Disusun oleh :
MARISA AINUN SANI, S. KEP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Defek ini adalah kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda. ditemukan berkisar 50% pada anak-anak dengan kelainan
jantung bawaan dan 20% lesi yang terisolasi (VSD murni tanpa disertai kelainan jantung
bawaan yang lain). Angka insidennya meningkat secara dramatis berkisar 1,56-53,2 per
1000 kelahiran hidup, semenjak semakin berkembangnya teknik diagnostik imaging dan
Ukuran dari defek ini bervariasi, mulai dari sebesar pin sampai dengan tidak
adanya septum ventricularis sehingga ventriculus dextra dan sinistra menjadi satu. Defek
ini paling banyak ditemukan pada pars membranacea, bagian yang berdekatan dengan
nodus atrioventricularis pada anak dewasa muda di Amerika Serikat (Spicer et al., 2014)
Penanganan.
VSD selama 50 tahun ini berkembang sangat pesat baik dari segi diagnostik
maupun teknik operasinya. Pengetahuan yang baik tentang anatomi dari septum
Maka tulisan ini akan mengkaji VSD dari aspek anatomi dari septum interventriculare
dan embriologinya.
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
VSD (Ventricular Septal Defect) atau Defek Septum Ventrikel adalah suatu keadaan
abnormal jantung berupa adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita
&Suriadi, 2001).VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni et al, 2001; Webb GD et al, 2011;
VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah
antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya. Umumnya
congenital dan merupakan kelainan jantung bawaan yang paling umum ditemukan (Junadi,
Ventrikel Septum Defek (VSD) yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang pada
septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat
kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan, sehingga darah
bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya. VSD yaitu defek yang
biasanya terjadi pada septum pars membranaseum dan terletak di bawah katup aorta kadang
defek terjadi pada pars muscolorum. VSD perimembraneus dapat pula terletak baik di bawah
cincin katup aorta maupun pulmonal. Keadaan ini disebut “doubly commited vsd”. VSD
biasanya bersifat tunggal tetapi dapat pula multiple yang disebut “swiss cheese vsd”
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring perkembangan
fetus, sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel tersebut normalnya terbentuk.
Akan tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk sempurna maka timbullah suatu keadaan penyakit
jantung bawaan yang disebut defek septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung
bawaan belum dapat diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu
b. Ibu alkoholisme
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh
kelainan jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara kedua
ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula
terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain
misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot. Kelainan ini lebih banyak dijumpai pada
usia anak-anak, namun pada orang dewasa yang jarang terjadi merupakan komplikasi
C. PATOFISIOLOGI
memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan.
Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan fisiologi yang terjadi dapat
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningklatkan aliran darah kaya oksigen
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah,
3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menyebabkan
piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri,
menyebabkan sianosis.
Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner.
Jika anak asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul gagal jantung
kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau menunjukkan adanya
pirau yang hebat diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3%
dan usia ideal untuk pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun. (Kapita Selekta Kedokteran,
1. Pada VSD kecil: biasanya tidak ada gejala-gajala. Bising pada VSD tipe ini bukan
2. Pada VSD sedang: biasanta juga tidak begitu ada gejala-gejala, hanya kadang-kadang
penderita mengeluh lekas lelah., sering mendapat infeksi pada paru sehingga sering
menderita batuk.
3. Pada VSD besar: sering menyebabkan gagal jantung pada umur antara 1-3 bulan,
penderita menderita infeksi paru dan radang paru. Kenaikan berat badan lambat.
4. Gejala-gejala pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak
dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu
dan sering menderita batuk disertai demam (Webb GD et al, 2011; Prema R, 2013;
AHA, 2014).
E. Klasifikasi
1. perimembranous (tipe paling sering, 60%) bila lubang terletak di daerah pars
sebagian dari batas defek dibentuk oleh terusan jaringan ikat katup aorta dan katup
pulmonal,
(PDPDI, 2009).
F. Gambaran klinis
1. VSD kecil
a. Biasanya asimptomatik
seluruh tubuh pericardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi
penutupan VSD
e. EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri
meningkat
2. VSD sedang
lebih lama untuk makan dan minum, sering tidak mampu menghabiskan
c. Defek 5- 10 mm
e. Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh tetapi
f. Takipneu
h. EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi kiri
darah di hilus.
