Disusun oleh:
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2016
2
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkah dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami sesuai
dengan rencana yang telah kami buat. Walaupun banyak tantangan dan kendala yang
kami hadapi dalam pembuatan tugas makalah ini, lantas tidak membuat kami menjadi
patah semangat dalam proses pengerjaannya. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam bentuk dukungan, ide, dan
materi dalam proses penyelesaian tugas makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat berharap akan masukan serta saran
yang membangun dari berbagai pihak. Kami mengharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi berguna bagi yang membacanya.
Daftar Isi
Nonis Pegshapped Tooth............................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Gambar...........................................................................................................vi
BAB I..........................................................................................................................1
1.1Overview Kasus....................................................................................................1
1.2Tabel 7 Jumps.......................................................................................................1
1.3Mekanisme............................................................................................................3
1.4List Learning Issue...............................................................................................4
4
BAB II........................................................................................................................5
2.1Tumbuh Kembang Gigi Pre-Natal........................................................................5
2.1.1 Tahap Inisiasi (bud stage)..........................................................................5
2.1.2 Tahap Proliferasi (cap stage).....................................................................5
2.1.3 Bell Stage...................................................................................................6
2.1.4 Advanced Bell Stage..................................................................................9
2.2Pertumbuhan Gigi Secara Histologis..................................................................11
2.2.1 Asal mula organ enamel...........................................................................13
2.2.2 Asal Mula Jaringan Gigi (Ektomesenkim)...............................................16
2.2.3 Interaksi Epitel dan Ektomesenkim.........................................................18
2.2.4 Diferensiasi Odontoblas...........................................................................25
2.2.5 Diferensiasi Ameloblas............................................................................29
2.2.6 Diferensiasi Sementoblas.........................................................................31
2.3Tumbuh Kembang Gigi Post-Natal....................................................................33
2.3.1 Gigi Primary.............................................................................................34
2.3.2 Gigi Permanen..........................................................................................38
2.4Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Gigi.................................................40
2.4.1 Faktor Keturunan (Genetik).....................................................................40
2.4.2 Faktor Ras................................................................................................41
2.4.3 Jenis Kelamin...........................................................................................41
2.4.4 Faktor Lingkungan...................................................................................41
2.4.5 Faktor Tinggi Badan dan Berat Badan.....................................................42
2.4.6 Faktor Hormon.........................................................................................42
2.4.7 Faktor Penyakit........................................................................................43
2.4.8 Faktor Lokal.............................................................................................43
2.5Struktur Histologis Gigi......................................................................................43
2.6Anatomi Gigi Anterior Sulung Rahang Atas......................................................43
2.6.1 Incisivus 1 Rahang Atas...........................................................................43
2.6.2 Incisivus 2 Rahang Atas...........................................................................46
2.6.3 Caninus Rahang Atas...............................................................................46
2.6.4 Molar 1 Rahang Atas................................................................................50
5
BAB I
Pendahuluan
Umur : 15 tahun
Hipotesis 1&2
Learning Issues
2
1. Apa saja gigi pada rahang atas bagian depan ?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan gigi secara normal ?
3. Bagaimana hubungan perkembangan gigi sulung menjadi gigi permanen ?
4. Apa penyebab kelainan bentuk dan hilangnya gigi lateral upper incisor
pada kasus ?
5. Apa tujuan pemeriksaan radiografi pada kasus ?
6. Apa saja jenis radiografi yang dilakukan ?
7. Bagaimana bentuk normal gigi incisor kedua ?
8. Bagaimana perbedaan gigi sulung dan permanen ?
9. Bagaimana gambaran radiografi gigi anterior
10. Apa saja kelainan pada gigi ?
11. Bagaimana cara membaca gambaran radiografi dari hasil foto rontgen gigi
?
1.3 Mekanisme
Gigi depan sebelah kanan rahang atas bentuknya lebih kecil dari gigi incisor lateral
pertama, berbentuk seperti kerucut, dan gigi daerah sebelah kiri dari rahang atas tidak
tumbuh
Microdontia pada incisor lateral sebelah kanan dari rahang atas dan Hypodontia pada
incisor lateral sebelah kiri dari rahang atas
3
1.4 List Learning Issue
1.4.1 Apa saja gigi pada rahang atas bagian depan ?
1.4.2 Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan gigi secara normal ?
