Disusun Oleh:
Preseptor:
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN 3
BAB 3 KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA 31
BAB 1
2
PENDAHULUAN
Penyakit jantung bawaan (PJB) terjadi pada 0,5-0,8% dari kelahiran hidup
dengan derajat keparahan sekitar 8 dari 1.000 bayi baru lahir memperlihatkan
gejala penyakit jantung dalam 1 tahun awal kehidupan. Diagnosis dapat ditegakan
saat usia 1 minggu pertama sekitar 40-50% dari pasien dengan penyakit jantung
bawaan dan pada usia 1 bulan pertama pada 50-60% pasien. Dengan kemajuan di
bidang operasi baik paliatif maupun korektif, jumlah anak dengan penyakit
jantung bawaan yang masih hidup sampai dewasa telah meningkat secara
dramatis. Meskipun demikian, penyakit jantung bawaan tetap merupakan
penyebab utama kematian pada anak-anak dengan cacat bawaan.2
3
ditemukan (sekitar 30% dari seluruh PJB). VSD adalah suatu penyakit kelainan
jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, akibat kegagalan
fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Pada sebagian
besar kasus, diagnosis dan kelainan pada VSD ditegakkan setelah melewati masa
neonatus, karena pada minggu-minggu pertama bising yang bermakna biasanya
belum terdengar. Gambaran klinis pada VSD sangat bervariasi, dari asimptomatis
sampai gagal jantung yang berat disertai dengan kegagalan tumbuh kembang
(failure to thrive), manifestasi klinis sangat bergantung pada besarnya defek serta
derajat pirau dari kiri ke kanan yang terjadi.2,3
Penatalaksanaan VSD bergantung dari besarnya defek yang terjadi. Defek
VSD kecil tidak memerlukan pengobatan apapun, kecuali pengobatan profilaksis
untuk mencegah endokarditis infektif terutama bila membutuhkan tindakan
tertentu. Pada VSD sedang dan besar diperlukan pengobatan bahkan sampai terapi
intervensi seperti pembedahan atau kateterisasi. Meskipun demikian, penyakit
jantung bawaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak
dengan cacat bawaan.2,3 Oleh karena itu pada referat kali ini akan dibahas
mengenai VSD.
BAB 2
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Gambar 1. Proses embryogenesis jantung 2
6
Gambar 2. Sirkulasi janin 2
7
Oleh sebab itu pada bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan, timbulnya
gagal jantung pada pasien dengan defek pirau dari kiri ke kanan sangat
bergantung kepada kecepatan penurunan tahanan vaskular paru dan kemampuan
ventrikel kiri untuk menambah volumenya. Penurunan tahanan vaskular paru yang
cepat pada hari pertama sampai ketiga, akan mengakibatkan aliran pirau yang
deras melalui duktus arteriosus, defek septum ventrikel; sehingga manifestasinya
terlihat pada minggu pertama kehidupan. Tetapi nyatanya tidak demikian. Volume
sirkulasi paru yang besar, serta adanya hubungan sirkulasi paru dengan sirkulasi
sistemik mengurangi kecepatan involusi pembuluh pulmonal, sehingga dapat
mencegah gagal jantung dini. Ini dapat menjelaskan mengapa banyak bayi dengan
defek septum ventrikel atau duktus arteriosus persisten besar tidak mengalami
gagal jantung dalam minggu-minggu pertama pascalahir. Umumnya gejala aliran
paru yang berlebihan tidak tampak pada usia sebelum 4 minggu. Bila terjadi
gangguan pada paru, tekanan arteri pulmonalis meningkat, sehingga dapat terjadi
aliran pirau terbalik.6
2.2.3.1 Definisi
Ventricular Septal Defect (VSD) merupakan kelainan kongenital pada
jantung dimana ada defek pada septum ventrikel, sehingga terdapat hubungan
antara kedua ventrikel. VSD dapat muncul sebagai anomali primer dan bisa juga
disertai defek jantung lainnya. VSD termasuk kedalam penyakit jantung bawaan
asianotik, yang berarti tidak mengalami sianosis (kebiruan).2,4,5 VSD adalah suatu
lubang didinding antara kedua ventricles. Ketika kerusakannya kecil, anak-anak
tidak menderita gejala-gejala, dan satu-satunya tanda VSD adalah suara desiran
jantung yang keras. Pada kasus VSD dengan ukuran defek sedang dan berat, dapat
terjadi gagal jantung yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan gizi,
sedangkan pada kasus yang lebih berat seperti terjadinya hipertensi pulmonal
yang permanen dapat mengakibatkan terjadinya sianosis.2,3,4
2.2.3.2 Epidemiologi
8
Angka kejadian PJB di Indonesia adalah 8 tiap 1000 kelahiran hidup. 1 Jika
jumlah penduduk Indonesia 200 juta, dan angka kelahiran 2%, maka jumlah
penderita PJB di Indonesia bertambah 32000 bayi setiap tahun.4,5
VSD merupakan defek jantung yang paling sering terjadi, yaitu 15%-20%
dari seluruh defek jantung. Dimana VSD mengenai 2%-7% kelahiran. VSD lebih
sering terjadi pada perempuan disbanding laki-laki (56% : 44%). Insidens
tertinggi pada prematur dengan kejadian 2-3 kali lebih sering dibanding bayi
aterm.VSD merupakan salah satu lesi yang sering muncul pada kelainan
kromosomal, antara lain trisomi 13, trisomi 18, trisomi 21,dan kelainan sindrom
lainnya, tetapi 95% pasien dengan VSD tidak bersamaan dengan kelainan
kromosomal.2,3,4
2.2.2.3 Embriologi
Pembagian ventrikel tunggal menjadi ventrikel kiri dan kanan terjadi antara
minggu ke 4 dan minggu ke 8 , bersamaan dengan pembagian atrium tunggal
menjadi atrium kiri dan kanan. Septum ventrikel yang pertama terbentuk adalah
septum membranous, yang kemudian bergabung dengan endocardial cushion dan
bulbus kordis (bagian proksimal trunkus arteriosus). Septum muscular kemudian
mulai terbentuk, bersama dengan pertumbuhan lebih lanjut bulbus kordis dan
endocardial cushion. Hasil akhir perkembangan ini adalah terbentuknya septum
ventrikel membranous dan septum muscular, serta katup mitral yang mempunyai
kontak jaringan dengan aorta, sedangkan katup trikuspid dan katup pulmonal
terpisah. Salah bentuk pada proses ini dapat menyebabkan lubang pada septum
ventrikel, yang dapat terletak tinggi di atas krista supraventrikularis, di bawah
krista supraventrikularis pada septum membranous atau pada septum muscular.7
Pembagian ventrikel tunggal menjadi ventrikel kiri dan kanan terjadi antara
minggu ke 4 dan minggu ke 8 kehidupan mudigah, bersamaan dengan pembagian
atrium tunggal menjadi atrium kiri dan kanan. Septum ventrikel yang pertama
terbentuk adalah pars membranasea, yang kemudian bergabung dengan
endocardial cushion dan bulbus kordis (bagian proksimal trunkus arteriosus). Pars
muskularis septum kemudian mulai terbentuk, bersama dengan pertumbuhan lebih
9
lanjut bulbus kordis dan endocardial cushion.1 Hasil akhir perkembangan ini
adalah terbentuknya septum ventrikel pars membranasea dan pars muskularis,
serta katup mitral yang mempunyai kontak jaringan dengan aorta, sedangkan
katup tricuspid dan katup pulmonal terpisah. Salah bentuk pada proses ini dapat
menyebabkan lubang pada septum ventrikel, yang dapat terletak tinggi di atas
krista supraventrikularis, di bawah krista supraventrikularis pada pars
membranasea, atau pada pars muskularis septum. 8
Normalnya sistem sirkulasi darah pada jantung dimulai dari darah yang
kurang oksigen dari seluruh tubuh mengalir melalui vena cava inferior dan vena
cava superior masuk kedalam atrium kanan dan mengalir ke ventrikel kanan,
kemudia ke paru melalui arteri pulmonalis, darah yang kaya akan oksigen
mengalir ke atrium kiri melalui vena pulmonalis dan akhirnya akan ke ventrikel
kiri untuk diedarkan keseluruh tubuh melalui aorta (dapat dilihat pada gambar 2.1)
Namun pada VSD teradapat lubang antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan,
sehingga darah yang harusnya dialirkan keseluruh tubuh melalui aorta juga masuk
ke ventrikel kanan, hal tersebut dikarenakan tekanan pada ventrikel kanan yang
lebih rendah, maka disebut terjadi pirau dari kiri ke kanan (dapat dilihat pada
gambar 2.2).
10
Gambar 2.2. Sirkulasi pada Defek Septum Ventrikel1
2.2.2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu:8
a. Faktor maternal ( eksogen)
- Maternal diabetes merupakan faktor risiko malformasi kongenital
kardiovaskuler
- Konsumsi alkohol oleh ibu.
- Infeksi Rubella pada trisemester pertama.
- Konsumsi obat seperti thalidomide, warfarin, derivat vitamin A, dan
antikonvulsan.
b. Faktor genetik
- Adanya keluarga (terutama orang tua ataupun saudara kandung) yang
memiliki defek pada jantung merupakan faktor risiko yang besar.
- Kelainan kromosom seperti trisomi 13, trisomi 18, dan trisomi 21
merupakan kelainan yang menimbulkan defek pada jantung.
2.2.2.5 Klasifikasi
Ventricular Septal Defect (VSD) dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran,
lokasi, dan manifestasi klinis. Berdasarkan ukurannya, VSD dibagi menjadi:1,2,3,4,8
11
- VSD kecil : lesi < 1/3 dari diameter aorta ( <5mm)
- VSD sedang : lesi 1/3 – 2/3 diameter aorta (5-10 mm)
- VSD besar : lesi kira-kira sebesar diameter aorta ( >10mm)
12
2.2.2.6 Patofisiologi
Defek pada septum interventrikuler menyebabkan hubungan antara sirkulasi
sistemik dan pulmonar. Ukuran dari VSD, tekanan pada ventrikel kanan dan kiri,
serta resitensi pulmonar merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
hemodinamik pada VSD. Demikian, darah akan mengalir dari tekanan yang tinggi
ke rendah, yaitu dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan ( left-to-right shunt).2,9
Darah mengalir melalui defek dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan yang
menyebabkan darah yang mengandung banyak oksigen masuk ke arteri pulmoner.
Penambahan darah ini menimbulkan peningkatan aliran darah ke paru dan
menyebabkan peningkatan pulmonary venous return ke atrium kiri dan ke
ventrikel kiri. Peningkatan volume ventrikel kiri menyebabkan dilatasi dan
akhirnya hipertrofi ventrikel kiri.2,9
Volume darah dalam paru yang meningkat , menyebabkan naiknya
tahanan pulmoner. Jika tahanan ini besar maka tekanan ventrikel kanan semakin
meningkat terjadilah right-to-left shunt, dimana darah yang miskin oksigen
mengalir ke ventrikel kiri menyebabkan sianosis. Peningkatan aliran darah
pulmoner menyebabkan peningkatan pulmonary capillary pressure yang dapat
menambah cairan interstisial pulmoner. Ketika kondisi ini parah maka timbul
oedem pulmonal.2.9
VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah
mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek
bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Kira – kira 20% dari defek ini pada anak adalah defek
sederhana, banyak diantaranya menutup secara spontan. Kira- kira 50 % - 60%
anak-anak menderita defek ini memiliki defek sedang dan menunjukkan gejalanya
pada masa kanak-kanak. Defek ini sering terjadi bersamaan dengan defek jantung
lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai berikut :
- Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah
kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikei kanan.
- Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya
dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskular
pulmonar.
13
- Jika tahanan pulmonar ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat
menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari
ventrikel kanan ke kiri menyebabkan sianosis ( sindrom eisenmenger ).
Pada saat lahir dan beberapa hari sesudahnya bayi masih tampak normal.
pirau kiri ke kanan mulai terjadi sekitar umur 2-6 minggu, sehingga gejala
umumnya terlihat setelah umur tersebut. Bayi menjadi takipne dengan toleransi
latihan menurun, yang dapat dilihat dengan berkurangnya kemampuan untuk
minum terus-menerus selama waktu tertentu. Setelah beberapa menit minum, bayi
menjadi capek, takipne, dispne dengan retraksi sela iga, suprasternal, dan
epigastrium dengan atau tanpa napas cuping hidung. Segera terlihat pula
pertumbuhan bayi terlambat. Dan pasien seringkali menderita infeksi paru yang
memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh. 1,8
Pada pemeriksaan fisis tampak bayi dengan berat badan yang berkurang
untuk umurnya dengan takipne dan/tanpa dispne. Hiperaktivitas ventrikel kiri
dapat diraba. Getaran bising mungkin teraba seperti pada defek kecil.
