Anda di halaman 1dari 16

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular yang juga
dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina neuralgia, nyeri kepala histamine,
sindrom Bing, erythrosophalgia, neuralgia migrenosa, atau migren merah (red migraine)
karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi wajah yang mengalami nyeri.2,3,5

1.2 Epidemiologi
Cluster headache adalah penyakit yang langka. Dibandingkan dengan migren, cluster
headache 100 kali lebih lebih jarang ditemui. Di Perancis prevalensinya tidak diketahui
dengan pasti, diperkirakan sekitar 1/10.000 penduduk, berdasarkan penelitian yang dilakukan
di negara lainnya. Serangan pertama muncul antara usia 10 sampai 30 tahun pada 2/3 total
seluruh pasien. Namun kisaran usia 1 sampai 73 tahun pernah dilaporkan. Cluster headache
sering didapatkan terutama pada dewasa muda, laki-laki, dengan rasio jenis kelamin laki-laki
dan wanita 4:1. Serangan terjadi pada waktu-waktu tertentu, biasanya dini hari menjelang
pagi, yang akan membangunkan penderita dari tidurnya karena nyeri.2,5

1.3 Etiologi
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut:6
 Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi pembuluh darah sekitar.
 Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
 Pelepasan histamin.
 Letupan paroxysmal parasimpatis.
 Abnormalitas hipotalamus.
 Penurunan kadar oksigen.
 Pengaruh genetik
Diduga faktor pencetus cluster headache antara lain:
 Glyceryl trinitrate.
 Alkohol.
 Terpapar hidrokarbon.
 Panas.

1
 Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
 Stres.

1.4 Patofisiologi
Patofisiologi cluster headache masih belum diketahui dengan jelas, akan tetapi teori
yang masih banyak dianut sampai saat ini antara lain:
 Cluster headache timbul karena vasodilatasi pada salah satu cabang arteri karotis
eksterna yang diperantarai oleh histamine intrinsic (Teori Horton).6
 Serangan cluster headache merupakan suatu gangguan kondisi fisiologis otak dan
struktur yang berkaitan dengannya, yang ditandai oleh disfungsi hipotalamus yang
menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi otonom. Hal ini menimbulkan
defisiensi autoregulasi dari vasomotor dan gangguan respon kemoreseptor pada
korpus karotikus terhadap kadar oksigen yang turun. Pada kondisi ini, serangan dapat
dipicu oleh kadar oksigen yang terus menurun. Batang otak yang terlibat adalah
setinggi pons dan medulla oblongata serta nervus V, VII, IX, dan X. Perubahan
pembuluh darah diperantarai oleh beberapa macam neuropeptida (substansi P, dll)
terutama pada sinus kavernosus (teori Lee Kudrow).6

1.5 Manifestasi Klinis


Nyeri kepala yang dirasakan sesisi biasanya hebat seperti ditusuk-tusuk pada separuh
kepala, yaitu di sekitar, di belakang atau di dalam bola mata, pipi, lubang hidung, langit-
langit, gusi dan menjalar ke frontal, temporal sampai ke oksiput. Nyeri kepala ini disertai
gejala yang khas yaitu mata sesisi menjadi merah dan berair, konjugtiva bengkak dan merah,
hidung tersumbat, sisi kepala menjadi merah-panas dan nyeri tekan. Serangan biasanya
mengenai satu sisi kepala, tapi kadang-kadang berganti-ganti kanan dan kiri atau bilateral.
Nyeri kepala bersifat tajam, menjemukan dan menusuk serta diikuti mual atau muntah. Nyeri
kepala sering terjadi pada larut malam atau pagi dini hari sehingga membangunkan pasien
dari tidurnya.6
Serangan berlangsung sekitar 15 menit sampai 5 jam (rata – rata 2 jam) yang terjadi
beberapa kali selama 2-6 minggu. Sedangkan sebagai faktor pencetus adalah makanan atau
minuman yang mengandung alkohol. Serangan kemudian menghilang selama beberapa bulan
sampai 1-2 tahun untuk kemudian timbul lagi secara cluster (berkelompok).5

2
Gambar 2.1 Ciri khas Cluster Headache

Gambar 2.2 Gejala Klinis Cluster headache

1.6 Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh International Headache
Society (IHS) adalah sebagai berikut:8,9
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal selama
15 – 180 menit bila tidak di tatalaksana.
c. Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :

3
1. Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2. Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3. Edema kelopak mata ipsilateral
4. Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Kesadaran gelisah atau agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
Pada tahun 2004 American Headache Society menerbitkan kriteria baru untuk
mendiagnosa cluster headache. Untuk memenuhi kriteria diagnosis tersebut, pasien
setidaknya harus mengalami sekurang-kurangnya lima serangan nyeri kepala yang terjadi
setiap hari selama delapan hari, yang bukan disebabkan oleh gangguan lainnya. Selain itu,
nyeri kepala yang terjadi parah atau sangat parah pada orbita unilateral, supraorbital atau
temporal, dan nyeri berlansung antara 18 sampai 150 menit jika tidak diobati, dan disertai
satu atau lebih gejala-gejala berikut ini: injeksi konjungtiva atau lakrimasi ipsilateral, hidung
tersumbat atau rinore ipsilateral, edema kelopak mata ipsilateral, wajah dan dahi berkeringat
ipsilateral, ptosis atau miosis ipsilateral, atau kesadaran gelisah atau agitasi. Cluster headache
episodik didefinisikan sebagai setidak-tidaknya terdapat dua periode cluster yang
berlangsung tujuh sampai 365 hari dan dipisahkan periode remisi bebas nyeri selama satu
bulan atau lebih. Sedangkan cluster headache kronis adalah serangan yang kambuh lebih dari
satu tahun tanpa periode remisi atau dengan periode remisi yang berlangsung kurang dari satu
bulan.7

4
Gambar 2.3 Lokasi nyeri pada Cluster headache

1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis terhadap cluster headache dapat dibagi ke dalam pengobatan
terhadap serangan akut, dan pengobatan preventif, yang bertujuan untuk menekan serangan.
Pengobatan akut dan preventif dimulai secara bersamaan saat periode awal cluster. Pilihan
pengobatan pembedahan yang terbaru dan neurostimulasi telah menggantikan pendekatan
pengobatan yang bersifat merugikan.1
1.7.1 Pengobatan Serangan Akut
Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit, sering
memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat. Penggunaan
obat sakit kepala yang berlebihan sering didapatkan pada pasien-pasien cluster headache,
biasanya bila mereka pernah memiliki riwayat menderita migren atau mempunyai riwayat
keluarga yang menderita migren, dan saat pengobatan yang diberikan sangat tidak efektif
pada serangan akut, seperti triptan oral, acetaminofen dan analgetik agonis reseptor opiate.1
 Oksigen: inhalasi oksigen, kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit selama 15 menit
sangat efektif, dan merupakan pengobatan yang aman untuk cluster headache akut.
 Triptan: Sumatriptan 6 mg subkutan, sumatriptan 20 mg intranasal, dan zolmitriptan 5
mg intranasal efektif pada pengobatan akut cluster headache. Tiga dosis zolmitriptan
dalam dua puluh empat jam bisa diterima. Tidak terdapat bukti yang mendukung
penggunaan triptan oral pada cluster headache.
 Dihidroergotamin 1 mg intramuskular efektif dalam menghilangkan serangan akut
cluster headache. Cara intranasal terlihat kurang efektif, walaupun beberapa pasien
bermanfaat menggunakan cara tersebut.
 Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk mengobati serangan
akut cluster headache. Pasien tidur telentang dengan kepala dimiringkan ke belakang
ke arah lantai 30° dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes nasal dapat digunakan dan
dosisnya 1 ml lidokain 4% yang dapat diulang setekah 15 menit.1
1.7.2 Pengobatan Pencegahan
Pilihan pengobatan pencegahan pada cluster headache ditentukan oleh lamanya
serangan, bukan oleh jenis episodik atau kronis. Preventif dianggap jangka pendek, atau
jangka panjang, berdasarkan pada seberapa cepat efeknya dan berapa lama dapat digunakan
dengan aman. Bnayak ahli sekarang ini mengajukan verapamil sebagai pilihan pengobatan

5
lini pertama, walaupun pada beberapa pasien dengan serangan yang singkat hanya perlu
kortikosteroid oral atau injeksi nervus oksipital mungkin lebih tepat.1
 Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik dibandingkan
dengan lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan dosis verapamil yang
relatif lebih tinggi pada cluster headache, tentu lebih tinggi dari pada dosis yang
digunakan untuk indikasi kardiologi. Setelah dilakukan pemeriksaan EKG, pasien
memulai dosis 80 mg tiga kali sehari, dosis harian akan ditingkatkan secara bertahap
dari 80 mg setiap 10-14 hari. Pemeriksaan EKG dilakukan setiap kenaikan dosis dan
paling kurang sepuluh hari setelah dosis berubah. Dosis ditingkatkan sampai serangan
cluster menghilang, efek samping atau dosis maksimum sebesar 960 mg perhari. Efek
samping termasuk konstipasi dan pembengkakan kaki dan hiperplasia ginggiva
(pasien harus terus memantau kebersihan giginya).
 Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama empat hari
yang diturunkan bertahap selama tiga minggu diterima sebagai pendekatan
pengobatan perventif jangka pendek. Pengobatan ini sering menghentikan periode
cluster, dan dapat digunakan tidak lebih dari sekali setahun untuk menghindari
nekrosis aseptik.
 Lithium karbonat terutama digunakan untuk cluster headache kronik karena efek
sampingnya, walaupun kadang digunakan dalam berbagai episode. Biasanya dosis
lithium sebesar 600 mg sampai 900 per-hari dalam dosis terbagi.
 Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster headache. Dosis biasanya
adalah 100-200 mg perhari, dengan efek samping yang sama seperti penggunaannya
pada migraine.
 Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif dan salah satu
penelitian terkontrol menunjukan lebih baik dibandingkan placebo. Dosis biasa yang
digunakan adalah 9 mg perhari.
 Obat-obat pencegahan lainnya termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari) dan
methysergide (3 sampai 12 mg perhari). Methysergide tidak tersedia dengan mudah,
dan tidak boleh dipakai secara terus-menerus dalam pengobatan untuk menghindari
komplikasi fibrosis. Divalproex tidak efektif untuk pengobatan cluster headache.
 Injeksi pada saraf oksipital: Injeksi metilprednisolon (80 mg) dengan lidokain ke
dalam area sekitar nervus oksipital terbesar ipsilateral sampai ke lokasi serangan
mengakibatkan perbaikan selama 5 sampai 73 hari. Pendekatan ini sangat membantu

6
pada serangan yang singkat dan untuk mengurangi nyeri keseluruhan pada serangan
yang memanjang dan pada cluster headache kronis.
 Pendekatan Bedah: Pendekatan bedah modern pada cluster headache didominasi oleh
stimulasi otak dalam pada area hipotalamus posterior grey matter dan stimulasi nervus
oksipital. Tidak terdapat tempat yang jelas untuk tindakan destruktif, seperti
termoregulasi ganglion trigeminal atau pangkal sensorik nervus trigeminus.1

7
BAB II
LAPORAN KASUS

Seorang pasien perempuan Ny.M umur 48 tahun datang ke IGD Rumah Sakit

dengan keluhan:

Keluhan utama :

Nyeri kepala yang semakin meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Nyeri kepala yang semakin meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Nyeri kepala telah dirasakan sejak ± 1 tahun yang lalu dengan nyeri yang hilang

timbul. Sejak 1 minggu ini nyeri kepala dirasakan semakin meningkat. Nyeri

dirasakan dibagian dahi kanan seperti ditusuk- tusuk. Nyeri juga dirasakan sampai di

belakang telinga disertai hidung tersumbat dan mata berair. Nyeri timbul hampir

setiap hari dengan lama serangan ± 1 jam. Nyeri bertambah berat saat pasien sedang

pilek. Keluhan ini disertai mual dan muntah. Nyeri ketika sujud disangkal oleh

pasien.

 Pasien mengatakan dalam tahun akhir ini banyak masalah yang menjadi beban

pikirannya

Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien pernah didiagnosis dengan rhinosinusitis satu tahun yang lalu yang

disertai sakit kepala. Pasien telah diberi obat, namun keluhan sakit kepala tidak

membaik.

 Riwayat menderita hipertensi disangkal.

8
 Riwayat menderita diabetes melitus disangkal.

 Riwayat menderita penyakit jantung disangkal.

 Riwayat trauma kepala disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi

Pasien seorang Ibu rumah tangga, aktivitas harian sedang riwayat merokok disangkal,

minum kopi disangkal.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 79 x/menit

Napas : 23x/menit

Suhu : 36,5 oC

Status Internus

Rambut : tidak ditemukan kelainan

Kulit dan kuku : tidak ditemukan kelainan

KGB : tidak ditemukan pembesaran

9
Kepala : tidak ditemukan kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Pupil isokor 3mm/3mm, reflek cahaya +/+

Reflek kornea +/+, bola mata bergerak ke segala

arah, nistagmus (-).

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Leher : JVP 5-2 cmH2O

PARU

Inspeksi : simetris kiri=kanan

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler , ronkhi(-/-), wheezing(-/-)

JANTUNG

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : linea sternalis dextra

Atas : RIC II

10
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

ABDOMEN

Inspeksi : tidak tampak membuncit

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) Normal

Status Neurologis

Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)

Tanda Rangsangan Meningeal (-)

Tanda Peningkatan Intra Kranial (-)

Nervus Kranialis :

 Nervus I : penciuman baik

 Nervus II :tajam penglihatan baik, lapangan pandang

baik, pupil isokor, diameter 3mm, reflek cahaya +/+

 Nervus III,IV,VI : ptosis (-), bola mata bisa digerakkan ke segala arah,

Nistagmus (-), diplopia (-)

 Nervus V : buka mulut (+), mengigit (+), menguyah (+)

 Nervus VII : raut muka simetris kiri dan kanan, menutup mata +/+,

mengerutkan dahi (+), plika nasolabialis kiri=kanan

 Nervus VIII : Pendengaran baik

11
 Nervus IX : Refleks muntah (+)

 Nervus X : Arkus faring simetris, uvula ditengah, menelan (+),

artikulasi baik

 Nervus XI : dapat menoleh dan mengangkat bahu kiri dan kanan

 Nervus XII : kedudukan lidah normal, deviasi (-)

Motorik : Kekuatan 555 555

555 555

Sensorik : eksteroseptif baik/ propioseptif terganggu

Reflek fisiologis ++/++

Reflek Patologis -/-

Fungsi luhur tidak terganggu

Fungsi otonom : miksi dan defekasi terkontrol, sekresi keringat baik

Diagnosis Klinis : Cluster headache

Diagnosis Topik : Intrakranial

Diagnosis Etiologi : Idiopatik

Diagnosis Sekunder :

Pemeriksaan Anjuran :

 Pemeriksaan darah rutin dan gula darah sewaktu

12
Terapi

1. Umum :

 O2 10 liter dalam 15 menit

 Istirahat

 Diet MB

2. Khusus :

 Ergotamin tab 1 mg 3x1

 Sumatriptan inj 6 mg sc

 Paracetamol 3x 500 mg

13
DISKUSI

Telah diperiksa seorang perempuan berumur 48 tahun datang ke IGD RSAM

Bukittinggi dengan diagnosis klinik cluster headache, diagnosis topik intrakranial, dan

diagnosis etiologi idiopatik.

Diagnosis cluster headache ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Dari anamnesis diketahui pasien mengeluhkan nyeri kepala yang semakin meningkat

sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri kepala telah dirasakan sejak ± 1 tahun

yang lalu dengan nyeri yang hilang timbul. Sejak 1 minggu ini nyeri kepala dirasakan

semakin meningkat. Nyeri dirasakan dibagian dahi kanan seperti ditusuk- tusuk. Nyeri juga

dirasakan sampai di belakang telinga disertai hidung tersumbat dan mata berair. Nyeri timbul

hampir setiap hari dengan lama serangan ± 1 jam. Nyeri bertambah berat saat pasien sedang

pilek. Keluhan ini juga disertai mual dan muntah. Pasien mengatakan dalam tahun akhir ini

banyak masalah yang menjadi beban pikirannya Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan

tanda-tanda nyeri kepala yang disebabkan oleh tanda peningkatan tekanan intrakranial (-),

tanda rangsangan meningeal (-), dan kuduk kaku (-). Hasil temuan dari pemeriksaan fisik

terhadap diagnosis migrain hanya menyingkirkan diagnosis bandingnya.

Penatalaksanaan umum pada pasien ini yaitu pemberian oksigen 10 liter selama 15

menit, istirahat, diet makanan biasa. Terapi khusus diberikan ergotamine. Ergotamin

menstimulir maupun memblokir reseptor alfa adrenergik dan serotoninergik. Karena sifat

vasokontriksinya tersebut, ergotamin banyak digunakan sebagai obat khas terhadap serangan

cluster, yang hanya efektif bila digunakan pada fase permulaan. Biasanya obat ini

dikombinasikan dengan kafein.. Parasetamol mempunyai efek analgesik dan antipiretik,

tetapi tidak anti radang. Sekarang dianggap zat anlagesik paling aman. Efek analgesinya

14
diperkuat oleh kodein dan kafein kira-kira 50%. Pemberian sumatriptan diharapkan dapat

memberikan efek mengurangi dari vasodilatasi cerebral.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Goadsby, J Peter. 2009. Treatment of Cluster Headache. Headache Group.


Department of Neurology University of California. San Francisco. Available at:
www.AmericanHeadacheSociety.org.
2. Visy, Jean-Marc and Bousser, Marie-Germaine. 2003. Cluster Headache. Orphanet
Ensiklopedia. Available at: http://www.orpha.net/
data/patho/GB/uk-cluster.pdf
3. Ginsberg, L. 2008. Lecture Notes: Neurologi. Edisi-8. Erlangga Medical Series.
Jakarta. 74-75
4. Sydor, Anne. 2009. Headache and Facial Pain. In Clinical Neurology. International
Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America.
5. Harsono.2005. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
6. Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 jilid 2. Media Aeusclapius.
Jakarta.
7. Beck, Ellen. Sieber, William J and Trejo, Raul. 2005. Management of Cluster
Headache. Journal of the American Academy of Familly Physicians. Available
at:http://www.aafp.org
8. ICSI.2011. Health Care Guideline : Diagnosis and Treatment of Headache.
9. Dennison, Brian. 2006. Headache. In: Clinical Applications of Pathophysiology: An
Evidence-Based Approach. Mosby Elsevier. United States of America. 253-260.

16

Anda mungkin juga menyukai