1.4.3 Bagaimana hubungan pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung
menjadi gigi permanen ?
1.4.4 Apa penyebab kelainan bentuk dan hilangnya gigi lateral upper incisor
pada kasus ?
1.4.5 Apa tujuan pemeriksaan radiografi pada kasus ?
1.4.6 Apa saja jenis radiografi yang dilakukan ?
1.4.7 Bagaimana bentuk normal gigi incisor kedua ?
1.4.8 Bagaimana perbedaan sulung dan permanen ?
1.4.9 Bagaimana gambaran radiografi gigi anterior ?
1.4.10 Apa saja kelainan pada gigi ?
1.4.11 Bagaimana cara membaca gambaran radiografi dari hasil foto rontgen
gigi ?
4
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
6
perkembangan tertinggi dalam tahap bell tepat sebelum mulainya
pembentukan enamel dan dentin. Dua epitel berlanjut berinvaginasi
dan semakin dalam sampai organ enamel terbentuk menjadi bentuk
bel.Selama tahap ini terdapat proses differensiasi dari sel papila
dental menjadi odontoblas dan sel-sel dari epitel enamel dalam
menjadi ameloblast.
7
Gambar 2.1.3.4 Lapisan dari Organ Enamel
8
dari tahap bell, bagian servikal dari organ enamel memberikan
perkembangan ke akar epitel sheath of hertwig. Epitel enamel
dalam dan luar akan bertemu pada pinggir dari zona junctional
organ enamel yang disebut sebagai loop servikal.
9
dibandingkan dengan enamel hipoplasia dan hanya terjadi setelah
terjadi gangguan sistemik yang parah. Kalsifikasi (mineralisasi)
terjadi setelah pengendapan matriks dan melibatkan endapan dari
garam kalsium inorganik yang ada dalam endapan matriks. Proses
ini dimulai dengan pengendapan dari sejumlah kecil nidus sampai
pengendapan lebih jauh terjadi. Nidus tersebut akan meningkat
dalam ukuran oleh pertambahan dari lamina konsentrik. Terdapat
perkiraan yang seimbang dan penyatuan dari calcospherit
individual menjadi lapisan mineral dari matriks jaringan yang
homogen. Jika proses kalsifikasi terganggu menyebabkan
kekurangan dalam penyatuan dari calcospherit. Defisiensi ini
belum teridentifikasi di enamel namun di dentin hal ini telihat
secara mikroskopis dan kemudian disebut sebagai dentin
interglobular.
10
Gambar 2.1.4.6 Pembentukan Akar Gigi
11
Gambar 2.1.4.7 Lamina Dentalis
12
permukaan email. Setelah gigi tumbuh (erupsi), membran ini secara
bertahap terkelupas.Pembentukan akar gigi dimulai ketika lapisan epitel
gigi menembus ke dalam mesenkimdi bawahnya dan membentuk selubung
akar epitel. Sel-sel papilla dentis meletakan suatu lapisandentin yang
bersambungan dengan lapisan di mahkota gigi. Dengan semakin banyaknya
dentinyang diendapkan, rongga pulpa menjadi sempit dan akhirnya
membentuk suatu saluran yangmengandung pembuluh darah dan saraf
gigi.Sel mesenkim yang terletak di luar gigi dan berkontak dengan dentin
akar gigi berdiferensiasi menjadi sementoblas. Sel-sel ini menghasilkan
suatu lapisan tipis tulang khusus,sementum. Di luar lapisan semen,
mesenkim menghasilkan ligamentum periodontale yang menahan gigi
secara kuat dalam posisinya dan berfungis sebagai peredam kejut.Tunas
untuk gigi permanen yang terletak di aspek lingual gigi susu,
dibentuk selama bulan ketiga perkembangan. Tunas ini tetap dorman
sampai sekitar usia enam tahun. Kemudiantunas ini mulai tumbuh,
menekan sisi bawah gigi susu dan membantu tanggalnya gigi-gigi susu
tersebut. Setelah gigi permanen tumbuh, akar gigi susu diresopsi oleh
osteoklas. Ada kalanya akar gigi susu tidak mengalami resops sehingga gigi
tetap tidak dapat erupsi.