3. VSD besar
b. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu
c. Pada minggu ke2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung
biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi saluran
d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena
G. Pemeriksaan fisik
1. VSD kecil
a. Palpasi: Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran
b. Auskultasi: Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi
2. VSD besar
pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal dan regio epigastrium.
b. Palpasi: Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding
dada.
c. Auskultasi: Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering
diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada
terutama pada sela iga II kiri (Kapita Selekta Kedokteran, 2000; PDPDI, 2009;
4. Uji masa protrombin ( PT ) dan masa trombboplastin parsial ( PTT ) yang dilakukan
Selekta Kedokteran, 2000; PDPDI, 2009; Webb GD et al, 2011; AHA, 2014)
I. Komplikasi
a. Endokarditis infektif
J. Penatalaksanaan
a. Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan.
b. Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai
umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal
jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada
c. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada
Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi.
Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat
koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis.
Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan
mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel
kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek (Kapita Selekta Kedokteran, 2000;
K. Prognosis
Kemungkinan penutupan defek septum secara spontan cukup besar, terutama pada
tahun pertama kehidupan. Kemungkinan penutupan spontan sangat berkurang pada pasien
berusia lebih dari 2 tahun dan umumnya tidak ada kemungkinan lagi di atas usia 6 tahun.
Secara keseluruhan, penutupan secara spontan berkisar 40-50%. (Kapita Selekta Kedokteran,
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, status pernikahan, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi, status,
alamat, nomor telepon, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Status kesehatan saat ini
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan
alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.
5. Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada
anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit
jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor
risiko utama untuk penyakit jantung pada keturunannya.
6. Status kardiovaskular
Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena
sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP), bentuk gelombang
pada tekanan darah invasive, curah jantung dan cardiac index, serta drainase rongga
dada.
7. Status respirasi
Meliputi ukuran dan tanggal pemasangan ETT, masalah yang timbul selama
intubasi, gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume tidal,
konsentrasi oksigen, mode, PEEP), kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi
oksigen, serta analisa gas darah.
8. Status neurologi
Meliputi tingkat kesadaran, orientasi, pemberian sedasi, ukuran refleks pupil
terhadap cahaya, gerakan reflex (reflex muntah, patella, tendon), memori, nervus
cranial, serta gerakan ekstremitas.
9. Status fungsi ginjal
Meliputi haluaran urine, warna urine, osmolalitas urine, distensi kandung
kemih, serta kebutuhan cairan.
10. Status gastrointestinal
Meliputi bising usus, frekuensi bising usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat
palpasi, mual, muntah, frekuensi BAB, konsistensi dan warna feses,
11. Status musculoskeletal
Meliputi kondisi kulit, gerakan ekstremitas, lokasi luka, kekuatan dan tonus
otot.
12. Nyeri
Meliputi lokasi, onset, paliatif, kualitas, medikasi, serta efek nyeri terhadap
aktivitas.
13. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG
b. Echocardiogram
c. Lab
B. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung
b. Gangguan pertukaran gas
c. Intoleransi aktifitas
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
e. Resiko infeksi
a. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Dorong adanya peningkatan aktivitas bertahap ketika kondisi pas
yang berhubungan keperawatan selama 3x24 sudah distabilkan
dengan pirau darah jam, curah jantung adekuat Monitor tanda-tanda vital
ke ventrikel kanan, dengan kriteria hasil: Monitor disritmia jantung, termasuk gangguan ritme dan kondu
penurunan vilume 1. Keefektifan pompa jantung jantung
sekuncup meningkat dari level 1 Monitor status pernapasan terkait dengan adanya gejala gagal jantung
menjadi level 3 (deviasi berat Monitor keseimbangan cairan
dari kisaran normal menjadi Evaluasi perubahan tekanan darah
deviasi sedang dari kisaran Monitor toleransi aktivitas pasien