15
Gambar 2.4 Letak Auskultasi Jantung1
16
Pada VSD besar dengan aliran darah pulmonal yang berlebihan dan
hipertensi pulmonal menunjukkan gejala dyspnea, sulit makan, failure to thrive,
infeksi pulmonal berulang, dan gagal jantung pada bayi. Walaupun VSD
merupakan PJB asianotik, tetapi ketika tekanan ventrikel kanan melebihi ventrikel
kiri, terjadi right to-left shunt ( Eisenmenger Syndrome) maka timbul gejala
sianosis dan clubbing finger. Holosistolik murmur pada VSD besar tidak sekasar
pada VSD kecil karena perbedaan tekanan gradient antar ventrikel yang tidak
signifikan.1
B. VSD sedang
Pada pemeriksaan thoraks tampak kardiomegali akibat hipertrofi ventrikel
kiri, arteri pulmonalis menonjol, aorta menjadi kecil, dan ada tanda-tanda
peningkatan vaskularisasi pulmoner. Jantung kanan relatif normal. Hal ini dapat
17
terjadi karena darah yang seharusnya mengalir ke aorta, sebagian mengalir
kembali ke ventrikel kanan. Atrium kiri yang menampung darah dari vena
pulmonalis yang jumlahnya banyak, akan melebar dari biasa dan dapat mengalami
dilatasi. Akibatnya, otot-otot ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi.10
18
Gambar 2.8 VSD dengan pirau pada Tipe Membranous11
C. VSD besar
Pada rontgen thorax akan tampak kardiomegali yang massive dengan
kedua ventrikel, atrium kiri, dan arteri pulmonal yang menonjol. Terdapat juga
peningkatan corak vaskularisasi pulmonal, dan oedem pulmonal, serta efusi pleura
bisa juga nampak pada rontgen thoraks.1
19
Pada pemeriksaan elektrokardiogram hering ditemukan hipertrofi
biventrikular. Mungkin juga terlihat pembesaran atrium kiri, sedangkan
pembesaran atrium kanan lebih jarang didapatkan.
2.2.2.9 Komplikasi
A. Sindrom Eissenmenger
20
Sebagian pasien defek septum ventrikel besar dengan hipertensi pulmonal
ringan-sedang akan menjadi resistensi vaskular paru yang tinggi sehingga menjadi
hipertensi pulmonal yang ireversibel. Jarang sekali pasien mengalami obstruksi
vaskular paru tanpa melalui fase hiperkinetik / ringan-sedang. Pirau kiri ke kanan
yang semula besar, dengan meningkatnya tekanan ventrikel kanan, akan
berkurang. Bila tekanan ventrikel sama dengan tekanan sistemik, maka tidak
terjadi pirau sama sekali, bahkan dapat terjadi pirau terbalik yang disebut sindrom
Eisenmenger.3,12
Pemeriksaan fisik dari pasien dengan sindrom Eisenmenger umumnya
menunjukkan hipertensi arteri pulmonal, sianosis sentral dan clubbing finger dari
semua ekstremitas. Namun, dalam beberapa kasus sianosis bergantung dari status
hemodinamik pasien. 3,12
Dengan gagal jantung kanan yang progresif, maka pada pemeriksaan fisik
kadang ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis. Peningkatan tekanan vena
paru bisa juga mengarah pada pengembangan dari hepatomegali, edema perifer,
dan ascites. Murmur trikuspid dan regurgitasi pulmonal menjadi terdengar.
Sianosis dapat terjadi, pada pemeriksaan EKG dapat menunjukkan adanya
hipertrofi biventricular, kelainan atrium kanan, atau perubahan gelombang ST-T
pada EKG,pada pemeriksaan x-ray biasanya menunjukkan adanya dilatasi arteri
paru dan kardiomegali. 3,12
B. Gagal Jantung
Gagal Jantung didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan
tubuh. Adapun manifestasi klinis yang ditemui pada pasien gagal jantung
berdasarkan tipenya terdiri dari gagal Jantung kiri, dengan tanda dan gejala
berupa3:
- Penurunan cardiac output: kelelahan, oliguri, angina, konfusi dan gelisah,
takikardi dan palpitasi, pucat, nadi perifer melemah, akral dingin.
- Kongesti pulmonal: batuk yang bertambah buruk saat malam hari
(paroxysmal noctural dyspnea), dispnea, krakels, takipnea dan orthopnea.