1.6.1 Asal mula organ enamel
Sel pembentuk lapisan luar dari ephitelial downgrowth adalah sel
berbentuk kolom yang pendek dan sangat mirip dengan sel basal dari
oral epithelium. Sel yang lebih dalam akan lebih bulat bentuknya.
Ketika tunas mengalami perubahan dalam cap stage awal, sel-sel
yang membentuk permukaan papillary masa depan organ enamel
memanjang dan menjadi dikenal sebagai enamel epithelium dalam,
sedangkan sel pada permukaan follicular dikenal sebagai enamel
epithelium luar. Enamel epithelia dalam dan luar bertemu di pinggir
dari organ epithelial di mana ditandai aktivitas mitotic yang
dilakukan untuk membentuk lingkaran cervic (cervical loop). Gigi
sekarang berada di sebuah bell stage awal perkembangan.
13
Glycosaminoglycans dikeluarkan oleh sel internal dan menyebabkan
ukuran pemisahan intercellular, mungkin sebagai akibat dari
perubahan osmosa (daya tampung glycosaminogly terasosiasikan
dengan komponen air yang cukup besar). Sel menjadi dikompresi
tetapi tetap ada kontak desmosomal di ujung proses sel. Ini
memberikan sel penampilan berbentuk bintang dan zona ini dikenal
sebagai stellate reticulum. Sel tersebut berisi enzim alkalin
phosphatase tetapi hanya sejumlah kecil asam ribonukleat dan
glikogen. Zona keempat untuk membedakan organ enamel adalah
lapisan sel tengah, atau stratum intermedium. Ini terdiri dari
beberapa lapisan sel berbentuk datar antara enamel epithelium dalam
dan stellate reticulum. Sel ini kaya alkalin phosphatase dan mungkin
terlibat dalam sintesis protein dan transportasi dari dan ke bakal
ameloblasts.
14
Gambar 2.2.1.8 Tahap Perkembangan gigi
15
Email mula-mula terletak pada puncak gigi dan dari sini berangsur-
angsur menyebar ke leher gigi. Apabila email menebal, ameloblas
mundur kembali ke dalam stellate reticulum. Di sini ameloblas
mengalami kemunduran, untuk sementara meninggalkan sebuah
selaput tipis (cuticula dentis) pada permukaan email. Setelah gigi
keluar, selaput ini berangsur-angsur mengelupas.
16
ektodermal dan mesoderm, yang pada sel-sel bentuk gilirannya yang
menyerupai kedua jenis.
Gambar 2.2.2.10 Asal Jaringan Gigi Sumber: Oral Development and Histology
17
Gambar 2.2.2.11 Dental Lamina Sumber: Oral Development and Histology
18
1.6.3 Interaksi Epitel dan Ektomesenkim
Pada saat perkembangan mulai dari penebalan lokal epitel oral pada
tahap kuncup (bud stage), tahap topi (cap stage), dan tahap lonceng
(bell stage) cukup memberikan penjelasan mengenai perubahan
morfologi dalam sel epitel benih gigi. Pada saat yang bersamaan
terjadi pula perkembangan pada sel-sel dental (ecto) mesenkimal
yang berasal dari cranial neural crest dan terjadi kondensasi di sekitar
epitel tooth bud. Hal ini menunjukkan bahwa sel-sel mesenkim
bekerja sama dengan epitel selama tahap awal pembentukan benih
gigi dan mengalami perubahan yang kompleks yang akan tampak
dengan pelacak (probe) gen molekuler. Gen-gen yang teridentifikasi
untuk komunikasi awal antara sel epitel dan mesenkim mengkode
protein yang akan beraksi sebagai sinyal antar sel dan mengontrol
ekspresi gen yang bereaksi terhadap sinyal.
