Anda di halaman 1dari 38

JOURNAL READING

Orthopantomographic Evaluation of Canine and First Premolar


Using Demirjians Stages in Central India:
New Approach to Forensic Age Estimation

DOSEN PENGUJI : Dr. Julia Ike Haryanto, Sp.KF


RESIDEN PEMBIMBING : Dr. Marlis Tarmizi

PENULIS:
Natal Tandi Kendenan Rassat 2015 061 125 FK UAJ
Johannes Paulus Fernandez 2015 061 166 FK UAJ
Emerita Yeni Dwi Astuti 2016 061 007 FK UAJ
Alfonso Haris Setia Santoso 2016 061 008 FK UAJ
Veranita 2016 061 015 FK UAJ
Ninta Karina Astila Sembiring 2016 061 091 FK UAJ
Arninda Fergian Saputri H2A013031 FK UNIMUS

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG
PERIODE 14 AGUSTUS 2017 S. D. 26 AGUSTUS 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas journal reading ini. Tugas journal reading yang berjudul
Orthopantomographic Evaluation of Canine and First Premolar Using Demirjians Stages in
Central India: New Approach to Forensic Age Estimation ini disusun sebagai salah satu
syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Penulis sadar tugas journal reading ini mendapat dukungan dari banyak pihak. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah mendukung dengan segala cara dalam penyelesaian tugas journal
reading ini, terutama kepada:
1. Dr. Julia Ike Haryanto, Sp.KF selaku dosen penguji;
2. Dr. Marlis Tarmizi selaku residen pembimbing;
3. Orang tua dan teman-teman penulis yang memberikan dukungan moral dan spiritual;
4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penyusunan
tugas journal reading ini.
Penulis berharap agar tugas journal reading ini dapat bermanfaat dalam memberikan
pengetahuan tambahan bagi mereka yang membacanya, karena identifikasi struktur gigi dapat
membantu proses identifikasi dan penentuan usia jenazah.
Penulis menyadari bahwa tugas journal reading ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
kekurangan tugas journal reading ini. Penulis juga memohon maaf jika ada kata-kata penulis
yang kurang berkenan. Atas perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Semarang, Agustus 2017

Penulis

1
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... 5

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... 6

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 7

I. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 7

II. PERUMUSAN MASALAH ................................................................................ 7

III. TUJUAN MASALAH ......................................................................................... 7

IV. MANFAAT .......................................................................................................... 8

BAB II JOURNAL READING ................................................................................................. 9

I. JURNAL BAHASA INGGRIS............................................................................ 9

II. JURNAL BAHASA INDONESIA .................................................................... 13

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 23

I. ANATOMI GIGI ............................................................................................... 23

A. Bagian Gigi ................................................................................................. 24

B. Jenis Gigi .................................................................................................... 25

C. Permukaan Gigi .......................................................................................... 25

II. PERUBAHAN PADA GIGI SEIRING BERJALANNYA USIA..................... 26

A. Atrisi Gigi ................................................................................................... 27

III. IDENTIFIKASI GIGI DALAM KEDOKTERAN FORENSIK ....................... 27

A. Metode Demirjian ....................................................................................... 28

B. Metode Gustafson ....................................................................................... 29

BAB IV JURNAL PEMBANDING........................................................................................ 30

I. JURNAL PEMBANDING I .............................................................................. 30


3
II. JURNAL PEMBANDING II ............................................................................. 31

III. PERBEDAAN JURNAL UTAMA DAN JURNAL PEMBANDING .............. 33

BAB V KESIMPULAN ......................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 37

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Statistik Deskriptif (dalam Tahun) Tahapan Individual pada Gigi Kaninus
Permanen Mandibula ............................................................................................. 14

Tabel 2 Statistik Deskriptif (dalam Tahun) Tahapan Individual pada Gigi Premolar
Pertama Permanen Mandibula ............................................................................... 15

Tabel 3 Tabel Two-way ANOVA untuk Gigi Kaninus....................................................... 16

Tabel 4 Tabel Two-way ANOVA untuk Gigi Premolar Pertama ....................................... 16

Tabel 5 Rerata Usia dan Standar Deviasi (dalam Tahun) untuk Perkembangan Tahapan
Gigi Kaninus dari Penelitian Ini dan dan Literatur yang Dipelajari ...................... 16

Tabel 6 Rerata Usia dan Standar Deviasi (dalam Tahun) untuk Perkembangan Tahapan
Gigi Premolar Pertama dari Penelitian Ini dan dan Literatur yang Dipelajari ...... 17

Tabel 7 Koreksi Bonferroni setelah One-way ANOVA ..................................................... 17

Tabel 8 Akurasi Estimasi Usia Menggunakan Gigi Kaninus ............................................. 17

Tabel 9 Akurasi Estimasi Usia Menggunakan Gigi Premolar Pertama .............................. 17

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambaran Gigi Tetap (Gambaran Langsung dan Radiologis) .............................. 21

Gambar 2 Jaringan Gigi dan Gambaran Radiologisnya ......................................................... 22

Gambar 3 Permukaan Gigi ..................................................................................................... 24

Gambar 4 Gambaran Gigi Susu dan Gigi Permanen .............................................................. 24

Gambar 5 Usia Erupsi dan Tanggal Gigi Susu dan Gigi Permanen ....................................... 25

Gambar 6 Gambaran Gigi Susu dan Gigi Permanen menurut Usia ....................................... 25

Gambar 7 Tahapan Demirjian (Gambaran Radiologis dan Sketsa) ....................................... 27

6
BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Estimasi usia memiliki peranan penting tidak hanya dalam kedokteran forensik,
melainkan juga pada kedokteran gigi, kedokteran anak, ortopedi, antropologi dan
arkeologi. Dari perspektif forensik, dibutuhkan indikator-indikator yang dapat diandalkan
untuk menentukan usia seseorang secara tepat. Terdapat peningkatan permintaan dari
pengadilan untuk estimasi usia dari seseorang yang masih hidup, seseorang yang terlibat
dalam aksi kriminal tetapi tidak memiliki dokumentasi usia, adopsi, pencari suaka,
pengungsi dan imigran.1,2
Banyak metode yang telah d
igunakan untuk menentukan usia kronologis dari anak-anak: metode tulang dan
perkembangan gigi. Pada metode tulang yang menilai maturitas tulang, berdasarkan
temuan radiografi pada strutktur tertentu, seperti fusi epifisis-diafisis pada tulang panjang,
ekstremitas medial dari klavikula dan puncak epifisis dari tulang rusuk pertama dan fusi
tulang sfenoid dan bagian basilar dari tulang oksipital. Tetapi, karena terdapat variabilitas
pada maturasi tulang, metode ini tidak baik untuk digunakan dan dikatakan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Parameter perkembangan gigi di sisi lain, lebih cocok dalam
menentukan usia pada anak-anak, karena variabilitasnya yang rendah, laju kalsifikasi
lebih dikontrol oleh gen dibandingkan faktor lingkungan.1,2

II. PERUMUSAN MASALAH


Bagaimana cara mengidentifikasi usia seseorang berdasarkan struktur gigi dan
perubahannya?

III. TUJUAN MASALAH


Mengetahui anatomi gigi.
Mengetahui perubahan pada gigi seiring berjalannya usia.
Mengetahui identifikasi gigi dalam kedokteran forensik.

7
IV. MANFAAT
Menjadi tambahan bagi perkembangan ilmu kedokteran forensik dan
medikolegal.
Menjadi informasi yang bermanfaat untuk masyarakat.

8
BAB II JOURNAL READING

I. JURNAL BAHASA INGGRIS

9
10
11
12
II. JURNAL BAHASA INDONESIA
EVALUASI ORTOPANTOMOGRAFI
PADA KANINUS DAN PREMOLAR PERTAMA
MENGGUNAKAN TINGKATAN DEMIRJIAN DI INDIA TENGAH:
PENDEKATAN BARU UNTUK MENENTUKAN USIA FORENSIK

ABSTRAK
Perkembangan gigi sudah umum digunakan untuk penentuan umur pada ilmu forensik.
Tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut: pertama, untuk menentukan penggunaan data
perkembangan gigi kaninus dan premolar dari orang India dalam memperkirakan usia dan
kedua, untuk meneliti perbedaan populasi dalam perkembangan gigi. Ortopantomogram dari
340 anak-anak India antara usia 5 dan 14 tahun dianalisa. Tingkatan Demirjian dicatat untuk
evaluasi perkembangan dari kaninus dan premolar pertama dan untuk analisa statisik
deskriptif lebih jauh. Two-way ANOVA digunakan untuk menguji signifikansi dari perbedaan
dalam perkembangan gigi berdasarkan jenis kelamin dan tingkatan. One-way ANOVA
digunakan untuk meneliti perbedaan populasi dalam perkembangan gigi. Hasil statistik
menunjukkan hasil yang signifikan pada perkembangan gigi berdasarkan jenis kelamin dan
tingkatan. Perkembangan gigi terjadi lebih dulu pada perempuan. Tidak didapatkan perbedaan
yang signifikan pada tingkatan Demirjian pada populasi yang berbeda. Dalam kesimpulan,
temuan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk penentuan usia pada anak-anak di India.

Pendahuluan
Perkiraan usia memiliki peran yang penting tidak hanya di bidang forensik, namun juga
pada bidang kedokteran gigi dan arkeologi. Dari sisi forensik, penentuan usia yang akurat
sangat diperlukan. Permintaan untuk penentuan usia yang tepat dari pengadilan terus
meningkat pada individu yang hidup, seseorang yang diduga masih di bawah umur karena
tidak adanya dokumen yang dapat menunjukkan umurnya, adopsi, pengungsi dan imigran.
Bermacam-macam metode telah digunakan untuk menentukan umur dalam bidang
medikolegal, namun pemeriksaan radiologi dari umur gigi merupakan metode yang paling
akurat. Pemeriksaan radiologi digunakan untuk penentuan umur dari gigi anak-anak

