Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

BAGIAN RADIOLOGI
OKTOBER, 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

DIVERTIKULOSIS

Oleh :

A.St. Haniyah Nadhifah Z.

Pembimbing :
dr. Andi Hendra Yusa, Sp.Rad

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Radiologi)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa:


Nama : A. ST. HANIYAH NADHIFAH Z.
Judul Referat : DIVERTIKULOSIS
Telah menyelesaikan referat dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2020


Pembimbing,

dr. Andi Hendra Yusa, Sp.Rad

i
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.


Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat dengan judul
“Diverticulosis” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurah
kepada baginda Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang memberikan
pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. Andi Hendra
Yusa, Sp.Rad, yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat
berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.

Wassalamu Alaikum WR.WB.

Makassar, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2

Definisi................................................................................................................ 2

Anatomi dan Fisiologi Usus Besar...................................................................... 2

Etiologi................................................................................................................ 3

Epidemiologi....................................................................................................... 4

Diagnosis ............................................................................................................ 4

Radiologi Diagnostik.......................................................................................... 4

Penatalaksanaan.................................................................................................. 6

Komplikasi.......................................................................................................... 9

Prognosis............................................................................................................. 10

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

Secara umum, penyakit divertikel diartikan sebagai kantong yang


menonjol keluar berupa pseudodivertikel yang didapat dari mukosa dan
submukosa kolon..1
Di negara-negara maju, penyakit diverticular (PD) merupakan kelainan
yang sering ditemukan, yaitu 30-55% dari populasi; dan disebut sebagai penyakit
defisiensi serat. Sebaliknya di Negara berkembang seperti Afrika dan Asia, PD
jarang ditemukan oleh karena makanan yang dikonsumsi mengandung banyak
serat. Divertikel dapat terjadi sepanjang saluran cerna tetapi terutama dalam
kolon, khususnya kolon sigmoid. Kolon sigmoid adalah tempat yang paling sering
terjadinya diverticulosis. Divertikulosis colon merupakan penyebab yang paling
umum dari perdarahan saluran cerna bagian bawah, berperan hingga 40 – 55%
dari semua kasus perdarahan.2,4
Penyakit divertikular pada umumnya tidak memberikan gejala klinik pada
70-75% pasien. Keluhan lain yang biasa didapat adalah nyeri, obstipasi, dan diare
oleh karena adanya gangguan motilitas dari sigmoid. Oleh karena itu, diperlukan
pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosis dari diverticulosis yaitu
pemeriksaan radiologi serta kolonoskopi. Pemeriksaan radiologi diagnostik secara
spesifik akan dibahas dengan foto rontgen abdomen, CT Scan dan USG abdomen
yang merupakan salah satu cara diagnostik yang penting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Penyakit Divertikular merupakan suatu kelainan, di mana terjadi herniasi
mukosa/submukosa dan hanya dilapisi oleh tunika serosa pada lokasi dinding
kolon yang lemah yaitu tempat di mana vasa rekta menembus dinding kolon.2
Divertikulosis diartikan sebagai kantung atau penonjolan keluar dari
kolon, terjadi dalam jangka waktu yang lama dan terjadi pada natural weak
points dinding usus.3

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI USUS BESAR


Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum
membentuk kantong buntu di bawah pertemuan antara usus halus dan usus
besar di katup ileosekum. Tonjolan kecil seperti jari di dasar sekum adalah
apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit. Kolon yang
membentuk sebagian besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus
tetapi terdiri dari tiga bagian yang relatif lurus yaitu kolon asenden, kolon
transversum, dan kolon desenden. Bagian terakhir kolon desenden berbentuk
huruf S, membentuk kolon sigmoid (sigmoid artinya “berbentuk S”), dan
kemudian melurus untuk membentuk rektum (berarti “lurus”)5