19
Gambar 2.2.3.12 Interaksi Jaringan Mesenkim
20
1.6.3.1 Mekanisme Interaksi Epitel-Mesenkim dalam Pertumbuhan
dan Perkembangan Gigi
21
Sebagian besar dari mereka berasal dari faktor
pertumbuhan transformasi (TGF), faktor pertumbuhan
fibroblast (FGF), Hedgehog dan Wnt keluarga. Meskipun
sinyal sebagian besar mengatur interaksi antara ektoderm
dan mesenkim, mereka juga memediasi komunikasi dalam
satu lapisan jaringan. Ectodysplasin, molekul sinyal baru-
baru diidentifikasi dalam tumor necrosis factor (TNF)
keluarga, dan reseptor Edar yang memediasi sinyal antara
kompartemen ectodermal kuman gigi. Gen diatur oleh
sinyal yang berbeda termasuk faktor transkripsi dan
reseptor sinyal yang mengatur kompetensi sel untuk
merespon sinyal berikutnya, serta sinyal baru yang
bertindak secara timbal balik dan dengan demikian terus
komunikasi antara sel-sel dan jaringan (ditinjau oleh
Jernvall dan Thesleff 2000; Thesleff dan Mikkola, 2002).
22
Suatu peristiwa sinyal awal perkembangan gigi adalah
induksi dari mesenkim odontogenik oleh BMP dan FGFs
dari epitel. Studi jaringan rekombinasi telah menunjukkan
bahwa sinyal epitel menginduksi di mesenkim kompetensi
untuk menginstruksikan morfogenesis gigi berikutnya.
BMP dan FGFs menginduksi ekspresi beberapa faktor
transkripsi mesenchymal, banyak dari yang diperlukan
untuk kelanjutan perkembangan gigi. Misalnya, gigi yang
hilang di mutan ganda Msx1 dan Msx2, Dlx1 dan Dlx2,
serta Pax9 tikus null. Fungsi gen di panel atas poster yang
diperlukan untuk perkembangan gigi yang normal pada
tikus, dan beberapa dari mereka juga pada manusia.
23
membuat sel-sel responsif terhadap ectodysplasin sinyal
TNF, yang dinyatakan dalam epitel mengapit dari tunas
gigi. Ectodysplasin-edar signaling mengatur formasi dan,
mungkin, aktivitas sinyal dari simpul enamel.
24
Hal ini jelas bahwa jaringan pensinyalan yang mengatur
morfogenesis gigi jauh lebih kompleks daripada yang
disajikan dalam ilustrasi skema ini. Sebagai contoh, ada
banyak inhibitor spesifik sinyal yang memiliki peran sentral
dalam modulasi lokal kegiatan signaling. Juga, jalur sinyal
yang berbeda diintegrasikan pada berbagai tingkat dan
memiliki efek sinergis serta menetralkan. Namun demikian,
model menggambarkan prinsip umum pengembangan
organisme multisel, yaitu bahwa sel-sel dan jaringan
berkomunikasi melalui molekul sinyal dilestarikan yang
digunakan reiteratively selama memajukan morfogenesis.
Variasi respon seluler dengan sinyal yang sama pada
jaringan yang berbeda dan pada waktu yang berbeda
disebabkan oleh sejarah yang berbeda dari sel-sel
menentukan kompetensi mereka untuk menerima dan
menanggapi sinyal.
25
1.6.4 Diferensiasi Odontoblas
26
Sumber: Oral Development and Histology
27
Gambar 2.2.4.15 Odontoblast Sumber: Oral Development and Histology
28
merilis produk sekretori mereka di akhir apikal mereka. Dalam
menghormati odontoblasts menyerupai sel epitel sekretorik lebih dari
sel matriks yang memproduksi mesenchymal. Indikasi lain dari
polaritas mereka adalah akuisisi persimpangan khusus. Aparat
terminal bar apikal terdiri dari adherens zonula dan occludens
zonula, menjadi jelas pada akhir apikal sel. Fakta bahwa beberapa
serabut saraf dan serat von Korlf (lihat bagian berikutnya) berjalan
antara odontoblasts untuk memasuki matriks predentin menunjukkan
bahwa persimpangan occluding tidak sepenuhnya ketat. Percobaan
menggunakan molekul rendah berat badan jejak molekul
menunjukkan bahwa lapisan odontoblastic sedikit permeabel.
Persimpangan/gap juga terbentuk. Ini persimpangan berkomunikasi
memungkinkan sel-sel dalam lapisan odontoblastic untuk berbagi
komponen sitoplasma seperti ion dan molekul sekunder utusan
molekul rendah weght. Hal ini memungkinkan lapisan odontoblastic
berfungsi sebagai unit dan kelompok odontoblasts untuk menanggapi
rangsangan fisiologis.