13
berdasarkan sistem skoring, di antaranya adalah metode skoring Demirjian yang telah
digunakan secara umum. Metode ini memiliki keterbatasan yaitu evaluasi yang selalu
dilakukan pada tujuh gigi mandibula kiri. Oleh karena itu, metode ini tidak dapat digunakan
pada anak-anak yang giginya tidak lengkap atau gambar radiografinya tidak jelas. Kendala ini
dapat diatasi dengan menghitung usia rata-rata dari usia pencapaian untuk setiap tahap
pertumbuhan gigi individu. Selain itu, gigi yang dipilih dengan baik memberikan penilaian
usia yang lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan semua gigi yang sedang tumbuh.
Oleh karena itu, dalam banyak penelitian, titik berat yang dikhususkan pada salah satu gigi
untuk penentuan usia. Mempertimbangkan fakta tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi penggunaan gigi kaninus permanen dan premolar pertama khususnya
pada setiap jenis kelamin untuk penentuan umur di bidang forensik pada anak-anak di India
menggunakan kriteria Demirjian. Selain itu, penulis juga menguji kemungkinan perbedaan
populasi dalam menentukan waktu dari tingkatan formasi Demirjian dengan membandingkan
hasil usia rata-rata dari penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya.

Sampel dan Metode


Sampel yang digunakan adalah hasil 340 ortopantomogram dari anak-anak di India (175
laki-laki dan 165 perempuan) dari daerah di India Tengah, berusia antara 5 dan 14 tahun.
Ortopantomogram tersebut diambil pada periode Maret 2008 hingga Mei 2009, ketika anak-
anak tersebut sedang melakukan kontrol gigi secara rutin. Sampel yang digunakan hanya
anak-anak dengan gizi cukup yang tergabung dalam kelompok sosioekonomi menengah yang
tidak memiliki riwayat penyakit kronik. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah gambaran
deformitas yang mengganggu visualisasi dari kaninus dan premolar pertama mandibular atau
adanya gambaran patologi yang mengenai kedua gigi tersebut. Prosedur penelitian ini telah
disetujui oleh institusi komite etik.
Mesin X-ray yang digunakan adalah Planmeca PM 2001 EC Proline Panoramic X-ray
Unit (Helsinki, Finlandia). Film radiografi yang digunakan adalah Kodak T-Mat G film
berukuran 6 12 (Carestream Health, Inc., Rochester, New York). Untuk menentukan
tingkatan perkembangan dari gigi kaninus permanen kiri dan premolar pertama, digunakan
klasifikasi Demirjian dkk. Sistem ini membagi proses perkembangan gigi menjadi delapan
tingkatan, dari A sampai H. Gigi pada mandibula sisi kiri dipilih karena memiliki gambaran

14
yang lebih jelas pada ortopantomogram dan telah digunakan secara luas dalam penentuan
derajat kalsifikasi. Semua pemeriksaan ini dilakukan dalam ruang gelap dengan menggunakan
illuminator radiografi untuk menjamin ketajaman kontras dari gambaran gigi. Usia kronologis
untuk setiap sampel dihitung dengan cara mengurangi tanggal lahir dari tanggal ketika
pengambilan foto. Kemudian usia kronologis tersebut dikonversi menjadi usia dalam desimal.
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengevaluasi tingkatan gigi kaninus dan premolar
pertama pada kedua jenis kelamin. Tingkatan H (puncak dewasa) dieksklusikan dari hasil
analisis karena hal ini akan merepresentasikan distribusi usia dan bukan merupakan parameter
dari pertumbuhan. Untuk menguji signifikansi statistic dalam usia rata-rata menurut usia dan
tingkatan, digunakan analisis two-way ANOVA. Dalam analisa ini, interaksi antara jenis
kelamin dan tingkatan juga diuji. Signifikansi statistik dari perbedaan populasi dalam usia
rata-rata dari tingkatan Demirjian dalam studi ini dan literatur sebelumnya diuji statistik
dengan menggunakan one-way ANOVA yang diikuti dengan koreksi Bonferroni untuk
pembandingan berulang. Semua analisa statistik dilakukan menggunakan perangkat lunak
statistic, STATA, versi 10.1, 2008 ((StataCorp LP, College Station, Texas).

Hasil
Tahap perkembangan kaninus dan premolar pertama dianalisis pada kedua jenis kelamin.
Penilaian deskriptif (rentang usia, rata-rata umur, standar deviasi, kesalahan standar rata-rata,
dan confidence interval 95%) untuk tahapan Demirjian yang dievaluasi ditunjukkan di Tabel 1

dan 2.
Tabel 1. Statistik Deskriptif (dalam Tahun) Tahapan Individual pada Gigi Kaninus Permanen Mandibula

15
Tabel 2. Statistik Deskriptif (dalam Tahun) Tahapan Individual pada
Gigi Premolar Pertama Permanen Mandibula
Rata-rata usia untuk tahap perkembangan kaninus dan premolar pertama diamati lebih awal
pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Perbedaan jenis kelamin pada tahap awal
mewakili perkembangan mahkota kecil, sedangkan perbedaan jenis kelamin lebih besar di
tahap-tahap selanjutnya mewakili perkembangan akar. Untuk kaninus, masing-masing
perbedaan jenis kelamin dalam usia rata-rata untuk tahap '' D, '' '' E, '' '' F, '' dan '' G '' adalah
0,02, 0,71, 1,17 dan 1,32 tahun. Untuk premolar pertama, perbedaan jenis kelamin dalam usia
rata-rata untuk tahap '' C, '' '' D, '' '' E, '' '' F, '' dan '' G '' adalah 0,07, 0,46, 0,78, 0,56 dan 1,1
tahun. Two-way ANOVA mengungkapkan perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada usia
rata-rata untuk tahap perkembangan kaninus (Tabel 3) dan premolar pertama (Tabel 4) dengan
jenis kelamin dan tahap. Selain itu, Two-way ANOVA mengungkapkan interaksi tahap seks
yang signifikan untuk kaninus dan premolar pertama. Model kaninus menjelaskan 90% varian
total (R-squared = 0,90), sedangkan model untuk premolar pertama menjelaskan 91% dari
total varians (R-squared = 0,91).

