Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGRENG DM

OLEH:

NAMA : INDRA M. OTTO

NIM : 171111060

PROGRAM STUDI NURSE

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1 Definisi
Gangren atau sebagai jaringan nekrosis atau jaringan mati disebabkan oleh
adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah
terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses inflamasi yang memanjang; perlukaan
(digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar); proses degeneratif (arteriosklerosis)
atau gangguan metabolik diabetes mellitus (Tabber, dikutip Gitarja. 2013).
Gangren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akībat
penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada daerah tungkai.
Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula
yang hemoragik. Kuman yang biasa menginfeksi pada gangren diabetik adalah
streptococcus (Soeatmaji, 2014).

2. Etiologi
Faktor - faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren diabetik dibagi
menjadi faktor endogen dan faktor eksogen:
Faktor endogeen :
-Genetik
- Metabolik
- Angiopati diabetic
Faktor eksogen :
- Trauma
- Infeksi
-Obat
3. Klasifikasi

Wagner (1983) membagi gangren diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:

- Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki.
- Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit
- Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
- Derajat III Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
- Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
- Derajat V Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (2015) dan Ward (2016) membagi gangren diabetik menjadi
dua golongan :

a. Gangren diabetik akibat Iskemia

Gangrene diabetic jenis ini disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat
adanya makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di
daerah betis.

Gambaran klinis:

- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat


- Pada perabaan terasa dingin
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat

- Didapatkan ulkus sampai gangren.

b. Gangren diabetik akibat neuropati

Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi.
Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, edema kaki dengan
pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
4. Patofisiologi

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat


hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi :

1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi
sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol
akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan
perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikolisis pada semua
protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada
protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun
mikro vaskular. Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor faktor
disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah
angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya
KD.
Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki.
Gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki,
sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien.
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh
darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,
denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut
akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (Levin, 2014).
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya
aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh
terhadap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

5. Manifestasi klinis

Penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan yang timbul adalah
berupa kesemutan atau kram, rasa lemah dan baal pada tungkai dan nyeri pada waktu
istirahat. Akibat dari keluhan ini, maka apabila penderita mengalami trauma atau luka
kecil hal tersebut tidak dirasakan. Luka tersebut biasanya disebabkan karena penderita
tertusuk atau terinjak paku kemudian timbul gelembung-gelembung pada telapak kaki.
Kadang menjalar sampai punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri, sehingga
bahayanya mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan akan menjalar dengan
cepat (Sutjahyo, 2016). Apabila luka tersebut tidak sembuh-sembuh, bahkan bertambah
luas baru penderita menyadari dan mencari pengobatan. Biasanya gejala yang menyertai
adalah kemerahan yang makin meluas, rasa nyeri makin meningkat, panas badan dan
adanya nanah yang makin banyak serta adanya bau yang makin tajam.

Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
akan merasa sakit tungkainya sesudah berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan
pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam
hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut
akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (Levin, 2014).

6. Pemeriksaan penunjang :
- Glukosa darah sewaktu
- Kadar glukosa darah puasa
- Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


- Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
- Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (2 jam pp) > 200 mg/dl
7. Penatalaksanaan:

1.Diet

- 3J ( Jadwal, jumblah , jenis )


- Perencanaan makan
Pasien harus mendapat Terapi Gizi Medis (TGM) sesuai dengan
kebutuhannya
- Komposisi makanan yang dianjurkan : Karbohidrat, Lemak, Protein, Natrium,
Serat.

2.Olahraga

Olahraga atau latihan fisik dilakukan sebagai berikut:

- 5- 10 pemanasan
- 20 – 30latihan aerobic
- 15 – 20 pendinginan

Namun sebaiknya dalam berolahragadanberaktivitas juga memperhatikan hal-hal


sebagai berikut :

- Jangan lakukan latihan fisik jika glukosa darah >250 mg/dL.


- Jika glukosa darah <100 mg/dLsebelum latihan, maka sebaiknya makan
camilan dahulu.
- Rekomendasi latihan bagi penderita dengan komplikasi disesuaikan dengan
kondisinya.
- Latihan dilakukan 2 jam setelah makan.
- Pada klien dengan gangrene kaki diabetik, tidak dianjurkan untuk melakukan
latihan fisik yang terlalu berat.
8. Pengobatan
a. Untuk gangren kering
- Istirahat di tempat tidur.
- Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik.
- Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi dengan indikasi
yang sängat jelas.
- Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat anti platelet
agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin).
b. Untukgangren basah
- Istirahat di tempat tidur.
- Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik.
- Debridement.
- Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin.
- Beri "topical antibiotie".
- Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum luas.
- Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

1) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa di konsumnsi oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misalnya hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.

2) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur ganda, diplopia, lensa mata
keruh
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atnu warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, nafas bau keton, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi,
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurung.
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotersi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
2. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
3. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

1. Intervensi Keperawatan
Dx 1: nyeri akut
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi nyeri akut,
dan nyeri teratasi.

Kriteria hasil:
- TTV dalam batas normal
- Ekspresi wajah rilex
- Skala nyeri berkurang
- Nyeri berkurang

Rencana tindakan :
1. Pemberian analgesic
2. Pemberianan astesi
3. Manajemen lingkungan :kenyamanan
4. Pemberian obat ( ORAL, IV dan IM )
5. Manajemen nyeri
6. Teknik relaksasi napas dalam
7. Monitor tanda-tanda vital
Dx 2: Intoleran Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi intoleran
aktivitas, dan pasien dapat beraktifitas

Kriteria hasil:
- TTV dalam batas normal
- Keluhan menurun
- Frekuensi nadi ketika beraktivitas normal
- Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas normal
- Jarak berjalan meningkat
- Kekuatan tubuh bagian bawah normal
- Toleransi dalam menaiki tangga normal

Rencana tindakan:
- Terapi aktivitas
- Peningkatan latihan
- Terapi latihan: keseimbangan
- Manjemen nyeri
- Dukungan spiritual
- Manajemen lingkungan
- Monitor tanda-tanda vital

Dx 3: Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mengatakan


pengetahuan tentang proses penyakit.

Kriteria hasil:

- Pasien dan keluarga menyatakan paham tentang penyakit, kondisi, prognosis


dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan secara
benar
- Pasen dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.

Intervensi:

- Lakukan promosi kesehatan mengenai penyakit DM (ganggren pedis e.c)


kepada pasien dan keluarga
-
Daftar Pustaka

1. NANDA Internasional Inc. Nursing Intervension Clasification (NIC), Nursing


Outcomes Clasification (NOC) 2015-2018, 2018-2020

2. Doenges, Marilyn E.2013, Reneana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC.
3. Carpenito, Lynda Juall. 2017. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
Yasmin Asih, Jakarta : EGC.
4. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8 Vol 1 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta : EGC,
5. Price, Anderson Sylvia. 2005. Patofisiologi. Ed. I. Jakarata: EGC
6. Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga. Jakarta : FKUL.
7. Arjatmo Tjokronegoro. 2016. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Cet 2.
Jakarta Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai