Nama: NPM:
JATINANGOR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Illahi Robbi Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi Besar Muhammad SAW, Rasul
pembawa berkah, penerang bumi dari kegelapan dan seorang refolusioner yang
merubah dunia dan peradaban menjadi lebih baik. Keselamatan dan berkah juga
umatnya yang senantiasa taat dan patuh kepada ajaranya sampai akhir zaman.
Aamiin.
menyelesaikan makalah ini. Salah satu tujuan terselesaikannya tugas ini yaitu
guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas pada blok BDS 3.
tidak dapat terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak
yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran. Untuk itu dengan
1
Penulis (Tutor Error:
DAFTAR ISI
2.2.3 Klasifikasi................................................................................................21
2
2.3.3 Menurut Bergigi atau Tidak Bergigi............................................................35
2.5 Alginat..........................................................................................................39
2.5.1 Komposisi Alginat.........................................................................................40
2.5.5 Manipulasi...............................................................................................44
2.9.2 Sifat................................................................................................................71
2.9.3 Manipulasi.....................................................................................................73
pada Mulut.............................................................................................................90
3
2.11.2 Pembuatan Frame Work.............................................................................96
2.12 Akrilik.........................................................................................................97
2.12.1 Definisi dan Komposisi................................................................................97
4
BAB I
PENDAHULUAN
Tutorial 1 Bagian 1
Seorang laki laki bernama Tuan Gilo Suli Akrilika, berusia 47 tahun
belakang rahanng bawah pada satu tahun yang lalu. Keluhan tersebut makin
sekitar 6 bulan yang lalu. Sampai saat ini Tuan Gito beum pernah memakai
gigi tiruan. Pasien ingin masalah tersebut dapat ditangani dengan harga yang
ekonomis.
Tutorial 1 Bagian 2
Pada pemeriksaan intra oral ditemukan gigi 35, 36 dan 45, 46 hilang, gigi
paling belakang rahang bawah di kedua sisi masih ada, keadaan gigi lainnya
tidak ada kelainan. Tuan Gito setuju untuk dibuatkan gigi tiruan lepasan untuk
Tutorial 2
5
Dokter gigi menginformasikan rencana perawatan sesuai disain kepada
pasien. Selanjutnya pada pertemuan kedua dilakukan uji coba gigi tiruan
Epilog
Satu minggu setelah uji coba gigi tiruan malam, Tuan Gito datang untuk
insersi gigi tiruan sebagian lepasannya. Pasien menyatakan puas dan tidak
merasa sulit dalam mengunyah. Beberapa bulan kemudian Tuan Gito datang
terlihat sangat genbira dengan hasil perwatan yang diberikan oleh dokter gigi.
6
7
- Model - Kesulitan H1: Pencabutan gigi MI: 1. Macam 1. Apa definisi, penyebab, dampak, dan klasifikasi dari
35, 36 dan 45,
rahang mengunyah Kehilangan 46 Pemeri gigi tiruan kehilangan gigi?
- Gigi makanan gigi Kehilangan gigi ksaan 2. 2. Bagaimana gigi tiruan lepasan?
35, 36 dan 45,
tiruan - Gigi H2: IO, Definisi, - Definisi
46
lepasan geraham Pembuatan radiolo penyebab, - Indikaasi dan kontraaindikasi
a kanan (45, untuk Sulit M2: - dari 3. Apa saja jenis-jenis sendok cetak?
mengunyah
perawat 46) dicabut mengatasi makanan kehilangan 4. Bagaimana klasifikasi bahan cetak?
- tiruan - Manipulasi
Rencana
Penanganan 4. Macam- - Reaksi
perawatan (gigi
harga macam 6. Bagaimana prosedur pencetakan?
tiruan lepasan)
ekonomis perawatan 7. Bagaimana anatomi rahang?
keperluan - Komposisi
prostho - Sifat
model rahang
- Manipulasi
1.3 Mekanisme
Model
rahang
- Definisi
- Macam-macaam
- Komponen
- Komposisi
10
- Sifat
- Manipulasi
- Reaksi
- Komposisi
- Sifat
- Manipulasi
- Definisi
- Macam-macam
- Prinsip
- Syarat
- Prosedur
- Definisi
- Alasan
- Uji coba
- Prosedur
11
- Komposisi
- Sifat
- Klasifikasi
- Prosedur pembuatan
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Faktor herediter
2. Radiasi
7. Karies gigi
8. Penyakit periodontal
1. Fungsional
2. Sistemik
3. Emosional
perubahan tingkah laku, merasa tidak siap untuk menerima kehilangan gigi
dan tidak ingin orang lain melihat penampilannya saat tidak memakai
gigitiruan serta mengubah tingkah laku dalam bersosialisasi. Fiske dkk
(1998) menyatakan bahwa hilangnya gigi dan pemakaian gigitiruan
berdampak pada psikososial seseorang. Penelitian oleh Davis dkk (2000)
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh emosional yang signifikan sebagai
konsekuensi kehilangan gigi, 45% dari pasien kehilangan seluruh gigi di
London sulit untuk menerima kehilangan gigi.
