Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY

PADA RUANGAN VK

Dosen pembimbing : Ns.Vela Purnamasari,M.Kep

Kelompok 4

Disusun Oleh:

1. Elisa Damayanti
201803021
2. Eskafania Widyanata K
201803025
3. Fiki Ika Rahmawati 201803027
4. Frida Ginanti A
201803030
5. Lailatul Desi M
201803033
Prodi D3
6. M.Luthfi Keperawatan
Nuril A
STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI
201803038
TAHUN AJARAN 2018/2019
7. Niken Ayu Gita S
KATA PENGANTAR
201803041
8. Novita Rifa’I Nuha 201803046

Assalamualaikum Wr. Wb

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang te lah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga makalah yang berjudul ”Manajemen Patient Safety Pada
Ruang VK” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini penulis buat berdasarkan kebutuhan
seorang perawat dan perawat dalam merawat kliennya. Agar konsep dan teori keperawatan dapat
diterapkan dengan baik. Penulis berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini selesai pada waktunya.Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,karena kurangnya bahan dan buku-buku yang
diperoleh. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pare, 18 November 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................5
1.3TUJUAN............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................................6
2.1 Definisi MPS (Management Patien Safty)...................................................................................6
2.2 Definisi Ruang Maternitas...........................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN APLIKASI.....................................................................................................................8
3.1 SKP 1 Identifikasi pasien.............................................................................................................8
3.2 SKP 2 Komunikasi Efektif...........................................................................................................8
3.3 SKP 3 Peningkatan keamanan obat............................................................................................10
3.4 SKP 4 Tepat – lokasi, Tepat Prosedur, Tepat pasien operasi.......................................................10
3.5 Pengurangan resiko infeksi........................................................................................................11
3.6 Pengurangan resiko pasien jatuh................................................................................................11
BAB IV.....................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Management keselamatan pasien dirumah sakit merupakan suatu metode pencegahan
terhadap kejadian yang tidka diinginkan di rummah sakit. Dalam management keselamatan
pasien kesembuhan pasien secara primer merupakan tujuan utamanya, terutama dalam pelayanan
3
kesehatan dimasa kini. Sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien kita juga
harus memperhatikan managemen keselamatan pasien.
Pada ruang bersali management patient safety yang dapat kita lakukan adalah dengan
sasaran making pregnancy safer yang berupa management patient safety yang dilakukan di ruang
bersalin yang ditujukan untuk keselamatan ibu dan bayi.
Sasaran Making Pregnancy Safer (MPS) yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kasehatan Perempuan, Angka Kematian lbu
juga merupakan salah satu target tujuan pembangunan milenium ke 5 yaitu, meningkatkan
kesehatan lbu dimana terget yang akan dicapai sampai tahun 2015, adalah mengurangi sampai 4
resiko jumlah kematian lbu karena angka kematian lbu yang melahirkan dan angka kematian
bayi yang dilahirkan diIndonesia tergolong tinggi Indonesia secara nasional dari tahun 1994
sampai tahun 2007, menunjukan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Bedasarkan
survey terkhir SDKI tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup,
meskipun demikian angka tersebut masih tortinggi di Asia dan masih jauh dari target MDGS
2015 (102/100.000 KH) sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk
mencapai target tersebut.
Karena tingginya akibat atau dampak yang disebabkan oleh managemet keselamatan
pasien berdasarkan survey yang yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa management patient
safety di rumah sakit kurang memadai maka sebagai seorang perawat harus memperhatikannya.
Dalam hal ini perawat berperan pentting pada pengaplikasian management pasien safety pada
ruang bersalin yang bertujuan untuk menekan angka kematian pada ibu dan bayi sehingga
tercapai kesembhan yang prima setelah diberikan pelayanan kesehatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana cara pengaplikasian management pasien safety di ruang VK?

