oleh
1. Kasus
Stroke Hemoragik
2. Proses Terjadinya Masalah
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Otak terletak dalam cavum cranii dan bersambung dengan medulla spinalis
melalui foramen magnum. Menurut Batticaca (2008), otak menerima 17 % curah
jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk
metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri
karotis interna dan arteri vertebralis. Otak merupakan bagian utama dari sistem
saraf, dengan komponen utama bagiannya adalah:
2.1.1 Cerebrum
Cerebrum atau Cerebral Cortex adalah bagian otak yang paling besar
terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan hemisfer kiri dan tersusun dari korteks.
Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum
dibagi menjadi empat lobus yang berbeda yang mengendalikan indra, pikiran dan
pergerakan, yaitu:
1) Lobus frontalis
Lobus frontalis merupakan bagian dari otak yang terletak dibelakangdahi
seseorang yang mempunyai peran sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat
pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan
terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar,
perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004). Jika
kerusakan atau trauma pada bagian ini fungsi lain dari lobus frontalis dapat
ditampilkan karena perubahan aktivitas dan kemampuan, seperti perilaku
generatif dan kemampuan pemecahan masalah.
2) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan
ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis
(White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi.
3) Lobus parietalis
Lobus parietalis terletak di balakang sulkus sentral dan di atas lobus oksipital
yang merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus postsentralis (area
sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White, 2008).
4) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis paling kecil dari lobus lainnya dan terletang di bagian paling
belakang tengkorak yaitu terletak di tentorium cerebli yang memisahkan otak
dari otak kecil. Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf
lain & memori (White, 2008).
5) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas
susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).
2.1.2 Cerebellum
Cerebellum biasanya di sebut otak kecil yaitu struktur kompleks yang
mengandung lebih banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan.
Memiliki peran koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan
pada informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda
yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus
otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal. Bagian-bagian
dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis
(Purves, 2004). Jika terjadi cedera pada cerebellum dapat mengakibatkan terjadi
gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi misalnya orang tersebut tidak dapat memasukkan makanan kedalam
mulutnya ataupun mengancingkan bajunya.
2.1.3 Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar yaitu pernafasan, denyut jantung, pengaturan suhu
tubuh, pengaturan pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu
fight or flight (lawan atau lari) saat ada bahaya. Brainstem berhubungan dengan
diensefalon diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur- struktur
fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf
dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen,
yaitu:
1) Mensefalon berfungsi mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil, pengaturan gerak tubuh dan pendengaran.
2) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersamadengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.
3) Medulla oblongata mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung,
sirkulasi darah, pernafasan dan pencernaa.
Pada otak, juga terdapat ventrikel yakni sistem menghubungkan rongga
otak internal berisi cairan serebrospinal. Adapun area pada ventrikel otak adalah
sebagai berikut:
1) Sylvius Aqueduct kanal yang terletak antara ventrikel ketiga dan ventrikel
keempat
2) Koroid pleksus menghasilkan cairan serebrospinal
3) Ventrikel Keempat, kanal yang berjalan antara pons, medula oblongata, dan
cerebellum
4) Ventrikel Lateral,terbesar dari ventrikel dan terletak di kedua belahan otak
otak
5) Ventrikel ketiga menyediakan jalur bagi aliran cairan otak
Gb. 2. Letak Ventrikel Otak
Otak terbagi menjadi Hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer kanan bertugas
mengendalikan tubuh bagian kiri dan sebaliknya. Hemisfer otak mengandung
banyak nervus yang memiliki fungsi masing-masing dalam kehidupan. Adapun
letak nervus-nervus tersebut dalam hemisfer otak dapat dilihat pada gambar
berikut.
Otak mendapatkan nutrisi dari darah. Darah mengangkut zat asam, makanan
dan substansi lainnya yang diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Suplai
darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang
bercabang-cabang, berhubunganya erat satu dengan yang lain sehingga dapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.
1) Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan
arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circulus
willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior
yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior
saling berhubungan melalui arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri
dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan
merupakan cabang dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri
merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.
2) Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater, suatu
saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus-sinus
duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke dalam sinus longitudinalis
superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama adalah vena
anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan
vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena
serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson, et al., 2002).
Gb. 4 Pereradaran Darah Otak
2.1.4 Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari 12 saraf kranial dan 31 saraf spinal. Saraf
kranial langsung berasal dari otak dan keluar meninggalkan tengkorak melalui
lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina (tunggal, foramen). Terdapat 12
pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi.
Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), okulomotorius (III),
troklearis (IV), trigeminus (V), abducens (VI), fasialis (VII), vestibulokoklearis
(VIII), glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), dan hipoglosus (XII).