c. Long Span
Gigi yang berdekatan dengan area edentulous yang panjang
menyangga gigi tiruan lepasan sebagian seperti saat menyangga gigi tiruan
tetap sebagian. Tetapi, gigi tiruan lepasan menerima dukungan tambahan
dan stabilisasi dari jaringan residual ridge (sisa dari alveolar ridge) dan
dari gigi pendukung (abutment) di sisi lain lengkung rahang. Tanpa
distribusi tekanan, pengaruh dan momen pada gigi pendukung (abutment)
akan melewati batas.
d. Need for Effect of Bilateral Stabilization
Pada bagian mulut yang lemah karena gangguan periodontal, gigi
tiruan tetap dapat melemahkan gigi pendukung yang akan digunakan
untuk gigi tiruan kecuali terdapat splinting effect. Gigi tiruan lepasan dapat
19
2.2.3 Klasifikasi
Gigi tiruan diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan
beberapa hal, yaitu:
3. Berdasarkan wing
a. Frame denture
Kelebihan: Kekurangan:
1. LB tipis 1. Tidak dapat relining
2. LB sempit 2. Warna berbeda
21
Kelebihan: Kekurangan:
1.Warna sesuai 1. Harus lebih tebal dan luas
2. BD kecil 2. Mudah pecah
3. Dapat relining 3. Menyerap air
4. Pembuatannya sederhana 4. Tidak tahan panas
5. Harga murah 5. Tidak menyalurkan panas
6. Mudah aus
6. Vulkanite Denture
Vulkanite denture adalah gigi tiruan sebagian
lepasan yang terdiri dari karet yang diraskan sebagai basis
gigi tiruan serta elemen gigi tiruan.
7. Berdasarkan letak daerah tak bergigi:
a. Bersandarkan ganda (double end)
b. Berujung bebas (free end)
c. Anterior tooth supported
22
Sublingual bar
Major connector tipe ini untuk pasien yang tidak
memungkinkna superior border diletakkan 4 mm dibawah margin
24
Cingulum bar
Penggunaan tipe ini dianjurkan pada pasien dengan
diastema pada gigi anterior atau adanya penurunan gusi sehingga
terbentuk segitiga hitam diantara gigi, karena apabila digunakan
Labial bar
Major connector jenis ini jarang digunakan. Penggunaan
apabila terdapat torus mandibula yang tidak memungkinkan
pemasangan di lingual, sehingga pemasangan major connector
berada di labial.
Major connector pada maxilla juga terdiri dari beberapa tipe, diantaranya:
Single palatal strap
25
Palatal plate
26
oklusal gigi posterior disebut oclusal rest. Ketika terletak di permukaan lingual
gigi anterior disebut lingual rest. Ketika terletak di incisal ridge gigi anterior
disebut incisisal rest. Fungsi dari rest yang utama yaitu menjaga komponen gigi
tiruan agar tetap di posisi yang seharusnya, menjaga relasi oklusal dengan
mencegah turunnya gigi tiruan, mencegah mengenai jaringan lunak, dan
menyalurkan tekanan fungsional ke abutment teeth.
A B
A. Extracoronal cimcumferencial direct retainer B. Extracoronal
bar type direct retainer
komponen pendukung yang terlihat dan support vertikla yang lebih baik.
Sedangkan kekurangannya sulit untuk diperpaiki dan diganti, dan lebih mahal.
Sendok cetak jenis ini biasanya teruat dari bahan metal, ada
yang berlubang dan tidak berlubang.
32
Sekali pakai
Hanya untuk orang tertentu. Hanya bisa sekali pakai. Bahan yang
digunakan adalah self cured acrylic dan shellac.
dan
Rahang bawah
dan
Sebagian
dan
(45оC) dan kemudian akan kembali keras pada suhu pendinginan sesuai
dengan temperatur rongga mulut (37оC). Indikasi utama penggunaannya
adalah untuk mencetak linggir tanpa gigi. Aplikasi umum lain dari bahan
cetak compound adalah untuk membentuk tepi (border molding) sendok
cetak perseorangan dari akrilik selama mencoba sendok cetak. Proses
pelunakan kompoun adalah hal yang harus diperhatikan, prinsipnya bahan
ini harus dengan mudah mengalir untuk menyesuaikan dengan jaringan
sehingga setiap detail dalam mulut terpindahkan secara akurat.
3. Zinc Oxide Eugenol (ZnOE)
Bahan cetak zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak berbentuk
pasta. Bahan ini dikemas dalam 2 bentuk pasta yang berbeda pada masing-
masing tube yaitu base (basis) dan aselerator. Pada base mengandung zinc
oxide dan minyak mineral sedangkan pada tube aselerator mengandung
eugenol dan rosin. Manipulasi dilakukan dengan mengaduk kedua pasta
tersebut dengan proporsi yang sama pada masing-masing tube. Bahan
cetak zinc oxide eugenol terutama digunakan sebagai bahan cetak untuk
gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa
undercut. Bahan ini memiliki keuntungan yaitu mampu mengisi pada
bagian yang akurat dari hasil cetakan jaringan lunak oleh karena sifat daya
alirnya yang rendah. Kestabilan bahan cetak ini sangat baik karena sifat
pengerutan yang dapat diabaikan (<0,1%) mungkin terjadi selama reaksi
pengerasan.
