Anda di halaman 1dari 32

TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. D

DENGAN VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)

DI RSSA

DISUSUN OLEH :

CEMPAKA INGGRID PITALOKA (PO7220119 1548)

DOSEN:

DEWI PUSPA RIANDA, SST.,MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya ilmiah ini diajukan oleh : Cempaka Inggrid Pitaloka

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Pada By. D

Dengan Ventricular Septal Defect (Vsd)


Di Rssa

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan dosen pengampu

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Ditetapkan di : Tanjungpinang

Waktu : Agustus 2020

Dosen Pengampu

DEWI PUSPA RIANDA, SST.,MPH

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang Asuhan
Keperawatan dalam Penyakit Jantung Kongenital, seperti Venticicular Septal
Defect (VSD) dengan melakukan pendekatan proses asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Ini, bertujuan untuk mempelajari kelainan tersebut. Penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu
dikarenakan kemampuan penyusun yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan
dorongan serta bimbingan dari ibu/bapa dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 1 serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun
berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan bagi para pembaca umumnya serta dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang
akan datang.

Tanjungpinang, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.4 MANFAAT PENULISAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV STUDI KASUS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN

DAFTARPUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kardiovaskular merupakan sistem yang memiliki khusus dalam proses


embriologi, khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan oksigen.
Pembuluh darah berasal dari bahan mesoderm saat embrio berusia 3
minggu. Pada saat awal, terbentuk empat ruangan yang membentuk seperti
tuba tunggal yang akhirnya berpisah. Hal ini untuk memisahkan darah
oksigenasi serta yang keluar dari paru-paru dan sirkulasi tubuh. Kemudian
pada akhir bulan kedua, ventrikel telah terpisah dan dua atrium juga secara
parsial. Keadaan ini tetap hingga setelah lahir dan pada saat di dalam uterus
darah secara bebas (mengingat paru belum berfungsi secara maksimal)
yakni semua darah masuk ke jantung embrio melalui atrium kanan ke dalam
vena kava superior dan inferior. Adanya pembukaan dua atrium dapat
memungkinkan separuh darah menyilang ke sisi kiri dan kemungkinan
fungsi pompa jantung di bagi di antara ventrikel. Kemudian berangsur-
angsur terjadi perubahan seiring dengan perkembanganya arkus aorta, suatu
arkus tunggal yang hingga dewasa tetap menjadi aorta dana arkus yang
terakhir menjadi aorta pulmonalis.

Penyakit jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang terjadi


akibat kelainan dalam perkembangan jantung dan pembuluh darah, sehingga
dapat mengganggu dalam fungsi jantung dan sirkulasi darah jantung atau
yang dapat mengakibatkan sianosis dan asianosis. Penyakit jantung
kongenital secara umum terdiri atas dua kelompok yakni sianosis dan
asianosis. Pada kelompok sianosis tidak terjadi percampuran darah yang
teroksigenasi dalam sirkulasi sistemik dan pada yang asianosis terjadi
percampuran sirkulasi pulmoner dan sistemik. Secara umum penyakit
jantung sianotik seperti tetralofifallot dan penyakit jantung nonsianotik

4
seperti cacat sekat ventrikel (ventrikel septal defect-VSD),cacat sekat atrium
(atrium septal defect-ASD),patent ductus arteriosus (PDA),stenosis aorta,
stenosis pulmonal, dan koartasio aorta. Di bawah ini beberapa macam
kelainan jantung bawaan yang sering di jumpai pada anak

Penyakit jantung congenital atau penyakit jantung bawaan (pjb) terjadi


pada sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup.Insiden lebih tinggi pada yang lahir
mati (2%), abortus (10-25%), dan bayi premature (sekitar 2% termasuk
defek sekat ventrikel), tetapi tidak termasuk duktus anteriosus paten
sementara (PDA). Insiden menyeluruh ini tidak termasuk prolaps katup
mitral, PDA pada bayi premature dan katup aorta bicuspid (ada sekitar 0,9%
seri dewasa). Pada bayi-bayi dengan defek jantung congenital, ada spectrum
keparahan yang lebar, sekitar 2-3 dari 1000 bayi neonatus total akan
bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama. Diagnosis ditegakkan
pada umur 1 minggu pada 40-50% penderita dengan penyakit jantung
congenital dan pada umur 1 bulan pada 50-60% penderita. Sejak
pembedahan paliatif atau korektif berkembang, jumlah anak yang hidup
dengan penyakit jantung kongenital bertambah secara dramatis.

