OBSTRUKSI JAUNDICE
Pembimbing:
Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, Sp.B, FINACS. FICS (K) TRAUMA
Oleh :
SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
LEMBAR
PENGESAHAN
1 REFERAT
2 OBSTRUKSI
JAUNDICE
Referat dengan judul Obstruksi Jaundice telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di
SMF Bedah
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
Jaundice.
Penulisan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
pembimbing khususnya kepada Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, Sp.B, FINACS.
FICS (K) TRAUMA selaku pembimbing, dan semua pihak terkait yang telah
kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Wassalamualaikum WR.WB.
Surabaya, 17 Februari
2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 Anatomi.....................................................................................................2
2.2 Definisi......................................................................................................6
2.3 Epidemiologi.............................................................................................6
2.4 Etiologi......................................................................................................7
2.5 Patofisiologi...............................................................................................8
2.8 Tatalaksana..............................................................................................20
2.9 Komplikasi..............................................................................................23
2.10 Prognosis..............................................................................................23
BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iv
DAFTAR GAMBAR
v
1 BAB 1
PENDAHULUAN
tidak dapat dialirkan ke dalam usus melalui sirkulasi darah oleh karena adanya
gangguan traktus bilier dan evaluasi dan manajemen dari obstruktif jaundice
adalah hal yang umum dihadapi oleh bedah umuum (Prabakar, 2016).
dunia, dan sebagian besar kasus disebabkan oleh cholelithiasis (batu empedu). Di
Amerika Serikat, 20% orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki batu
empedu dan 1 juta kasus batu empedu yang baru didiagnosis dilaporkan setiap
obstruksi jaundice dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi.
presentasi klinis dan penatalaksanaan kasus ikterus obstruktif dari ikterus bedah
memang merupakan tugas yang menantang bagi ahli bedah. Oleh karena itu, studi
komprehensif tentang etiologi sangat penting dalam manajemen yang tepat dari
1
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Hepar
banyak fungsi. Tiga fungsi dasar hepar, yaitu: (1) membentuk dan
menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang
dekstra dan lobus hepatis sinistra. Lobus hepatis dekstra terbagi lagi
2
3
Porta hepatis, atau hilus hepatis, terdapat pada fasies visceralis dan
terletak diantara lobus caudatus dan quadratus, bagian atas ujung bebas
ini terdapat duktus hepatikus dekstra dan sinistra, ramus dekstra dan
duktus koledokus (trias hepatis). Darah arteria dan vena berjalan diantara
sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena sentralis (Snell, 2016).
Vesika biliaris
5
Vesika biliaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum. Fundus vesika
vesika biliaris terletak dan berhubungan dengan fasies visceralis hepar dan
arahnya keatas, belakang, dan kiri. Collum vesika biliaris melanjutkan diri
sebagai duktus cystikus yang berbelok ke arah dalam omentum minus dan
Empedu keluar dari kandung empedu memalui duktus sistikus dan masuk
vagus dan enterik usus, yang meningkatkan motilitas dan sekresi empedu
(Snell, 2016).
2.2 Definisi
2.3 Epidemiologi
per 1000 orang. Secara predileksi ras tergantung dari penyebab obstruksi
bilier. Orang keturunan Hispanik dan Eropa Utara memiliki resiko lebih
tinggi terkena batu empedu daripada orang Asia dan Afrika. Penduduk asli
7
obesitas dan diabetes diantara populasi mereka dan terutama rentan untuk
Selatan, Eropa Tengah dan Timur, utara Indian subkontinen, dan Asia
di Timur Jauh (Asia Timur, Rusia Tijur Jauh, Asia Tenggara) (Bonheur,
2019).
dekade ke enam, hampir 25% dari wanita Amerika memiliki batu empedu,
dalam empedu. Kanker kantong empedu juga lebih banyak pada wanita
dengan perjalanan penyakit lebih rumit terjadi pada mereka yang pernah
2.4 Etiologi
Choledocholithiasis
8
Haemobilia
1. Congenital
Atresia bilier
Kista choledochal
2. Didapat
Papillary stenosis
Striktur
a. Post trauma
b. Post operasi
e. Radioterapi
f. Sindrom Mirrizzi
g. Malignansi
- Ca gall bladder
- Cholangiocarcinoma
- Ca ampula vater
C. Di luar dinding
2. Maligna:
Ca caput pankreas
2.5 Patofisiologi
ikterus hepatik, dan ikterus posthepatik atau yang disebut ikterus obstruktif.
terjadinya ikterus ini adalah pada daerah posthepatik, yaitu setelah bilirubin
Fase Pre-hepatik
1. Pembentukan bilirubin.
larut.
2. Transport plasma
terlebih dahulu oleh karena sifatnya yang tidak larut dalam air.
10
Fase Intra-Hepatik
3. Liver uptake
4. Konjugasi
kanalikulus empedu.
Fase Post-Hepatik
5. Ekskresi bilirubin
ikterik. Ikterik paling pertama terlihat adalah pada jaringan ikat longgar
seperti sublingual dan sklera. Karena kadar bilirubin direk dalam darah
urine akan menjadi gelap dengan bilirubin urin positif. Sedangkan karena
menjadi berkurang dan feses akan menjadi berwarna pucat seperti dempul
oleh sel hepar, dan hipomotilitas atau gangguan pengosongan kantong empedu.
Pada batu pigmen, kondisi dengan pemecahan heme yang tinggi, bilirubin dapat
density lipoprotein (LDL) receptor (LDRL) untuk LDL, dan scavanger receptor
sintesis garam empedu melalui jalur klasik dan alternatif, yang mana diregulasi
receptor (FXR, atau NRH1) melalui pasangan heterodimer kecil dan fibroblast
ABCG5 dan ABCG8 untuk kolesterol, ABCB11 untuk garam empedu, ABCB4
ke dalam hepatosit. Liver X receptor (LXR atau NR1H3) memiliki peran yang
penting tidak hanya di sintesis kolesterol dan garam empedu melalui sitokrom
turut, namun juga dalam sekresi kolesterol empedu dengan aktivasi ABCG5 dan
dinyatakan dalam persen mol. Zona misel fase tunggal di bagian bawah tertutup
oleh garis bersudut padat, dan di atasnya, 2 garis padat membagi zona 2 fase dari
daerah 2 fase kiri dan pusat 3 fase dibagi dengan garis putus-putus ke daerah A –
Daerah C dan D mengandung kristal kolesterol monohidrat, kristal cair dan misel
jenuh. Wilayah E mengandung kristal cair dan misel jenuh. Khususnya, ketika
konsentrasi total lipid (7,5 g / dl → 2,5 g / dl), hidrofobisitas garam empedu (3α,
12α → 3α, 7α → 3α, 7α, 12α → 3α, konjugasi taurine hidroksilasi 7a) dan suhu
ke kadar fosfolipid yang lebih rendah dengan kristalisasi kolesterol lambat dan
saluran kistik, saluran empedu atau keduanya. Obstruksi sementara duktus kistik
(seperti ketika batu masuk dalam duktus kistik sebelum duktus melebar dan batu
berumur pendek. Ini dikenal sebagai cholelithiasis. Obstruksi saluran kistik yang
lebih persisten (seperti ketika batu besar tersangkut secara permanen di leher
16
empedu bisa melewati saluran kistik dan terkena dan mempengaruhi saluran
empedu umum, dan menyebabkan obstruksi dan penyakit kuning. Komplikasi ini
jaundice merupakan tanda dan gejala yang muncul sebagai akibat dari
berat pada abdomen bagian atas. Gejala ini dapat muncul sebagai kolik
biliaris (nyeri yang hilang timbul) atau nyeri sekunder yang muncul akibat
pada bagian epigastric atau regio kanan atas sebelum muncul jaundice
terjadi dibagian mana saja mulai dari hepatosit sampai dengan ampula
berwarna lebih gelap yakni oranye hingga coklat. Selain itu sebagai aibat
klinis berupa feces berwarna pucat dengan kadar residual lemak yang
cholestasis kronik. Sifat dari pruritus akibat cholestasis ini adalah gejala
membaik pada pagi hari dan memburuk selama seharian setelah konsumsi
makanan pada pagi hari. Pada malam hari, kadar bilirubin akan menurun
karena kondisi berpuasa, sehingga gejala akan lebih baik pada pagi hari
akibat dari obstruksi dan superinfeksi pada sistem bilier, paling sering
pasien biasanya berupa nyeri abdomen yang hilang timbul, jaundice dan
18
1033 ].