normal) yang ditandai dengan: Monitor sesak napas, kelelahan, takipneu, dan orthopneu
Tekanan darah sistol: 100-140 Lakukan terapi relaksasi
mmHg Evaluasi episode nyeri dada (intesitas, lokasi, radiasi, durasi, dan fac
Tekanan darah diastol: 60-90 yang memicu serta meringankan nyeri dada)
mmHg Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok seperti teka
Denyut nadi apikal: darah normal, tekanan nadi melemah, hipotensi orthostatic ring
Urin output perlambatan pengisian kapiler, pucat/dingin pada kulit, takipneu ringan,
bronkovesikuler, dan vesikuler Hindari kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial
Beri jarak kegiatan keperawatan yang diperlukan yang b
meningkatkan tekanan intracranial
Beritahu Dokter mengenai perubahan kondisi pasien
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan
NI
gas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, klien Anjurkan untuk napas dalam
dengan perubahan mampu memperlihatkan peningkatan Berikan posisi yang nyaman
membrane alveolar- oksigenasi atau pembuangan karbon Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
kapiler dioksida pada membran kapiler Observasi tanda-tanda vital, AGD, dan status mental
alveoli dengan kriteria hasil: Pantau kepatenan jalan napas
1. (0402) Status pernapasan: Observasi tanda-tanda hipoventilasi
pertukaran gas adekuat yang ditandai Monitor repisrasi dan status O2
dengan: Monitor sianosis pada membran mukosa
Klien mampu menunjukkan Pertahankan kepatenan jalan napas
saturasi oksigen dalam batas Monitor aliran oksigen
normal Monitor efektifitas terapi oksigen yang diberikan
Klien mampu menunjukkan pH Monitor kemampuan kemampuan pasien untuk mentolerir pengangka
arteri normal oksigen ketika makan
Klien mampu menunjukkan Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan kejadian atelektasis
berkurangnya dyspnea saat Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan perangkat oksigen
beristirahat
2. Keparahan mual dan muntah: khususnya protein untuk membantu meningkatkan system kekebalan tubu
menurun yang ditandai dengan: Kolaborasi dengan pemberian obat untuk mengatasi mual dan muntah kl
Warna feses normal Informasikan pada pasien mengenai prosedur untuk mengeluarkan fe
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Inspeksi perubahan pada kuku kaki misalnya warna, suhu, hidrasi
jaringan perifer keperawatan selama 3x24 Kaji apakah ada parasthesias misalnya baal, kesemutan, atau r
berhubungan jam, perfusi jaringan perifer terbakar
dengan penurunan adekuat dengan kriteria hasil: Palpasi nadi dorsalis pedis dan tibial posterior
suplai oksigen ke 1.Perfusi jaringan: perifer adekuat Tentukan waktu pengisian kapiler
perifer yang ditandai dengan: Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif misal
Pengisian kapiler jari mengecek nadi perifer, udem, waktu pengisian kapiler, warna dan suhu k
Pengisian kapiler jari kaki Tinggikan kaki 20 derajat atau lebih tinggi dari jantung
Suhu kulit ujung kaki dan tangan Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
Defek septum ventrikel ini merupakan penyakit jantung nonsianotik yang sering
terjadi mencapai angka 30%. Kelainan jantung bawaan (kongenital) ini karena
aliran darah antara ventrikel kanan dan kiri. Penyebab pasti dari munculnya kelainan ini
masih idiopatik. Faktor etiologi yang berperan hingga kini adalah faktor endogen
tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen
melalui defek tersebut ke ventrikel kanan. Gejala klinis muncul sesuai dengan derajat
interventrikularis.
Demikian pula dengan pemeriksaan dsar fisik akan ditemukan kondisi yang berbeda
antara defek septum kecil dan besar. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik yang dapat
dilakukan antara lain kateterisasi jantung, EKG dan foto toraks, maupun uji masa
terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar, penyakit vaskular paru progresif,
hingga kerusakan sistem konduksi ventrikel akibat kelainan septum yang tidak terkendali.
Proses penyembuhan bisa terjadi secara spontan, namun tindakan operatif jarang
diperlukan untuk tindakan paliatif. Pada kasus kongestif dapat digunakan obat-obatan
congenital-heart-defects/ventricular-septal-defect-vsd
Kapita Selekta Kedokteran (2000). Defek septum ventrikel, Bab VI Ilmu Kesehatan Anak
Ed. III Jilid 2 Editor: Arif Mansjoer, et al. Jakarta: Media Aesculapius FK UI
hal.445-447
Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia (2009). Ilmu Penyakit Dalam Ed. V Jilid
http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview#aw2aab6b2b2 Diakses
Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redington AN (2011). Congenital heart disease. In:
Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald's Heart Disease: A
Elsevier:chap 65.
Gray, H., Dawkins, K., Simpson, I., & Morgan, J. (2013). Cardiologi . Jakarta :
Erlangga .