Penentuan ini berdasarkan pada ciri-ciri yang mudah dikenali pada tulang-tulang, seperti :
tulang panggul, tengkorak, tulang-tulang panjang, tulang dada; dimana yang mempunyai nilai
tinggi dalam hal penentuan jenis kelamin adalah tulang panggul dan baru tengkorak.
Secara umum dapat dikatakan bahwa rangka wanita mempunyai bentuk dan tekstur yang
lebih halus bila dibandingkan dengan rangka pria.
Panggul
Pemeriksaan panggul secara tersendiri tanpa pemeriksaan lain, jenis kelamin sudah dapat
ditentukan pada sekitar 90% kasus (Washburn, 1984; Korgman,1962).
Indeks ischium-pubis pada wanita 15% lebih besar dari pria, ini terdapat pada lebih dari 90%
wanita. Indeks tersebut diukur dari ischium dan pubis dari titik dimana mereka bertemu di
acetabulum.
Bentuk dari greater schiatic notch mempunyai nilai tinggi dalam penentuan jenis kelamin
dari tulang panggul, 75% kasus dapat ditentukan hanya dari pemeriksaan tersebut.
Tengkorak
Untuk dapat menentukan jenis kelamin dari tengkorak, diperlukan penilaian dari berbagai
data ciri-ciri yang terdapat pada tengkorak tersebut. Ciri utama adalah tonjolan di atas orbita
(supra orbital ridges); processus mastoideus; palatum; bentuk rongga mata dan rahang
bawah.
Ciri-ciri tersebut akan tampak jelas setelah usia 14-16 tahun. Menurut Krogman ketepatan
penentuan jenis kelamin atas dasar pemeriksaan tengkorak dewasa adalah 90%.
Luas permukaan processus mastoideus pada pria lebih besar dibanding wanita, hal ini
dikaitkan dengan adanya insersi otot yang lebih kuat pada pria.
Tulang dada
Rasio panjang dari manubrium sterni dan corpus sterni menentukan jenis kelamin, pada
wanita mmanubrium sterni melebihi separuh panjang corpus sterni; dan ini mempunyai
ketepatan sekitar80% (Iordanis,1961)
Tulang panjang
Pria pada umumnya memilki tulang yang lebih panjang,berat, dan kasar serta impresinya
lebih banyak.
Tulang paha (os.femur) merupakan tulang panjang yang dapat diandalakan dalam penetuan
jenis kelamin, ketepatanya pada orang dewaswa sekitar 80%. Konfigurasi, ketebalan, ukuran
dan caput femoris serta bentukan otot dan ligamen serta peringai radiologis perlu
diperhatikan.
Penentuan umur
Untuk kepentingan menghadapi kasus-kasus forensik, maka penentuan atau lebih tepatnya
perkiraan umur, dibagi dalam tiga fase, yaitu : bayi yang baru dilahirkan; anak-anak dan
dewasa sampai umur 30 tahun; dan dewasa diatas 30 tahun.
1. Bayi yang baru dilahirkan
Perkiraan umur bayi sangat penting bila dikaitkan dengan kasus pembunuhan anak
salam hal ini penetuan umur kehamilan dan viabilitas. Kriteria yang umum dipakai
adalah : berat badan; tinggi badan dan pusat-pusat penulangan. Tinggi badan
mempunyai nilai lebih bila dibandingkan dengan berat badan di dalam hal perkiraan
umur.
Tinggi badan diukur dari puncak kepala sampai tumit (crown-heel), dapat digunakan
untuk menggunakan rumus dari HAASE. Cara pengukuran lain yaitu dari puncak
kepala ke tulang ekor (crown-rup), dipergunakan oleh STREETER.
Pusat penulangan yang paliong bermakna di dalam upaya memperkirakan umur
adalah pusat penulangan bagian distal tulang paha (os.femoris). pemeriksaan dengan
sinar-x , dapat membantu untuk meilai timbulnya epiphyses dan fusinya dedngan
diaphyses.
2. Anak-anak dan dewasa di bawah 30 tahun
Saat terrjadinya unifikasi dari diaphyses memberi hasil dalam bentuk perkiraan.
Penyambungan speno-occipital terjadi dalam umur 17-25 tahun, sedangkan pada
wanita terjadi antara 17-20 tahun. Tulang selangka merupakan tulang panjang ayng
terakhir mengalami unifikasi, dimulai pada umur 18-25, dan mungkin tidak lengkap
sampai 25-30 tahun. Dalam usia 31 tahun ke atas unifikasi menjadi lengkap.
Tulang belakang (os.vertebrae), sebelum usia 30 tahun akan menunjukkan alur-alur
yang dalam yang berjalan radier pada bagian permukaan atas dan bawah; dalam hal
ini corpus vertebraenya.
3. Dewasa diatas 30 tahun
Referensi : Idries, Abdul Munim. 1997. Jakarta:Binarupa Aksara, Pedoman Ilmu Kedokteran
Forensik hal38-41, 42-47