4. Impression Wax (Malam)
Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan cetakan
yang memerlukan tekanan (mucocompressive) dalam pembuatan
gigitiruan. Bahan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan
cetakan yang disebabkan karena ukuran sendok cetak yang terlalu kecil
sehingga wax dapat ditambahkan pada bagian ujung sendok cetak yang
disesuaikan dengan rahang pasien.
2.5 Alginat
Pada akhir abad yang lalu, seorang ahli kimia dari Skotlandia
memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae)
bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir yang aneh. Ia menamakannya
algin. Substansi alami ini kemudian diidentifikasikan sebagai suatu
polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan
asam-anhydro-β-dmannuromic (disebut juga asam alginik). Asam alginik
serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang
diperoleh dengan natrium, kalium, dan amonium larut dalam air.
Ketika bahan cetak agar menjadi langka karena Perang Dunia II
(Jepang adalah sumber agar utama), penelitian untuk menemukan bahan
pengganti yang cocok semakin dipercepat. Hasilnya sudah tentu,
hidrokoloid ireversibel, atau bahan cetak alginat. Penggunaan umum
bahan hidrokoloid ireversibel ini jauh melampaui penggunaan bahan cetak
lain yang ada. Faktor utama penyebab keberhasilan bahan cetak jenis ini
adalah (1) manipulasi mudah; (2) nyaman bagi pasien; dan (3) relatif tidak
mahal, karena tidak memerlukan banyak peralatan.
alginat. Bahan yang sudah disimpan selama 1 bulan pada 65 tidak dapat
depolarisasi.
Bahan cetak alginat dikemas dalam katung tertutup secara
individual dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu
cetakan, atau dalam jumlah besar di kaleng, Bubuk yang sudah dibungkus
per kantung lebih disukai karena mengurangi kemungkinan kontaminasi
selama penyimpanan. Sebagai tambahan, perbandingan air dengan bubuk
yang tepat bisa dijamin, karena dilengkapi pula dengan takaran plastik
untuk mengukur banyaknya air. Meskipun demikian, bubuk dalam kaleng
lebih murah. Bila digunakan bubuk dalam kaleng, tutupnya harus dipasang
kembali dengan kencang begitu selesai digunakan sehingga meminimalkan
kontaminasi kelembaman yang mungkin terjadi.
Tanggal kadaluarsa yang menyatakn kondisi penyimpanan harus
dengan jelas dicantumkan oleh pabrik pembuat pada masing-masing
kemasan. Pada keadaan apapun, lebih baik tidak menyimpan persediaan
alginat lebih dari setahun dalam praktik dokter gigi dan simpan bahan
tersebut pada lingkungan yang dingin dan kering.
dalam suatu larutan cair. Produksi kalsium alginat ini begitu cepat
sehingga tidak menyediakan cukup waktu kerja. Jadi, suatu garam larut air
ketiga, seperti trinatrium fosfat ditambahkan pada larutan untuk
memperpanjang waktu kerja. Strateginya adalah kalsium sulfat akan lebih
suka bereaksi dengan garam lain dibanding alginat larut air. Jadi reaksi
antara kalsium sulfat dan alginat larut air dapat dicegah asalkan ada
trinatrium fosfat yang tidak bereaksi. Sebagai contoh, bila sejumlah
kalsium sulfat, kalium alginat, dan proporsi yang tepat, reaksi berikut
terjadi pertama kali:
2Na3PO4 + 3 CaSO4 → Ca3(PO) + 3 Na2SO4
Bila pasokan trinatrium fosfat menipis, ion kalsium mulai bereaksi
dengan kalium alginat untuk membuat kalsium alginat seperti berikut:
K2nAlg + nCaSO4 → nK2SO4 + CanAlg
Garam yang ditambahkan dikenal sebagai bahan memperlambat
(retarder). Ada sejumlah garam larut air yang dapat digunakan, seperti
natrium atau kalium fosfat, kalium oksalat, atau kalium karbonat,
trinatrium fosfat, natrium tripolifosfat dan trenatrium pirofosfat. Dua
nama yang terakhir adalah yang paling sering digunakan dewasa ini.
Jumlah bahan memperlambat (natrium fosfat) harus disesuaikan dengan
hat-hati untuk mendapat waktu gelasi yang tepat. Umumnya, bila kira- kira
15 gr bubuk dicampur dengan 40 ml air, gelasi akan terjadi dalam waktu
sekitar 3-4 menit pada temperatur ruangan.
tersebut tidak lagi kasar atau lengket bila disentuk dengan ujung jari yang
bersih, kering, dan bersarung tangan. Barangkali waktu gelasi optimal
pabrik jenis alginat yang mengeras dengan cepat (2,5-4 menit), untuk
memberi kesempatan bagi klinisi memilih bahan yang cocok dengan gaya
kerja mereka.
Dalam keadan klinis, seringkali ada kecenderungan untuk
mengubah waktu gelasi dengan menggunakan rasio air terhadap bubuk
atau waktu pengadukan. Modifikasi kecil ini dapat mempunyai efek yang
nyata pada sifat gel, mempengaruhi kekuatan terhadap robekan, dan
elastisitas. Jadi, waktu gelasi lebih baik diatur oleh jumlah bahan
memperlambat yang ditambahkan selama proses pembuatan di pabrik.