16
Tabel 3. Tabel Two-way ANOVA untuk Gigi Kaninus

Tabel 4. Tabel Two-way ANOVA untuk Gigi Premolar Pertama

Tabel 5. Rerata Usia dan Standar Deviasi (dalam Tahun) untuk Perkembangan Tahapan Gigi Kaninus dari
Penelitian Ini dan Literatur yang Dipelajari

Hasil usia rata-rata untuk tahap perkembangan kaninus dan premolar pertama dari
17
penelitian ini dan yang dicatat dari literatur yang telah diulas dan dirangkum pada Tabel 5 dan
6 untuk menguji kemungkinan perbedaan populasi dalam waktu penentuan tahapan Demirjian.
One-way ANOVA diikuti oleh koreksi Bonferroni untuk perbandingan multipel tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam waktu penentuan tahapan pembentukan gigi
Demirjian di antara populasi yang berbeda (Tabel 7).

Tabel 6. Rerata Usia dan Standar Deviasi (dalam Tahun) untuk Perkembangan Tahapan Gigi Premolar Pertama
dari Penelitian Ini dan Literatur yang Dipelajari

Tabel 7. Koreksi Bonferroni setelah One-way ANOVA

Penelitian lebih lanjut meliputi penentuan keakuratan umur perkiraan berdasarkan


penelitian ini dengan menghitung perbedaannya antara perkiraan usia dan usia sebenarnya
(Tabel 8 dan 9). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkiraan usia di dalam 1,0 tahun usia
sebenarnya di 79,88% dari laki-laki dan 86,8% anak perempuan untuk kaninus (Tabel 8).
Untuk premolar pertama (Tabel 9), ketepatannya ada di dalamnya 1,0 tahun dari usia
sebenarnya pada 86,39% anak laki-laki dan 84,67% anak perempuan.

18

Tabel
Tabel
9. Akurasi
8. Akurasi
Estimasi
Estimasi
UsiaUsia
Menggunakan
Menggunakan
GigiGigi
Premolar
Kaninus
Pertama
19
Diskusi
Estimasi usia subdewasa untuk tujuan medikolegal adalah isu yang penting, dan beberapa
metode telah ditetapkan untuk kedokteran forensik ini. Biasanya indikator yang paling umum
digunakan untuk estimasi umur di subdewasa meliputi usia gigi (perkembangan gigi dan
erupsi), umur tulang, fitur morfologi dan perkembangan seksual. Di antaranya, perkiraan usia
dengan evaluasi perkembangan gigi secara radiologi telah dianggap lebih akurat dibandingkan
dengan indikator kematangan lainnya. Hal ini karena perkembangan gigi diketahui
dikendalikan oleh gen dan tampaknya tidak tergantung pada faktor-faktor seperti kekurangan
gizi dan status endokrin dibandingkan dengan indikator kematangan lainnya. Selanjutnya,
perkembangan gigi dikaitkan dengan variabilitas yang minimal dalam kaitannya dengan usia
kronologis dibandingkan dengan indikator kematangan lainnya. Terakhir, indikator
perkembangan gigi dianggap lebih baik dibanding indikator erupsi gigi, karena erupsi adalah
periode yang singkat yang ditentukan pada saat munculnya gigi di mulut. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh faktor lokal seperti kurangnya ruang di lengkung gigi, ekstraksi dari gigi
susu, gigi yang terkena dampak dan infeksi. Selain itu, faktor-faktor seperti status nutrisi dan
lingkungan sosial ekonomi juga berpengaruh pada erupsi gigi. Poster dkk. dalam penelitian
mereka menyimpulkan bahwa malnutrisi secara signifikan terkait dengan keterlambatan
pengelupasan kulit gigi tiruan primer dan erupsi dalam gigi permanen. Mengenai dampak latar
belakang sosioekonomi pada erupsi gigi, Clements dkk. menemukan bahwa anak-anak dari
kelompok sosioekonomi lebih tinggi menunjukkan erupsi gigi lebih awal dari pada anak-anak
kelompok sosial ekonomi rendah.
Di antara metode penentuan umur berdasarkan perkembangan gigi, metode Demirjian
lebih disukai daripada metode yang lain seperti Moorrees dkk., Nolla, Liliequist dan
Lundberg, Nielsen dan Ravn, Nicodemo dkk. (dikutip dari Matuda dkk.) dan Hotz dkk.
(dikutip dalam Koupis dkk.). Keuntungan metode Demirjian adalah sistem tahapan yang
terdiri dari hanya delapan tahapan perkembangan gigi dan mudah dimengerti karena diagram
garis kriteria deskriptif yang jelas dan ilustrasi radiografi untuk setiap tahap perkembangan
gigi. Bahkan, tahap Demirjian hanya membutuhkan pengukuran relatif. Untuk alasannya,
digunakan secara luas oleh dokter dan praktisi forensik, terutama odontologi forensik di
seluruh dunia untuk penentuan usia pada anak-anak.

20
Dalam penelitian ini, gigi kaninus mandibula permanen dan gigi premolar pertama yang
dipilih untuk estimasi usia. Pada anak-anak kecil terutama di daerah insisivus, lapisan
tomografi jarang ideal dan perkembangan gigi mungkin tidak sesuai dengan bidang tomografi.
Bayangan tulang belakang servikal mengganggu dengan penentuan tahapan gigi insisivus dan
gambaran gigi insisivus lateral sering terganggu yang dapat mempengaruhi penentuan
tahapan. Gigi premolar kedua dan insisivus lateral merupakan gigi yang paling sering hilang
secara kongenital dengan mengeksklusi gigi molar ketiga. Gigi molar pertama mandibula
merupakan gigi yang paling sering diekstraksi karena penyakit seperti karies gigi. Dalam
kasus gigi molar mandibula berakar dua, fusi akar bisa terjadi dengan munculnya penampakan
satu akar, yang menimbulkan kesulitan saat menafsirkan usia dari tahap perkembangan dari
gigi molar kedua. Gigi molar ketiga dieksklusi dari penelitian ini, karena tidak ditemukan pada
sampel pada penelitian. Karena itu, gigi kaninus dan premolar pertama dipilih untuk
penentuan usia pada anak-anak pada penelitian ini.
Temuan yang paling penting dari penelitian ini adalah kurangnya perbedaan populasi
yang signifikan dalam waktu penentuan tahapan Demirjian pada pembentukan gigi, seperti
yang didapatkan dari one-way ANOVA yang diikuti oleh koreksi Bonferroni. Populasi yang
diteliti adalah populasi India pada penelitian ini dan populasi dari literatur yang telah
dipelajari seperti populasi Finlandia dari Nystrom dkk., populasi Korea dari Lee dkk, dan data
gabungan delapan negara yang dirangkum oleh Liversidge dkk.. Temuan terpenting dari
penelitian ini konsisten dengan temuan pada penelitian oleh Liversidge dkk. Liversidge dkk.
Meneliti mengenai kemungkinan adanya perbedaan dalam populasi pada waktu penentuan
tahapan Demirjian pada anak-anak di delapan negara yaitu Australia, Belgia, Kanada, Inggris,
Finlandia, Prancis, Korea Selatan dan Swedia. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan tidak
ada perbedaan yang signifikan dalam populasi pada waktu penentuan tahapan Demirjian pada
anak-anak tersebut.
Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa anak perempuan lebih dahulu dibanding anak
laki-laki pada semua tahapan dari evaluasi gigi kaninus dan premolar pertama. Temuan ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nystrom dkk., Liversidge dkk., Demirjian
dan Levesque, Lee dkk., Gam dkk. dan Liversidge dan Speechly. Sebagai tambahan,
ditemukan juga bahwa perkembangan gigi pada anak perempuan terjadi sebelum usia sepuluh
tahun. Hal ini menyiratkan bahwa perbedaan jenis kelamin pada perkembangan gigi tidak

21
berkontribusi secara langsung pada perbedaan waktu dari sekresi hormon seksual. Temuan ini
sesuai dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Garn dkk..
Kesimpulannya, waktu dari tahapan Demirjian untuk gigi kaninus dan premolar pertama
dari penelitian ini dapat digunakan untuk estimasi usia anak-anak di India, terutama pada
kasus dimana jika ada gigi hilang atau gambaran radiografi tidak jelas. Akurasi yang
dibutuhkan dalam penentuan usia untuk kepentingan forensik bisa dilihat dari hasil penelitian
ini. Selain itu, penelitian ini menunjukkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh signifkan
pada waktu penentuan tahapan dan indikator-indikator jenis kelamin harus digunakan dalam
menentukan estimasi usia dari perkembangan gigi pada anak-anak. Akhirnya, penelitian ini
juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam populasi pada waktu
penentuan tahapan Demirjian.

22
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI GIGI
Gigi terletak dalam soket gigi dan digunakan untuk proses mengunyah, membantu
artikulasi berbicara dan memiliki fungsi estetika seseorang. Sebuah gigi diidentifikasi dan
dideskripsikan berdasarkan gigi susu (gigi desidua/primer) atau gigi tetap (gigi
permanen/sekunder), tipe gigi, dan berdasarkan posisi kedekatan gigi dengan garis tengah
mulut atau depan mulut (misalnya gigi seri bagian tengah dan pinggir; gigi geraham
pertama berada di depan gigi geraham kedua).3
Anak-anak biasanya memiliki 20 buah gigi susu sedangkan orang dewasa normalnya
memiliki 32 buah gigi permanen. Sebelum mengalami erupsi, gigi yang sedang tumbuh
berada di dalam lengkung alveolar sebagai kuncup gigi (tooth buds).3

Gambar 1. Gambaran Gigi Tetap (Gambaran Langsung dan Radiologis) 3

23
A. Bagian Gigi
Gigi terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut:4
1. Mahkota gigi merupakan bagian yang dapat dilihat;
2. Bagian akar gigi merupakan bagian dari gigi yang tertanam didalam tulang rahang
dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal:
a. Email/Enamel
Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan satu-
satunya komponen dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan
reparatif karena itu regenerasi enamel tidak mungkin terjadi. Struktur enamel
gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari 97%
mineral (kalsium, fosfat, karbonat dan flour), air 1% dan bahan organik 2%.
b. Dentin
Dentin terdiri dari kalsium dan fosfor tetapi dengan proporsi proten yang
lebih tinggi (terutama kolagen). Dentin adalah suatu jaringan vital yang
tubulus dentinnya berisi perpanjangan sitoplasma odontoblas.
c. Sementum
Sementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya
dengan tulang.
d. Pulpa
Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan
saraf dan pembuluh darah yang mensuplai dentin. Saraf ini mengirimkan
rangsangan seperti, panas dan dingin dari gigi ke otak, dimana hal ini

24
dialami sebagai rasa sakit.
Gambar 2. Jaringan Gigi dan Gambaran Radiologisnya3
B. Jenis Gigi
Gigi terdiri dari beberapa jenis yaitu sebagai berikut:3,4
1. Gigi Seri (Insisivus)
Berbentuk seperti sekop dengan bagian tepi yang lebar yang berfungsi untuk
mengigit dan hanya memiliki satu akar. Gigi seri rahang atas berukuran lebih
besar daripada gigi seri rahang bawah.
2. Gigi Taring (Kaninus)
Memiliki ukuran yang sama pada rahang atas dan bawah. Gigi ini juga
merupakan gigi yang kuat dan menonjol di sudut mulut dan hanya memiliki satu
akar.
3. Gigi Premolar
Memiliki mahkota gigi yang bulat memiliki bentuk seperti kaleng tipis dengan
dua tonjolan, satu berada di sebelah pipi dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan
gigi premolar hanya memilki satu akar namun beberapa gigi premolar memiliki
dua akar.
4. Gigi Geraham (Molar)
Merupakan gigi besar yang berada di sebelah belakang dalam mulut yang
digunakan untuk mengunyah makanan. Gigi molar memiliki mahkota gigi
berbentuk persegi. Gigi geraham pada rahang atas memiliki tiga akar gigi
sedangkan gigi geraham pada rahang bawah memiliki dua akar gigi.

C. Permukaan Gigi
Gigi memiliki beberapa permukaan yaitu sebagai berikut:4
1. Permukaan Labial/Vestibular
Permukaan yang paling dekat dengan bibir dan pipi.
2. Permukaan Lingual/Palatal
Permukaan gigi yang paling dekat dengan lidah di rahang bawah adalah
permukaan lingual dan permukaan yang berada paling dekat dengan lidah di
rahang atas adalah permukaan palatal.

25
3. Permukaan Mesial
Permukaan gigi yang terletak paling dekat dengan garis tengah tubuh.
4. Permukaan Distal
Permukaan gigi yang berada paling jauh dari garis tengah tubuh.
5. Permukaan Oklusal
Bagian permukaan yang digunakan sebagai pengunyahan gigi molar dan gigi
premolar.

Gambar 3. Permukaan Gigi3

II. PERUBAHAN PADA GIGI SEIRING BERJALANNYA USIA


Pada bayi usia 4 sampai 7 bulan, pertumbuhan gigi sudah dapat terlihat. Biasanya
gigi seri rahang bawah muncul lebih dulu diikuti oleh dua gigi seri rahang atas. Pada usia
3 tahun, seorang anak akan memiliki gigi susu yang lengkap sejumlah 20 buah.5
Pada anak usia 6 tahun, gigi susu anak akan mulai tanggal. Terdapat juga perubahan
struktur rahang sebagai upaya akomodasi pertumbuhan gigi permanen. Ketika mencapai
usia 12 tahun, seluruh gigi susu anak sudah digantikan dengan gigi permanen.5
Pada usia 13 sampai 25 tahun gigi geraham belakang ketiga akan mulai muncul. Pada
sebagian orang, jika gigi geraham belakang ketiga belum muncul disebut dengan

26
impaksi.5
Gambar 4. Gambaran Gigi Susu dan Gigi Permanen3

Gambar 5. Usia Erupsi dan Tanggal pada Gigi Susu dan Gigi Permanen4

Gambar 6. Gambaran Gigi Susu dan Gigi Permanen menurut Usia 3


A. Atrisi Gigi
Keausan yang disebabkan oleh kontaknya gigi disebut atrisi. Atrisi gigi adalah
keadaan dimana hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap pada permukaan
oklusal dan proksimal gigi karena proses mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat
pengunyahan. Ciri khas atrisi adalah perkembangan dari suatu sisi yang mana adalah
permukaan yang datar. Atrisi juga meningkat seiring pertambahan usia karena
kontak terus menerus.6,7

III. IDENTIFIKASI GIGI DALAM KEDOKTERAN FORENSIK


Gigi memiliki peran di bidang kedokteran forensik, yaitu dalam proses identifikasi
individu. Gigi dapat digunakan untuk menentukan identitas seseorang yang meninggal
karena kecelakaan, kejahatan, ataupun karena bencana alam, karena gigi merupakan
material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan. Gigi bersifat stabil
dan tidak mudah rusak selama penyimpanan.7
27
Aspek penting untuk mendapatkan perkiraan usia gigi yang tepat salah satu caranya
dengan menggunakan suatu metode, melakukan pengukuran, dan kalkulasi berulang-
ulang.7
A. Metode Demirjian
Metode ini digunakan untuk estimasi usia dengan melihat proses pertumbuhan
dan perkembangan gigi dengan menggunakan foto panoramik yaitu ortopantomografi
(OPG) merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk melihat gambaran gigi dan
rahang menggunakan modalitas X-ray. Metode ini didasarkan pada tahapan
perkembangan 7 gigi permanen rahang bawah kiri (kecuali molar 3), didasarkan pada
kriteria bentuk dan nilai relatif, dan bukan pada panjang mutlak gigi.8
Metode ini menggunakan delapan tahapan dan memberi skor mulai dari A
hingga H. Delapan tahapan tersebut mewakili kalsifikasi masing-masing gigi.
Pemberian skor setiap gigi dan setiap tahap perkembangan berdasarkan metode
Tanner yang menggambarkan maturasi tulang. Permberian skor terbatas pada tujuh
gigi permanen (gigi insisivus 1 dan 2, kaninus, premolar 1 dan 2 dan molar 1 dan 2)
pertama kuadran kiri bawah dan dibandingkan dengan representasi grafis tahap
perkembangan. Setiap tahap perkembangan memiliki kriteria khusus dan satu, dua
atau tiga kriteria tertulis. Jika hanya terdapat satu kriteria, harus dipenuhi untuk
mencapai tahap tertentu; jika terdapat dua kriteria, maka dianggap terpenuhi jika yang
pertama telah ditemukan, jika terdapat tiga kriteria maka dua yang pertama harus
ditemukan agar dianggap terpenuhi. Analisis statistik skor maturasi digunakan untuk
masing-masing gigi dari tujuh gigi dari tiap-tiap tahap dari delapan tahap
perkembangan. Standar penghitungan anak laki-laki dan perempuan dipisah.8
Demirjian menggunakan penilaian gigi yang diubah kedalam skor dengan
menggunakan tabel untuk anak laki-laki dan perempuan secara sendiri-sendiri. Semua
skor untuk masing-masing gigi dijumlah dan skor maturasi dihitung. Skor maturasi
kemudian dikonversi langsung ke dalam usia gigi dengan menggunakan tabel
konversi. Metode ini dapat menentukan usia antara 3 sampai 16 tahun. Masalah yang
sering menjadi kendala dari metode Demirjian adalah subjektifitas interpretasi
gambaran rontgen dan penggunaannya di populasi berbeda.8

28
Gambar 7. Tahapan Demirjian (Gambaran Radiologi dan Sketsa)9

B. Metode Gustafson
Metode Gustafson merupakan metode penentuan usia berdasarkan perubahan
makrostruktural gigi geligi. Skala nilai adalah nol, satu, dua, tiga. Gustafson membagi
menjadi 6 tahapan yaitu derajat atrisi, jumlah dentin sekunder, posisi perlekatan
gingiva, derajat resobpsi akar, transparansi dentin akar dan ketebalan sementum. Nilai
masing-masing perubahan dijumlah (x) dan kemudian dihitung dengan rumus y : 3,52
x + 8,88. Sampel yang digunakan adalah gigi insisivus. Metode ini sering digunakan
untuk penentuan usia individu dewasa dengan melihat perubahan struktur gigi.8,10

29
BAB IV JURNAL PEMBANDING

I. JURNAL PEMBANDING I

30
II. JURNAL PEMBANDING II

31
32
III. PERBEDAAN JURNAL UTAMA DAN JURNAL PEMBANDING
No. Jurnal Pembanding Persamaan Perbedaan
1. Jurnal: Topik Penelitian: Jumlah Sampel:
Age estimation and Memperkirakan usia 1153 anak-anak Darforian
dental maturity for kronologis dan (353 anak perempuan dan
Sudanese children kematangan gigi 800 anak laki-laki)
using Demirjians menggunakan metode
system2 Demirjian Hasil Penelitian:
Hasil penelitian
Disetujui: Desain Penelitian: menunjukkan hasil di bawah
Maret 2013 Penelitian cross-sectional usia rata-rata anak-anak
Darforian baik pria maupun
Lokasi: wanita yang diteliti
Sudan menggunakan metode
Demirjian dan dibutuhkan
standar baru untuk populasi
tersebut. Juga, faktor-faktor
yang mungkin
mempengaruhi temuan ini
harus diselidiki dalam studi
selanjutnya.
2. Jurnal: Topik Penelitian: Jumlah Sampel:
Dental Age Membandingkan usia 285 anak Rumania Tengah
Assessment Using kronologis dan usia gigi dari usia 6-13 tahun.
Demirjians Method dengan menggunakan
A Radiographic metode Demirjian Hasil Penelitian:
Study11 dari anak-anak Rumania Usia gigi lebih maju
Tengah dibandingkan usia
Disetujui: kronologis. Hasil penelitian
Desember 2014 menunjukkan bahwa metode
Demirjian memiliki beberapa

33
Lokasi: keterbatasan untuk populasi
Rumania Desain Penelitian: Rumania. Standar ini hanya
Penelitian cross-sectional berlaku untuk kelompok usia
tertentu. Penelitian lebih
lanjut membutuhkan sampel
yang lebih besar.

34
BAB V KESIMPULAN

Perkiraan usia memiliki peran yang penting tidak hanya di bidang forensik, namun
juga pada bidang kedokteran gigi dan arkeologi. Dari sisi forensik, penentuan usia yang akurat
diperlukan untuk kepentingan pengadilan, terutama apabila kasus yang dihadapi berkaitan
dengan anak di bawah umur tanpa dokumen yang lengkap. Kasus semacam ini umumnya
ditemukan pada kasus-kasus adopsi, pengungsi, dan imigran.
Untuk menentukan estimasi usia pada anak-anak, umumnya digunakan indikator
perkembangan gigi maupun erupsi gigi yang dianggap lebih akurat dibanding indikator
kematangan tubuh lainnya seperti tulang, morfologi, maupun tanda perkembangan seksual.
Penentuan perkiraan usia gigi yang tepat memang sebaiknya menggunakan lebih dari satu
metode perkiraan usia gigi dan melakukan pengukuran serta kalkulasi berulang-ulang. Metode
Demirjian, Nolla, dan Gustafson adalah metode penentuan usia melalui gigi yang sering
digunakan, masing-masing memiliki keunggulan dan keterbatasan.
Keuntungan metode Demirjian adalah sistem tahapan yang terdiri dari hanya delapan
tahapan perkembangan gigi dan mudah dimengerti karena diagram garis kriteria deskriptif
yang jelas dan ilustrasi radiografi untuk setiap tahap perkembangan gigi. Bahkan, tahap
Demirjian hanya membutuhkan pengukuran relatif. Namun, terdapat masalah yang sering
menjadi kendala dari metode Demirjian yaitu subjektifitas interpretasi gambaran rontgen dan
evaluasi yang selalu dilakukan pada tujuh gigi mandibula kiri. Hal ini menjadikan metode ini
tidak dapat digunakan pada anak-anak yang giginya tidak lengkap serta pada gambaran
radiologi yang tidak jelas. Metode ini akan memberikan penilaian yang lebih akurat jika
menggunakan gigi yang baik dibandingkan menggunakan gigi yang sedang tumbuh.
Jurnal ini menerangkan bahwa tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada
tingkatan Demirjian pada populasi yang berbeda dan memberikan kesimpulan akhir bahwa
penelitian ini dapat digunakan untuk menentukan usia pada anak-anak di India. Namun, kedua
jurnal pembanding memberikan dua kesimpulan berbeda, dimana yang satu menyimpulkan
bahwa usia yang didapatkan dari hasil penelitian berada di bawah usia rata-rata sementara
yang lain menyimpulkan bahwa usia yang didapatkan dari hasil pemeriksaan gigi lebih maju
dari usia kronologis.

35
Meskipun demikian, Metode Demirjian tetap digunakan secara luas oleh dokter dan
praktisi forensik, terutama odontologi forensik di seluruh dunia untuk penentuan usia pada
anak-anak dan tampaknya juga dapat digunakan di Indonesia sebagai sesama orang Asia
seperti halnya India.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Pathak HV, Dixit P, Shrigiriwar M, Bardale R. Orthopantomographic evaluation of canine


and first premolar using Demirjians stages in central India: new approach to forensic age
estimation: J Forensic Sci. 2012 Jul;57(4):10826.

2. Rizig AO, Elamin F, Zeidan ZA, Kasim K, Mohamed Z. Age estimation and dental
maturity for Sudanese children using Demirjians system. J Med Med Sci. 2013;4(3):123
27.

3. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically oriented anatomy. 6th ed. Lippincott
Williams and Wilkins; 2009.

4. Canadian Dental Association [Internet]. [cited 2017 Aug 20]. Available from:
http://www.cda-adc.ca/en/oral_health/cfyt/dental_care_children/development.asp

5. How Teeth Change With Age | North Burnaby Dental Group [Internet]. [cited 2017 Aug
20]. Available from: http://northburnabydental.com/how-teeth-change-with-age

6. Mangesh S, A DS, V AS, P.R.Kulkarni. Age estimation by attrition of teeth. Int J Health
Sci Res IJHSR. 2012;2(9):137.

7. Apriyono DK. Metode penentuan usia melalui gigi dalam proses identifikasi korban.
Cermin Dunia Kedokt. 2016 Jan 1;43(1):714.

8. Lewis AJ, Boaz K, Nagesh KR, Srikant N, Gupta N, Nandita KP, et al. Demirjians
method in the estimation of age: A study on human third molars. J Forensic Dent Sci.
2015;7(2):1537.

9. Liversidge HM. The assessment and interpretation of Demirjian, Goldstein and Tanners
dental maturity. Ann Hum Biol. 2012 Sep;39(5):41231.

10. Shrigiriwar M, Jadhav V. Age estimation from physiological changes of teeth by


Gustafsons method. Med Sci Law. 2013 Apr;53(2):6771.

11. Jurca A, Lazar L, Pacurar M, Bica C, Chibelean M, Bud E. Dental age assesment using
Demirjians methoda radiographic study. Eur Sci J ESJ. 2014;10(36).

37

Anda mungkin juga menyukai