Selama sekresi setelah diferensiasi dari sel-sel luar dari papilla gigi,
diketahui bahwa itu terpolarisasi sehingga intinya sejajar jauh dari
dentin yang baru terbentuk, dengan yang Golgi retikulum kompleks
dan endoplasma menuju dentin mencerminkan sekresi searah nya.
Sehingga dengan pembentukan dentin primer, sel bergerak pulpally,
jauh dari membran basal (masa dentinoenamel junction) pada
antarmuka antara epitel enamel dalam dan papilla gigi,
meninggalkan proses odontoblastic dalam pulp. Sel tubuh
odontoblast membuat struktur meruncing dengan serat sitoskeletal,
terutama antara filamen. Tidak seperti tulang rawan dan tulang, serta
sementum, tubuh odontoblasts sel tidak mudah terjerembab dalam
produk; bukan, satu panjang, sitoplasma ekstensi terpasang tetap di
29
belakang dalam dentin terbentuk. Diferensiasi odontoblast dilakukan
oleh molekul sinyal dan faktor pertumbuhan sel-sel epitel enamel
batin.
30
Gambar 2.2.5.16 Proses Diferensiasi Ameloblas
31
gap junction. persimpangan kesenjangan antara ameloblasts dan
ameloblasts dan sel-sel dari stratum alat pengantara memberikan
dasar untuk komunikasi sel sel dan koordinasi kegiatan selular.
32
1.6.6 Diferensiasi Sementoblas
33
Gambar 2.2.6.18 Evolution and development of Hertwig's Epithelial Root Sheath
Perkembangan gigi pada masa postnatal dimulai dengan 3 tahap yaitu: gigi
susu/primary, erupsi, dan gigi permanen. Sedangkan kronologi dari gigi
susu/primary dibagi menjadi 4 tahap yaitu: kalsifikasi, pembentukan
mahkota(Crown development), erupsi, lalu pembentukan akar (Rooth
development). Kemunculan gigi susu/primary teeth dimulai secara
berurutan dari incisivus central, incisivus lateral, molar 1, caninus, molar 2.
34
Gambar 2.2.6.19 1
Kronologi
Gigi Primary. Sumber: Wheelers Dental Anatomy
Gigi primary baru akan lengkap sekitar pada umur 3 tahun dengan
keadaan munculnya tidak bersamaan dengan fungsi jangka pendek.
Kemunculan gigi primary tidak bersamaan dikarenakan enamel
organ pada saat prenatal tidak berkembang secara bersamaan
dalam tingkatan yang sama. Lalu, penanggalan gigi akan selesai
sekitar pada umur 11 tahun yang setelahnya akan digantikan oleh
35
gigi permanen yang akan tumbuh secara sempurna sampai dengan
umur 25 tahun, lalu munculnya molar 3.
2. Erupsi gigi
Setelah pembentukan mahkota selesai, maka terjadi
pembentukan akar dimulai. Pada saat pembentukan
mahkota, terbentuknya sarung akar atau akar Hertwigs.
Sarung akar ini akan mendeposit sementum intemediat, lalu
sarung akar akan memecah dan membentuk epithelial rest,
lalu mengalami pemindahan ke daerah folikular. Di daerah
folikular sel mesenkim dan folikel gigi akan bergerak
diantara epithelial rest menuju permukaan akar gigi, yang
akan berdiferensiasi menjadi sementoblas dan mulai
menseksresi sementoid (Sementum yang belum mengalami
kalsifikasi) pada permukaan dari sementum intermediate
yang akan membentuk sementum. Selanjutnya, sementum
akan membentuk akar. Sementum sendiri berisi jaringan-
jaringan tulang.
36
Jika gigi permanen sudah mulai membentuk maka akar dari
gigi susu akan mengalami resorpsi. Akar dari gigi susu
yang tidak mengalami resorpsi menyebabkan gigi
permanent akan tumbuh ditempat yang bukan semestinya
(Maloklusi).