1.3TUJUAN
Unttuk mengetahui bagaimana cara pengaplikasian managemen pasien safety di ruang
VK

4
5
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi MPS (Management Patien Safty)
Keselamatan pasien (pasien safety) adalah suatu system dimana RS membuat asuhan
lebih aman.
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dair cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient
safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman Hal ini temasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan
insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donakdson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dani cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien foatient safety:adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan
resiko,identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dan insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimal kan resiko. Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
A. Sistem tersebut meliputi
1. Assessment risiko
2. Identifikasi dan pengolahan yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisa insiden
4. Kemampuan belajar dan insiden dan tidak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

B. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh


a Kesalahan akibat
b Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

C. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit

6
4. Tarlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi kejadian tidak
diinginkan
(KTD)
D. Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan keseimbangan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan sarana bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

E. Ruang lingkup keselamatan pasien


1. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adverse Want adalah suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya
atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan
medis karena tidak dapat dicegah
2. Kejadian Yang Tidak Dapat Dicegah (Unprevebtable Adverse Event) Suatu KTD
yang terjadi akibat komplikasi penyakit tersebut yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan muktahir
3. Kejadian Nyata Cedera (KNC) Near Miss Adalah suatu kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
yang dapat mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi
a Karena keberuntungan
b Karena pencegahan
c Karena peringatan
4. Kesalahan Medis (Medical Errors) Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
5. Kejadian Sentinel (Sentinel Evants) Adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian dan cedera yang serius biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah
pemilihan luka "Sentinel" terkait dengan keseriusan yang terjadi ( seperti amputasi pada
kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan.

2.2 Definisi Ruang Maternitas


Ruang bersalin merupakan suatu pelayanan yang melayani pertolongan persalinan serta
perawatannya dengan menginap termasuk bayinya.

7
BAB III

PEMBAHASAN APLIKASI
3.1 SKP 1 Identifikasi pasien
Pada ibu hamil maka perlu dilakukan pengkajian dimana menyangkut tentang identitas
ibu, baik nama,usia, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan dan kelahiran, obstetri serta kesiapan
ibu menerima kehamilan. Pengkajian data yang akurat perlu dilakukan untuk menghidari
kesalahan dalam pendiagnosaan, salah identifikasi maupun pemberian tindakan. Selain
dilakukannya pengkajian data maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik, untuk menentukan status
kesehatan ibu dalam menerima kehamilan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu hamil
pemeriksaan fisik yang dilakukan seperti, pemeriksaan TTV, pemeriksaan tubuh head to toe,
pemeriksaan leopold, Tinggi fundus urteri (TFU), dan juga pemeriksaan laboratorium. Yang
dimana seluruh data ini dikumpulkan dalam satu format pengkajian. Format pengkajian inilah
yang digunakan untuk identifikasi pasien, dimana dalam tujuan SKP1. Yaitu meningkatkan
ketelitian dalam identifikasi pasien.
Maksud dan tujuan dari identifikasi klien adalah dilakukannya pengecekan dua kali
supaya tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan dan pemberian pengobatan maupun terciptanya
kesesuaian penerimaan pengobatan kepada pasien dalam hal ini ibu hamil. Pada ibu hamil
dengan HIV/AIDS Identifikasi klien sangat penting digunakan dalam prosedur pengambilan
darah untuk pemeriksaan lab. Apabila tidak dilakukan identifikasi dan penandaan secara akurat
maka dapat mengakibatkan tertukarnya spesimen darah ibu hamil tersebut dengan darah pasien
lain, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan diagnosis pasien.
Salah satu program dalam meminimalisir terjadinya kesalahan identifikasi adalah dengan
menggunakan gelang identitas pasien yang dilengkapi dengan bar code, nama, nomor rekam
medis dan tanggal lahir. Pada ibu hami yang dirawat menggunakan gelang identitas warna pink,
dan dapat ditambahkan dengan gelang warna merah jika ibu memiliki alergi obat tertentu, warna
kuning untuk resiko jatuh. Gelang identitas digunakan untuk menghindari kesalah dalam
pemberian obat, salah pasien, pemberian produk darah, dan pengambilan spesimen.
3.2 SKP 2 Komunikasi Efektif
Penggunaan komunikasi yang tepat dalam maternitas membantu kefektifan dalam dunia
keperawatan maternitas. Komunikasi efektif dapat dilakukan antara perawat ke dokter, perawat
ke perawat, perawat ke pasien maupun dokter ke pasien. Di dalam komunikasi efektif ini perawat
dapat menjelaskan tentang keadaan kesehatan si ibu dan janinnya kepada suami dan ibu hamil.
Komunikasi efektif antara perawat ataupun dokter ke pasien dalam hal ini ibu hamil dapat
membantu ibu sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya untuk
menerima dan memelihara kehamilannya. Di dalam SKP2. Komunikasi efektif terdapat pula
komunikasi antara tim kesehatan melalui komunikasi SBAR.

