Oleh:
Pembimbing:
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
BAB 4 DISKUSI 30
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
kejadian yang cukup jarang, oleh karena itu masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui gejala-gejala serta bahaya dari penyakit ini. Pada umumnya, penderita
yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit sudah pada stadium lanjut
Insiden tumor karsinoid primer adalah 0,28 – 0,8 per 100.000 individu.
Metastasis spinal dari tumor karsinoid lebih jarang yaitu hanya terjadi sebanyak
belum diketahui secara pasti. Di Amerika kasus tumor medula spinalis tercatat
sebanyak 15% dari semua tumor yang terjadi di susunan saraf pusat, dengan
insiden sebesar 0,5 – 2,5 kasus per 100.000 penduduk pertahun. Jumlah penderita
wanita hanir sama dengan pria, dan usia penderita berkisar antara 30 – 50 tahun.
Penyebaran tumor terbanyak yaitu 55% pada segmen torakal, 25% pada segmen
berdasarkan lokasi anatomi dari tumor tersebut, yang dapat dibagi menjadi dua
kelompok;
1
2. Tumor intradural, dibagi menjadi ekstramedular dan intramedular.
dalam 1-2 tahun setelah mereka terdiagnosis, karena pertumbuhan tumor ini yang
bersifat gradual (lambat). Gejala awal dari tumor medulla spinocerebellar penting
untuk dikenali lebih awal, sehingga dapat mencegah kecacatan.3 Oleh karena itu
mungkin dapat menegakkan diagnosis dengan cepat sehingga terapi definitif juga
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
sekitar corda spinalis. Tumor ini merupakan tumor ganas primer yang jarang yang
mengenai sistem saraf pusat, yaitu hanya sebanyak 5 – 10% kasus.6. Tumor
medula spinalis dapat dapat berupa tumor primer seperti tumor yang berasal dari
sekunder.7
2.2 Etiologi
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam
tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang
sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang
spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.8
2.3 Epidemiologi
dari semua tumor primer pada susunan saraf pusat. insidennya meningkat seiring
pertambahan usia. Prevalensi pada jenis kelamin tertentu hamper semuanya sama,
3
kecuali pada meningioma yang pada umumnya terdapat pada wanita, serta
ependymoma yang lebih sering pada laki-laki. Sekitar 70% dari tumor intradural
Amerika sebanyak 18000 kasus baru terdiagnosis per tahunnya dan lebih dari
70% kasus tumor medula spinalis merupakan metastasis dari keganasan lain yang
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor medula spinalis dibagi menjadi
tumor primer dan tumor sekunder.7 Berdasarkan lokasinya, tumor medula spinalis
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tumor ekstradural dan intradural, tumor
4
Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu yang lama
radikuler, nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri
kanalis spinalis dan disebut pseudo neuralgia pre phase. Dilaporkan 68% kasus
tumor spinal sifat nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri
radikuler, 24% nyeri funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas10. Nyeri radikuler
piramidalis
diawali dengan gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah,
5
dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian
di sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada bagian tubuh
yang selevel dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi tumor. Contohnya, pada
tumor di tengah medula spinalis (pada segmen thorakal) dapat menyebabkan nyeri
yang menyebar ke dada depan (girdleshape pattern) dan bertambah nyeri saat
batuk, bersin, atau membungkuk. Tumor yang tumbuh pada segmen cervical
tumor yang tumbuh pada segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya nyeri
6
akan mengakibatkan putusnya jaras dorsalis (untuk sensasi posisi dan rasa
getar ipsilateral) dan dengan terkenanya juga daerah ventrolateral akan
menyebabkan gangguan suhu dan nyeri pada medula spinalis di bawah lesi.