2
Gambar 1. Anatomi Usus Besar 5

Kolon normalnya menerima sekitar 500 mL kimus dari usus halus perhari.
Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan di usus
halus, isi yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak
tercerna (misalnya selulosa), komponen empedu yang tidak diserap, dan
cairan. Kolon mengekstraksi H20 dan garam dari isi lumennya untuk
membentuk massa padat yang disebut feses untuk dikeluarkan dari tubuh.
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi.
Selulosa dan bahan lain yang tak tercerna di dalam diet membentuk sebagian
besar massa dan membantu mempertahankan keteraturan pergerakan usus
dengan berkontribusi pada volume isi kolon.5
Umumnya gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak mendorong,
yang sesuai fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan.
Motilitas utama kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmitas
autonomy sel-sel otot polos koln. Kontraksi ini, yang menyebabkan kolon
membentuk haustra, merupakan kontraksi berbentuk cincin yang berosilasi
yang serupa dengan segmentasi usus halus tetapi terjadi lebih jarang. Waktu
di antara dua kontraksi haustra dapat mencapai tiga puluh menit, sementara
kontraksi segmentasi di usus halus berlangsung dengan frekuensi 9 hingga 12
kali per menit. Lokasi kantong haustra secara bertahap berubah sewaktu
segmen yang semula melemas dan membentuk kantong mulai berkontraksi

3
secara perlahan sementara bagian yang tadinya berkontraksi melemas secara
bersamaan untuk membentuk kantong baru. Gerakan ini tidak mendorong isi
usus tetapi secara perlahan mengaduknya maju-mundur sehingga isi kolon
terpajan ke mukosa penyerapan. Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh
reflex-refleks local yang elibatkan pleksus intrinsik.5
Ketika makanan masuk ke lambung, pergerakan massa dipicu di kolon
terutama oleh reflex gastrokolon yang diperantarai dari lambung ke kolon
oleh gastrin dan saraf autonom ekstrinsik. Pada banyak orang, reflex ini
paling jelas setelah sarapan dan sering diikuti oleh keinginan untuk buang air
air besar. Karena itu, ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu reflex-
refleks yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian distal untuk
menyediakan tempat bagi makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum
memindahkan isi usus halus yang masih ada ke dalam usus besar, dan reflex
gastrocolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, memicu reflex defekasi.
Refleks defekasi menyebabkan sfingter anus internus (yang merupakan
otot polos) melemas dan rektum dan kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat.
Jika sfingter anus eksternus (yang merupakan otot rangka) juga melemas,
terjadi defekasi. Karena merupakan otot rangka, sfingter anus eksternus
berada di bawah kontrol volunter. Peregangan awal dinding rektum disertai
oleh timbulnya rasa ingin buang air besar.5

C. ETIOLOGI

Menurut Painter dan Burkitt, pada tahun 1960, penyebab terjadinya


Penyakit Divertikular adalah kurangnya serat dan rendahnya residu dalam
makanan yang dikonsumsi karena telah diolah di pabrik, seperti gandum, biji-
bijian, konsumsi gula, tepung, daging dan makanan kaleng yang banyak
sehingga menyebabkan perubahan milieu interior dalam kolon. Pendapat ini
diperkuat oleh penelitian-penelitian selanjutnya dimana terbukti bahwa
kurangnya serat dalam makanan merupakan factor utama terjadinya penyakit
diverticular sehingga disebut sebagai penyakit defisiensi serat.2

4
Konsumsi makanan yang berserat tinggi, terutama serat yang tidak larut
(selulosa) yang terkandung dalam biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan,
akan berpengaruh pada pembentukan tinja yang lebih padat dan besar
sehingga dapat memperpendek waktu transit feses dalam kolon dan
mengurangi tekanan intraluminal yang mencegah timbulnya divertikel. Di
samping itu, serat penting dalam fungsi fermentasi bakteri dalam kolon dan
merupakan substrat utama dalam produksi asam lemak rantai pendek yang
berpengaruh pada pengadaan energy yang dibutuhkan mukosa kolon,
menghasilkan atau mempengaruhi pertumbuhan mukosa dengan cara
meningkatkan aliran darah.2

