepasan sementasi sementara
untuk sementasi definitif mungkin sulit, bahkan menggunakan semen zinc
oxide-eugenol (ZOE). Untuk menghindari masalah ini, semen sementara
dapat dicampur dengan sedikit petroleum jelly. Agen luting yang
dimodifikasi hanya diaplikasikan pada margin restorasi untuk menutupnya
dan memungkinkan pelepasannya tanpa kesulitan. Sementasi sementara tidak
boleh dilakukan kecuali pasien diberikan instruksi yang jelas tentang tujuan
prosedur, durasi sementasi uji coba yang dimaksud, dan pentingnya kembali
jika abutment longgar atau lepas. Jika melepaskan sementasi semntara sulit,
penggunaan alat pelepas mahkota seperti coronaflex direkomendasikan.
Prosedur sementasi tetap, sebagai berikut:
a. Bersihkan gigi dengan pumice dan air (atau klorheksidin). Isolasi gigi
dengan rubber dam atau displacement cord.
b. Luting agent untuk sementasi sementara restorasi yang mengandung ZOE
harus dihilangkan sebelum bonding resin, karena eugenol menghambat
polimerisasi resin. Membersihkan dengan pumice meninggalkan residu
26

ZOE yang bercampur dengan pumice yang dapat menghambat ikatan


bonding.
c. Etsa dengan asam fosfat 37% setelah dibersihkan dengan pumice
merupakan cara terbaik untuk menghilangkan ZOE.
d. Evaluasi restorasi dengan gliserin atau pasta try-in. Evaluasi fitness,
warna, dan arah insersi.
e. Bersihkan restorasi secara menyeluruh dengan air. Gunakan aseton jika
resin luting digunakan untuk memeriksa shade saat evaluasi. Keringkan
restorasi.
f. Etsa restorasi.
g. Asam etsa enamel; Asam fosfat 37% umumnya digunakan dan didiamkan
selama 20 detik. Bilas sampai bersih dan keringkan.
h. Oleskan selapis tipis bonding resin untuk persiapan. Ratakan dengan udara
ringan. Jangan polimerisasi lapisan ini, karena dapat mengganggu seating
restorasi.
i. Oleskan luting agent pada restorasi; hati-hati agar tidak ada udara.
j. Posisikan restorasi dengan pelan, hilangkan luting agent berlebih dengan
instrumen.
k. Tahan restorasi pada tempatnya sambil light-curing.
l. Gunakan dental tape untuk menghilangkan resin dari margin
interproksimal sebelum curing area ini.

2.25 Tahapan Insersi Dan Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Prosedur
Insersi 21
a. Persiapan
b. Bersigkan lalu dikeringkan dengan water syringe
c. Isolasi daerah kerja
d. Permukaan dalam mahkota di etsa dengan asam hidroflurida C% lalu
diaplikasikan sikiane agent
27

e. Gigi yang dipreparasi di etsa dengan asam fosfat 40% dan aplikasikan
bonding ageng
f. Base dan katalis resin di campurkan dan langsung di masukan ke GT
g. Tempatkan crown pada gigi yg telat di sementasi
h. Keluarkan sisa sisa bahan sementasi
i. Periksa oklusi

2.26 Instruksi Pasca Perawatan Pada Kasus Di Skenario 43


a. Pasien diminta untuk menggunakan gigi yang setelah direstorasi secara
hati hati
b. Harus menghindari makan makanan yang keras terlebih dahulu
c. Pemeliharaan:
d. Memperhatikam kebersihan mulut dengan baik seperti menggunakan
dental floss setelah sikat gigi
e. Dapat menggunakan obat kumur yang tidak pekat jika ada rasa sensitivitas
f. Lakukan kunjungan secara teratur untuk evaluasi
g. Jika ada rasa sakit maka segera laporkan pada dokter
h. Sikat gigi 2 kali sehari dan gunakan dental floss untuk membersihkan plak
i. Pastikan untuk melakukan kontrol rutin ke dokter gigi (Shafira)