1.2 Tujuan

1.2.1 . Tujuan Umum

Mahasiswa/i dapat memahami materi Kelainan Jantung


Kongenital pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Venticicular Septal Defect (VSD), dan dapat mengaplikasiakan
langsung dalam proses keperawatan dalam pembelajaran ataupun saat
praktek di lapangan.

1.2,2. Tujuan Khusus

5
1. Mahasiswa mampu memahami Konsep Dasar Penyakit Venticicular Septal
Defect (VSD ).
2. Mahasiswa mampu memahami Asuhan keperawatan pada pasien dengan
Venticicular Septal Defect (VSD).

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari VSD

2. Apa etiologi dari VSD

3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit VSD

4. Apa manifestasi klinis dari VSD

5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari VSD

6. Apa pelaksanaan medis dan keperawatan dari penyakit VSD

7. Bagaimana prognosis dan komplikasi dari penyakit VSD

1.4 Metode Penulisan

Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada


makalah ini yaitu dengan mencari sumber referensi baik dari buku sumber
maupun internet dalam menunjang penyusunan makalah ini.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Ventrikuler Septal Defek (VSD)

2.1.1 Pengertian

VSD (ventrikuler Septal Defek) adalah suatu keadaan dimana


ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara
ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri
mengalir kebilik kanan pada saat systole. (Ngastiyah, 1995)

VSD menggamnbarkan suatu lubang pada sekat ventrikel. Defek


tersebut dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel, dapat tunggal
atau banyak, dan ukuran serta bentuknya dapat bervariasi (fyler 1996)

Klasifikasi VSD berdasarkan pada lokasi lubang, yaitu:

a) perimembranous (tipe paling sering, 60%) bila lubang


terletak di daerah pars membranaceae septum
interventricularis,
b) subarterial doubly commited, bial lubang terletak di daerah
septum infundibuler dan sebagian dari batas defek dibentuk
oleh terusan jaringan ikat katup aorta dan katup pulmonal,
c) muskuler, bial lubang terletak di daerah septum muskularis
interventrikularis.

2.1.2 Etiologi

VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.


Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD yaitu:

 Gizi ibu hamil yang buruk, ibu yang alkoholik


 Usia ibu diatas 40 tahun

7
 Ibu menderita diabetes.
 Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya
adalah multi factor.

Factor yang berpengaruh adalah faktor eksogen dan faktor


endogen.

 Faktor eksogen : berbagai jenis obat, penyakit ibu ( rubella,


IDDM ), ibu hamil dengan alkoholik
 Faktor endogen : penyakit genetik (dowm sindrom)

2.1.3 Patofisiologi

Defek
septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang
memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari
kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm.

Ukuran fisik defek adalah besar, tetapi bukan satu-satunya yang


menentukan besar shunt dari kiri ke kanan. Besar shunt juga ditentukan
oleh tingkat tahanan vaskuler pulmonal dibanding dengan tahanan
vaskuler sistemik. Bila ada komunikasi kecil (biasanya <0,5 cm 2), defek

8
disebut restriktif (membatasi)dan tekanan ventrikel kanan normal.
Tekanan yang lebih tinggi di ventrikel kiri mendorong shunt dari kiri ke
kanan; namun, ukuran defek membatasi besarnya shunt.

Pada defek besar nonrestriktif (biasanya >1,0 cm2), tekanan


ventrikel kanan dan kiri seimbang. Pada defek ini, arah dan besar shunt
ditentukan oleh rasio tahanan vaskuler pulmonal terhadap sistemik.
Darah kaya oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen. Sehingga
jantung memompa sebagian darah miskin oksigen ke tubuh dan juga
darah kayaoksigen dipompa jantung ke paru. Ini berarti kerja jantung
tidak efisien

Kadangkala VSD dapat menutup sendiri. Jika VSD besar


biasanya selalu harus dioperasi..VSD ini tergolong Penyakit Jantung
bawaan (PJB) nonsianotik dengan vaskularisasi paru bertambah. VSD ini
memiliki sifat khusus,yaitu: shunt pada daerah ventrikel, aliran darah
pada arteri pulmonalis lebih banyak, tidak ada sianosis. Defek septum
ventrikel biasa sebagai defek terisolasi dan sebagai komponen anomali
gabungan. Lubang biasanya tunggal dan terletak pada bagian
membranosa septum. Gangguan fungsional lebih tergantung pada
ukurannya dan keadaan bantalan vaskuler paru, dari pada lokasi defek.

9
VSD

Defek antara ventrikel kanan dan kiri

Aliran kanan ke kiri pada Menutup spontan


ventrikel kanan dan
arteri pulmonal
2.2.4 manifestasi klinis

Bj pembentukan
membran
peningkatan vaskularitas
pulmonal dan peningkatan
tekanan ventrikel kanan
puncak katup trikuspidal
disposisi berlawanan

Peningkatan kongesti
pulmonal dan
kardiomegali hipertropi ventrikel
kanan dan atrium kanan

Murmur, getaran,
tekanan nadi melebar, sterosis pulmonal
CHF, gagal tumbuh rendah, dispnea,
murmur kencang

10
2.1.4 Manifestasi Klinis

 VSD kecil.

Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan


tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal,
dapat ditemukan bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului
early systolic clik. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya
keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga
III-IV garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri,
bahkan ke seluruh prekordium.

 VSD sedang.

Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum
atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan
makan dan minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan
sering menderita infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini
dapat mendahului terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada
umur 3 bulan. Bayi tampak kurus dengan dipsnea, takhipnea dan
retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal. Pada pasien yang besar,
dada mungkin sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi
getaran bising dan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis
parasternal kiri yang menjalar ke seluruh perikordium.

 VSD besar.

Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai


III dapat terjadi pirau dari kiri ke kanan yang bermakna dan sering
menimbulkan dipsnea. Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu
VI, sering didahului infeksi saluran napas bawah. Bayi sesak napas
saat beristirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen
akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata.

11
Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat didengar bunyi
pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir
sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua
ventrikel. Bising mid-diastolik di daerah mitral mungkin terdengar
akibat flow murmur pada fase pengisian cepat. dapat terjadi perubahan
hemodinamik dengan penyakit vaskular paru/sindrom Eisenmerger.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik VSD

 EKG

Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun


kadang-kadang di jumpai gelombang S yang sedikit dalam
dihantaran perikardial atau peningkatan ringan gelombang R di
V5 dan V6.

Pada VSD sedang,EKG menunjukkan gambaran hipertrofi


kiri.Dapat pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika terjadi
peningkatan arteri pulmonal.

Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi


kombinasi ventrikel kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi
ventrikekl kiri dan kanan disertai deviasi aksis ke kanan
(RAD).Defek septum ventrikel membranous inlet sring
menunjukkan deviasi aksis ke kiri. ( LAD ).

 Echocardiografi :

Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-


Mode,dua dimensi doppler.Pada doppler berwarna dapat
menyatakan adanya adanya hipertropi ventrikel kanan dan
kemungkinan dilatasi arteri pulmonal akibat peningkatan aliran
darah.

12
Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan adanya
pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri
pulmonalis.

Kateterisasi jantung diperlukan :

Tujuan kateterisasi jantung terutama untuk mengetahui :

 Jumlah defek
 Evaluasi tahanan vaskular paru.
 Evaluasi beban kerja ventrikel kanan dan kiri.
 Mengetahui defek lain selain VSD.
 Kateterisasi jantung kanan untuk mengukur tekanan dan
saturasi pada aliran darah pulmonal sedangkan kateterisasi
jantung kiri untuk aliran darah sistemik.