Cara lain yang dapat dilakukan klinisi secara aman adalah dengan
mengubah temperatur air. Semakin tinggi temperatur, semakin pendek
waktu gelasi. Pada cuaca panas, tindakan khusus harus dilakukan yaitu
dengan mengaduk menggunakan air dingin sehingga gelasi prematur tidak
terjadi. Bahkan ada kemungkinan mangkok pengaduk beserta spatula
harus didinginkan lebih dulu, khusunya bila bahan cetak yang akan
digunakan hanya sedikit. Pada keadaan apapun, lebih baik melakukan
kesalahan dengan mengaduk terlalu dingin dibandingkan telalu panas.
Bahan menunjukkan sensitivitas yang bermacam-macam sesuai
dengan perubahan temperatur. Bila waktu pengerasan yang dianjurkan
tidak dapat dicapai dengan mengkombinasikan temperatur air dalam
batasan yang masuk akal, lebih baik pilih produk lain yang mempunyai
waktu pengerasan yang diinginkan serta kurang sensitif terhadap
perubahan temperatur daripada mesti melakukan modifikasi lain dalam
teknik manipulasi.
2.5.5 Manipulasi
1. Mempersiapkan pengadukan
42
Bubuk yang telah ditakar ditaburkan ke dalam air yang juga telah
ditakar dan ditempatkan pada mangkuk karet bersih. Bubuk dan air
logam. Perhatikan agar udara tidak terjebak dalam campuran. Banyak ahli
gelembung udara.
Waktu pengadukan adalah penting. Misalnya, kekuatan gel dapat
yang bersih adalah penting karena banyak masalah dan kegagalan yang
menempel pada sendok cetak sehingga hasil cetakan dapat ditarik dari
43
berlubang-lubang.
3. Kekuatan
Kekuatan gel maksimal diperlukan untuk mencegah fraktur dan
mulut. Sebagai contoh, bila air yang digunakan untuk pengadukan terlalu
banyak atau terlalu sedikit, gel akhir yang diperoleh akan lemah dan
kurang elastis.
4. Viskoelastisitas
cetak yang kita gunakan. Pasien harus duduk dalam posisi yang sebaik-
baiknya dan dalam keadaan rileks (punggung dan belakan kepala terletak
satu garis).
Pasien disuruh agar bernapas melalui hidung. Mulut jangan dibuka
terlalu lebar karena bibir otomatis tertutup. Mencetak biasanya dimulai dari
dilihat dengan teliti besar dan bentuk rahangnya. Kemudian kita pilih
sendok cetak yang sesuai dengan keadaan rahang atas yang akan
nasotragal line = naso auricular line = garis yang ditarik dari sudut
kanan dan tangan kiri membuka ujung mulut sebelah kiri. Lalu sendok
mulut kanan pasien sampai gagang sendok cetak terletak pada satu
posisinya betul.
Kemudian sendok cetak ditekan ke atas terlebih dahulu pada
cetak keras sendok dikeluarkan dari mulut sejajar denan sumbu gigi.
2. Mencetak rahang bawah
Pada garis besarnya sama dengan rahang atas hanya
tragus lantai. Sendok cetak yang telah diisi dengan bahan cetak
ditekan.
Rahang atas
Keterangan:
1. Frenulum labialis
2. Vestibulum labialis
3. Frenulum bukalis
4. Vestibulum bukalis
5. Coronoid buldge
46
Keterangan:
1. Labial notch
2. Labial flange
3. Buccal notch
4. Buccak flange
5. Coronoid contour
6. Alveolar groove
7. Area tuberositas
8. Pterygomaxillary seal
9. Area posterior palatal seal
10. Fovea palatina
11. Median palatine grove
12. Fovea insisivus
13. Rugae palatina
Rahang Bawah
47
Keterangan:
1. Frenulum labialis
2. Vestibulum labialis
3. Frenulum bukalis
4. Vestibulum bukalis
5. Linggir sisa alveolar
6. Buccal shelf
7. Retromolar pads
8. Pterygomandibular raphe
9. Retromylohyoid fossa
10. Lidah
11. Alveolingualis sulcus
12. Frenulum lingualis
13. Premylohyoid eminence
Keterangan:
1. Labial notch
2. Labial flange
3. Buccal notch
4. Buccal flange
5. Alveolar groove
6. Buccal flange yang menutupi buccal shelf
7. Retromolar pad
8. Pterygomandibulat notch
48
- Sendok cetak harus menutupi semua bagian yang dicetak, tidak boleh
terlalu sempit atau terlalu besar sehingga dapat menyebabkan kegagalan
ketikan mencetak
Rahang bawah:
- Sendok cetak harus sesuai dengan lengkung rahang dan lidah dapat
bergerak bebas. Sendok cetak berjarak minimal 4 mm dan maksmial 6 mm
dari gigi dan jaringan penyangga sekitarnya
49
1. Tuangkan bubuk sedikit demi sedikit ke dalam bowl yang telah dissi
(dalam waktu 15’’)
50
3. Lalu aduk dengan 2-3 putaran perdetik hingga homogen (kurang lebih
60’’). Prosedur pencampuran dilakukan diatas vibrator, lama waktu
pencampuran sekitar 1,5 menit. Bila tidak ada vibrator, setelah
pengadukan bowl digetarkan secara manual, sampai seluruh gelembung
udara hilang
- Vibrator
- Gips plater
- Gips batu
- Air
Tahap pekerjaan
- Rahang bawah
retensi (retensi dpat dibuat dengan membuat guratan pada dasar pengisian
cetakan)
- Rahang bawah
- Lebar tepi bsis kurang ebih 1-1,5 cm dari bagian terluar model rahang
- Oklusikan rahang bawah yang telah diberi basis dengan benar pada
model rahang atas tersebut dengan memperhatikan kesejajaran permukaan
bawah basisi model rahang bawah dengan lantai
- Garis luar basis segi tujuh disesuaikan dengan garis luar model rahang
- Ketebalan basisi kurang lebih 1-1,5 cm dari bagian terluar model rahang
Hasil dari pekerjaan ini disebut model yng sudah diberi basis.