Pada mereka yang mengonsumsi kurang serat akan menyebabkan


penurunan massa feses menjadi kecil-kecil dank eras, waktu transit kolon
yang lebih lambat sehingga absorbsi air lebih banyak dan output yang
menurun menyebabkan tekanan dalam kolon meningkat untuk mendorong
massa feses keluar mengakibatkan segmentasi kolon yang berlebihan.2

Segmentasi kolon yang berlebihan akibat kontraksi otot sirkuler dinding


kolon untuk mendorong isi lumen dan menahan passase dari material dalam
kolon merupakan salah satu factor penyebab terjadinya penyakit diverticular.

Pada segmentasi yang meningkat akan terjadi oklusi pada kedua ujung
segmen sehingga tekanan intraluminal meningkat secara berlebihan terjadi
herniasi mukosa/submukosa dan terbentuk divertikel.2

Hal lain yang berpengaruh pada kejadian divertikel adalah faktor usia di
mana pada usia lanjut terjadi penurunan tekanan mekanik dinding kolon
sebagai akibat perubahan struktur kolagen dinding usus. Beberapa faktor
lingkungan yang diduga berpengaruh pada kejadian divertikel adalah
konsumsi daging (red meat) berlebihan dan makanan tinggi lemak. Merokok,
minum kopi (kafein) dan alkohol, tidak terbukti berpengaruh pada kejadian
divertikel; namun merokok dan penggunaan obat antiinflamasi non-seroid
(asetaminofen) meningkatkan risiko timbulnya komplikasi.2

5
Distribusi divertikel dalam kolon, antara lain: kolon sigmoid 95%, hanya
sigmoid 65%, dekat sigmoid (sigmoid normal) 4%, seluruh kolon 7%.2

D. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi Penyakit Divertkular menurut umur ternyata ditemukan


semakin tua usia, semakin tinggi kejadian penyakit divertikular; sedangkan
pada usia < 40 tahun ke bawah jarang ditemukan.2

Prevalensi Penyakit Divertikular pada laki-laki obesitas usia < 40 tahun


ditemukan 2-5%, usia 60 tahun 30%, usia di atas 70 tahun 50% dan di atas 80
tahun menjadi 80%.2
Menurut jenis kelamin, penyakit diverticular pada usia < 50 tahun lebih
banyak ditemukan pada laki-laki disbanding perempuan, usia 50-70 tahun
perempuan sedikit lebih banyak dari laki-laki dan usia > 70 tahun perempuan
lebih sering daripada laki-laki. Pada pemeriksaan kolonoskopi terhadap 876
pasien di RS. Pendidikan di Makassar, ditemukan 25 pasien (2.85%) PD
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 5 : 3, umur rata-rata 63 tahun
dengan presentasi terbanyak pada usia 60-69 tahun, hematokezia merupakan
gejala terbanyak dan lokasinya terutama di kolon bagian kiri
(sigmoid/desenden).2

E. DIAGNOSIS

1. Gambaran klinis dan Pemeriksaan Fisik


Gambaran klinis Penyakit Divertikular pada umumnya tidak
memberikan gejala klinik pada 70-75% pasien. Apabila timbul
diverikulitis (15-25%) dengan komplikasinya, akan menimbulkan nyeri
perut pada kuadran kiri bawah, demam, diare, konstipasi dan leukositosis
yang merupakan gejala penting walaupun tidak spesifik.2,3
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak memberi tanda fisik, namun
kemungkinan ditemukan nyeri palpasi pada perut kiri. Bila ditemukan
nyeri rebound yang jelas pada palpasi, ini merupakan tanda adanya iritasi-

6
inflamasi peritoneal akibat terjadinya mikroperforasi atau makroperforasi
dengan peritonitis generalisata. Kemungkinan teraba adanya massa bila
proses inflamasi menjadi abses.2
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada Divertikulosis adalah Barium Enema
dan Kolonoskopi. Sensitivitas barium enema sangat tinggi, bahkan polip
kecil saja dapat terdeteksi. Pemeriksaan barium enema dapat menilai kolon
secara keseluruhan terutama jika terdapat suatu patologi di kolon bagian
distal yang menghalangi masuknya kolonoskop retrograde. Sedangkan
manfaat utama kolonoskopi adalah dimungkinkannya pemeriksaan
maupun intervensi kolon secara menyeluruh. Kolonoskopi sangat
direkomendasikan dalam mendiagnosis diverticulitis untuk
mengidentifikasi potensi adanya kanker kolorektal. 6

Gambar 2. Colonoscopy view of Diverticula.8

F. RADIOLOGI DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Barium Enema (Colon In Loop)
Barium enema juga menunjukkan adanya spasme segmental dan
penebalan otot yang mempersempit lumen dan memberikan gambaran
saw-toothed appearance. Namun pemeriksaan barium enema
kontraindikasi dilakukan pada fase akut diverticulitis.7

7
Gambar 3. Pemeriksaan Barium Enema pada Diverticulitis menunjukkan abses
pada kuadran bawah kiri menekan kolon sigmoid yang terisi barium. Terdapat
kontras extralumen dari diverticulum yang mengalami perforasi.9

Gambar 4. Pemeriksaan Barium Enema pada Diverticulitis dengan abses.


Tampak perforasi dengan abses intramural (panah hitam). Penyempitan
lumen (panah putih) dan tampak diverticula (mata panah putih)7

2. CT Scan
Pemeriksaan dengan CT Scan dapat memberikan gambaran lebih
defenitif dengan evaluasi keadaan usus dan mesenterium yang lebih baik
disbanding dengan pemeriksaan USG abdomen.2
Hasil pemeriksaan CT Scan dapat ditemukan penebalan dinding
kolon, streaky mesenteric fat, dan tanda abses.2

8
Gambar 5. Gambaran CT Scan dengan penebalan dinding kolon sigmoid,
staggered haustra, dan diverticula yang menonjol keluar11

Gambar 6. CT Scan pelvis dengan kontras pada kolon sigmoid menunjukkan


penebalan dinding usus (panah hitam) dan tampak diverticula (panah putih).10

3. USG Abdomen
Pada pemeriksaan USG abdomen ditemukan gambaran penebalan
dinding kolon dan massa yang kistik.

Gambar 5. USG Abdomen menunjukkan penebalan dinding kolon dan tampak


diverticula.11

9
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Konservatif
Pemberian makanan berserat/ cereal bran sebagai suplemen dalam
makanan pada pengobatan asimptomatik dan simptomatik penyakit
diverticular, tidak hanya dapat mencegah terjadinya divertikel namun
sekaligus dapat engurangi dan memperbaiki gejala-gejala serta mencegah
timbulnya komplikasi.2
- Cereal bran paling bermanfaat dalam menurunkan waktu transit di
sepanjang saluran cerna
- Mengurangi makan daging dan lemak
- Memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan
- Tambahan serat 30-40 gram/hari atau pemberian laktulosa yang
dapat meningkatkan berat feses (sebagai osmotic laksatif pada
simptomatik PD) 2 x 15 ml/hari
- Pemberian antibiotic rifaximin yang kurang diabsorbsi ditambah
suplemen serat, dapat mengurangi gejala penyakit diverticular yang
tidak berkomplikasi

2. Tindakan Operatif
Pada umumnya tindakan dengan penanganan konservatif dapat
dilakukan pada penyakit diverticular dengan komplikasi diverticulitis,
namun apabila komplikasi diverticulitis berlanjut maka tindakan operasi
dilakukan, baik operasi elektif maupun operasi darurat berdasarkan
keadaan sebagai berikut:
a.) Perforasi bebas dengan peritonitis generalisata
b.) Obstruksi
c.) Abses yang tidak dapat diresolusi melalui piranti perkutan
d.) Fistula
e.) Pengobatan konservatif tidak berhasil dan keadaan pasien yang makin
memburuk