Gambar 2.3.1.20 Growth and Development Teeth Postnatal. Sumber: Wheelers Dental
Anatomy
37
terjadi saat gigi primer incisiv tanggal, dan peningkatan
ukuran di kedua rahang dalam arah sagital konsisten
dengan ruang yang diperlukan untuk mengakomodasi gigi.
Deposisi pada tulang alveolar, perumbuhan menyebabkan
terjadinya peningkatan dimensi vertikal dari tulang wajah.
38
gigi molar permanen pada rahang bawah pertama dituntun
oleh permukaan distal utama gigi primer molar kedua.
39
mencapai tahap dimana telah munculnya gigi incisivus sentralis
permanen. Gigi permanen mandibula cenderung erupsi sebelum
gigi rahang atas. Oleh karena itu, gigi insisivus sentral rahang
bawah biasanya erupsi sebelum gigi insisivus sentralis rahang atas
dan dapat muncul secara bersamaan, secara bersamaan dengan
molar pertama rahang bawah atau sebelum molar pertama rahang
bawah.
40
63
1.8 F
a
k
t
o
r
Erupsi gigi merupakan proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa
terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi.
Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaaan yang normal jika lamanya
perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun.
Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu:
1.8.1 Faktor Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi.
Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu
dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Pengaruh faktor
genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78 %
63
1.8.4.1 Nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi
dan perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan
dapat mempengaruhi erupsi, tetapi hal ini terjadi pada
malnutrisi yang hebat. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
keterlambatan erupsi gigi.
1 Aspek Labial
Gambar 2.6.3.31 Aspek Incisal dan Occlusal gigi susu rahang atas Sumber: Wheelers Dental
Anatomy
Ciri-ciri nya yaitu dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek labial,
aspek palatinal, aspek, mesial, aspek distal dan aspek incisal.
Gambar
2.7.1.44
Aspek
Incisal
1 Aspek Labial
- Garis luar mesial dan distal lebih membulat dari I1.
- Sudut mesio distal membulat.
- Apex bengkok ke arah distal.
1 Aspek Labial
- Puncak cusp ada ditengah-tengah mahkota dan akar
- Di kiri dan kanan cusp terdapat lekukan
- Pada cuspnya lereng mesial lebih pendek dari lereng
distal
- Titik kontak di mesial 1/3 panjang mahkota
- Dan distal panjang mahkota
1 Aspek Buccal
- Buccal cusp, lereng mesialnya lebih panjang dari distal
- Terdapat buccal ridge
- Akarny lebih pendek dari caninus rahang atas
- Garis luar mesial cekung mulai dari cervical dan cembung
pada titik kontak
1 Aspek Buccal
- Mesio buccal cusp lebih besar disto buccal cusp
- Terdapat buccal groove
- Tinggi cusp 1/5 panjang mahkota
- Garis cervical hampir lurus
- Terlihat mesio buccal dan disto buccal
- Akar palatinal tampak sebagian
1 Aspek Buccal
- Jarak mesio distal lebih kecil dari M1 rahang atas
- Disto buccal cusp lebih kecil dari disto buccal cusp M1
rahang atas
- Mesio buccal cusp sama dengan mesio buccal cusp
- Apex akar mesio buccal satu garis dengan buccal groove
1 Radiografi Periapikal
Radiografi ini melihat gigi geligi secara infdividual mulai dari
keseluruhan mahkota, akar gigi, dan jaringan pendukungnya.
1.13.1.1 Hipodontia/Oligodontia
Hipodontia adalah suatu keadaan dimana tidak adanya
satu/beberapa elemen gigi. Biasanya terjadi pada gigi insisivus
lateralis atas tetap, gigi insisivus lateralis bawah tetap,
premolar ke-2 bawah dan atas, dan gigi molar ke-3.
Perawatannya dapat menggunakan protesa.
1.13.2.1 Mikrodontia
Mikrodontia adalah suatu kondisi dimana ukuran gigi lebih
kecil dari ukuran normal. Mahkota gigi berbentuk seperti
63
1) Pemolesan gigi
2) Pembuangan karang gigi
3) Bleaching
4) Penutupan mahkota
5) Penambalan
63
1.13.5.2 Gemination
Gemination merupakan suatu kelainan dimana gigi yang
berasal dari satu benih mengalami pembelahan pada bagian
mahkota sehingga tampak ada dua mahkota. Perawatan pada
gigi sulung yang mengalami gemination tidak ada. Sedangkan,
pada gigi permanen dapat dilakukan perawatan berupa
memperdalam groove agar gigi tersebut tampak seperti gigi
yang berpisah.
1.13.5.3 Fusion
Fusion merupakan suatu kelainan dimana terjadi
penggabungan dua benih gigi yang bersebelahan . Hal ini dapat
menyebabkan karies. Fusion dapat terjadi karena adanya faktor
herediter dan gaya fisik.
1.13.5.4 Concrescence
Concrescence merupakan suatu kelainan dimana akar dari dua
gigi yang bersebelahan berfusi pada sementum. Kelainan ini
dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi permanen.
63
1.13.5.5 Taurodontism
Taurodontism merupakan kelainan bentuk gigi dimana bagian
body tampak memanjang dan akar tampak pendek.
1.13.5.6 Dilaceration
Dilaceration merupakan suatu keadaan dimana terjadi
pembengkokan pada daerah akar gigi yang tajam. Kelainan ini
disebabkan karena terjadinya trauma selama pembentukan gigi.
Perawatan yang digunakan adalah dengan cara kombinasi dari
terapi bedah dan ortodontik. Terapi bedah dilakukan untuk
memberikan jalan untuk pencabutan gigi, sedangkan terapi
ortodontik dilakukan untuk merapikan gigi.
BAB III
PEMBAHASAN
63
Analisa Kasus
Seorang anak bernama Noni berumur 15 tahun datang ke RSGM diantar oleh
ibunya. Pasien datang ke ruangan dibawa oleh ibunya karena anak tersebut memiliki
keluhan pada giginya. Gigi depan kanan bagian rahang atasnya memiliki bentuk yang
tidak normal dan Noni kehilangan gigi di lateral kirinya. Gigi lateral kanan terlihat
lebih kecil menyerupai gigi susu, sementara itu diantara gigi sentral dan lateral
lateral kanan rahang atasnya dan mengalami hipodonsia pada insisif lateral kiri
rahang atas. Mikrodonsia yang biasanya diikuti dengan hipodonsia terjadi sebagai
akibat adanya disrupsi pada saat awal pertumbuhan dan perkembangan gigi yaitu
pada tahap bud stage pada minggu kedelapan masa prenatal. Disrupsi perkembangan
gigi mengakibatkan baik ameloblas dan odontoblas sebagai sel pembentuk gigi tidak
berdiferensiasi optimal sehingga menghasilkan bentuk gigi yang lebih kecil dari
normal. Hal ini terjadi akibat kelainan genetik dengan interaksi faktor genetik dengan
faktor lingkungan. Gigi insisif lateral yang lebih kecil menyebabkan gigi insisif
sentral yang normal akan terlihat lebih besar didapatkan pula celah diantara keduanya
dan adanya gigi yang tidak erupsi atau hilang pada insisif lateral akibat hipodonsia.
BAB IV
KESIMPULAN
63
lateral kanan rahang atasnya dan hipodonsia pada lateral kiri atas yang
mikrodonsia, gigi yang terlibat dia akan berukuran lebih kecil dari
kemungkinan besar akan terjadi pula pada gigi primenya. Pada kasus
terlihat kerucut dan gigi lebih kecil menyebabkan gigi yang normal
Terllihat jarak antar gigi dikarenakan gigi insisif lateral yang tidak
Daftar Pustaka
Avery, James K. 2002. Oral Development and Histology. 3rd Ed. New York: Thieme
Stutgart.
Luan, X., Ito, Y. and Diekwish, T.G.H. 2006. Evolution and development of Hertwig's
Epithelial Root Sheath. Dev. Dyn. 235: 1167-1180 available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2734338/ [diakses 24 April
2016]
Mansjoer, Arif. 1999. Buku kapita selekta kedokteran. Jilid 1 edisi 3.
Mc Donald, R. and Avery. 2000. Dentistry for The Child and Adolescent. Missouri:
Schuurs, A.H.B. 1994. Patologi Gigi Geligi dan Kelainan Jaringan Keras Gigi.
Yogyakarta: Universitas gadjah Mada.
http://luv2dentisha.wordpress.com
http://www.kesehatangigimu.com