2.1.6 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

Pada bayi dengan VSD besar, manajemen medik mempunyai


dua tujuan: mengendalikan gagal jantung kongestif dan mencegah
terjaddinya penyakit vaskuler pulmonal.. Gagal jantung pada
pasien dengan defek septum ventrikel sedang atau besar biasanya
diatasi dengan digoksin (dosisrumat 0,01 mg/kgBB/hari, dalam 2
dosis), kaptropril (ACE inhibitor), dan diuretik seperti furosemid
atau spironolakton. Jika pengobatan awal berhasil, shunt ukurannya
dapat mengurang dengan perbaikan spontan, terutama selama umur
tahun pertama. penyakit vaskuler pulmonal dicegah bila
pembedahan dilakukan pada umur tahun pertama. Dengan
demikian defek besar yang disertai dengan hipertensi pulmonal
harus ditutup secara elektif pada umur tahun antara 6 dan 12 bulan;
atau lebih awal jika gejala-gejala ada.

13
Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur
harapan hidup, dilakukan pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :

 Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui


cardiopulmonal bypass
 Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui
kateterisasi jantung
a. Pada VSD kecil : ditunggu saja, kadang-kadang dapat
menutup secara spontan.
b. Pada VSD ssedang : jika tidak ada gejala gagal jantung,
dapat ditunggui sampai umur 4-5 tahun karena kadang-
kadang kelainan dapat mengecil
c. Pada VSD besar : biasanya pada keadaan menderita gagal
jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan
digitalis. Operasi dapat
d. ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada
gangguan dapat dilakukan setelah umur 6 bulan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai,
hepatomegali.
 Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
 Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
 Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan

2.1.7 Prognosis dan komplikasi

Penanganan alamiah VSD tergantung sebagian ukuran defek.


Sejumlah defek kecil yang berarti (30-50%) akan menutup secara
spontan, paling sering selama umur tahun pertama. Sebagian besar
defek yang menutup akan menutup sebelum umur 4 bulan. Sejumlah
kecil penderita dengan VSD mengembangkan stenosis pulmonalis

14
infundibuler didapat, yang kemudian melindungi sirkulasi pulmonal
dari pengaruh jangka pendek kelebihan sirkulasi pulmonal dan
pengaruh jangka panjang penyakit vaskuler pulmonal. Pada penderita
ini gambaran klinis berubah dari gambaran klinis VSD dengan shunt
dari kiri ke kanan ke VSD dengan stenois pulmonal. Shunt mungkin
mengecil, menjadi seimbang atau bahkan menjadi shunt dari kanan ke
kiri.

Komplikasi yang terjadi adalah :

 Aneurisma

 Resiko endokarditis infektif (terjadi < 2% anak, tergantung pada


ukuran VSD)

 Infeksi pernafasan

 Gagal jantung kongestif (ditampakkan melalu pertumbuhan


yang lambat)

 Hipertensi pulmonal

15
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas klien

Nama, jenis kelamin, umur, agama, suku, No RM, tanggal masuk,


tanggal pengkajian, diagnose medis, alamat, penanggung jawab.

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa


cepat lelah. Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-
tanda respiratory distress,  dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia
2) Riwayat kesehatan masa lalu

Kaji Riwayat Kesehatan Ibu sewaktu mengandung Gaya hidup (diet,


latihan, olah raga, kebiasaan merokok, alcohol, Stress, Mengkonsumsi
obat-obatan dan jamu, serta riwayat penyakit kardiovaskuler), Perlu
ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi
dari rubella.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Faktor kesehatan keluarga mencakup penyakit jantung congenital, di


dalam keluarga apakah ada yang mempunyai riwayat penyakit
genetik/penyakit yang serupa terutama pada klien PDA karena PDA
juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
Namun pada kilen penyakit ASD dan VSD ini bukan penyakit
herediter atau keturunan melainkan penyakit congenital atau bawaan
maka dari itu biasanya di dalam keluarga jarang yang mengalami
penyakit yang sama dengan klien.

16
4) Riwayat kehamilan

Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan,


riwayat merokok, dan alcohol; ibu terpajan oleh radiasi; penyakit
virus maternal (mis:, influenza, gondongan atau rubella) atau usia
ibu di atas 40 tahun

5) Riwayat tumbuh

Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan


karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit. Serta keterbatasan dalam
aktivitas mempengaruhi perkembanganya.