21
Klasifikasi keparahan gagal jantung menurut New York Heart
Association (NYHA) yang telah dikenal luas tidak dapat diaplikasikan
terhadap hampir semua populasi anak-anak. Klasifikasi berdasarkan kriteria
Ross telah dikembangkan untuk menyediakan penilaian secara umum dalam
menilai tingkat keparahan gagal jantung pada anak, yang kemudian dimodifikasi
agar dapat mencakup seluruh umur pada anak-anak.13
ringan
takipnu, retraksi,
22
fisik apapun dengan nyaman, merintih
2.2.2.11 Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada VSD dapat berdasarkan dari besar atau defek pada
septum yang terjadi, yaitu :
- Defek septum ventrikel kecil
Pasien defek septum ventrikel kecil tidak memerlukan penanganan medik
atau bedah apapun, kecuali pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah
endokarditis pada tindakan tertentu. 30-40% pasien pada VSD kecil akan menutup
pada usia 6 bulan, Pasien harus terus diobservasi sampai defeknya menutup
Apabila defeknya sudah menurun, maka pasien dapat kontrol ulang setiap 3-5
tahun apabila tidak ada keluhan.3,21
Dengan bertambahnya usia dan berat badan, maka lubang menjadi
relatif kecil sehingga keluhan akan berkurang dan kondisi secara umum membaik
walaupun pertumbuhan masih lebih lambat dibandingkan dengan anak yang
normal. VSD tipe perimembranus dan muskuler akan mengecil dan bahkan
menutup spontan pada usia dibawah 8–10 tahun. 3,21
- Defek septum ventrikel sedang
Pada VSD sedang lebih jarang mengalami penutupan secara spontan. Defek
ini tidak perlu dilakukan pembedahan selama tahanan pembuluh pulmonal normal
dan jumlah shunting < 2 kali aliran sistemik. Sebagian kecil golongan ini tidak
dapat diatasi dengan obat, anak tetap dalam keadaan gagal jantung kronik atau
failure to thrive. Pasien ini perlu koreksi bedah segera. Pasien VSD sedang dengan
tahanan vaskular paru yang normal dengan tekanan arteri pulmonalis kurang dari
setengah tekanan sistemik, kecil kemungkinannya untuk menderita obstruksi
vaskular paru. Mereka hanya memerlukan terapi medik, dan sebagian akan
menjadi asimtomatik. Terapi bedah dipertimbangkan bila setelah umur 4-5 tahun
defek kelihatannya tidak mengecil dengan pemeriksaan kateterisasi ulang. 10,11
- Defek septum ventrikel besar
24
Sama dengan VSD sedang, VSD besar jarang menutup secara spontan.
Tetapi, walaupun defek yang besar yang mengakibatkan gagal jantung. Pada
pasien dengan gagal jantung dapat diberikan diuretik untuk mengurangi kongesti
pulmonal, ACE inhibitor untuk mengurangi tekanan pulmonal dan sistemik, serta
digoksin diberikan apabila diuresis dan pengurangan afterload tidak mengurangi
gejala klinis. Tetapi, masih ada beberapa kontroversi terhadap efek digoksin.1,2
Indikasi untuk terapi pembedahan pada VSD yaitu pasien pada usia
berapapun dengan VSD besar dimana gejala klinis dan failure to thrive tidak
dapat dikontrol dengan terapi medikamentosa, bayi usia 6-12 bulan dengan defek
yang besar disertai hipertensi pulmonal, pasien usia >24 bulan dengan rasio
Qp:Qs lebih dari 2:1, pasien dengan VSD tipe outlet berapapun ukurannya juga
dilakukan pembedahan karena resiko terjadinya regurgitasi katup aorta.1,2
Perawatan3,11,12
- Untuk mencegah endokarditis infektif, maka kesehatan gigi dan mulut
harus dijaga
- Pencegahan infeksi terhadap ISPA, hal tersebut dikarenakan pada anak
yang menderita penyakit jantung bawaan sering menderita ISPA dan dapat
berujung pada pneumonia yang berat.
Medikamentosa
Terapi gagal jantung simptomatik6,3,11 :
- Diuretik, contoh furosemid 1-2 mg/KgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis
- inotropik (contoh: digoxin 10-20 µg/kgBB/hari)
- ACE inhibitor, contoh kaptopril 0,1-0,5mg/KgBB/hari
Pada pasien vsd kecil sebenarnya tidak memelukan terapi pengobatan,
namun jika berkembang menjadi gagal jantung, maka hal tersebut harus diobati.