10
H. KOMPLIKASI

Komplikasi diverticulosis yang paling sering adalah diverticulitis yaitu


terjadinya infeksi di sekitar diverticula. Perforasi terjadi apabila tekanan
intraluminal menigkat atau oleh karena divertikel tersumbat oleh feses/ bahan
makanan sehingga terjadi erosi pada dinding divertikel yang berlanjut dengan
inflamasi, nekrosis fokal dan berakhir dengan perforasi.2,3

Obstruksi total pada penyakit divertikular jarang ditemukan, dan hanya


sekitar 10% dari obstruksi usus besar. Obstruksi parsial lebih sering
ditemukan sebagai akibat kombinasi dari edema (kolonik, perikolonik),
kompresi dari abses, spasme usus besar atau oleh karena inflamasi kronik.
Fibrosis yang berulang dan progresif dapat menyebabkan obstruksi total,
dan sulit dibedakan dengan obstruksi akibat neoplasma dalam kolon.2
Fistel dapat terjadi pada 2% penyakit divertikular yang berkomplikasi.
Pembentukan fistel berawal dari proses inflamasi lokal dengan abses, yang
secara spontan dapat meletus sehingga terjadi perforasi ke organ sekitar atau
ke kulit. Fistel umumnya tunggal, namun dapat multiple pada 8% pasien,
lebih sering ditemukan pada laki-laki dan pada pasien dengan gangguan
immunologis.2
Fistel yang sering terjadi adalah fistel kolovesikal 65% dengan gejala
pneumaturia, kolovaginal 25%, kolokutaneus dan koloenterik.2

I. PROGNOSIS

Penyakit Divertikular merupakan keadaan jinak, tetapi memiliki mortalitas


dan morbiditas yang signifikan akibat komplikasi. Sekitar 10-20% pasien
dengan diverticulosis dapat berkembang menjadi diverticulitis atau
perdarahan dalam beberapa tahun. Perforasi dan peritonitis dapat
menyebabkan angka kematian hingga 35% dan memerlukan tindakan bedah
segera.2

11
BAB III

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim paru yang
dapat menyerang segala usia. Pneumonia paling banyak disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus pneumonia dengan gejala yang muncul seperti demam,
menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau
menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena
pleuritis dan sesak.
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik serta dibantu dengan pemeriksaan penunjang, antara lain: pemeriksaan
radiologis, laboratorium, dan bakteriologis.. Pada prinsipnya penatalaksaan utama
pneumonia adalah memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi
pneumonia. Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko
tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis),
abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar, etc. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 9. Elsevier Inc. 2015.
2. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
2014.
3. Jackson, W. Diverticulosis and Diverticulitis. 2011. Available from:
http://www.gicare.com/disease/diverticulosis.html
4. Brunicardi FC, Andersen DK, etc. Schwartz’s Principle of Surgery 9th ed.
McGraw-Hill Company. 2010.
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2015.
6. Townsend JR., Beauchamp RD., Evers BM., Mattox KL. Sabiston
Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical Practice
17th ed. Elsevier. 2004. P 1404-22
7. Anonim. Diverticulosis/Diverticulitis. 2011. [cited on October 17th 2020].
Available from:

13
http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Mechanism
s/MHD/Diverticulitis.htm
8. https://www.gastroenterologyadvisor.com/colorectal-
neoplasia/colonoscopy-recommended-after-diverticulitis-to-identify-
potential-crc/ pada 18 Oktober 2020 Pukul 20.25 WITA
9. http://www.learningradiology.com/ pada 17 Oktober 2020 Pukul 20:35
WITA
10. Haile T. Debas, MD. Gastrointestinal Surgery. Pathophysiology and
Management. Springer-Verlag New York, Inc. 2004.
11. Kristen K, David P. Imaging Update: Acute Colonic Diverticulitis. 2009
Aug 22(3): 147. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2780264/

14

Anda mungkin juga menyukai