Basisi model rahangnya bebentuk segi tujuh karena disesuaikan dengan
bentuk luar rahang manusia yaitu segi tujuh. Kegunaan basis antara lain
untuk melindungi model supaya model tidak rusak dan tidak ada bagian
yang hilang (terpotong), juga untuk mengetahui simetris atau tidaknya
rahang pasien.
2. Vibrator
3. Timbangan
4. Glasslab
57
5. Gelas ukur
6. Trimmer
7. Ampul
8. Lekron
9. Pinset tajam
11. Jangka
12. Model rahang atas dan bawah yang telah diberi retensi
14. Air
15. Vaselin
17. Talk
18. Kertas
19. Lem
Tahap pekerjaan
Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara
kimiawi, gypsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium
bahan tersebut dapat diperlihatkan dalam membuat mode untuk gigi tiruan.
Misalnya, campuran plaster of Paris dan air ditempatkan dalam sendok cetak dan
ditekan pada jaringan rahang. Plaster dibiarkan mengeras, dan kemudian cetakan
dikeluarkan. Dokter gigi sekarang memiliki bentuk negatif dari jaringan yang
dibuat dalam rongga mulut. Bila jenis plaster lain yang dikenal sebagai stone gigi,
sekarang diaduk dengan air, dituang ke dalam cetakan, dan dibiarkan mengeras,
cetakan plaster yang mengeras tersebut berfungsi sebagai mold untuk membentuk
model positif, atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dapat dibuat tanpa
dari bubuk dicampur air, dan waktu yang terentang antara mulai
awal pencampuran.
(lost of gloss).
Uji Vicat
Uji Vicat hanya mengenal satu macam waktu pengerasan,
yaitu setting time. Uji Vicat ini menggunakan jarum dan wadah
balok 300 gram. Pada Uji Vicat, wadah terisi dengan bahan, lalu
dasar.
Uji Gillmore
Gillmore membagi waktu pengerasan ke dalam dua tahap,
yaitu:
1. Initial setting ime: rentangan adukan gypsum, jarum
Kehalusan Bubuk
sisa air yang tidak dipakai dalam setting disebut sebagai free
Pengadukan
kristal yang lebih kecil dan menjadi inti kristalisasi (pusat inti)
Suhu
secara bertahap. Jika suhu air mendekati suhu 100°C atau 212° F,
kristalisasi
untuk mencetak rahang tak bergigi atau dalam pembuatan gigi tiruan
expansion rendah, yaitu 0,13% dan juga setting time yang relatif singkat,
yaitu sekitar 4-5 menit. Untuk w:p ratio dari gips cetak adalah 0,6. Gips
gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti
memiliki setting expansion lebih besar dari gips cetak (tipe I) yaitu
sekitar 0,3%. Sedangkan untuk w:p ratio dari gips plaster adalah 0,45 –
0,5. Gips plaster biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, jadi
65
terlihat kontras dengan stone yang umumnya berwarna. Gips plaster ini
tekanan suhu sekitar 125°C,. Komposisi utama dari gips batu adalah α-
teratur, padat (tidak berporus), dan prismatik. Gips tipe ini memiliki
pekerjaan lab yang membutuhkan bahan yang cukup kuat dan keras
untuk menahan beban dan goresan. Gips batu lebih disukai untuk
dental stone memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa
lebih mudah dikeluarkan setelah proses selesai. Untuk w:p ratio dari gips
tipe ini adalah sekitar 0,28 – 0,30, dan untuk setting expansionnya
adalah 0,15 – 0,20%. Untuk membedakan gips batu (tipe III) dengan
gips plaster (tipe II), biasanya gips abut diberi warna biru atau kuning.