25
Tatalaksana gagal jantung (jika ada) diindikasikan dengan digoksin dan diuretik,
selama 2-4 bulan untuk melihat apakah kegagalan pertumbuhan dapat membaik.
Penggunanaan furosemid dapat menyebabkan kehilangan kalium dalam tubuh,
maka, penggunaan diuretik dapat digantikan dengan spironolakton untuk
meminimalisir kehilangan kalium. Pemberian ACE-inhibitor dapat juga
diberikan, namun ACE inhibitor tidak dapat diberikan pada pasien dengan
hipokalemi karena dapat meningkatkan toksisitasnya, Oleh karena itu ACE
inhibitor dapat diberikan bersamaan dengan spironolakton (dosis spironolakton 1-
3mg/KgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis), Jika tatalaksana medikamentosa tidak
dapat mengatasi gagal jantung, intervensi merupakan indikasi. 6,3,11
Obat-obat yang digunakan pada gagal jantung antara lain (a) obat inotropik
seperti digoksin atau obat inotropik lain seperti dobutamin atau dopamin.
Digoksin untuk neonatus misalnya, dipakai dosis 10-20 µg/kg. Dosis pertama
diberikan setengah dosis digitalisasi, yang kedua diberikan 8 jam kemudian
sebesar seperempat dosis sedangkan dosis ketiga diberikan 8 jam berikutnya
sebesar seperempat dosis. Dosis rumat diberikan setelah 8-12 jam pemberian
dosis terakhir dengan dosis seperempat dari dosis digitalisasi. Obat inotropik
isoproterenol dengan dosis 0,05-1 µg/kg/ menit diberikan bila terdapat
bradikardia, sedangkan bila terdapat takikardia diberikan dobutamin 5-10 µg/
kg/menit atau dopamin bila laju jantung tidak begitu tinggi dengan dosis 2-5
µg/kg/menit. Digoksin tidak boleh diberikan pada pasien dengan perfusi sistemik
yang buruk dan jika ada penurunan fungsi ginjal, karena akan memperbesar
kemungkinan intoksikasi digitalis. (b) vasodilator, yang biasa dipakai adalah
kaptopril dengan dosis 0,1-0,5 mg/kg/hari terbagi 2-3 kali per oral. Terakhir (c)
diuretik, yang sering digunakan adalah furosemid dengan dosis 1-2 mg/kg/ hari
per oral atau intravena.5 Pada pasien dengan gagal jantung, maka pemberian
cairan harus dibatasi baik secara intravena maupun secara oral, cairan yang
diberikan adal 75% dari kebutuhan cairan perhari. 6,3,11
Pada pasien VSD diberikan pengobatan profilaksis terhadap terjadinya
endokarditis infektif terutama bila akan dilakukan tindakan operaktif di daerah
rongga mulut atau tindakan pada traktus gastrointestinal /urogenital. Maka dapat
diberikan amoxicilin oral 50mg/KgBB 1 jam sebelum prosedur atau
26
menggunakan ampicilin IV 50mg/KgBB 30 menit sebelum prosedur tindakan
dilakukan.21 Pada pasien yang mengalami anemia defisiensi besi, maka dapat
diberikan terapi besi oral 3-6mg/KgBB/hari diberikan dalam 2-3 dosis, kemudian
dievaluasi 3-4 minggu kemudian. 6,3,11
Adapun selain dengan pengobatan, tatalaksana VSD juga termasuk terapi
intervensi bedah, Indikasi terapi intervensi antara lain:6
- Jika bayi dengan gagal jantung kongestif dan hambatan pertumbuhan tidak
dapat diperbaiki dengan medikamentosa, VSD harus diintervensi dalam 6
bulan kehidupan. Selain itu, bila tekanan arteri pulmonalis >50% tekanan
sistemik, penutupan harus dilakukan pada akhir tahun pertama
- Bayi dengan hipertensi pulmonal, tetapi tanpa gagal jantung kongestif atau
hambatan pertumbuhan, sebaiknya melaksanakan kateterisasi jantung pada
usia 6-12 bulan. Dan sebaiknya diikuti dengan pembedahan.
- Bayi lain dengan VSD besar dan adanya peningkatan tekanan vaskular paru
sebaiknya dioperasi secepat mungkin.
- Beberapa pusat menutup VSD jika terdapat bukti adanya prolaps katup aorta
(meski tanpa regurgitasi aorta), riwayat endokarditis sebelumnya, atau adanya
dilatasi ventrikel kiri.
Setelah operasi maka pasien tetap akan dikontrol setiap 1-2 tahun untuk
melihat perkembangannya, tidak ada pembatasan aktivitas fisik kecuali jika ada
komplikasi dari operasi, pengobatan antibiotik untuk mencegah endokarditis
infekstif tetap harus diberikan. 6,3,11
Diet etik6,3,11
- Pemberian makanan yang mengandung zat besi,
- Pemberian nutrisi yang adekuat anak dengan defek besar lelah saat makan,
untuk mengatasinya seperti pemberian makanan kalori tinggi atau ASI.
Pemberian makanan melalui pipa nasogastrik untuk mengurangi kelelahan
karena mengisap susu botol atau ASI.
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit jantung kongenital merupakan penyakit kelainan struktural dan
fungsional akibat gangguan pembentukan dan pembuluh darah saat dalam janin
28
dan menetap ketika lahir. Ventrikel Septal Defek merupakan bagian dari penyakit
jantung kongenital asianotik. Defek septum ventrikel ini merupakan penyakit
jantung nonsianotik yang sering terjadi mencapai angka 30%. Kelainan jantung
bawaan (kongenital) ini karena terbukanya lubang pada septum interventrikuler
yang menyebabkan adanya hubungan aliran darah antara ventrikel kanan dan kiri.
Penyebab pasti dari munculnya kelainan ini masih idiopatik. Faktor etiologi yang
berperan hingga kini adalah faktor endogen (genetik) dan eksogen (prenatal).
Proses patofisiologis yang terjadi dapat dijelaskan salah satunya melalui
tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya
oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan. Gejala klinis muncul sesuai
dengan derajat keparahannya. Macam defek septum ini antara lain,
perimembranous, subarterial doubly commited, dan muskuler, bila lubang terletak
di daerah septum muskularis interventrikularis. Manifestasi klinis dari kelainan
jantung ini berbeda-beda tiap klasifikasfi. Demikian pula dengan pemeriksaan
dsar fisik akan ditemukan kondisi yang berbeda antara defek septum kecil dan
besar. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik yang dapat dilakukan antara lain
kateterisasi jantung, EKG dan foto toraks.
Penatalaksanaan pada VSD meliputi medikamentosa, perawatan dan diit.
Namun penatalaksaan pada VSD juga bergantung dari letak serta besarnya defek
yang terjadi. Penatalaksaan medikamentosa pada VSD umumnya tidak ada,
namun apabila menjadi gagal jantung maka dapat diberikan terapi diuretik dengan
menggunakan furosemid, ACE inhibitor dengan menggunakan kaptopril dan
pemberian digoxin. Perawatan pada penderita VSD seperti menjaga kebersihan
gigi dan mulut agar tidak terkena infeksi endokarditis serta pencegahan terhadap
ISPA, umumnya tidak dilakukan pembatasan fisik pada penderita VSD namun
apabila menjadi gagal jantung maka pasien harus lebih banyak istirahat agar
mengurangi beban jantung. Untuk diiet dapat diberikan Pemberian kalori yang
cukup yaitu 100-120 kcal/hari, dengan rendah garam 2-3mEq/KgBB/hari dan jika
terjadi gagal jantung maka harus dilakukan membatasi cairan (75% dari
kebutuhan normal). Terapi intervensi dilakukan jika terapi medikamentosa gagal
atau terjadi kelainan yang lebih berat seperti hipertensi pulmonal. Komplikasi
pada VSD meliputi infeksi endokarditis, gagal jantung kronik. Prognosis
29
Kemungkinan penutupan defek septum secara spontan cukup besar, terutama pada
tahun pertama kehidupan. Kemungkinan penutupan spontan sangat berkurang
pada pasien berusia lebih dari 2 tahun dan umumnya tidak ada kemungkinan lagi
di atas usia 6 tahun. Prognosis pada VSD juga bergantung pada besar dan letak
defek serta penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
13. New York Heart Association (NYHA) Functional Class. Adapted from
American Heart Association Medical/Scientific Statement. 1994
revisionsto classification of functional capacity and objective
assessment of patientswith diseases of the heart.
Circulation, 1994; 90: 644-645
31
32