Dosen Pembimbing
Disusun Oleh
Kelompok Tutorial 3
Fitria Lesmana Putri 160110140003
Sarasti Laksmi A. 160110140015
Dwi Wahyuningsih 160110140027
Najib Hendri Purnomo 160110140040
Regi Taufik Firdaus 160110140053
Aulia Fatimah 160110140067
Pradita Annastia 160110140081
Dian Islamiati 160110140093
Intan Ayu N. 160110140105
Amelia Maharani A. S. 160110140118
Nur Alya Binti Nazerin 160110142012
Diviyaa A/P V. 160110142024
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perubahan Perilaku Kesehatan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas pada tutorial kasus ke-3 blok Community Dentistry 3.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan pihak lain, untuk itu penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
kepada Dosen pembimbing tutor yang telah membantu.
Penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan, saran
untuk penyempurnaan makalah. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis umumnya bagi seluruh pembaca.
Kelompok Tutorial 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9
2.1. Indeks........................................................................................................9
2.1.1 Indeks DMF-S....................................................................................9
2.1.2 Indeks def-s........................................................................................6
2.2. Perilaku Kesehatan....................................................................................7
2.2.1 Pengertian Perilaku............................................................................7
2.2.2 Bentuk Perilaku..................................................................................8
2.2.3. Pengertian Perilaku Kesehatan...........................................................9
2.2.4. Klasifikasi Perilaku Kesehatan........................................................10
2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan.................12
2.2.6. Domain Perilaku Kesehatan.............................................................13
2.3. Perubahan Perilaku Kesehatan................................................................22
2.3.1. Definisi dan Tujuan Perubahan Perilaku Kesehatan........................22
2.3.2. Teori Perubahan Perilaku.................................................................22
2.3.3. Bentuk Perubahan Perilaku..............................................................27
2.3.4. Strategi Perubahan Perilaku.............................................................28
2.4. Risk Group..............................................................................................30
2.5. Penilaian Risiko Karies (Caries Risk Assesment)...................................33
2.5.1. Definisi dan Tujuan..........................................................................33
2.5.2. Faktor Risiko....................................................................................34
2.5.3. Metode Penilaian Risiko Karies.......................................................36
2.6. Caries Assesment Form...........................................................................43
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................51
3.1. Kasus.......................................................................................................51
iii
iv
3.1. Terminologi.............................................................................................52
3.2. Identifikasi Masalah................................................................................52
3.3. Hipotesis..................................................................................................52
3.4. Mekanisme..............................................................................................53
3.5. More Info.................................................................................................53
3.6. I Don’t Know...........................................................................................53
3.7. Learning Issue.........................................................................................54
3.8. Pembahasan.............................................................................................55
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
1
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh,
artinya tubuh yang sehat tidak terlepas dari memiliki gigi dan mulut yang sehat.
Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan hubungan antara penyakit gigi dengan
penyakit tubuh secara umum. Penyakit gigi seperti karies yang tidak ditangani
sejak dini dapat menimbulkan penyakit lain, seperti abses wajah, sinusitis, dan
gangguan pada sendi temporomandibular. Bahkan, beberapa studi melaporkan
adanya hubungan antara penyakit gigi dengan penyakit jantung koroner,
aterosklerosis, pneumonia, diabetes, dan kelahiran prematur (Axellson, 1999;
Peterson, 2003).
masyarakat di wilayah Puskesmas B terhadap kesehatan gigi dan mulut. Hal ini
terlihat dari data kebiasaan masyarakat tersebut yang jarang menyikat gigi dan
data pemeriksaan banyak sekali penduduk yang datang memiliki gigi berlubang.
Selain itu, didapatkan pula hasil kajian dari data pasien, yaitu indeks dmfs dan
DMF-S 6,0.
1
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka dalam makalah
ini akan dibahas perilaku kesehatan dan cara untuk mengubahnya, kelompok
assesment form.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Indeks
• Perubahan warna
• Adanya rongga
Cara pemeriksaan
• 28 gigi diperiksa
• Alat periksa yang digunakan adalah kaca mulut dan sonde nomor 23.
3
• Permukaan gigi harus dibersihkan apabila dikaburkan oleh kotoran dan
karang gigi.
• Gigi hilang atau ditambal oleh karena penyebab selain karies tidak masuk
dalam hitungan.
Perhitungan indeks
D+M+F = DMF
Keuntungan
Index DMF(S)
• Pada saat indeks DMF di pekerjakan untuk memeriksa permukaan setiap
gigi dari seseorang dibanding dengan pemeriksaan gigi secara
keseluruhan, itu disebut sebagai “ Decayed missing filled surface
indeks” (DMFS indeks).
• Prinsipnya, kriteria dan juga peraturan dari indeks DMFS adalah sama
seperti indeks DMFT, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya dengan
penjelasan indeks DMF. Perbedaan nya adalah semua permukaan gigi
diperiksa.(Anon n.d.)
Calculation index
DMF-T = D + M + F
DMF-S rata-rata = Jumlah D + M + F
Buat gigi sulung itu, maksimal nilai buat indeks def-s adalah 88. Cara
perhitungannya adalah:
(Hiremath, 2011)
Buat nilai atau skala pengukuran itu sama dengan indeks DMF-S:
(Hiremath, 2011)
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum
dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari
perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Robbins, S.P (1993)
menyebutkan bahwa perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan
perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Sikap (Attitude)
1) Persepsi (Perception)
3) Mekanisme (Mechanism)
4) Adaptasi (Adaptation)
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu
itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang
dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus
tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan
individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa:
a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya
maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat
jamban apabila jamban tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya.
b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi
ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat
menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut
merupakan ancaman bagi dirinya.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari
tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan
dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan
yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara
spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya bila seseorang
merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan
bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di
warung dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri
seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab
itu perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri
orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar,
dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Di bawah ini
terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau social budaya, dan ekonomi,
perubahan.
subjek.
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagai orang sangat
inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada setiap
kesadaran sendiri.
2. Pemberian Informasi
dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini akan
memakan waktu yang lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat
paksaan).
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua tersebut di atas.
bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak
diterimanya.
(SM).
e. Dewasa lainnya.
sering pada usia spesifik, umumnya pada anak-anak dan juga pada dewasa.
Pada anak-anak, periode berisiko untuk terjadinya karies dimulai saat erupsi
molar permanen, dan pada periode dimana enamel mengalami tahap maturasi
adalah karies permukaan akar pada kelompok usia lanjut, terutama karena
setelah erupsi gigi pertama terjadi, sehingga terbuka kesempatan besar untuk
perkembangan karies gigi. Enamel yang sedang erupsi dan enamel yang baru
erupsi dari gigi primer (gigi sulung) sangat rentan terhadap karies sampai
immunogloin (Ig) dalam saliva antara batita berusia 1-3 tahun masih imatur/
belum matang. Dalam kondisi ini, kesehatan mulut yang buruk mendorong
Kelompok usia resiko tinggi berikutnya adalah yang berusia 5-8 tahun,
dimana erupsi gigi molar pertama terjadi. Enamel dari gigi permanen yang
baru erupsi lebih rentan terkena karies sampai tahap maturasi sekunder
selesai, yaitu lebih dari dua tahun setelah erupsi.
Sebagian besar dari golongan ini memiliki gigi molar ketiga yang sudah
erupsi atau yang baru erupsi tanpa fungsi pengunyahan penuh akan tetapi
Banyak diantara golongan dewasa muda yang tidak hanya mengubah pola
makan (dietary) dan kebiasaan kebersihan oral, tetapi juga gaya hidup yang
Dewasa lainnya
memiliki banyak restorasi dengan margin plaque retentive dan juga adanya
Orang-orang yang memiliki fungsi saliva atau respon imun yang buruk.
1. Anamnesis
Hal-hal yang dapat ditanyakan kepada pasien untuk menilai faktor risiko
karies, meliputi riwayat kesehatan gigi dan mulut, diet sehari-hari, asupan
fluor, dan hal-hal yang berkaitan dengan cara menjaga kesehatan gigi dan
mulut.
2. Pemeriksaan Intraoral
<100.00 100.000-
Uji S.mutans >1000.000
0 1000.000
Tabel 4. Kategori Risiko pada Perhitungan Laktobasilus dan Streptokokus mutans
3. Metode dip-slide
Tabel 5. Perubahan Warna dengan Uji Kariostat
Skor
Warna pH RIsiko
Kariostat
Metode ini memiliki dua elemen. Elemen pertama disebut lampu lalu
lintas (traffic light) dan elemen kedua adalah table (matrix). Dengan kata
lain, TL-M adalah suatu model table pemeriksaan seperti lampu lalu lintas
dengan warna merah, kuning, dan hijau pada kolomnya. Hasil pemeriksaan
yang diperoleh ditulis pada kolom yang sudah disediakan sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, apabila dari
pemeriksaan diperoleh pH saliva normal (dalam keadaan tidak dirangsang)
< 5,8, maka skor faktor risikonya merah. Warna merah menunjukkan
bahwa risiko karies pasien tinggi (buruk), warna kuning berarti pasien
mudah terkena karies dan warna hijau menunjukkan bahwa risiko karies
rendah (baik). Model ini tidak memprediksi insidensi karies, tetapi lebih
sebagai suatu model peringatan dini sehingga mengingatkan drg adanya
faktor risiko pada pasien untuk mengubah kondisi rongga mulutnya. Selain
itu, menolong mengingatkan pasien untuk melakukan kunjungan berulang.
6. Kariogram
karies baru sampai tahun berikutnya, dengan catatan bahwa kondisi tidak
Gambar 3. Grafik Pengukuran Risiko Karies dengan
Kariogram
berubah. Sedangkan sebaliknya jika sektor hijau ≤20%, maka pasien
memiliki risiko karies yang sangat tinggi. Kasus seperti gigi fraktur,
diskolorisasi, dan sebagainya, yang mungkin memerlukan penambalan
tidak termasuk di sini.
7. Oral Tester
Oral tester merupakan suatu perangkat pengukuran risiko karies
yang terdiri atas pengukuran kuantitas saliva, uji buffer dan uji
Streptococcus mutans dilengkapi dengan perangkat lunak. Cara ini
dikembangkan oleh Dr. Takashi Kumagai, seorang kariologis Jepang. Oral
tester dapat dilakukan di tempat praktik dokter gigi karena caranya
sederhana dan hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 30 menit.
(chart).
Pengukuran 0 1 2
Volume saliva > 10ml (saliva 3,5 – 10 ml (saliva < 3,5 ml (saliva
(5 menit) banyak) sedang) sedikit
Faktor risiko yang dimuat dalam formulir ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada pasien yang dapat membantu dalam menurunkan risiko karies
dari waktu ke waktu.
Gambar 8. Form Pemeriksaan Karies Anak Usia 6 Tahun dan Dewasa (CAMBRA)
12
2.2. Kasus
kerjanya berupa kecamatan yang sangat luas, terdiri dari beberapa desa.
terhadap kesehatan giginya rendah, yang terlihat dari dari data kebiasaan
masyarakat tersebut jarang menyikat gigi dan data pemeriksaan banyak sekali
penduduk yang datang memiliki gigi berlubang dan hasil kajian dari data pasien,
perilaku kesehatan penduduk setempat yang dapat dilihat dari bentuk dan
domain dalam perilaku, sehingga masyarakat memiliki gigi dan gusi yang sehat.
Selain itu, drg. Vino Sebastian berencana melakukan penilaian risiko karies
13
14
(Caries Risk Assesment) pada kelompok penduduk yang berisiko (Risk Group),
kelompok populasi secara keseluruhan akan dilakukan setelah ada dana yang
2.3. Terminologi
1. Perilaku (behaviour)
3. Behaviour change
4. Perilaku kesehatan
2.5. Hipotesis
2.6. Mekanisme
1. Definisi Perilaku
3. Behaviour change
4. Perilaku kesehatan
6. Risk Group
9. Apa itu caries risk assesment? Apa tujuan dilakukannya caries risk
assesment? Bagaimana cara pengukuran serta skala pengukurannya?
10. Apa itu risk group? Apa saja yan merupakan faktor penyebab risikonya?
11. Apa itu caries assesment form? Bagaimana bentuk serta cara
pengisiannya?
17
2.10. Pembahasan
18
DAFTAR PUSTAKA
Pierce, W. D. (2013). Behavior Analysis and Learning (5th Editio). New York:
Psychology Press.
Pintauli, S., & Tamada, T. (2008). Menuju Gigi dan Mulut Sehat: Pencegahan
19