Anda di halaman 1dari 5

I.

KONSEP PENYAKIT
I.1. Pengertian
Congestive hepatopathy, merupakan kelainan hati yang di jumpai pada penderita gagal
jantung. Kelainan ini di tandai dengan adanyagejala klinis gagal jantung ( terutama pada gagal
jantung kanan), tes fungsi hati yang abnormal dan tidak di temukan penyebab lain dari fungsi hati
(alken 2008. Lau 2009). Congestive hepatopathy juga di kenal dengan istilah cardiac hepatopati,
mutmeg liver, atau kronik passive hepatycongestion. Bila kondisi ini berlangsung lama maka akan
mengakibatkan timbulnya jarfingan fibrosis pada hati, yang sering di sebut dengan cardiac cirosis
atau cardiac fibrosis
Congestive hepatopathy atau cardiac sirosis adalah merupakan gangguan hati yang terjadi
Pada kondisi gagal jantung kanan.istilah cardiac sirosis merupakan Congestive hepatopathy yang
menimbulkan fibrosis hati. Congestive hepatopathy terjadi pada gagal jantung akut maupun kronis.
Sehingga dapat di temukan pada kebanyakan kasus ( Moller, 2013)
I.2. Etiologi
Penyebab Congestive hepatopathy antara lain kondisi yang menyebabkan penyumbatan
pasif akibat peningkatan tekanan ventrikel kanan dan gagal jantung pericarditis kanan,yaitu:
konstriktif ,hipertensi arteri pulmonal berat, stenosis itral, regurgitasi trikuspid, corpulmonale,
kardiomiopati iskemik, pasca-operasi dengan prosedur Fontan untuk atresia pulmonal, dan
mengganggu difusi oksigen dan nutrient ke hepatosit. Peningkatan tekanan pengisian jantung kanan
ditransmisikanke sinusoid hati sentrilobular yang akan menekan struktur lobulus, yaitu kanalikuli
dan duktus biliaris Hal inimemicu kerusakan duktus biliaris karena merusak sel endotel dan ikatan
kuat dan intrahepatosit yang memisahkan rongga ekstra vaskuler dari kanalikuli biliaris, sehingga
terjadi kolestasis.
Terjadinya peningkatan pembentukan limfe hati yang juga akibat kegagalan mundur, akan
menghasilkan asites saat laju produksi-nya melebihi kemampuan drainase.
Terjadinya stagnasi aliran darah, trombosisdi sinusoid, venula, dan jalur vena porta,
berlanjut timbulnya aktivasi fibroblas dan deposisi kolagen, akhirnya terjadi fibrosis hati. muntah,
dan nokturia Ikterus jarang dilaporkan. Bila kegagalan jantung kanan diawali gagal jantung kiri,
pasien mengalami gagal jantung biventrikel. Pada kondisi ini, dapat muncul gejala gagal jantung
kiri seperti: sesak saat beraktivitas sesak malam hari (paroxysmal nocturnal dyspnea), sesak saat
berbaring (orthopnea), mengi, danmudah lelah. ( found, 2014 )

I.3. Tanda dan gejala


Gangguan fungsi hati pada Congestive hepatopathy biasanya ringan dan tanpa gejala. Sering
terdeteksi secara kebetulan pada pengujian biokimia rutin. Tanda dan gejala dapat muncul berupa
icterus ringan pada gagal jantung berat. Icterus dapat muncul lebih berat dan menunjukan
kolestrasis. Timbul ketidak nyamanan pada kuadran kanan atas abdomen akibat perenggangan
kapsul disebabkan oleh kerusakan hati, melainkan akibat gagal jantung kanan (Bayraktar, 2007,
Mayers, 2008)

I.4. Patofisiologi
Congestive hepatopathy di sebabkan oleh dekompensensi ventrikel kanan jantung atau
gagal jantung hiventrikular. Dimana terjadi peningkatan tekanan atrium kanan ke hati melalui vena
inverior. Ini merupakan komplikasi umum di gagal jantung kongestif. Di mana akibat
anatomiberdekatan terjadi peningkatan vena sentral secara langsung dari atrium kanan. (Nowak,
2008, Gore, 2006)

I.5. Pathway
I.6. Pemeriksaan penunjang
Adapun pemekriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan laboratrorium, pemeriksaan
radiologi, dan pemeriksaan hispatologi, pemeriksaan laboratorium pada congestive hepatopati
menunjukan peningkatan
- Liver Funsion Test (LFT)
- Alkaline phosphatase (ALP)
- Bilirubin
- Hipoalbumin
- Alanine transamine (ALT)
- Aspartatetransaminase (AST)
Diagnosa parasintesis cairan asites pada congestive hepatopati menunjukan tingginya protein
dan gradient serum albumin >1,1 g/dL hal ini menunjukan kontribusidari hepatc lymph dan
hipertensi portal perbaikan LFT setelah pengobatan penyakit jantung mendukung diagnose
congestive hepatopati (Bayraktar,2007)

I.7. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit dasar sangat penting untuk manajemen Congestive hepatopathy.
Icterus dan asistes biasanya berespon dengan baik terhadap diuresis. Jika gagal jantung di obati
dengan baik, awal perubahan Congestive hepatopathy dapat di atasi dan bahkan cardiac fibrosis
mungkin secara histologi regrasi. (Bayraktar, 2007, Figueroa, 2006.)
Menurut REN DKK (2005) beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk penanganan
pasien dengan Congestive hepatopathy adalahh rawat inap untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit jantung iskemik dan untuk pemberian diuretic secara intravena dan ACE-inhibitor harus di
berikan bila penyebab diawali kegagalan ventrikel kiri. (NYHA)
ACE-inhibitor dan beta-blocker adalah terapi utama gagal jantung kronis dan Congestive
hepatopathy. ACE-inhibitor meningkatkan cardiac 0utput dan menurunkan tekanan pengisian
ventrikel kiri.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


II.1. Pengkajian
Focus pengkajian untuk pasien Congestive hepatopathy diawali ndengan gagal jantung di
tunjukan untuk mengobsevasi adanya tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan paru-paru dan serta
gejala sistemis (Smeltzer dan Bare, 2008)
Beberapa fokos pengkajian tersebut antara lain:
1. Aktivitas /istrahat
a. Gejala: keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dyspnea pada saat istirahat.
b. Tanda : gelisah, perubahan status mental misalnya: letargi, tanda vital berubah
pada aktivitas
2. Sirkulasi
a. Gejala : riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung,
endocarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen
b. Tanda:
1. TD
2. Tekanan nadi
3. Irama jantung
4. Frekuensi gas
5. Bunyi jantung
6. Murmur sistolik dan diastole
7. Punggung kuku pucat atau sianosis
8. Hepar
9. Bunyi naps
10. Edema
11. Khususnya pada ekstremitas
3. Ilegritas ego
a. Gejala: ansietas, kwatir dan takut, stress yang berhubungan dengan penyakit
b. Tanda: berbagai infestasi perilaku missal: ansietas, marah, ketakutan dan mudah
tersinggung
4. Eliminasi:
Gejala: penurunan berkemih, urin berwarna gelap, berkemih malam hari, (nukturia),
diare/konstipasi
5. Makanan atau cairan
a. Gejala: kehilangan nafsu makan , mual/munta, penambahan beratbadan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian atau sepatu terasa
sesak.
b. Tanda: penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) sertaedema.
6. Higine
a. Gejala: keletihan/kelemahan, selama aktivitas perawatan diri.
b. Tanda: penampilan menandakan kelalaian prawatan personal.
7. Nyeri/kenyamanan
a. Gejala: nyeri dada, angina akut/kronis, nyeri abdomen kanan atas, dan sakit pada
otot.
b. Tanda: tidak tenang, gelisah, focus memyempit dan perilaku melindungi diri.
8. Pernapasan:
a. Gejala: dyspnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengan tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan
bantuan pernapasan
b. Tanda:
1. Pernapasan: takipnea, napas dangkal,penggunaan otot asesoris pernapasan
2. Batuk: kering/nyaring/non produktif atau mungkin b atuk terus menerus
dengan tanpa pembentukan sputum.
3. Sputum: mungkin bercampur darah, merah muda/berbuih (pulmonal)
4. Bunyi napas: mun gkin tidak terdengar
5. Fungsi mental: mungkin menurun, kegelisahan, letargi
6. Warna kulit: pucat dan sianosis.

II.2. Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
II.3. Intervensi keperawatan
Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
1. Pemberian analgesik
2. Pemberian anastesi
3. Manajemen lingkungan:kenyamanan
4. Pemberian obat oral
5. Manajemen nyeri

Dx 2: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan


1. Manajemen cairan
2. Monitor cairan
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Pemberian terapi injeksi
5. Menghentikan pemberian cairan IV (NaCL)
6. Monitor balance cairan
7. Anjurkan pasien kurangi minum

DAFTAR PUSTAKA
Moller, S. (2013). Intraktion of the heard and the liver. Eur Heart journal,34: 2804-11

Ren, P. Dkk. (2015). Cardiac cirroshis and congestive hepatopaty: Availabe.

Smelter, S. C. & Bare, B. G. (2008). Buku ajar keperawatan medical bedah, Jakarta: EGB

Fouad, Y. M. hepato-cardiac disorder (2014). World Journal hepatol, 6(1):41-51

Doengoes, Marilyn E. (2001). Rencana asuhan keperawatanpedoman untukperencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3. Jakarta:EGB

NANDA NIC NOC 2018-2020

Anda mungkin juga menyukai