Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FILARIASIS

Disusun Oleh (Kelompok 2) :

1. Febri Febrian (010418195)


2. Muhammad Nur Iqbal (010418205)
3. Qonitah Salafiyah (010418210)
4. Siti Lutpiah Sukmawati (010418214)

Dosen Pengampu :
Ns. Yumi Dian Lestari, S.Kep, M. Kep

Program Studi D3 Keperawatan Semester 3


Institut Medika Drg.Suherman ( IMDS )
Jl. Industri Pasir Gombong, Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah menolong hambanya
menyelesaikan makalah ini dengan mudah. Karena tanpa pertolongannya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat lebih memahami tentang Filariasis.
Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan. Baik itu datang dari penyusun
maupun datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari
Allah SWT. Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Terima kasih.

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4

1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ................................................................................................................... 4

2.2 Etiologi .................................................................................................................... 5


2.3 Manifestasi Klinis...........................................................................................5
2.4 Patofisiologi....................................................................................................6
2.5 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................8
2.6 Komplikasi......................................................................................................8
2.7 Asuhan Keperawatan......................................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing
filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies
cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia
timori (1). Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70%
kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi (2). Cacing tersebut
hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada
sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.
Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus
terbanyak filariasis adalah Nanggroe Aceh Darussalam (2.359 orang), Nusa
Tenggara Timur (1.730 orang) dan Papua (1.158 orang). Tiga provinsi dengan
kasus terendah adalah Bali (18 orang), Maluku Utara (27 orang), dan Sulawesi
Utara (30 orang).

1.2 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui definisi Filariasis
b. Untuk mengetahui etiologi Filariasis
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis Filariasis
d. Untuk mengetahui patofisiologi Filariasis
e. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi akibat Filariasis
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Filariasis

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Filariasis


Istilah filariasis digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh berbagai
jenis nematode dari keluarga Filarioidea namun istilah ini hanya digunakan untuk
filarial yang hidup dalam kelenjar limfe. (James Chin, 2006:232).
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah
bening, Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan
dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.(Dedi Witagama, 2009)

2.2 Etiologi
2.1.1 Filariasis yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti (Filariasis
bancrofti)
Adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing nematode Wuchereria
bancrofti yang biasanya tinggal disistem limfatik (saluran dan kelenjar limfa).
Cacing betina menghasilkan nikrofilia yang dapat mencapai aliran darah dalam 6-
12 bulan setelah infeksi.

2.1.2 Filariasis yang disebabkan oleh Brugia malayi (Filariasis malayi,


Filariasis brugia)
Disebabkan oleh cacing nematode Brugia malayi dan Brugia timori.
Bentuk periodic nocturnal dari Brugia malayi ditemukan pada masyarakat
pedesaan yang tinggal di daerah pesawahan terbuka yang sebagian besar
ditemukan di Asia Tenggara. Bentuk subperiodik dapat menginfeksi manusia,
kera serta hewan karnivora baik hewan peliharaan ataupun binatang liar di hutan-
hutan Indonesia dan Malaysia.

2.1.3 Filariasis yang disebabkan oleh Brugia timori (Filariasis timorean)


Ditemukan di pulau Timor dan dibagian Tenggara kepulauan Indonesia.
Nikrofilia dengan mudah dapat di deteksi pada waktu nikrofilaremia maksimal.
Nikrofilaria hidup dapat dilihat dengan mikroskop kekuatan rendah pada tetesan
darah tepi (darah jari) pada slide atau pada darah yang sudah di hemolisa di dalam
bilik hitung.
2.3 Manifestasi Klinis
2.3.1 Filariasis yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti (Filariasis
bancrofti) 5
- Mereka yang mengalami demam berulang, limfadentis, dan limfangitis
retrograde dengan atau tanpa microfilaria.
- Mereka dengan tanda-tanda klinis kronis seperti timbulnya hidrokel,
kiluria dan elephantiatis pada anggota badan, payudara dan alat kelamin
dengan mikrofilaremia konsentrasi rendah atau tidak terdeteksi sama
sekali.
- Mereka dengan sindrom ‘tropical pulmonary esosinophilia’, dan mereka
dengan serangan asma nocturnal paroksismal, mereka dengan penyakit
paru-paru intersitisial kronis, mereka dengan demam ringan yang
berulang serta mereka yang menunjukkan peningkatan eosinofilia dan
adanya microfilaria degenerative dalam jaringan dan bukan dalam aliran
darah (occult filariasis).

2.3.2 Filariasis yang disebabkan oleh Brugia malayi (Filariasis malayi,


Filariasis brugia)
Manifestasi klinis filariasis Brugia malayi sama dengan filariasi Bancrofti,
Kecuali bedanya ada pada serangan akut berupa demam filarial, dengan adenitis
dan limfangitis retrograde yang lebih parah, sementara kilukria biasanya jarang
terjadi dan elephantiasis biasanya mengenai ekstremitas bagian bawah (lengan
bawah, kaki bagian bawah) paling banyak ditemui dibagian kaki dibawah lutut.
Limfedema pada payudara dan hidrokel jarang ditemukan.

2.3.3 Filariasis yang disebabkan oleh Brugia timori (Filariasis timorean)


Manifestasi klinis filariasis Timori sama dengan infeksi yang terjadi pada
Brugia malayi. Manifestasi klinis filariasis Brugia timori timbul tanpa
ditemukannya microfilaria dalam darah (occult filariasis).

2.4 Patofisiologi
Elephantiasis, gejala klinis mungkin berbeda satu daerah dengan daerah
lainnya. Tetapi secara umum dapat ditandai dengan pembesaran bagian dari badan
6
secara abnormal sebagai akibat penyumbatan di daerah saluran/ sistem lympha,
biasanya tangan, kaki atau alat kelamin.

Keterangan :
1. Nyamuk menghisap darah (Larva L3 masuk ke kulit).
2. Cacing dewasa pada lymphe.
3. Cacing dewasa menghasilkan mikrofilaria yang pindah ke limpha dan aliran
darah.
4. Nyamuk menghisap darah (menghisap mikrofilaria).
5. Mikrofilaria menembus midgut nyamuk dan pindah ke dada nyamuk.
6. Larva L1 otot
7. Larva L3.
8. Pindah ke kepala dan probosis nyamuk.
Ada jenis filarial yang menunjukkan perbedaan biologis yaitu :
1. Dimana nikrofilia ditemukan dalam darah tepi pada malam hari
(periodisitas nocturnal) dengan konsentrasi maksimal pada pukul 22.00
hingga 02.00.
2. Dimana nikrofilia ditemukan dalam darah tepi terus menerus, namun
konsentrasi maksimalnya terjadi pada siang hari (diurnal). Bentuk yang
kedua endemis di Pasifik Selatan dan didaerah pedesaan muncul sebagai
focus kecil di Asia Tenggara dimana vektornya adalah nyamuk Aedes
7
yang menggigit siang hari.

Parasit

Menuju pemb. Limfa

Perubahan dari larva Stadium3

Parasit Dewasa

Meyebabkan dilatasi
Parasit
Kumpulan Pemb. Limfa Mengangktifkan

Pembengkakan
pemb. Limfa

Berkembang biak Menyebabkan antigen


↓ Parasit
Kumpulan Cacing filaria ↓
Penyebab Penyumbatan Mengaktifkan Sel T Dewasa
pemb. Limfa ↓
↓ IgE berikatan
NYERI ↓
Mediator inflamasi

Kerusakan Struktur Kelenjar Getah Bening
↓ ↓
KERUSAKAN INTEGRITAS HIPERTERMI
KULIT

Adanya inflamasi pada kulit

HAGA DIRI RENDAH

2.5 Pemeriksaan Penunjang


2.5.1 Pemeriksaan Laboratorium / Radiologi
1. Periksa darah lengkap : Hb: <12-16 g/dl Ht: <37-47% Leukosit: >5.000 –
11.000/mmᵌ Trombosit:
2. Periksa air seni : hematuria, chyluria 8
3. Periksa tinja rutin
4. Periksa serologi IgE, IgG dan IL4, uji kulit untuk imunitas sellular
5. Periksa mikrofilaria dalam darah dengan pewarnaan Giemsa, sebelum dan
sesudah terapi
6. Periksa USG ginjal bila ditemukan penyulit gangguan fungsi ginjal
7. Periksa foto rontgen sendi bila ditemukan penyulit pada sendi
8. Bila tuberkulosis belum bisa disingkirkan, periksa foto rontgen dada dan uji
tuberkulin.

2.6 Komplikasi
Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan individu
terhadap parasit, seringnya mendapat gigitan nyamuk, banyaknya larva infektif
yang masuk ke dalam tubuh adanya infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur.
Secara urnum perkembangan klinis filariasis dapat dibagi menjadi fase dini dan
fase lanjut.
Pada fase dini timbul gejala klinis akut karena infeksi cacing dewasa
bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri danjamur. Pada fase lanjut terjadi
kerusakan saluran dan kerusakan kelenjer, kerusakan katup saluran limfe,
termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang terdapat dikulit. Pada dasarnya
perkembanganklinis filariasis tersebut disebabkan karena cacing dilaria dewasa
yang tinggal dalam saluran limfe bukan penyumbatan (obstruksi), sehingga terjadi
gangguan fungsi sistem limfatik ;
1. Penimbunan cairan limfe.
2. Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau jaringan melalui
saluran limfe ke kelenjer limfe.
3. Kelenjer limfe tidak dapat menyerang bakteri yang masuk dalam kulit.
4. Infeksi bakteri benilang akan menyebabkan serangan akut berulang
(recurrent acute attack).
5. Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang
ada di kulit, menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengalirkan
cairan limfe dari kulit danj aringan ke kelenjer limfe sehingga dapat terjadi
limfedema.
6. Pada penderita limfedema, serangan akut berulang oleh bakteri atau
jamur akan menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit, hiperpigmentasi,
hiperkeratosis dan peningkatan pembentukkan jaringan ikat (fibrose tissue
formation) sehingga terjadi penigkatan stadium limfedema, dimana
pembengkakkan yang semula terjadi hilang timbul akan menjadi
pembengkakkan menetap.

2.7 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan diri, jelaskan maksud Anda.


2. Tanyakan keluhan utama (pada umumnya kaki membesar/bengkak atau
skrotum/labia mayor membesar) Sudah berapa lama? Apakah ada demam? Bila
ada demam, apakah naik–turun? terus menerus? Terutama senja-malam hari?
Apakah sering berulang dalam setahun?
3. Apakah demam badan disertai: mengigau dan menggigil?
4. Apakah disertai dengan nyeri kepala?
5. Apakah disertai nyeri perut?
6. Apakah tampak lesu?
7. Apakah nafsu makan menurun?
8. Bagaimana buang air kecilnya ? Apakah berwarna kemerahan atau putih keruh
atau seperti berminyak?
9. Apakah disertai pembesaran skrotum?
10. Apakah disertai pembesaran kaki dan perubahan bentuk kaki ?
11. Apakah disertai sakit sendi?
12. Apakah di rumah banyak nyamuk?
13. Keadaan kesehatan anak sebelum sakit sekarang:

- Bagaimana nafsu makannya?


- Apakah sering menderita sakit?
- Apakah berat badan anak sulit naik/turun?
- Penyakit apa yang pernah diderita?
14. Apakah ada yang menderita sakit serupa di lingkungan keluarga/tetangga
/sekolah?

Pemeriksaan Fisik
1. Terangkan bahwa anda akan melakukan pemeriksaan fisik
2. Tentukan keadaan sakit: ringan/sedang/berat
3. Lakukan pengukuran tanda vital: kesadaran, tekanan darah, laju nadi, laju
pernafasan, & suhu tubuh
4. Periksa sklera
5. Periksa konjungtiva palpebra
6. Periksa lidah
7. Periksa leher
8. Periksa jantung: bunyi jantung normal atau tidak?
9. Periksa paru: adakah ronki? Atau kelainan yang lain?
10.Periksa abdomen: distensi? Nyeri daerah abdomen yang difus? Hepatomegali?
Splenomegali? Defance muscular?
11. Ekstremitas bawah: limfadenitis, limfedema, elefantiasis, monoartritis sendi
lutut
12. Genital : hidrocele, limfedema vulva
13. Periksa kulit: limfangitis, penebalan kulit skrotum dan tungkai bawah
B. Diagnosa Keperawatan
1.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening 11
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
angota tubuh
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun,
lesi pada kulit
5. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik

C. Intervensi Keperawatan
A. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
1. Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial
Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi
panas tubuh yang mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga
pengeluaran panas secara konduksi.
2 .Monitor vital sign, terutama suhu tubuh untuk mengetahui
kemungkinan perubahan tanda-tanda vital.
3. Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan
sesuai kebutuhan, misalnya sediakan selimut yang tipis dapat
membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh
pasien.
4.Anjurkan kien untuk banyak minum air putih diharapkan
keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi.
5.Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
jika panas tinggi dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka
akan mengurangi penguapan.
6.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan
(anti piretik). Diharapkan dapat menurunkan panas dan
mengurangi infeksi.

2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe


1.Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan
teknik relaksasi. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian dapat meningkatkan koping
2.Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi
nyeri).Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri
3.Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada
nyeri.Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang
sistem syaraf simpatis,mengakibatkan kerusakan lanjutan
4.Alihkan perhatian klien dari nyeri yang dialami untuk
mengatasi nyeri
5.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan
(obat anelgetik). Diberikan untuk menghilangkan nyeri.

3. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada


anggota tubuh
1.Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)
Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan
sendi
2.Tingkatkan tirah baring / duduk
Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk
penyembuhan
3.Berikan lingkungan yang tenang
Tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan
4.Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun,
lesi pada kulit
1.Ubah posisi tempat tidur dan kursi sesering mungkin.
Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat
menyebabkan kerusakan aliran darah seluler
2.Gunakan pelindungan kaki, bantalan busa atau air pada waktu
berada di tempat tidur dan padawaktu duduk dikursi.
Tingkatkan sirkulasi darah pada permukaan kulit untuk
mengurangi panas atau kelembaban
3.Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin.
Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah yang
bereksiko yang terinfeksidan nekrotik
4.Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak.
Meningkatkan sirkulasi dan meningkatkan partisipasi
pasien
5.Kolaborasi: Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi dan
mencegah terjadinya decubitus. Mungkin membutuhkan perawatan
professional untuk masalah yang dialami
5.Observasi ukuran diameter pada tungkai kaki klien
Untuk mengetahui perubahan ukuran pada tungkai kaki klien
BAB III
PENUTUP
14

3.1 Kesimpulan
Istilah filariasis digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh berbagai
jenis nematode dari keluarga Filarioidea namun istilah ini hanya digunakan untuk
filarial yang hidup dalam kelenjar limfe. (James Chin, 2006:232).
Penyakit filariasis banyak ditemukan di berbagai negara tropik dan
subtropik, termasukIndonesia. Prevalensi tidak banyak berbeda menurut jenis
kelamin, usia maupun ras. Penyakit filariasis dapat disebabkan oleh berbagai
macam spesies, sehingga gambaran klinisnyaspesifik untuk masing-masing
spesies, misalnya bentuk limfatik biasnya digunakan sebagai tanda bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan
Brugiatimori, dimana parasit dapat menyumbat saluran limfe dengan manifestasi
terbentuknya elefantiasis, sedangkan Loa loa ditandai dengan calabar swelling.
Onchocerca volvulus menyebabkan kebutaan dan pruritus pada
kulit.Diagnosis penyakit ini dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah,
sedangkan bila tidakditemukan mikrofilaria maka diagnosis dapat berdasarkan
riwayat asal penderita, biopsi kelenjar limfe, dan pemeriksaan serologis.
Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir diseluruh dunia dapatditemukan
penyakit ini karenamudahnya dalam penyebaran penyakit ini. Beberapa asuhan
keperawatan secara teoritis yangmungkin yang mungkin muncul pada penderita
penyakit ini yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
2.Nyeriberhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun,
lesi pada kulit
5. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
DAFTAR PUSTAKA

Hasyimi. (2018). Mikrobiologi Parasitologi


16 Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Masrizal. (2012). Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret
2013, Vol. 7, No. 1
FK UNAIR. http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-
content/uploads/2017/03/TI22_Filaria-Q.pdf ilmu kesehatan anak
(Diakses pada 14 September 2019).
Kurniawan, Dede. ASKEP FILARIASIS.
https://www.academia.edu/34179859/ASKEP_FILARIASIS
(Diakses pada 17 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai