BLOK CD 2 CASE 3
Dosen Pembimbing
Kelompok Tutorial 8 :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Case 3 : Drg. Zano”.
Penulis
DAFTAR ISI
Kasus 3 ( drg.Zano)
Drg. Zano sebagai kepala Puskesmas selain melakukan analisis situasi pada
puskesmas dan wilayah binaannya, juga bertekad untuk memperbaiki kinerja
puskesmas yang nantinya akan berdampak pada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya dengan melakukan perencanaan sampai
ketingkat actuating, controlling, dan evaluasi.
Dalam kurun waktu beberapa waktu, kerja keras drg Zano beserta stafnya
membuahkan hasil dengan kinerja puskesmas yang lebih efektif dan efisien
serta terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya,
walaupun hasilnya belum yakin sampai ketaraf significant.
Drg. Zano mendengar kabar dari media dan masyarakat bahwa di luar
daerah kerjanya, di daerah tetangga, yaitu wilayah A, terjadi wabah flu burung.
Agar masyarakat daerah kerjanya terhindar dari wabah tersebut, drg. Zano
bermaksud untuk melakukan penelitian prospektif dengan melakukan uji tapis
(screening test) pada setiap pendatang yang berasal dari wilayah A. Setiap
pendatang tersebut akan diperiksa Hb, tekanan darah, yang nantinya akan
didapatkan nilai resiko relative, sensitivitas, dan spesifisitas.
Kegiatan uji tapis dilakukan selama satu minggu yang hasilnya sebagai
berikut: selama pemeriksaan terdapat 250 orang yang diperiksa. 65 orang dalam
keadaan sakit dan hasil tes positif, 35 orang dalam keadaan tidak sakit tapi hasil
tes menyatakan positif, 105 orang dalam keadaan tidak sakit dan hasil tes
menunjukkan negative, 45 orang dalam keadaan sakit tapi hasil tes menyatakan
negative.
Instruksi:
Mekanisme:
2.1 Hipotesis
Sebelum kita mengetahui taraf signifikan kita harus lebih dulu mengetahui
mengenai hipotesis. Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal.
Jika asumsi atau dugaan dikhususkan mengenai populasi, umumnya mengenai
nilai-nilai parameter populasi, maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.
Hipotesis bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan
penelitian sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk
menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis dinamakan pngujian
hipotesis.
KEADAAN SEBENARNYA
KESIMPULAN
HIPOTESIS BENAR HIPOTESIS SALAH
KELIRU
Terima Hipotesis BENAR
(Kekeliruan Tipe II)
KELIRU
Tolak Hipotesis BENAR
(Kekeliruan Tipe I)
Ketika merencanakan suatu penelitian dalam rangka pengujian hipotesis,
jelas kiranya bahwa kedua tipe kekeliruan itu harus dibuat sekecil mungkin. Agar
penelitian dapat dilakukan maka kedua tipe kekeliruan itu kita nyatakan dalam
peluang.
Dalam penggunaannya, α disebut pula taraf signifikan atau taraf arti atau
sering disebut pula taraf nyata.
α dapat diambil lebih dahulu dengan harga yang biasa digunakan yaitu α = 0,01
atau α = 0,05. Dengan α = 0.05 misalnya, atau sering disebut taraf nyata 5%, berarti
kira-kira 5 dari tiap 100 kesimpulam bahwa kita akan menolak hipotesis yang
seharusnya diterima. Dengan kata lain, kira-kira 95% yakin bahwa kita telah
membuat kesimpulan yang benar. Dalam hal demikian dikatakan bahwa hipotesis
telah ditolak pada taraf nyata 0,05 yang berarti kita mungkin salah dengan peluang
5%.
1. Tentkukan H0
2. Tentukan H1
3. Tentukan nilai α
4. Pilih n (jumlah sampel)
5. Pilih test yang akan digunakan
6. Tentukan critical value
7. Pengumpulan data
8. Menghitung test statistik dan p-value
9. Buat keputusan statistik
10. Kemukakan simpulan
H1 : Ɵ ≠ Ɵ0 H1 : Ɵ > Ɵ0 H1 : Ɵ < Ɵ0
Setelah itu tentukan nilai α atau taraf sigifikan, kemudian tentukan bentuk
statistik atau bentuk test yang akan digunakan yaitu Z test, t test, X2 atau F. Untuk
pemilihan test disesuaikan dengan data yang kita dapatkan setelah dilakukan
penelitian. Untuk menentukan critical value ditentukan dari daftar distribusi yang
bersangkutan dengan menggunakan peluang yang ditentukan oleh α. Kemudian
hitung besar atau harga statistik dengan menggunakan test yang sudah dipilih
dengan data sampel yang dianalisis. Berdasarkan nilai taraf nyata α atau daerah
kritis ditentukan kriteria pengujian.
Harga d didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan peluang yang
ditentukan oleh α, menjadi batas antara daerah kritis dan daerah penerimaan H0 .
kriteria yang dipakai adalah tolak H0 jika statistik yang dihitung berdasarkan
sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima H0. Pengujian ini
dinamakan uji satu pihak, tepatnnya pihak kanan.
3. Jika H1 mengandung pernyataan lebih kecil, maka daerah kritis ada di ujung
kiri dari distribusi yang digunakan. Luas daerah ini = α yang menjadi batas
daerah penerimaan H0 oleh bilangan d yang didapat dari daftar distribusi
yang berangkutan. Peluang untuk mendapatkan d ditentukan oleh taraf
nyata α.
Gambar 3 Sketsa Daerah Kritis Atau Penolakan Dan Daerah Peneirmaan
Pada Uji Satu Pihak (Pihak Kanan)
Atas dasar hasil pengujian yang dilakukan akhirnya kesimpulan dapat dirumuskan.
Collecting Data
Processing Data
ANALISIS DATA
Presentation Data
Analysis Data
IDENTIFIKASI MASALAH
INFORMATION ON SOME
HEALTH PROBLEMS
1) Jenis Data :
Data Primer
Jenis dan sumber data penelitian yang di peroleh secara
langsung dari sumber pertama (tidak melalui perantara),baik
individu maupun kelompok. Jadi data yang di dapatkan
secara langsung. Data primer secara khusus di lakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Penulis mengumpulkan
data primer dengan metode survey dan juga metode
observasi. Metode survey ialah metode yang pengumpulan
data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis.
Metode observasi ialah metode pengumpulan data primer
dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan
kejadian tertentu yang terjadi.
Data Sekunder
Data Sekunder merupakan sumber data suatu penelitian yang
di peroleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (di peroleh atau dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder itu berupa bukti,catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip atau data dokumenter
3) Jumlah Responden
Wawancara
Mendasarkan tentang diri sendiri/pengetahuan/keyakinan
pribadi, terdiri atas wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur
Kuesioner (Angket)
Teknik pengumpulan data dengan memberi seperangkat
pertanyaan/pertanyaan tertulis kepada responden
Observasi
Berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan responden yang diamati tidak terlalu besar
2. PROCESSING DATA
Geografis
Pemerintahan
Pendidikan
Pekerjaan
Keadaan Sosial Budaya
2.1.12 Hambatan
Hambatan skrining Biaya, kurangnya minat masyarakat, tindak lanjut positif yg
tidak memadai
Terpapar a b a+b
1. Sensitivitas
Sensitivitas adalah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi
dengan benar/tepat inividu yang sakit atau mempunyai penyakit. Semakin
besar persentase sensitivitas artinya kemampuan tes semakin baik, karena
akan mengurangi resiko penularan atau kematian yang disebabkan penyakit
tersebut. Dan sebaliknya, semakin kecil persentase sensitivitas artinya tes
tersebut kurang baik atau dapat bersifat berbahaya, karena makin banyak
orang yang sebenarnya sakit tapi tidak merasa sakit sehingga tidak
berobat/diobati. Selain itu juga akan dapat menularkan penyakitnya ke
orang lain (bila screeningnya pada penyakit menular).
2. Spesifisitas
Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk
mengidentifikasi individu dengan tepat, dengan hasil negatif dan benar tidak
sakit. Semakin besar persentase spesifisitas makin baik, karena akan
mengurangi kesalahan pengobatan atau perawatan. sehingga orang yang
sehat tidak dikira sakit dan tidak perlu dilakukan pengobatan. Semakin kecil
persentase spesifisitas makin merugikan karena dapat menyebabkan
pemberian pelayanan kesehatan / pengobatan yang salah, karena
memungkinkan pemberian layanan kesehatan/ pengobatan kepada orang
yang tidak sakit.
Status penyakit
Ada Tidak Ada Total
Uji Tapis/ Positif A b a+b
Negatif C d c+d
Skrining
Total (a+c) (b+d) a+b+c+d
Keterangan:
a= jumlah positif benar
b= jumlah positif palsu
c= jumlah negative palsu
d=jumlah negatif benar
𝑎
a. Rumus Sensitivitas:𝑎+𝑐
𝑑
b. Rumus Spesivisitas: 𝑏+𝑑
2.1.14 Nilai Kecermatan
Penilaian sensitivitas dan spesifisitas dapat membuktikan bagaimana kualitas
tes apakah dapat menghasilkan hasil yang baik sehingga mampu mengidentifikasi
dengan tepat/benar individu yang sakit dan yang tidak. Namun, uji ini tidak dapat
menjawab pertanyaan, jika orang yang dinyatakan positif pada hasil tes, berapa
peluang orang tersebut mempunyai penyakit. Oleh karena itu, dibutuhkan
perhitungan perkiraan nilai kecermatan, sebagai berikut.
Terpapar 65 35 100
1. RR
Cara mengitung relative risk pada kasus :
65 45
𝑅𝑅 = ⁄ = 2,167
100 150
RR > 1 (RR lebih besar pada kelompok terpapar daripada tidak
terpapar/asosiasi +, possibly causal, artinya faktor risiko berperan dengan
peningkatan penyakit).
2. Spesifisitas
105
Spesifisitas = 35+105 x 100 %
= 75 %
Dari data tersebut, dapat diketahui melalui hasil tes Skrining bahwa orang yang
benar-benar sehat tanpa adanya gejala adalah sebesar 75%
3. Sensitivitas
65
Sensitivitas = x 100 %
65+45
= 59,09 %
Dari data tersebut, dapat diketahui melalui hasil tes Skrining bahwa orang yang
benar-benar sakit disertai adanya gejala adalah sebesar 59,09 %
Kesimpulan
Drg. Zano sebagai kepala puskesmas telah melakukan analisis situasi pada
puskesmas, Drg. Zano juga melakukan perencanaan sampai ketingkat actuating,
controlling, dan evaluasi yang nantinya akan berdampak pada peningkatan derajat
kesehatan masyarakat di wiliyah kerjanya. Dalam kurun beberapa waktu, kerja
keras drg Zano dan stafnya membuahkan hasil dengan kineja puskesmas yang
lebih efektif dan efisien serta terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Terdapat masalah kesehatan lain, yaitu adanya wabah flu burung di luar
daerah kerjanya, maka Drg Zano melakukan penelitiaan prospektif dengan
melakukan uji screening pada setiap pendatang yang berasal dari wilayah A. Hasil
uji tes dan setelah pengolahan data statistic maka di dapatkan sensitivitas sebesar
59 % dan spesifitas 75 %. Hasil pengolahan data tersebut presentase sensitivitas di
dapat untuk mendeteksi dini warga yang terjangkit wabah flu burung dan spesifitas
untuk mengetahui warga yang benar terbebas dari wabah tersebut. Setelah
mengetahui presentase warga yang positif terserang wabah flu burung dan warga
yang negative terserang wabah flu burung, drg. Zano dan pihak Puskesmas dapat
melakukan rencana pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi secara dini untuk
masyarakat di daerah tersebut.
References