Karena secara laminasi traktus spinothalamikus sensasi servikal terletak
dorsomedial dan sensasi sakral terletak ventrolateral, pada lesi
intraparenkimal dapat terjadi sensasi sakral tidak terkena. 10
3. Lesi di kolumna posterolateral. Dapat terjadi secara selektif pada penyakit
subacute combine degeneration pada defisiensi Vitamin B12 mielopati
vakuolar oleh sebab AIDS, servikal spondylosis. Terjadi gangguan
proprioseptif dan sensasi vibrarsi pada tungkai sebagai ataksia sensorik.
Ganguan traktus kortikospinal bilateral akan mengakibatkan spasitisitas,
hiperreflesi, dan refleks ekstensor bilateral. Namun, reflek dapat negatif atau
menurun bila disertai neuropati perifer. 10
4. Lesi di kolumna posterior sering terjadi pada penyakit Tabes dorsalis
(neurosyphillis). Terjadi gangguan sensasi vibrasi dan posisi dan penurunan
rasa raba, juga mengakibatkan ambang sensasi mekanik, taktil, postural,
halusinasi, arah gerak dan posisi sehingga akan timbul staksia sensorik dan
Romberg yang positif. Cara berjalan yang ataksik. Pasien mengeluh nyeri
‘lancinating’ terutama tungkai. Dapat terjadi inkontinens urine, reflek KPR
dan APR yang negatif. Terdapat Lhermitte’s sign yang disebabkan
peningkatan sensitifitas mekanik pada kolumna dorsalis dimana fleksi leher
akan mengakibatkan peningkatan secara spontan unit-unit sensoris yang aktif
dan ikut sertanya serabut saraf yang lain. 10
5. Lesi di kornu anterior. Penyakit yang menyerang secara difus kornu anterior
misalnya adalah spinal muskular atrofi (misalnya infantile spinal muscular
atrophy in motor neuron disease). Bila bagian kornu anterior terkena secara
difus terjadi kelemahan secara difus, atrofi, fasikulasi terjadi pada otot batang
tubuh dan ekstremitas. Tonus otot menurun dan ketegangan otot dapat
menurun atau hilang. Gangguan sensorik tidak terjadi karena jaras sensorik
tidak terkena. 10
6. Kombinasi lesi di kornu anterior dan traktus piramidalis. Hal ini secara
karakteristik terjadi pada Amyotrophic lateral sclerosis. Terjadi gangguan
7
secara difus dari lower motor neuron (progressive muscular atrophy, parese,
fasikulasi) yang bersamaan dengan gejala lesi UMN (parese, spastisitas,
reflek plantar ekstensor). Tidak ada gangguan sphincter urine dan rektal tidak
ada.10
pada medula spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat
merupakan gejala awal pada 30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari,
minggu/bulan diikuti dengan gejala mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks,
gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini
dapat terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae,
lumbosakral.
8
Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level
cm).
progresif. Kejadiannya ± 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak
a. Neurinoma (Schwannoma)
satu sisi dan dialami dalam beberapa bulan sampai tahun, sedangkan
b. Meningioma
pertengahan
Pertumbuhan lambat
9
Pada ± 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering dengan
biasanya bilateral dengan jarak waktu timbul gejala lain lebih pendek
Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti rasa
a. Ependimoma
b. Astrositoma
c. Hemangioblastoma
10
Memiliki karakter sebagai berikut:
Radiologi
semua tipe tumor medulla spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan
gambaran ruang dan kontras pada struktur medulla spinalis dimana gambaran ini
11
Gambar 3. Gambaran MRI tumor medulla spinalis (intradural intramedullar)
CSS
obstruksi dari aliran CSS sebagai akibat dari ekspansi tumor, pasien dapat
pada pasien tumor medulla spinalis dengan sakit kepala (terjadi peninggian
tekasan intrakranial).9,13
protein dan glukosa. Konsentrasi protein yang tinggi serta kadar glukosa dan
apabila telah menyebar ke selaput otak, kadar glukosa didapatkan rendah dan
12
sitologi yang menunjukkan malignansi. Adanya xanthocromic CSS dengan tidak
menyumbat ruang subarachnoid dan menyebabkan CSS yang statis pada daerah
Rontgen foto polos, CT- scan seluruh tulang punggung harus dilakukan,
dilanjutkan dengan MRI dengan atau tanpa kontras. Pada pasien dengan
menjamin.
sumsum tulang.
2. Bone scanning
a. Diagnosis
bawah ini.
13
a. Laboratorium
komplit.
Ca payudara.
c. CT-scan
tumor.
d. MRI
14
gambar tumor yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas
(ALS), anomali pada vertebra servikal dan dasar tengkorak, spondilosis, adhesive
sifatnya yang mempunyai masa remisi dan relaps. Gejala klinis yang disebabkan
oleh lesi yang multiple serta adanya oligoklonal CSS merujuk pada multiple
tumor tersebut. Kombinasi antara atrofi otot-otot lengan dan kelemahan spastic
pada kaki pada ALS mungkin dapat membingungkan kita dengan tumor servikal.
adanya fasikulasi, dan atrofi pada otot-otot kaki. Spondilosis servikal, dengan atau
pemeriksaan radiologi.9
15
Anomali pada daerah servikal atau pada dasar tengkorak, seperti
spinalis yang dapat menunjukkan gejala seperti lesi langsung pada medulla
berarti.9
sebuah neurofibroma tumbuh pada radiks dorsalis, akan terasa nyeri yang
lainnya yang dikenali dan didiagnosis sebagai tumor. Sebaliknya, onset yang tiba-
tiba dengan defisit neurologis yang berat, dengan atau tanpa nyeri, hampir selalu
atau limfoma.9
2.9 Penatalaksanaan
pasien, kondisi neurologis dan nyeri.14 Bila memungkinkan, reseksi tumor adalah
dengan paraplegi yang onsetnya kurang dari 12-24 jam dengan adanya riwayat
radiasi berulang pada tulang belakang, instabilitas spinal, atau kompresi tulang
16
belakang. Terapi radiasi juga harus dipertimbangkan untuk dilakukan sesegera
mungkin setelah tindakan operasi sehingga dapat dilakukan dengan durasi yang
beberapa jenis tumor primer medula spinalis, seperti limfoma, neuroblastoma, dan
germ sel tumor. Steroid sering digunakan sebagai bagian dari regimen
berhubungan adalah buruk. Tujuan utama dari terapi pada penyakit ini adalah
kenyamanan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi III. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 1999. Hal 331-340.
2. Primary carcinoid tumor of medulla spinalis: case report and review of the
literature. Zhang, Xian-feng, et al. s.l. : European Journal of Medical Research,
2014, Vol. 19(71)
3. Raj VS and Lofton LT. Invited review: rehabilitation and treatment of spinal
cord tumors. The Journal of Spinal Cord Medicine. 2013; 36(1):1-8. 3.
4. American Cancer Society. Cancer facts & figures 2013. American Cancer
Society; 2013.
5. Briggs AM, Smith AJ, Straker LM, Bragge P. Thoracic spine pain in the
general population: prevalence, incidence and associated factors in children,
adolescents and adults. A systematic review. Biomed Central. 2009; 10(77):1-
10
6. Hayat, M. A., 2012. Tumors of the Central Nervous System. London: Springer
Science+Business Media
7. Hakim, A. A., 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan
Sumsum Tulang Belakang. medan: Universitas Sumatera Utara.
8. Mark S. Greenberg. Handbook of Neurosurgery. Third Edition. Greenberg
Graphics.
Lakeland, Florida. 1994. Page 689-699
9. Mumenthaler and Mattle. Fundamental of Neurology. Thieme. 2006. Page 146-
147.
10. Radikulopati Thorakalis. Japardi, Iskandar. 2002, jurnal bedah, hal. 1-9.
11. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2005. Brain and
Spinal Cord Tumors - Hope Through Research. [serial online].
http://www.ninds.nih.gov/disorders/brainandspinaltumors/detail_brainandspina
ltumors.htm. [5 Februari 2017].