IV)
gips alam, misalnya dengan cara memanaskan gips dalam larutan 30%
kalsium klorida mendidih. Gips ini memiliki kekuatan 85% lebih besar
66
untuk pembuatan die pada pekerjaan inlay dan pembuatan mahkota dari
jembatan (crown dan bridge). Persyaratan utama bagi bahan stone untuk
kristal hemihidrat pada gips batu tipe ini mempunyai bentuk yang paling
air lebih sedikit daripada gips plaster atau gips batu (22 – 24 ml)
gips yang baru dikembangkan di bidang kedokteran gigi. Gips tipe ini
memiliki kekuatan tekan yang lebih tinggi dari gips tipe IV, yaitu diatas
Gips ini digunakan sebagai model kerja pada pembuatan pola lilin untuk
Selain kelima tipe di atas, dikenal pula dua tipe gips yang lain,
yaitu:
1. Gips sintetik
dibandingkan yang dibuat dari gipsum alami, tetapi bila produk tersebut
67
dibuat dengan tepat, sifatnya sebanding atau justru melebihi stone alami.
(Anusavice, 2003)
yang digunakan pada pengecoran logam emas (yang memiliki titik lebur
restorasi inlay, mahkota penuh, dan frame denture. Komposisi dari gips
penda mini terdiri dari silica 60 – 65%, gipsum tipe alpha 30 – 35%, dan
2.9.1 Komposisi
Gips dalam bentuk kalsium sulfat dihidrat yang mengalami pemanasan
dalam proses pembuatannya akan kehilangan 1½ dari 2 mol kristal air dan
Dihidrat Hemihidrat
Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat hemihidrat
kalsium sulfat hemihidrat dengan dua tipe kristal yang berbeda, yaitu α-
hemihidrat merupakan agregasi fibrus dari kristal halus dengan pori kapiler,
ciri-ciri bentuk spons dan tidak teratur. Sedangkan, kristal α-hemihidrat lebih
2.9.2 Sifat
Reaksi Pengerasan
Berbagai hidrat memiliki kelarutan yang relatif rendah dengan
sebagai berikut:
1. Ketika hemihidrat diaduk dengan air, terbentuk suatu suspense cair
dihidrat mengendap.
volume rongga udara yang ada didalamnya terhadap volume total. Bahan
gips berporus saat mengeras karena adanya pemuaian linier pada bagian
bersamaan.
benda dapat menahan tarikan tanpa arah. Gips termasuk bahan yang
britlle)
2. Kekuatan tekan
Kekerasan permukaan
Kekerasan merupakan kekuatan permukaan suatu bahan
2.9.3 Manipulasi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manipulasi gips
dari penyisipan
Mencari dan menandai ketinggian kontur jaringan lunak dan gigi
diterapkan tunggal
Menyediakan sarana komunikasi antara dokter gigi dan teknisi
Tujuan dari surveyor
Survey cast, menempatkan fitur cast diinginkan dan tidak diinginkan
Blockout dari cast
1. Menghilangkan gigi yang tidak diinginkan dan undercut jaringan
lunak
2. Mengurangi kemungkinan distorsi selama duplikasi
Membentuk pola lilin / coran penggilingan, digunakan untuk
paralelisme relatif dari dua atau lebih permukaan gigi atau bagian lain dari
Mekanik surveyor
- Relatif murah dan mudah digunakan
- Jenis ini memiliki sedikit perbedaan dalam konstruksi mereka
- Pada dasarnya sama dan menghasilkan hasil yang identik
Elektronik surveyor
- Rumit dan mahal
- Penggunaannya dibatasi untuk penelitian dan laboratorium
komersial besar
lengan vertikal, lengan survei, basis (alas), adjustable, dan alat survei
(pahat)).
ridge selama analisis awal dari cast untuk mengidentifikasi area lemah
tersedia dalam ukuran 0,75 mm, 0,5 mm, 0,25 mm. Wax trimmer (pahat)
73
pemandu permukaan
memiliki gangguan
8. Rekam posisi gigi yang paling ideal untuk referensi di masa mendatang
diperlukan
GTSL kelas I
- Support dari jaringan mukosa di bawahnya (tissue-supported)
- Landasan bilateral
- Pencetakan anatomis dengan bahan hidrokoloid irreversible pada
GTSL kelas II
- Tissue supported dan tooth supported
- Harus memiliki support mukosa yang kuat dan basis tooth
periodontal
- Retensi direct dibutuhkan hanya untuk mencegah terlepasnya
protesa
- Retensi indirect pada umumnya tidak dibutuhkan, dibutuhkan ketika
Retainer Intrakoronal
Cangkolan
Prinsip dasar cangkolan:
1. Sebagai direct retainer:
- Untuk menahan GTSL
- Untuk mendukung GTSL
- Untuk menstabilkan GTSL
2. Cangkolan dapat berfungsi baik jika ketiga fungsi jadi satu yaitu :
1. Lengan retentif:
a. Tahanan:
o Untuk menahan gigi tiruan tetap pada tempatnya
o Sifatnya fleksibel
o Dibawah garis survey
b. Pemeluk:
o Untuk mencegah gigi tiruan bergerak ke lateral
o Sifatnya kaku
o Diatas garis survei
77
2. Dukungan/support:
a. Untuk mencegah gigi tiruan berpindah ke gingiva
b. Letaknya di permukaan oklusal
3. Lengan reciprocal/stabilization:
a. Untuk mengimbangi pergerakan horizontal
b. Diatas garis survey
c. Sifatnya kaku
5. Cangkolan kaninus
Mempunyai lengan melingkar antara mesial dan distal di
palatinal kaninus, tapi tidak mengganggu oklusi dan artikulasi. Untuk
kaninus atas dan kaninus bawah.
6. Cangkolan cincin
Terdiri dari 2 sandaran oklusal yang menyatu oleh satu lengan
melingkar yang kaku. Pada rahang atas, penyangga ada di palatinal,
dan di bukal untuk rahang bawah. Untuk molar atau premolar.
9. Cangkolan embrasure
Mempunyai 4 lengan dari 2 sandaran.
b. Cangkolan Roach-L
83
c. Cangkolan Roach-I
Dengan lengan pendek, kurang elastis dan berakhir dalam
undercut samping sadel.
d. Cangkolan Roach-T
Kontak dengan elemen penyangga di tengah servikal.
diperhatikan dari desain dan kontruksi geligi tiruan afalah adaptasi basis
dan komponen-komponen geligi tiruan, oklusi, artikulasi, estettik, dan
permukaan poles.
Rahang atas:
keras dan posisinya sudah sesuai dengan desain. Pasien ditanya apakah
penempatan seperti ini dapat ditoleransi oleh lidah.
Rahang bawah:
C. Cengkeraman
D. Oklusi
E. Estetik
dibuat khusus dari bahan gypsum. Cetakan ini tetap berada dalam
tanur. Pola malam dibentuk di atas model yang merupakan bentuk gigi
digunakan sebagai die adalah model duplikat atau biasa disebut dengan
lepasan tidak pernah dilepas dari model dimana pola tadi dibentuk.
Bila hal tadi dilakukan, dapat dipastikan akan terjadi distorsi pola. Pola
malam untuk kerangka gigi tiruan bisa diperoleh dalam bentuk sekali
pakai.
2. Pembuatan spru (spruing)
Sebuah pembuatan model malam kerangka, tangkai spru
pengecoran.
3. Proses penguapan pola malam
Pola malam yang ditanam, kemudian dipanaskan secara pelan-
selesai menguap.
4. Proses pengecoran kerangka logam
92
Lapisan oksida juga dihilangkan pada saat yang sama. Spru dipotong
kekasaran.
2.12 Akrilik
2.12.1 Definisi dan Komposisi
Resin sintetik disebut juga plastik. Resin sintetik terdiri atas
molekul-molekul yang amat besar. Bentuk dan morfologi tertentu dari
molekul tersebut menentukan apakah plastik merupakan suatu serat, suatu
resin yang kaku dan keras, atau produk yang menyerupai karet.
Berdasarkan sifat termalnya, bahan-bahan tersebut dapat dibagi
menjadi resin termoplastik dan resin termosetting. Resin termoplastik
memiliki karakteristik apabila dipanaskan melebihi temperatur transisi
kaca kan melunak sehingga dapat dibentuk dan melalui pendinginan akan
mengeras dalam bentuk tersebut. Namun, pada pemanasan ulang bahan
melunak kembali serta dapat dibentuk kembali bila diperlukan sebelum
mengeras begitu suhu menurun. Contoh resin termoplastik yaitu kompoun
dan resin akrilik. Berbeda halnya dengan resin termosetting yang menjadi
keras secara permanen bila dipanaskan melebihi temperatur kritis, dan
tidak melunak kembali pada pemanasan ulang.
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil
dalam rumus strukturnya. Sedikitnya ada 2 kelompok resin akrilik yang
menjadi perhatian di kedokteran penting. Pertama adalah turunan asam
93
Komposisi
Kebanyakan sistem resin poli (metil metakrilat) yang teraktivasi
oleh panas dikemas dalam bentuk bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas
butir-butir poli(metil metakrilat) pra-polimerisasi, sejumlah kecil (0,2-
0,5%) benzoil peroksida sebagai inisiator, dan sedikit pigmen. Inisiator ini
berfungsi agar ketika bubuk dicampur dengan monomer, dapat terjadi
reaksi polimerisasi.
Komposisi resin akrilik yang berbentuk cairan didominasi oleh
metil metakrilat tidak terpolimerisasi, sejumlah kecil hidroquionon, dan
cairan jenuh tidak berwarna. Hidroquinon ini ditambahkan sebagai suatu
penghambat proses pengerasan selama proses penyimpanan.
Sifat fisik
1. Pengerutan polimerisasi
Ketika monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk
poli, kepadatan massa akan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm 3 yang
artinya kepadatan akan meningkat. Perubahan kepadatan ini menyebabkan
pengerutan volumetrik sebesar 21%. Bila resin konvensional yang
diaktifkan panas diaduk dengan wp ratio sesuai ajnuran, sepertiga dari
massa hasil adalah cairan. Bahan-bahan yang mengalami pengerutan
volumetrik ini dapat menghasilkan basis protesa ynag memuaskan secra
klinis karena bahan-bahan ersebut didistribusikan secara seraam pada
semua permukaan. Karena itu, adaptasi basis protesa terhadap jaringan
lunak dibawahnya tidaklah terpengaruh secara nyata, asalkan bahan
tersebut dimanipulasi dengan tepat.
94
2. Porositas
Adanya gelembung porus pada permukaan maupun dibawah
permukaan dapat memegaruhi sifat fisik, setetika, dan kebersihan basis
protesa. Porositas terbentuk akibat dari penguapan monomer yang tidak
bereaksi serta polimer berberat molekul rendah, bila temperatur resin
mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas dapat terbentuk
akibat proses pemasan yang terlalu cepat sehingga mengakibatkan
terbentuknya gelembung kecil di bawah permukaan. Ketidaktepatan dalam
pengadukan polimer dan monomer dapat mengakibatkan terbentuk
gelembung besar akibat pengerutan polimerisasi terlokalisir. Tekanan
selama polimerisasi yang tidak cukup juga dapat menimulkan porositas
yang relatif besar dan tidak teratur.
3. Penyerapan air
Poli (metil metakrilat) menyerap air relatif sedikit ketika
ditempatkan dalam keadaan basah namun menimbulkan efek yang nyata
pada sifat mekanis dan dimensi polimer.
Penyerapan air yang terjadi melalu proses difusi dimana air akan
memasuki rantai polimer dan mengakibatkan rantai polimer memisah. Hal
ini menyebabkan massa terpolimerisasi mengalami ekspansi dan molekul air
akan memengaruhi rantai polimer dan karenanya bertindak sebgai bahan
pembuat plastis atau bisa dikatakan rantai polimer menjadi lebih mudah
bergerak. Hal ini memungkinkan terjadinya relaksasi tekanan selama
polimerisasi. Begitu tekanan dihilangkan, resin terpolimerisasi dapat
mengalami perubahan bentuk. Untungnya perubahan ini relatif sedikit dan
tidak berpengaruh nyata pada ketepatan atau fungsi basis. Poli memiliki
nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2.
4. Kelarutan
Resin akrilik larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil
monomer dilepaskan. Akan tetapi resin akrilik tidak larut dalam cairan
rongga mulut seperti saliva.
5. Kekuatan
Kekuatan dari resin akrilik tergantung dari beberapa faktor
diantaranya yaitu komposisi resin, teknik pembuatan, dan kondisi-kondisi
yang ada dalam rongga mulut.
95
dalam ukuran yang hampir tidak terbatas. Proses polimerisasi jenis ini terdiri
radikal bebas.
b. Inisiasi (penyebaran): reaksi rantai harus berlanjut dengan
sempurna.
c. Propagasi (pengalihan rantai): reaksi rantai dapat diakhiri dengan baik
menjadi suatu molekul tidak aktif, dan tercipta molekul baru untuk
pertumbuhan selanjutnya.
Masa yang diperlukan untuk campuran resin akrilik mencapai konsistensi
Association No.12 menyatakan bahwa konsistensi ini harus dicapai kurang dari 40
masa kurang dari 10 menit. Minimum masa yang diambil untuk resin akrilik self
cure berpolimerisasi adalah 30 menit. Terdapat beberapa sifat fisik polimer yang
polimer
Self cure resin akrilik diaktivasi oleh bahan kimia penurun (reducing
agent) yang disebut initiator yang ditambahkan pada cairan monomer. Bahan
kimia ini yang selalu digunakan adalah tertiary aromatic amine. Reducing agent
97
ini bereaksi dengan benzoyl peroxide pada suhu kamar untuk menghasilkan
Perbedaan paling jelas antara self cure dan heat cure akrilik adalah pada proses
aktivasi (induksi) polimerisasi. Heat cure diaktivasi oleh panas, sedangkan self
Perbedaan paling jelas antara self cure dan heat cure akrilik adalah
pada proses aktivasi (induksi) polimerisasi. Heat cure diaktivasi oleh
panas, sedangkan self cure diaktivasi oleh bahan kimia.
5. Cara packing
Istilah
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari kasus yang terjadi pada Tuan Gito Suli Akrilika, yaitu
terjadinya missing teeth atau kehilangan beberapa gigi yang pada kasus ini terjadi
pada gigi 35, 36 dan 45, 46. Gigi geligi tersebut dinilai sangat vital untuk proses
pengunyahan sehingga ketika gigi tersebut tidak ada, dapat sangat mengganggu
dan menjadi suatu keluhan untuk pasien. Oleh karena itu, perlu dibuatnya gigi
tiruan sebagian lepasan yang komponen utamanya terdapat gigi tiruan, cangkolan
dan khususnya terjangkau secara ekonomi dari seorang pasien sesuai prinsip
Gunadi, Haryanto A., dkk. 1999. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan, Jilid I. Jakarta: Hipokrates.
Jones John D., Lily T. Garcia. 2009. Removable Partial Dentures,12th Ed. USA:
Wiley Blackwell.
Mc Cabe J. F., Walls A. W. G. 2008. Applied Dental Materials, 9th Ed. Blackwell:
Munksgaard.
Sumardhi, dkk. 2005. Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi. Medan:
USU Press.
W. H. Itjingningsih. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta: EGC.
Zarb, G. A. 2004. Prostodontic Tratment for Edentulous Patien: Complate
Dentures and Implant-Supported Protheses, 12th Ed. India: Mosby Elsevier.
https://www.youtube.com/user/UMichDent