FILARIASIS
Dosen Pengampu :
Ns. Yumi Dian Lestari, S.Kep, M. Kep
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah menolong hambanya
menyelesaikan makalah ini dengan mudah. Karena tanpa pertolongannya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat lebih memahami tentang Filariasis.
Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan. Baik itu datang dari penyusun
maupun datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari
Allah SWT. Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Terima kasih.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
2.1.1 Filariasis yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti (Filariasis
bancrofti)
Adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing nematode Wuchereria
bancrofti yang biasanya tinggal disistem limfatik (saluran dan kelenjar limfa).
Cacing betina menghasilkan nikrofilia yang dapat mencapai aliran darah dalam 6-
12 bulan setelah infeksi.
2.4 Patofisiologi
Elephantiasis, gejala klinis mungkin berbeda satu daerah dengan daerah
lainnya. Tetapi secara umum dapat ditandai dengan pembesaran bagian dari badan
6
secara abnormal sebagai akibat penyumbatan di daerah saluran/ sistem lympha,
biasanya tangan, kaki atau alat kelamin.
Keterangan :
1. Nyamuk menghisap darah (Larva L3 masuk ke kulit).
2. Cacing dewasa pada lymphe.
3. Cacing dewasa menghasilkan mikrofilaria yang pindah ke limpha dan aliran
darah.
4. Nyamuk menghisap darah (menghisap mikrofilaria).
5. Mikrofilaria menembus midgut nyamuk dan pindah ke dada nyamuk.
6. Larva L1 otot
7. Larva L3.
8. Pindah ke kepala dan probosis nyamuk.
Ada jenis filarial yang menunjukkan perbedaan biologis yaitu :
1. Dimana nikrofilia ditemukan dalam darah tepi pada malam hari
(periodisitas nocturnal) dengan konsentrasi maksimal pada pukul 22.00
hingga 02.00.
2. Dimana nikrofilia ditemukan dalam darah tepi terus menerus, namun
konsentrasi maksimalnya terjadi pada siang hari (diurnal). Bentuk yang
kedua endemis di Pasifik Selatan dan didaerah pedesaan muncul sebagai
focus kecil di Asia Tenggara dimana vektornya adalah nyamuk Aedes
7
yang menggigit siang hari.
Parasit
↓
Menuju pemb. Limfa
↓
Perubahan dari larva Stadium3
↓
Parasit Dewasa
↓
Meyebabkan dilatasi
Parasit
Kumpulan Pemb. Limfa Mengangktifkan
↓
Pembengkakan
pemb. Limfa
2.6 Komplikasi
Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan individu
terhadap parasit, seringnya mendapat gigitan nyamuk, banyaknya larva infektif
yang masuk ke dalam tubuh adanya infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur.
Secara urnum perkembangan klinis filariasis dapat dibagi menjadi fase dini dan
fase lanjut.
Pada fase dini timbul gejala klinis akut karena infeksi cacing dewasa
bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri danjamur. Pada fase lanjut terjadi
kerusakan saluran dan kerusakan kelenjer, kerusakan katup saluran limfe,
termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang terdapat dikulit. Pada dasarnya
perkembanganklinis filariasis tersebut disebabkan karena cacing dilaria dewasa
yang tinggal dalam saluran limfe bukan penyumbatan (obstruksi), sehingga terjadi
gangguan fungsi sistem limfatik ;
1. Penimbunan cairan limfe.
2. Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau jaringan melalui
saluran limfe ke kelenjer limfe.
3. Kelenjer limfe tidak dapat menyerang bakteri yang masuk dalam kulit.
4. Infeksi bakteri benilang akan menyebabkan serangan akut berulang
(recurrent acute attack).
5. Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang
ada di kulit, menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengalirkan
cairan limfe dari kulit danj aringan ke kelenjer limfe sehingga dapat terjadi
limfedema.
6. Pada penderita limfedema, serangan akut berulang oleh bakteri atau
jamur akan menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit, hiperpigmentasi,
hiperkeratosis dan peningkatan pembentukkan jaringan ikat (fibrose tissue
formation) sehingga terjadi penigkatan stadium limfedema, dimana
pembengkakkan yang semula terjadi hilang timbul akan menjadi
pembengkakkan menetap.
A. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
1. Terangkan bahwa anda akan melakukan pemeriksaan fisik
2. Tentukan keadaan sakit: ringan/sedang/berat
3. Lakukan pengukuran tanda vital: kesadaran, tekanan darah, laju nadi, laju
pernafasan, & suhu tubuh
4. Periksa sklera
5. Periksa konjungtiva palpebra
6. Periksa lidah
7. Periksa leher
8. Periksa jantung: bunyi jantung normal atau tidak?
9. Periksa paru: adakah ronki? Atau kelainan yang lain?
10.Periksa abdomen: distensi? Nyeri daerah abdomen yang difus? Hepatomegali?
Splenomegali? Defance muscular?
11. Ekstremitas bawah: limfadenitis, limfedema, elefantiasis, monoartritis sendi
lutut
12. Genital : hidrocele, limfedema vulva
13. Periksa kulit: limfangitis, penebalan kulit skrotum dan tungkai bawah
B. Diagnosa Keperawatan
1.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening 11
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
angota tubuh
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun,
lesi pada kulit
5. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
C. Intervensi Keperawatan
A. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
1. Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial
Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi
panas tubuh yang mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga
pengeluaran panas secara konduksi.
2 .Monitor vital sign, terutama suhu tubuh untuk mengetahui
kemungkinan perubahan tanda-tanda vital.
3. Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan
sesuai kebutuhan, misalnya sediakan selimut yang tipis dapat
membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh
pasien.
4.Anjurkan kien untuk banyak minum air putih diharapkan
keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi.
5.Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
jika panas tinggi dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka
akan mengurangi penguapan.
6.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan
(anti piretik). Diharapkan dapat menurunkan panas dan
mengurangi infeksi.
3.1 Kesimpulan
Istilah filariasis digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh berbagai
jenis nematode dari keluarga Filarioidea namun istilah ini hanya digunakan untuk
filarial yang hidup dalam kelenjar limfe. (James Chin, 2006:232).
Penyakit filariasis banyak ditemukan di berbagai negara tropik dan
subtropik, termasukIndonesia. Prevalensi tidak banyak berbeda menurut jenis
kelamin, usia maupun ras. Penyakit filariasis dapat disebabkan oleh berbagai
macam spesies, sehingga gambaran klinisnyaspesifik untuk masing-masing
spesies, misalnya bentuk limfatik biasnya digunakan sebagai tanda bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan
Brugiatimori, dimana parasit dapat menyumbat saluran limfe dengan manifestasi
terbentuknya elefantiasis, sedangkan Loa loa ditandai dengan calabar swelling.
Onchocerca volvulus menyebabkan kebutaan dan pruritus pada
kulit.Diagnosis penyakit ini dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah,
sedangkan bila tidakditemukan mikrofilaria maka diagnosis dapat berdasarkan
riwayat asal penderita, biopsi kelenjar limfe, dan pemeriksaan serologis.
Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir diseluruh dunia dapatditemukan
penyakit ini karenamudahnya dalam penyebaran penyakit ini. Beberapa asuhan
keperawatan secara teoritis yangmungkin yang mungkin muncul pada penderita
penyakit ini yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
2.Nyeriberhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun,
lesi pada kulit
5. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
DAFTAR PUSTAKA