8
Komunikasi SBAR dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima
antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda, melibatkan semua anggota
tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi.
Pada komunikasi SBAR perawat di harapkan dapat berkomunikasi efektif tentang analisa
keadaan pasien dan diagnosa keperawatan kepada tim kesehatan lain. Salah satu contoh
komunikasi SBAR misalnya pada ibu hamil dengan preklamsia yang perlu mendapatkan
perawatan. Di sana perawat membuat suatu bentuk pendokumentasian yang berisi:
1. S (Situation) : merupakan situasi pasien yang dilaporkan seperti :
a. Data dari pasien/ ibu hamil, baik nama, usia, tanggal masuk dan lama perawatan.
Lalu nama dokter yang menangani serta nama perawat.
b. Diagnosa medis pasien
c. Apa yang terjadi dengan pasien, menyangkut diagnosa/ masalah keperawatan
2. B (Background) : latar belakang klinis yang berhubungan dengan situasi pasien, seperti :
TTV, obat saat ini dan alergi, hasil lab sebelumnya untuk perbandingan, riwayat medis, dan
temuan klinis. Misalnya pada TD ibu hamil dengan preklamsia > 160/110 mmhg, terjadinya
penambahan berat badan serta edema pada kaki, jari dan muka. Hal seperti ini perlu
dilaporkan dan di dokumentasikan dalam SBAR.
3. A (Assassment) : berisi hasil penilalian klinis klie, temuan klinis dari perawat serta
analisa dan pertimbangan perawat. Contohnya : hasil laboratorium terbaru, keadaan klien
saat ini serta keluhannya.
4. R (recomendation) : berisi rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah,
solusi yang ditawarkan perawat serta apa yang perawat perlukan dari dokter untuk
memperbaiki kondisi klien. Seperti rekomendasi pemberian obat serta infus dekstrosa untuk
menstabilkan tekanan darah.
Komunikasi efektif dapat digunakan dalam semua tahap keperawatan maternitas, mulai
dari tahap kehamilan, melahirkan, dan nifas. Paa tahap kehamilan komunikasi efektif
dilakukukan pada saat kunjungan kehamilan (trimester I,II, dan III, dimana perawat ataupun
dokter memberikan penjelasan mengenai perkembangan kehamilan ibu dan pendidikan
kesehatan mengenai perawatannya kehamilannya.
Sebelum memasuki masa intranatal, rumah sakit maupun petugas kesehatan melakukan
komunikasi efektif baik pada pasien maupun keluarga mengenai bagaimana proses persalinan
yang akan dilakukan,apakah pasien bisa melahirkan secara normal ataupun secara secsio
ceasaria, itu semua beradasarkan hasil dari identifikasi perawat ataupun dokter selama proses
kehamilan klien.
Pada masa intranatal perawat melakukan komunikasi kepada ibu hamil untuk melakukan
instruksi cara mengedan dengan benar apabila si ibu melahirkan normal. Pada postnatal
komunikasi efektif dilakukan ketika masa perawatan setelah melahirkan, perawat dapat
mengkomunikasikan kepada ibu hamil tentang bagaimana car teknik menyusui an perawatan
terhadap alat reproduksi ibu pasca melahirkan.

9
3.3 SKP 3 Peningkatan keamanan obat
Peningkatan keamanan obat diperlukan pada selama masa konsepsi hingga nifas, saat
masa prenatal apabila seorang ibu terindikasi mengalami suatu penyakit misalnya demam tifus,
yang memerlukan obat – obatan tertentu seperti antibiotik maka pihak petugas kesehatan harus
melakukan identifikasi seksama terhadap obat – obatan yang di berikan, dengan memahami
prinsip 6 benar khususnya pada obat – obatan LASA (Look Alike Sound Alike), karena pada ibu
hamil sensitiv terhadap obat – obatan karena dapat mengganggu janinnya. Misalkan saja
penggunaan obat – obatan yang diberikan kepada ibu hamil dengan demam tifus contohnya
Ampisilin dan Amoxcisilin. Kedua obat ini memliki nama yang terdengar sama dan digunakan
untuk kasus yang sama tetapi memiliki perbedaan pada penggunaan dosis dan efeknya. Pada
Ampicilin digunakan 1gr/oral untuk 4xsehari. Dan Amoxicilin 1gr/oral untuk 3x sehari selama
14 hari. Dimana apabila terjadi kesalahan pemberian dosis atau tertukarnya dosis kedua obat ini
dapat memberika efek negativ pada janin dan ibunya.
Pada proses kelahiran memerlukan pemberian injeksi (untuk meningkatkan konstraksi
uterus), disini perawat juag harus meningkatkan kewaspadaan 6 benar. Pada masa postnatal
diberikan obat – obatan pengontrol nyeri pasca bedah contohnya Paracetamol 500mg/oral sesuai
yang dibutuhkan.
3.4 SKP 4 Tepat – lokasi, Tepat Prosedur, Tepat pasien operasi
Penerapan SKP 4 lebih ditekankan pada masa intranatal khususnya pada prosedur sectio ceasaria.
Pada prosedur ini perawat dan tim kesehatan yang bertuagas harus memastikan pasien yang akan
di operasi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Hal – hal yang perlu dilakukan sebelum
operasi sectio ceasaria :
a. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
b. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan sepert
USG yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;
c. Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau implant-implant
yang dibutuhkan.
* Penilaian SKP 4. Pada keperawatan Maternitas
a. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
b. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi /
time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur
medis.

10
* Langkah dan Prosedur SKP.4 dalam Penerapannya Pada Keperawatan Maternitas Khususnya
Pada Sectio Ceasaria
Sesuai dengan sepuluh sasaran dalam safety surgery (WHO 2008). Yaitu:
1) Tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan posisi janin di dalam perut
ibu.
2) Tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal untuk mencegah
bahaya dari pengaruh anastesi, pada saat melindungi pasien dari rasa nyeri.
3) Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan bantuan hidup dari
adanya bahaya kehilangan atau gangguan pernafasan pada saat proses kelahiran maupun
sesudah proses kelahiran.
4) Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan adanya resiko
kehilangan darah.
5) Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui adanya resiko
alergi obat pada pasien.
6) Tim bedah secara konsisten menggunakan metode yang sudah dikenal untuk
meminimalkan adanya resiko infeksi pada lokasi operasi.
7) Tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa dan instrument pada luka
pembedahan.
8) Tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat, specimen (contoh
bahan) pembedahan.
9) Tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar informasi tentang hal-
hal penting mengenai pasien untuk melaksanakan pembedahan yang aman.
10) Rumah sakit dan system kesehatan masyarakat akan menetapkan pengawasan
yang rutin dari kapasitas , jumlah dan hasil pembedahan.