Far17 \l 1033 ].
ini juga dapat ditemukan pada beberapa keadaan fisiologis dan proses
2.8 Tatalaksana
dari obstruksi biliaris, dimana terjadi pada sekitar 14% dari semua kasus
jenis kelamin perempuan, usia tua, BMI yang tinggi dan penurunan berat
open) merupakan tatalaksana yang saat ini dianggap defintif pada batu
pasien kolik bilier, 24-72 jam pada pasien dengan cholecystitis akut dan
2.9 Komplikasi
hipertensi portal dan kegagalan fungsi hepar dimana komplikasi ini dapat
1033 ].
24
2.10 Prognosis
empedu mencapai kurng lebih 10% tiap tahun sampai dengan 40-45%
KESIMPULAN
superfisial yang disebabkan oleh deposisi pigmen biliaris sebagai akibat dari
disebabkan pleh kelainan pre hepatic, heparik dan post hepatic. Obstruksi pada
post hepatic, disebut juga sebagai cholestasis, dapat terjadi dibagian mana saja
mulai dari hepatosit sampai dengan ampula vater, dimana ductus biliaris bermuara
dan ERCP. Prinsip tatalaksana yang dilakukan adalah menghilangkan kausa dan
obstruksi jaundice yang ditatalkasana dengan tindakan operatif adalah sangat baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bonheur, JL. 2019. Biliary Obstruction. Diakses pada 16 Februari 2020. <
https://emedicine.medscape.com/article/187001-overview>
Chinese Society of Hepatology, Chinese Society of Gastroenterology, and
Chinese Society of Infectious Diseases of the Chinese Medical
Association. 2016. "Consensus on the diagnosis and treatment of
cholestatic liver Disease." Journal of Digestive Diseases 137–154.
Fargo, Matthew V., Scott P. Grogan, and Aaron Saguil. 2017. "Evaluation of
Jaundice in Adults." American Family Physician 165-166.
Hori, Tomohide. 2019. "Comprehensive and innovative techniques for
laparoscopic choledocholithotomy: A surgical guide to successfully
accomplish this advanced manipulation." World J Gastroenterol 1531-
1549.
John S, Pratt DS. 2018. Jaundice. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine.
20th ed. United States of America: Mc Graw Hill. pp.279-280
Prabakar A, Raj RS. 2016. Obstructive Jaundice: A Clinical Study. Journal of
Evolution of Medical and Dental Sciences. Vol. 05. No. 28. Pp 1423-1429
Portincasa, P, A Di Ciaula, O de Bari, G Garruti, VO Palmieri, and DQ-H Wang.
2016. "Management of gallstones and its related complications." Expert
Review of Gastroenterology & Hepatology.
Roy, S. K., and A Lambert. 2017. "Obstructive jaundice: a clinical review for the
UK armed forces." Journal of the Royal Naval Medical Service 44-45.
Shah, Rushikesh, and Savio John. 2019. "Cholestatic Jaundice (Cholestasis,
Cholestatic Hepatitis)." NCBI Bookshelf.
Snell, Richard S. 2016. Anatomi Klinik. 9th Ed. Jakarta: Penerbitan buku
Sjamsuhidajat, R. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah. 4th Ed. Jakarta: EGC.
26