12. Harrop, D.S. and Sharan, A.D. 2009. Spinal Cord Tumors - Management of
Intradural Intramedullary Neoplasms. [serial online].
http://emedicine.medscape.com/article/249306-print. [5 Februari 2017].
13. American Cancer Society. 2009. Brain and Spinal Cord Tumor in Adults.
[serial online]. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/
webcontent/003088-pdf. [5 Februari 2017].
14. Wetzel FT, Phillips FM. Orthopedic management of metastatic disease of the
spine. Orthop Clin North Am. 2000;31(4):611-21.
http://dx.doi.org/10.1016/S0030-5898(05)70179-6
18
15. Sundaresan N, Sachdev VP, Holland JF, Moore F, Sung M, Paciucci PA et al.
Surgical treatment of spinal cord compression from epidural metastasis. J Clin
Oncol. 1995;13(9):2330-5. PMid:7666091
16. Rades D, Karstens JH. A comparison of two different radiation schedules for
metastatic spinal cord compression considering a new prognostic factor.
Strahlenther Onkol. 2002;178(10):556-61. PMid:12386787
http://dx.doi.org/10.1007/s00066-002-0980-1
17. Rompe JD, Hopf CG, Eysel P. Outcome after palliative posterior surgery for
metastatic disease of the spine-evaluation of 106 consecutive patients after
decompression and stabilisation with the Cotrel-Dubousset instrumentation.
Arch Orthop Trauma Surg. 1999;119(7-8):394-400. PMid:10613227
http://dx.doi.org/10.1007/s004020050008
18. Drudge-Coates L, Rajbabu K. Diagnosis and management of malignant spinal
cord compression: part 2. Int J Palliat Nurs. 2008;14(4):175-80.
PMid:18681345
19
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
No. MR : 969426
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Hilie Balai Paninjauan X Koto Kan Tanah Datar
ANAMNESIS
Seorang pasien Laki-laki, usia 39 tahun dirawat bangsal Neurologi RSUP
Dr M Djamil padang pada tanggal 3 Februari 2017 dengan:
Keluhan Utama :
Lemah kedua tungkai berangsur-angsur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Lemah kedua tungkai sejak ± 10 bulan yang lalu terjadi berangsur-angsur.
Awalnya kelemahan terjadi pada tungkai kanan, pasien masih bisa berjalan
dengan menyeret tungkai kanan. Namun, sekarang pasien hanya bisa
menggeser tungkai kanan. Keluhan diikuti kelemahan anggota gerak kiri ± 4
bulan kemudian, sekarang pasien hanya bisa mengangkat sebentar tungkai
kiri. Akibat keluhan ini pasien lebih banyak duduk dan berbaring ditempat
tidur.
Nyeri pada tulang punggung sejak ± 1 tahun yang lalu, nyeri dirasakan seperti
diikat dan berkurang dengan obat penghilang nyeri yang dibeli diwarung.
Kebas mulai 3 jari dibawah pusat hingga kedua tungkai sejak ± 1 tahun yang
lalu, dimana pasien sering merasa kesemutan.
Gangguan BAK sejak ± 4 bulan yang lalu, awalnya pasien harus mengedan
bila BAK, sejak 1 minggu ini pasien tidak bisa BAK.