Tabel 1. Ringkasan fungsi saraf kranial
2.2 Definisi
Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai
darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth, 2000: 94) Stroke atau CVD (Cerebro
Vascular Disease) merupakan salah satu penyakit serebrovaskular yang mengacu
pada setiap gangguan neurologis mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price, 2006). Stroke
infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena
trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di
sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak
disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini
merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta). Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, stroke adalah suatu gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang timbul akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sisten suplai arteri otak lebih dari 24 jam sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Stroke diklasifikasikan menjadi stroke hemoragik dan non-hemoragik. Stroke
hemoragik merupakan stroke yang disebabkan perdarahan serebri dan mungkin
perdarahan subaraknoid akibat dari pecahnya pembuluhdarah otak pada daerah
otak tertentu. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
arteri, vena, dan kapiler (Muttaqin, 2008). Stroke hemoragik disebabkan oleh
perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau
hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut
hemoragia subaraknoid). Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari
semua stroke, dapat terjadi lesi vascular intraserebrum mengalami ruprute
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau langsung ke dalam
jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular yang dapat menyebabkan perdarahan
subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV)
Perbedaan antara CVA infark dan CVA Hemorragik sebagai berikut:
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Stroke Hemoragik Sub Dural
Perdarah subdural terjadi diantara durameter dan araknoid. Perdarahan dapat
terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena
di permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya
araknoid
2.3.2 Stroke hemoragik intraserebral
Stroke hemoragik intraserebral disebabkan oleh perdarahan ke dalam
jaringan otak. Perdarahan biasanya menganai basal ganglia, otak kecil, batang
otak, dan otak besar. Jika yang terkena daerah thalamus, sering penderitanya sulit
ditolong meskipun dilakukan tindakan operatif untuk mengevakuasi
perdarahannya. Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) mengakibatkan darah
masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kamatian mendadak karena herniasi otak (Muttaqin, 2008).
2.3.3 Stroke hemoragik subaraknoid
Perdarahan terjadi karena pecahnya aneurisma berry atau AVM. Pecahnya
arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangkan struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah
serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya)
2.4 Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1999 diperkirakan 5,54 juta orang
meninggal akibat stroke. Jumlah ini merupakan 9,5% dari seluruh kematian di
dunia. Selain itu stroke juga mengakibatkan kecatatan. Pada tahun 1999, 50 juta
orang mengalami kecatatan akibat stroke (Bahrudin, 2013). Stroke merupakan
penyebab kematian nomer tiga di Amerika dan terdapat 750.000 orang terserang
stroke (Davis, 2005). 20% - 30% penyebab stroke dikarenakan adanya emboli,
emboli dapat berasal dari jantung, arteri besar danpembuluh darah vena. Satu dari
6 stroke iskemik (15%) disebabkan oleh kardiemboli. Data stroke di Indonesia
menunjukan peningkatan terus baik dalam hal kejadian, kecatatan, maupun
kematian. Angka kematian berdasarkan umur adalah sebesar 15,9% (umur 45-55
th) dan 26,8 % (umur 55-64 th), dan 23,5% (umur >65th). Kejadian stroke sebesar
51,6/100.000 penduduk, dan kecatatan 4,3% dan semakin memberat, penderita
laki-laki lebih banyak daripada penderita perempuan (Misbach dkk, 2011).
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa di
seleuruh dunia dandiperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan penelitian Wiwid di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa
jumlah penderita stroke hemoragik tahun 2005 sebanyak 66 orang tahun 2006
sebanyak 54 orang, tahun 2007 sebanyak 59 orang.
2.5 Etiologi
Menurut Muttaqin (2008) perdarahan intracranial atau intraserebri
meliputiperdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak
sendiri. Perdarahanini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkanpenekanan, pergesaran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, danmungkin herniasi otak.Penyebab perdarahan otak
yang paling umum terjadi:
1) Aneurisma (dilatasi pembuluh darah) berry, biasanya defek congenital
2) Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis
3) Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.
4) Malformasi arteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri,sehingga darah arteri langsung masuk vena
5) Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
2.7 Patofisiologi
Stroke hemoragik merupakan sekitar 15%-20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung kedalam jaringan otak.
Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid
(PSA) adalah aneurisma sakular (Berry) dan malvorasi arteriovena (MAV).
Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin,
karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
intraserebrum atau subaraknoid (Price, 2005). Perdarahan dapat dengan cepat
menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur-struktur saraf di
dalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi sekunder dari perdarahan baik yang
sepontan maupun traumatik. Mekanisme terjadinya iskemia tersebut ada dua
mekanisme yang pertama iskemia terjadi ketika tekanan pada pembuluh darah
akibat ekstravasasi darah kedalam tengkorak yang volumenya tetap. Mekanisme
yang kedua yaitu iskemia terjadi karena vasospasme reaktif pembuluh-pembuluh
darah yang terpajan ke darah bebas di dalam ruang antara lapisan araknoid dan
piamater meningen. Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan
kerusakan fungsi otak dan kehilangan kesadaran. Namun, apabila perdarahan
berlangsung lambat, pasien kemungkinan besar mengalami nyeri kepala hebat,
yang merupakan skenario khas perdarahan subaraknoid (PSA). Tindakan
pencegahan utama untuk perdarahan otak adalah mencegah cedera kepala dan
mengendalikan tekanan darah (Price, 2005).
a b c
2.10 Penatalaksanaan
Menurut Batticaca (2008), penetalaksanaan medis pasien stroke yaitu :
2.10.1 Terapi stroke hemoragik pada serangan akut
1) Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan
2) Masukkan klien ke unit perawatan syaraf untuk dirawat di bagian bedah
syaraf
3) Penatalaksanaan umum dibagian syaraf
4) Penatalaksanaan khusus pada kkasus :
a) Subarachnoid hemorrhage dan intraventrikular hemorrhage dan
intraventricular hemorhage
b) Kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid hemmorage
c) Parenchymatous hemorrhage
5) Neurologis
a) Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
b) Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak
6) Terapi perdarahan dan pembulu darah
a) Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil
(1) Aminocaproic acid 100-150 ml % dalam cairan isotonik 2 kal
selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1 – 3 hari
(2) Antagonis untuk pencegahan permanen : gordox dosis pertama
300.000 IU kemudian 100.000 IU 4 x per hari IV ; Contrical dosis
pertama 30.000 ATU, kemudian 10.000 ATU x 2 per hari selama 5
– 10 hari.
b) Natri etamsylate (Dynone®) 250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari.
c) Kalsium mengandung obat; Rutinium®, Vicasolum®, Ascorbicum®.
d) Provilaksis Vasopasme
(1) Calcium-channel antagonist (Nimotop® 50 ml [10 mg per hari IV
diberikan 2 mg per jam selama 10-14 hari]).
(2) Awasi peningkkatan tekanan darah sistolik klien 5 – 20 mg, koreksi
gangguan irama jantung, terapi jantung komorbid.
(3) Terapi infus, pemantauan (monitoring) AGD, tromboembolisme
arteri pumonal, keseimbangan asam basa, osmolaritas darah dan
urine, pemeriksaan biokimia darah.
(4) Berikan dexasone 8=4=4=4 mg IV (pada kasus tanpa DM,
perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotik diuretik (dua
hari sekali Rheugloman® 15% 200 ml IV diikuti oleh 20 mg
Lasix® minimal 10-15 hari kemudian)
e) Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak.
f) Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.
2.10.2 Perawatan umum klien dengam serangan stroke akut
1) Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 18-20°C
2) Pemantauan keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi O2, PO2, PCO2)
3) Pengukuran suhu tubuh tiap 2 jam.
Program Rehabilitasi Klien dengan Stroke
Tahap I
Penatalaksanaan klien stroke di 1. Pengobatan multiple
Intensive Unit Stroke, kemudian 2. Terai olahraga (1 dan 2)
bagian saraf 3. Masase
4. Pengobatan berbagai posisi
5. Psikoterapi lingkungan
Tahap II
Penatalaksanaan klien stroke di 1. Terai olahraga (3 dan 4)
bagian rehabilitasi 2. Terapi fisik
3. Elektrostimulasi
4. Magnitoterapi
5. Terapi kerja : latihan aktivitas
sehari-hari (ADL) fungsi dan
kemampuan kerja
6. Metode khusus : kombinasi
spiritual dan blok novocain
7. Terapi wicara dan bahasa
2.10.3 Penanganan dan perawatan stroke di rumah
1) Berobat secara teratur ke pelayanan kesehatan
2) Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah
3) Bantu kebutuhan klien
4) Periksa tekanan darah secara teratur
5) Segera bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala
stroke.
3. Tinjauak Keperawatan
Faktor risiko HT, DM, Penyakit jantung, Obesitas,
Clinical Pathway Kolesterol yang meningkat dalam darah
Aneurisma
Perdarahan Arakhnoid/Ventrikel
Hematoma cerebral
Iskemia
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan
Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Corwin, Elizabeth J. (2009).Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dewanto, et al. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta:EGC
Herdman, T. H. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Rizaldy, Pinzon. 2010. Awas Stroke: Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan, dan
Pencegahan. Yogyakarta: Andi
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.