6) Riwayat psikososial/perkembangan
a) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b) Mekanisme koping anak/ keluarga
c) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

d) Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya


e) Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya
f) Kebiasaan anak
g) Respon keluarga terhadap penyakit anak,
h) Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap
stress
7) Riwayat Aktifitas Bermain

Kaji juga pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan
anak-anak , karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan
lebih terbatas aktifitas bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang
tidak stabil serta mudah lelah sehingga pergerakkan bermain anak pun
akan terganggu

17
c. . Pengkajian fisik (ROS : Review of System)

 Pernafasan  B1 (Breath)

Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery


murmur ),adanyan otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.

 Kardiovaskuler B2 ( Blood)

Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan


darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.

 Persyarafan B3 ( Brain)

Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.

 Perkemihan B4 (Bladder)

Produksi urin menurun (oliguria).

 Pencernaan B5 (Bowel)

Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.

 Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)

Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

d. Pengkajian kardiovaskuler:

1. Nadi

 Denyut apikal (frekuensi, irama, dan kualitas)

 Nadi perifer (ada atau tidak ada, jika ada, frekuensi, irama, kulaitas
dan kesimetrisan, perbedaan antar ekstremitas)

18
 Tekanan darah (semua ekstremitas)

2. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi

 Lingkar dada

 Adanya deformitas dada

 Bunyi jantung (murmur)

 Titik impuls maksimum

3. Tampilan umum

 Tingkat aktivitas

 Tinggi dan berat badan

 Perilaku (atau ketakutan)

 Jari tubuh (clubbing) pada tangan dan/atau kaki

4. Kulit

 Pucat

 Sianosis (membran mukosa, ekstremitas, dasar kuku)

 Diaforesis

 Suhu abnormal

5. Edema
Periorbital dan ekstremitasi

e. Pengkajian Respirasi

a) Bernapas

 Frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kesimetrisan

 Pola napas (apnea atau takipnea)

 Retraksi (suprasternal, interkostal, subkostal, dan supraklavikular)

19
 Pernapasan cuping hidung

 Posisi yang nyaman

b) Hasil auskultasi toraks

 Bunyi napas merata

 Bunyi napas abnormal (bising, ronki, mengi)

 Fase inspirasi dan ekspirasi memanjang

 Serak, batuk, dan stridor

c) Hasil pemeriksaan toraks


Lingkar dada dan bentuk dada

d) Tampilan umum

 Warna (merah muda, pucat, sianosis, akrosianosis)

 Tingkat aktivitas

 Perilaku (apatis, tidak aktif, gelisah, dan/atau ketakutan)

 Tinggi dan berat badan


f. Kaji status hidrasi

Biasanya anak dengan kelainan jantung mudah berkeringat dan banyak


keringat

g. Kaji nyeri pascaoperasi

Biasanya anak akan merasa sangat nyeri di sekitar luka operasi

h. Kaji strategi koping anak dan keluarga

Pada anak tidak selalu bisa mempertahankan dirinya, kelurga sulit


menerima kenyataan, anak dan orang tua merasa sedih.

3.2 Diagnosa Keperawatan

20
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan
structural jantung.
b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2
terhadap kebutuhan tubuh.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kelelahan pada
saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi
tidak adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
e. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
f. Ansietas (anak) b/d lingkungan ICU, berpisah dari orang tua,
kecemasan orang tua, kecemasan orang tua, imobilisasi.
g. Ansietas (orang tua) b/d kelainan jantung kongenital pada
anak.
3.3 Rencana / Intervensi Keperawatan

a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.


Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.

Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam
aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 –
2 ml/kgBB.

Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan  Kaji frekuensi  Memonitor


keperawatan selama 3 x 24 nadi, RR, TD secara adanya perubahan
jam, diharapkan penurunan teratur setiap 4 jam. sirkulasi jantung
cardiac output pada klien sedini mungkin.
dapat diatasi, dengan  Catat bunyi  Mengetahui
kriteria hasil : jantung. adanya perubahan

- denyut nadi klien irama jantung.

21
kembali normal, yaitu 90  Pucat
– 140 x/mnt  Kaji perubahan menunjukkan
- Klien tidak terlihat warna kulit terhadap adanya penurunan
pucat. sianosis dan pucat. perfusi perifer
- Klien tidak terlihat terhadap tidak
lemah. adekuatnya curah
- mengalami sianosis pada jantung. Sianosis
tubuhnya. terjadi sebagai
akibat adanya
obstruksi aliran
darah pada
ventrikel.
 Pantau intake dan
 Ginjal
output setiap 24 jam.
berespon untuk
menurunkna curah
jantung dengan
menahan produksi
 Batasi aktifitas
cairan dan natrium.
secara adekuat.
 Istirahat
memadai
diperlukan untuk
memperbaiki
efisiensi kontraksi
jantung dan
menurunkan
 Berikan kondisi
komsumsi O2 dan
psikologis lingkungan
kerja berlebihan.
yang tenang.
 Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan

22
TD dan
meningkatkan kerja
jantung.

b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap


kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.

Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat


tidur tercukupi.

Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan  Ikuti pola istirahat  Menghindari


asuhan keperawatan pasien, hindari gangguan pada
selama 3 x 24 jam, pemberian intervensi istirahat tidur
diharapkan masalah pada saat istirahat. pasien sehingga
intoleransi aktivitas kebutuhan energi
dapat teratasi dengan dapat dibatasi
kriteria hasil: untuk aktifitas
 Lakukan lain yang lebih
Pasien dapat
perawatan dengan penting.
melakukan aktivitas sesuai
cepat, hindari  Meningkatka
dengan batas kemampuan
pengeluaran energi n kebutuhan
Klien dapat tidur nyenyak berlebih dari pasien. istirahat pasien
pada dan menghemat
malam hari energi pasien.
 Bantu pasien  Menghindark
Klien terlihat lebih segar
memilih kegiatan yang an pasien dari
ketika
tidak melelahkan. kegiatan yang
terbangun
melelahkan dan

23
meningkatkan
beban kerja
 Hindari perubahan
jantung.
suhu lingkungan yang
 Perubahan
mendadak.
suhu lingkungan
yang mendadak
merangsang
kebutuhan akan
oksigen yang
meningkat.
 Kecemasan
 Kurangi
meningkatkan
kecemasan pasien
respon psikologis
dengan memberi
yang merangsang
penjelasan yang
peningkatan
dibutuhkan pasien dan
kortisol dan
keluarga.
meningkatkan
suplai O2.

 Stres dan
 Respon perubahan
kecemasan
keadaan psikologis
berpengaruh
pasien (menangis,
terhadap
murung dll) dengan
kebutuhan O2
baik.
jaringan.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Nafsu makan bertambah, berat badan meningkat.
Rencana intervensi dan rasional:

24
Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan  Berikan Diit  Memenuhi


keperawatan, kebutuhan seimbang, tinggi ntrisi kebutuhan nutrisi
nutrisi adekuat, dengan untuk pertumbuhan klien
kriteria hasil : adekuat

Nafsu makan bertambah, Berat  Monitor tinggi dan

badan, lingkar kepala, berat badan,  Mengetahui

lingkar lengan atas, dan rata dokumentasikan sejauh mana

– rata masa tubuh berada dalam bentuk grafik pertumbuhan

dalam batas normal sesuai untuk mengetahui klien sesuai

usia. kecenderungan tingkat usianya


pertumbuhan anak.

d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,


kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh
kembang sesuai dengan usia.

Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan


perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.

Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan  Sediakan  Menunjang


keperawatan selama 3 x 24 jam, kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
diharapkan pertumbuhan dan adekuat. pada masa
perkembangan klien dapat pertumbuhan dan
mengikuti kurva tumbuh perkembangan serta
kembang sesuai dengan usia , meningkatkan daya
dengan kriteria hasil : tahan tubuh.

25
-Anak usia 6 bulan dapat :  Monitor  Sebagai

Merangkak,duduk dengan BB/TB, buat monitor terhadap

bantuan, menggenggam, dan catatan khusus keadaan

memasukkan benda ke mulut. sebagai monitor. pertumbuhan dan


keadaan gizi pasien
-Berat badan, lingkar kepala,
selama dirawat.
lingkar lengan atas, dan rata –
 Kolaborasi  Mencegah
rata masa tubuh berada dalam
intake Fe dalam terjadinya anemia
batas normal sesuai usia.
nutrisi. sedini mungkin
-Klien dapat berinteraksi dengan sebagi akibat
keluarga. penurunan kardiak
output.

e. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.


Tujuan: Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.

Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah diberikan asuhan  Kaji tanda vital  Memonitor


keperawatan selama 3 x 24 dan tanda – tanda gejala dan tanda
jam, diharapkan infeksi infeksi umum infeksi sedini
pada klien tidak terjadi lainnya. mungkin.
dengan kriteria hasil :
 Hindari kontak  Menghindark
dengan sumber an pasien dari
-Terbebas dari tanda - tanda infeksi. kemungkinan
infeksi terkena infeksi
dari sumber yang
-Menunjukkan hygiene
dapat dihindari.
pribadi yang adekuat

26
 Sediakan waktu  Istirahat
istirahat yang adekuat membantu
adekuat. meningkatkan
keadaan umum
pasien.
 Nutrisi
 Sediakan adekuat
kebutuhan nutrisi menunjang daya
yang adekuat sesuai tahan tubuh pasien
kebutuhan. yang optimal.

f. Ansietas (anak) b/d lingkungan ICU, berpisah dari orang tua, kecemasan
orang tua, kecemasan orang tua, imobilisasi.
Tujuan : Ansietas pada anak teratasi.
Kriteria Hasil : Kecemasan anak berkurang ditandai dengan anak dapat
bekerja sama dalam prosedur, pengobatan dan mau bermain sesuai tinkat usia.
Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan  Anjurkan orang tua  Dapat memberi


asuhan untuk mengunjungi perasaan aman
keperawatan, anak dan dan nyaman pada
kecemasan anak berpartisipasi dalam anak.
dapat teratasi. perawatan sesering
mungkin.

 Jelaskan pada anak


 Mengurangi
dan orang tua dalam
kecemasan dan
setiap tahap
meningkatkan
perawatan.

27
kerja sama.
 Membantu
 Konsultasikan mengalihkan
dengan ahli terapi perhatian anak
anak atau terapis dengan
bermain tentang lingkungannya
permainan anak dan dan memberi
aktivitas yang tepat stimulasi
sesuai dengan perkembanganny
tingkat a.
perkembangannya.

g. Ansietas (orang tua) b/d kelainan jantung kongenital pada anak.


Tujuan : Ansietas teratasi
Kriteria Hasil : Orang tua akan mengalami penurunan kecemasan yang
ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaannya, menjawab
dengan tepat pertanyaan tentang kondisi anak, dan beinteraksi dengan anak.

Rencana intervensi dan rasional:

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan  Jelaskan kelainan  Membantu


asuhan jantung dengan mengurangi
keperawatan, menggunakan kecemasan dengan
ansietas orang tua ilustrasi dan jawab memungkinkan
dapat teratasi. pertanyaan orang mereka melihat dan
tua. memahami secara
lebih baik kelainan
tersebut.
 Mempertahankan
kontak dengan
 Beri informasi

28
terkini tentang anak sehingga
kondisi anak. mengurangi
kecemasanya.
 Meningkatkan
perlekatan dan
perasaan aman
 Izinkan orang tua
sehingga
mengangkat atau
mengurangi
menggendong bayi
kecemasanya.
sesegera dan
sesering mungkin.

3.4 Evaluasi Keperawatan

a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.


1) Cardiac output normal
2) TTV normal
3) Gejala gagal jantung tidak ada
4) Urine output adekuat
b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
1) Intolerant aktivitas teratasi
2) Istirahat tidur tercukupi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Berat badan bertambah, normal sesuai pekembangan usia.
d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
1) Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia
2) Tidak terjadi isolasi sosial

29
e. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Tidak terjadi infeksi.
f. Ansietas (anak) b/d lingkungan ICU, berpisah dari orang tua, kecemasan
orang tua, kecemasan orang tua, imobilisasi.
1) Ansietas pada anak teratasi.
2) Anak dapat bekerja sama dalam prosedur dan tindakkan.
g. Ansietas (orang tua) b/d kelainan jantung kongenital pada anak.
1) Ansietas orang tua teratasi
2) Orang tua dapat mengekspresikan perasaannya.

30
31

Anda mungkin juga menyukai