BAB tidak ada keluhan
20
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma punggung / tulang punggung disangkal
Riwayat demam tidak ada
Riwayat batuk-batuk lama atau pengobatan TB tidak ada
Riwayat tumor dibagian tubuh lain tidak ada
Penurunan berat barat drastis tidak ada
Pasien telah dirawat di RSAM 1 minggu, telah dipasang kateter dan mendapat
terapi mecobolamin, dexametason, ranitidin, omeprazol, eperizon, dan
dirawat untuk pemeriksaan lanjutan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis, GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan darah : 150/ 80 mmHg
Frekuensi nadi : 76x/ menit
Frekuensi nafas : 20x/ menit
Suhu : 36,9o C
Kepala : Tidak ditemukan kelainan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
THT : Tidak ditemukan kelainan
Leher : JVP 5-2cmH2O, tidak ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening
Thorak
Paru-paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
21
Palpasi : fremitus kir dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Ispeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: Bunyi janting murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Punggung
Inspeksi : Deviasi tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Status Neurologikus :
1. Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
2. Tanda rangsangan meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky 1 : (-)
Brudzinsky 2 : (-)
Kernig Sign : (-)
3. Tanda peningkatan tekanan intra kranial
Muntah proyektil : tidak ada
Sakit kepala progresif : tidak ada
Pupil : Isokor, bulat,diameter 3 mm/ 3 mm
4. Nervus Kranialis
N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
22
Subjektif + +
Objektif (dengan bahan) Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan + +
Lapangan pandang + +
Melihat warna + +
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Ekso/endotalmus (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya (+) (+)
Refleks akomodasi (+) (+)
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
23
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut + +
Menggerakkan rahang + +
Menggigit + +
Mengunyah + +
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi maksila
- Refleks masetter (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi mandibula
- Sensibilitas (+) (+)
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebra (+) (+)
Menggerakkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Mencibir/ bersiul (+) (+)
24
Memperlihatkan gigi (+) (+)
Sensasi lidah 2/3 depan (+) (+)
Hiperakusis (-) (-)
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik + +
Detik arloji + +
Rinne tes Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Weber tes Tidak diperiksa
Schwabach tes Tidak diperiksa
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus (-) (-)
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang (+) (+)
Refleks muntah (Gag Rx) (+) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Simetris
Menelan (+)
Suara Normal
Nadi Teratur
25
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (+) (+)
Menoleh ke kiri (+) (+)
Mengangkat bahu kanan (+) (+)
Mengangkat bahu kiri (+) (+)
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Normal Normal
Kedudukan lidah dijulurkan Normal Normsl
Tremor (-)
Fasikulasi (-)
Atropi (-)
5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak dapat Disartria (-)
dilakukan
Romberg tes Tidak dapat Disgrafia (-)
dilakukan
Ataksia (-) Supinasi-pronasi Baik
Rebound (-) Tes jari hidung Baik
phenomen
Test tumit lutut Tidak dapat Tes hidung jari Baik
dilakukan
26
Mioklonik (-)
Khorea (-)
7. Pemeriksaan sensibilitas :
Ekstrimitas inferior Kanan Kiri
Sensibiltas taktil Terganggu setinggi Th XI Terganggu setinggi Th XI
Sensibilitas nyeri Terganggu setinggi Th XI Terganggu setinggi Th XI
Sensiblitas termis Terganggu setinggi Th XI Terganggu setinggi Th XI
Stereognosis Terganggu setinggi Th XI Terganggu setinggi Th XI
Pengenalan 2 titik Terganggu setinggi Th XI Terganggu setinggi Th XI
Pengenalan rabaan Terganggu setinggi Th XI Terganggu setinggi Th XI
Rasa posisi Terganggu Terganggu
Rasa getar Terganggu Terganggu
Rasa tekan Terganggu Terganggu
8. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR +++ +++
Masetter APR +++ +++
Dinding perut Bulbokavernosus - -
Atas + + Cremaster - -
Bawah + + Sfingter - -
27
b.Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Lengan Babinski (+) (+)
Hoffmann- (-) (-) Chaddocks (-) (-)
Tromner
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (+) (+)
Tungkai (-) (-)
9. Fungsi Otonom
Miksi : Terpasang kateter
Defekasi : (-)
Sekresi keringat : Berkurang setinggi dermatom thorakal XI
ke bawah
10. Fungsi Luhur : Baik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
Hb : 12,2 gr/dl
Leukosit : 19.440/mm3
Ht : 37 %
Trombosit : 581.000/mm3
GDS : 150
Ur/cr : 41/0,9
Na/K : 139/3,6
DIAGNOSA
Diagnosa Klinik : Paraparese Inferior tipe UMN
Diagnosa Topik : Segmen medula spinalis setinggi thorakal XI
Diagnosa Etiologi : SOL medula spinalis Sugestif Tumor
28
Diagnosa Sekunder : Hipertensi stage I
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : sinus ritm, HR; 76 x/menit, ST Change (-), SV1 +
RV5 = < 35
Kesan : dalam batas normal
Ro. Thorakolumbal : aligment segaris kurva kiposkoliosis, struktur dan
bentuk vertebra thorakolumbal baik, desitas vertebra thorakolumbal baik,
pedikel intake,tak tampak tanda fraktur, destruksi, lesi litik maupun blastik,
tak tampak spur. Tak tampak penyempitan celah diskus intervetebra ataupun
foramen intervetebra.
Kesan : kiposkoliosis vertebre thorakolumbal
LP :
Makroskopik : - volume : 2 cc
- kekeruhan : -
- warna :bening
Mikroskopik : - jumlah sel : 1/mm3
Kimia : - glukosa : 113 mg/dl
MRI
TERAPI
Umum :
Bedrest
Diet MB TKTP 1800 kkal
Khusus :
Methilprednison 4 x 125 mg (iv) tapp off
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
Paraceramol 3 x 750 mg (po)
Amlodipin 1 x 10 mg (po)
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
29
Quo ad sanam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
30
BAB IV
DISKUSI
RSUP. Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosa klinik paraparese inferior tipe
UMN, diagnosa topik segmen medulla spinalis setinggi Th 11, diagnosa etiologi
SOL medula spinalis sugestif tumor dan diagnosa sekunder hipertensi stage I.
sejak 10 bulan yang lalu, nyeri pada tulang punggung dirasakan seperti diikat
sejak 1 tahun yang lalu, kebas dari 3 jari dibawah pusat hingga kaki sejak 1 tahun
yang lalu, gangguan BAK sejak 4 bulan yang lalu. Berdasarkan literatur, keluhan
pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler, nyeri vertebrae,
adanya SOL pada kanalis spinalis dan disebut pseudo neuralgia pre phase. Nyeri
radikuler dipikirkan disebabkan oleh tumor medula spinalis bila nyeri radikuler
spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor yang terletak
biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks.10 Sekitar 90% dari pasien tumor
medula spinalis menunjukkan gejala nyeri tulang, nyeri pungung, dan diikuti oleh
nyeri radiks. Sekitar 50% mengalami disfungsi sensorik dan motorik, dan lebih
31
Dari pemeriksaan fisik ditemukan gangguan eksteroseptif dan
proprioseptif setinggi torakal XI. Jika lesi terdapat di kolumna posterior sering
terjadi gangguan sensasi vibrasi dan posisi dan penurunan rasa raba, juga
mengakibatkan ambang sensasi mekanik, taktil, postural, arah gerak dan posisi.10
Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan kekuatan motorik inferior menurun kanan
dan kiri (222/333),atropi dan atonus. Jika kornu anterior terkena secara difus
terjadi kelemahan secara difus, atrofi, tonus otot menurun dan ketegangan otot
peningkatan reflek (+++ / +++) dan juga klonus pada kedua kaki serta pada
pemeriksaan fisik tersebut menandakan terdapat lesi di daerah UMN,19 jadi telah
dalam batas normal, dari RSUD Achmad Muchtar telah dilakukan rontgen foto
Djamil Padang telah dilakukan pengambilan cairan LCS ( lumbal punksi ) dan
Pada pasien diberi terapi umum yaitu makanan biasa TKTP 1800 kkal dan
32
untuk terapi nyeri tulang. Sekitar 64% pasien dilaporkan terjadi pengurangan
nyeri antara 24-48 jam setelah terapi dengan steroid dan 57% mengalami
33