2.27 Follow Up Care Yang Dilakukan Terhadap Pasien Gigi Tiruan Cekat
Berdasarkan jurnal yang saya baca, setelah dilakukan pemasangan gigi
tiruan, di lakukan kontrol secara berkala. kontrol pertama dilakukan dalam 24
jam dan tidak terjadi reaksi penolakan jaringan. Kontrol kedua seminggu
setelah pemasangan, terlihat kondisi restorasi tidak ada kelainan. Kontrol ke
3 sebulan setelah pemasangan, dijumpai adanya kalkulus pada gigi gigi dan
restorasi. untuk itu dilakukan tindakan pembersihan karang gigi dan
penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan mulut agar sisa makanan
tidak melekat pada permukaan gigi dan restorasi serta mencegah terjadinya
28

inflamasi pada jaringan gingiva. pada kontrol keempat restorasi masih


adekuat dan kondisi jaringan mulut juga baik. 44
Pada saat dilakukan kunjungan periodik, hal yang diperiksa ataupun
diperhatikan adalah:17
a. history dan general examination
b. kebersihan rongga mulut, diet, dan saliva
c. dental karies
d. masalah periodontaldisfungsi saliva
e. kesehatan pulpa dan periapikal
f. kunjungan periodik dilakukan setiap 6 bulan sekali

2.28 Prognosis Kasus Pada Skenario


Prognosis dari perawatan yang diberikan dengan adanya pertimbangan
subjektif, objektif, pendukung, serta didukung restorasi yang memenuhi
kaidah dapat memulihkan fungsi estetik, fungsional, dan mastikasi, serta
perlindungan terjadap jaringan pendukung gigi sehingga memiliki prognosis
yang baik. Prognosis pada kasus. Ialah dipengaruhi oleh faktor umum pasien,
penurunan resitensi terhadap lingkungan mulut, dan faktor lokal seperti
kekuatan gigi, akses untuk kebersihan mulut. Biasanya, orang dewasa muda
akan memiliki prognosis yang lebih baij daripada dewasa tua lanjut usia.1, 45

2.29 Alternatif Perawatan Kasus Pada Skenario


Alternatif perawatan yaitu restorasi mahkota penuh porcelain fused to
metal atau PFM, restorasi dengan PFM mampu memberikan keuntungan
ganda, yaitu dari segi estetis dan dari segi kekuatan. Lapisan logam sebagai
sub struktur mahkota pfm akan mendukung lapisan porselen di atasnya
sehingga mengurangi sifat getas (brittle) dari bahan porselen, memiliki
kerapatan tepi dan daya tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan
memberikan penampilan yang estetik.25, 31
29

Partial veneer crown adalah restoras konservatif dengan pengambilan


struktur gigi yang lebih sedikit dibandingkan dengan full veneer crown.
Restorasi dengan partial veneer crown dapat dikesamingkan jika yang
dibutuhkan adalah restorasi dengan metal. Ada beberapa keuntungan dalam
penggunaan partial veneer restoration, diantaranya:1
a. Struktur gigi yang masih bisa dipelihara
b. Kebanyakan pada restorasi ini, dokter ggi lebih mudah melakukan
finishing dan cleansing karena marginnya yang mudah diakses
c. Tepi restorasi yang sedikit dibagian proksimal ke gingival crevce,
mengurangi kemungkinan terjaadinya iritasi pada jaringan periodontal
d. Partial veneer crown yang open-faced lebih mudah ditempatkan saat
proses sementasi

Selain kelebihan yang disebutkan, ada beberapa kekurangan dalam


restorasi jenis ini diantaranya yaitu partial veneer crown tidak sekuat atau
seretentif dibandingkan full veneer crown. Namun, partial veneer crown
memiliki adekuat retensi untuk restorasi tunggal dan sebagai retainer shor-
span pada fixed partial dentures.

2.30 Definisi Dan Peran Work Authorization


Work Authorization/ surat perintah kerja merupakan sebuah aspek
legalitas dan langsung jawab kode etik dokter gigi, dan juga menjadi
komunikasi antara dokter gigi dan teknisi lab, doker gigi memiliki
pengetahuan dan wewenang untuk menyampaikan informasi yang berkaitan
tentang rencana perawatan yang tertulis dalam surat perintah kerja.
30

Kondisi ini menunjukkan adanya hubunhan timbal balik antara dokter


gigi dengan teknisi dental, tugas dokter gigi merancang dan mendisain dari
protesa yang akan dibuatkan seperti yang telah di tentukan dalam surat ,
sebaliknya seorang teknisi dental untuk membuat protesa yang ditentukan
oleh dokter gigi. Oleh karena itu surat perintah kerja idealnya informasi yang
disampaikan harus relevan, desain harus jelas, dan dapat di pahami. 46
Instruksi khusus untuk pembuatan gigi tiruan cekat pada Work
Authorization yaitu:20
a. Deskripsi umum dari restorasi yang akan dibuat
b. Spesifikasi material (misalnya kontur anatomi zirconia)
c. Skema oklusi yang diinginkan
d. Desain konektor untuk GTC
e. Desain pontik, termasuk spesifikasi material untuk kontak jaringan
f. Desain substruktur untuk restorasi metal-ceramic
g. Informasi mengenai pemilihan shade untuk restorasi estetik
h. Tanggal dari jadwal pasien selanjutnya dan tahap penyelesaian yang
dibutuhkan saat itu

Permenkes no.54 tahun 2012 Pasal 15: 47


(1) Teknisi Gigi hanya dapat melakukan pekerjaan keteknisian gigi atas
permintaan dokter gigi dan/atau dokter gigi spesialis.
(2) Permintaan dokter gigi dan/atau dokter gigi spesialis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan:
a. model kerja yang baik dan akurat sesuai keadaan sesungguhnya di
dalam mulut;
b. surat perintah kerja yang tertulis dengan jelas dan ditandatangani oleh
dokter gigi atau dokter gigi spesialis yang bersangkutan, paling sedikit
memuat:
- desain protesa gigi atau gigi tiruan, alat ortodonsi lepasan; protesa
maxillo facial, dan atau restorasi gigi yang dikehendaki;
31

- permintaan bahan yang digunakan;


- nomor atau contoh warna elemen gigi tiruan;
- identitas pasien secara lengkap; dan
- waktu atau tanggal permintaan pembuatan dan tanggal selesai
pekerjaan.
(3) Teknisi Gigi berhak mengembalikan permintaan dokter gigi dan/atau
dokter gigi spesialis apabila tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur
pada ayat (2)
32

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu perawatan yang dapat dilakukan untuk merawat gigi yang
mengalami perubahan warna adalah dengan restorasi mahkota jaket.
Restorasi mahkota jaket merupakan restorasi indirect yang melapisi gigi
anterior maupun posterior dengan berbagai indikasi diantaranya adalah
fraktur gigi, diskolorasi gigi, perubahan bentuk anatomi gigi, penutupan
diastema, dan pasca perawatan saluran akar. Bahan restorasi mahkota jaket
yang memiliki nilai estetik terbaik saat ini yaitu all porcelain. Bahan restorasi
ini digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain hasil yang
menyerupai gigi asli dengan translusensi yang baik, tidak menimbulkan
alergi, memiliki biokompatibilitas yang baik, dapat dikoreksi kembali, dan
dapat menghilangkan diastema. Mahkota jaket all porcelain juga memiliki
kekurangan antara lain proses preparasi yang sulit dan biaya yang kurang
terjangkau.

3.1. Saran
Pada era sekarang masyarakat lebih cenderung memerhatikan tentang
estetika, termasuk estetika dari giginya. Namun masih banyak masyarakat
yang belum paham dan mengerti tentang perawatan estetik di dunia
Kedokteran gigi, ditambah dengan biayanya yang kurang terjangkau. Di
zaman yang makin berkembang ini, diharapkan adanya bahan restorasi gigi
yang baik pada segi kekuatan, estetika, fungsional, dan dengan biaya yang
cukup terjangkau.
Demikianlah makalah yang kami buat ini, Semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Atas
33

segala kekurangan dari isi makalah ini, kiranya dimaklumi. Kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini dan untuk proses pembelajaran selanjutnya. Sekian dan terima
kasih.
34

DAFTAR PUSTAKA

1. Shilingburg, Herbert T., et al. Fundamentals of Fixed Prosthodontics. 4th Ed.


USA: Quintessence Publishing Co, Inc. 2012. P. 1-19, 94-7, 131-45, 420-3
2. Sumartati Yusrina, Haryo MD., Erwan Sugiatno. Pembuatan Cantilever
Bridge Anterior Rahang Atas Sebagai Koreksi Estetik. Maj Ked Gigi.
Desember 2012; 19(2): 167-8
3. Wahyuni S. Mandanie SA. Fabrication of cembined prothesis unfa cast able
extracoronal attachment. Journal of vocationas health sticker. 2017: 76
4. Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi: Fung shell bridge.
Journal of Dentomaxillofacial Science 2007; 6(1): 29.
5. Thambas AK, Dewi RS. Pengembangan modifikasi estetic dalam pembuatan
crown dan bridge. 2012 ; 29(321).30
6. Tarigan S. Pasien prostodonsia lanjut usia: beberapa pertimbangan dalam
perawatan. Bidang Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara: Medan; 2005: 1
7. Utama MD, Susaniawaty Y. Kegagalan estetik pada gigi tiruan cekat
(exthetic failure in fixed denture). Makassar Dent J. 2015; 4(6): 193-9
8. Laoh S, Siagran KV, Tikoalu SHR. Status gigiva pada pasienn pengguna gigi
tiruan cekat di RSGM PSPDGS Fakultas kedokteran universitas sam
ratulangi menado. Jurnal e-gigi. 2016; 4(2): 197
9. Jayanti SE, Pintadi H. Gambaran status kebersihan gigi dan mulut pada pasien
pra pengguna gigi tiruan cekat beradasarkan jenis kelamin. 2012: 3-4.
10. Shilinburg H, Hobuush S, Whitset LD., Jacob R, Bracket SC. Fundamental
of fixed prosthodontics. 3rd Ed. Chichago :uintessence publishing co. 1997.
P. 69, 152-3
11. Aprilia, Linda R, Erry R. Pengaruh minuman kopi terhadap perubahan warna
pada resin komposit. Indonesian Journal of Dentistry 2007; 14(3): 165
12. Widyastuti Noor Hafida, Nabila AH. Perbedaan Perubahan Warna Antara
Resin Komposit Konvensional, Hibrid, dan Nanofil Setelah di Rendam Obat
35

Kumur Chlorhexidine Gluconate 0,2%. Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi; 2017:


1(1): 52-3
13. Aulia Noor Rizki, Dewi Puspitasari, M.Y. Ichrom N. Perubahan warna resin
komposit nanofiller pada perendaman air rebusan daun sirih merah (piper
crocatum) dan obat kumur non-alkohol. Jurnal Kedokteran Gigi. Maret 2017;
2(1): 51
14. Abdelfattah A. Clinical examination, diagnosis and treatment planning on
prosthodontics. Journal of dentistry 2019; 2(10): 3-4.
15. Fikriyak. Satri SP,. Analisis persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent) dalam rangka persiapan akreditasi RSUD kota semarang. JKM.
2016; 4(1): 45, 48-9.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/ MENKES/
PER/ III/ 2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran pada pasal 7 ayat (3)
17. Rosenstiel SF, Land MF, Fujmoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 3rd
Edition. St. Louis: Mosby Inc; 2001. P. 3-19, 262, 783-6
18. Soeprapto A. Pedoman Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. 2nd ed.
Yogyakarta: STPI Bina Insan Mulia; 2017. H. 195-200.
19. Rusmayanti A, Erista I, Nahzi Y. Perbedaan warna resin komposit nanofiller
yang dipoles dan yang tidak dipoles pada perendaman larutan the hijau.
Dentino (Jurnal Ked Gi). Maret 2017; 2(1): 7077
20. Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 5th
Ed. St. Louis: Elsevier; 2016. P. 169, 444-9
21. Susaniawaty Yuli, Moh. Dharma Utama. Kegagalan estetik pada gigi tiruan
cekat (esthetic failure in fixed denture). Makassar Dent J. 2015; 4(6): 193-4
22. Talus et all. Factors Infuencing the choice of dental material and procedure
for crown restoration of posterior teeth . Design of a decisionguide. 2016:
2(3); 145-6
23. Amalia EA, Kusuma HA, Wahyuningtyas E. Perbedaan ketahanan fraktur
mahkota zirkonia-porselen dan porcelain fused to metal dengan finishing line
chamfer dan shoulder. Jurnal Kedokteran Gigi 2015; 6(3): 278
36

24. Andries RA, Gita F. Mahkota tiruan metal porselen anterior dengan
modifikasi tepi porselen. J Dentofasial. 2018; 9(2): 101-7
25. Ayu Fatmawati DW. Macam-macam restorasi rigid pasca perawatan
endodontik. JKG UNEJ 2011; 8(2): 96-8
26. Talus, et al. Factors Infuercing the choice of dental material and procedure
for crown restoration of posterior teeth. Design of decisionguide. 2016; 2(3):
145-6
27. Soratur SH. Essentials of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers; 2006.
P. 173-4
28. Smith BGN, Howe LC. Planning and Making Crowns and Bridge. 4th Ed.
London: 2007. P. 135-67
29. Corciolani G. A Study Of Dental Color Matching, Color Selection And Color
Production: Phd Thesis Of Gabriele Corciolani. 2009: 8-13
30. Kartika F, Wahyuningtyas E, Sugiatno E. Pengaruh teknik desinfeksi
glutaraldehid 2% dan teknik pencetakan dengan polyvinyl siloxane terhadap
akurasi dimensi model gigi tiruan cekat. J Ked Gi. 2015; 6(3): 293.
31. Saputra DC, Nugraheni T. Restorasi mahkota all ceramic porselen
lenghtening pada gigi 11 dan 21 pasca trauma. MKGK Desember 2018; 1(2):
140-6
32. Diab H. Effect of full ceramic crown vs ceramic fused to metal crown on
periodontal tissues health. EC Dental Science 2018;17(7): 1
33. Gunawan J, Takarin V, Hetraningsih Z. Performa porselen fusi logam dan
porselen penuh. J Ked Gi. 2017; 29(3): 192
34. Almotairy M, Almaghrabi F, Alharthy A, Alrashard H, Diab H,
Shibatalhamad Y. Effect of full ceramic crown versus ceramic fused to metal
crown on periodontal fissue health. EC dental science. 2018;17(7):1-2, 5
35. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th Ed. Uk: Blackwell
publishing Ltd; 2008. P. 92
36. Mannapalil., JJ. Basic dental material. 3rd ED. New delhi: Jaypee Brothers
medical publisher; 2010. P. 243-5.
37

37. Christensen, G. J., 2007, Choosing an All-ceramic Restorative Material:


Porcelain Fused to Metal or Zirconia Based, Journal of American Dental
Association, 138: 662-5.
38. Smith BGN. Planning and Making Crowns and Bridge. 3rd Ed. The
UK:Martin Dunits Ltd. 1998. P. 25
39. Leinfelder KK. Porcelain esthetic forf he 2ist century. JADA
40. Susianawati YN, indraastuti M, dipoyono HM.pengaruh desain preparasi
finishing line dan semen resin terhadap kebocoran mikrocoping logam gigi
tiruan cetat. J. Ked Gi. 2016; 7(2)
41. Michael., R, Ifigenia., E, dan Maria., K. All-ceramic restoration of disllicate
lithium, alumina and zirconia. Journal of acta scientifict dental 2019; 4(3):
83-4.
42. Rosenstiel, Land, Fujimoto. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4th Ed. St
Louis: Mosby Elsevier; 2006. P 909-23.
43. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontik. Jaypee; 2003. P. 678-9
44. Machmud Edy. Teknik sederhana pembuatan gigi tiruan jembatan tiga unit
dari komposit a simple technique to make three-unit composite bridge.
Dentofasial, Februari 2011; 10(1): 25
45. Talabani RM. Influence of abutment evaluation on designing of fixed partial
denture: a clinical study. Int jornal of oral health and rosearch 2016; 3(2): 5
46. Lesmana RA. Faktor- faktor periodontal yang harus dipertimbangkan pada
perawatan dengan gigi tiruan cekat JKGI. 1999; 6(3): 35-9
47. Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pekerjaan teknisi gigi.

Anda mungkin juga menyukai