3.5 Pengurangan resiko infeksi


Pada masa pranatal, perawat memberikan pendidikan kesehatan untuk menjaga kesehatan
selama hamil, dengan mengonsumsi makanan yang bersih dan memenuhi pola diet sehat
berimbang, serta minum air dalam jumlah yang cukup.
Pada masa intranatal, petugas kesehatan harus memperhatikan universal precaution dan
alat-alat persalinan dan ruang bersalin terjaga kesterilannya
Pada masa postnatal, dengan menjaga kebersihan daerah sekitar vagina dan luka bekas
episiotomi (prosedur bedah untuk melebarkan jalan lahir ) karena dapat menjadi pintu masuk
kuman dan menimbulkan infeksi, terutama setelah buang air kecil dan buang air besar. Cuci
tangan dengan bersih sebelum menyentuh area genital dan anus, basuhlah dengan gerakan dari
arah depan ke belakang.
3.6 Pengurangan resiko pasien jatuh

11
Pada masa prenatal, perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien untuk
menggunakan alas kaki yang nyaman dan tidak berhak tinggi, hindari menggunakan tangga, jaga
kebersihan lantai, berikan penerangan yang memadai, serta hubungi keluarga jika perlu bantuan.
Pada masa intranatal, perlu ditingkatkan keamanan tempat tidur serta posisi ibu saat
melahirkan dengan tujuan supaya menurunkan resiko jatuh, dan perlu diperhatikan posisi ibu dan
bayi setelah proses melahirkan agar bayi tidak jatuh. Pada bayi yang lahir prematur perlu
diperhatikan pemakaian tabung inkubator, petugas kesehatan perlu meningkatkan keamanan
seperti memperhatikan jarak antara bayi dan lampu serta berapa lama anak berada dalam
inkubator. Pada masa postnatal, ajarkan keluarga untuk membantu klien dalam melakukan
aktivitas karena klien dalam keadaan lemah serta istirahat yang cukup.

12
BAB IV

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Management patient safety merupakan sebuah asuhan atau standar yang dibuat oleh
rumah sakit guna mencegah ataupun menurunkan risiko cedera atau kejadian yanng tidak
diharapkan baik dari pelayanan perawatan maupun dari pengobatan medis yang
diberikan. Macam-macam ruang lingkup keselamatan pasien anatara lain kejadian yan
tidak diinginkan (KTD), kejadian yang tidka dapat dicegah (Unprevebtable Adverse
Event) , kejadian nyata cedera (KNC), kesalahan medis (Medical Error), Kejadian
sentinel. Management keselamatan pasien wajib diterapkan pada seluruh ruangan
dirumah sakit, salah satunya adalah pada ruang bersalin. Pada ruang bersalin bertujuan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional sudah menjadi kewajiban seorang perawat
untuk menerapkan management patient safety di Rumah Sakit maupun di pelayanan
kesehatan lain sehingga untuk kedepannya management patient safety di Rumah Sakit
harus lebih diperhatikan lagi guna menurunkan angka kejadian yang tidak diinginkan
atau KTD dan juga meningkatkan kualitas hidup pasien yang dapat menunjang proses
penyembuhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/323268889/Pengertian-Patient-Safety Diakses pada tanggal 18


November pukul 10.00 WIB
https://id.scribd.com/document/334162834/Pedoman-Pelayanan-VK-DR-JUNETA Diakses pada
tanggal 18 November pukul 09.00 WIB
http://bkulpenprofil.blogspot.com/2014/11/keselamatan-pasien-bd-keperawatan.html?m=1
Diakses pada tanggal 18 November pukul 09.30 WIB
hhtps://www.google.com/amp/s/aepnurhidayat.wordpress.com/2019/05/20/pengertian-ruang-
bersalin/amp/ Diakses pada tanggal 18 November pukul 10.29 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai