Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
TA.2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul
“FILARIASIS”.Laporan pendahuluan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
COVER................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
TINJAUAN TEORI
a. Laboratorium
b. Radiologi
c. Dan lain-lain
2.0 Komplikasi................................................................................................................................ 20
PENUTUP.......................................................................................................................... 21
2.1 Kesimpulan
2.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 22
TINJAUAN TEORI
Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah
suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam saluran
limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini
bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin
baik perempuan maupun laki-laki.
Cacing filaria berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda.Tiga spesies filaria
yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, dan Brugia timori (Elmer R. Noble & Glenn A. Noble, 1989). Parasit filaria
ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk, memiliki stadium larva, dan
siklus hidup yang kompleks. Anak dari cacing dewasa disebut microfilaria.
Didunia, terdapat 1.39 milyar penduduk yang beresiko tertular filariasis. Pada
tahun 2000, lebih dari 120 juta orang terinfeksi filariasis dan 40 juta diantaranya
mengalami kecacatan dan tidak dapat bekerja lagi.
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang tersebut digigit
nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III
(L3).Nyamuk tersebut mendapatkan mikrofilaria sewaktu menghisap darah
penderita atau binatang reservoar yang mengandung mikrofilaria.Siklus penularan
filariasis ini melalui dua tahap (Gambar 3.), yaitu mosquito satges atau tahap
perkembangan dalam tubuh nyamuk (vektor) dan human stages atau tahap
perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) atau binatang (hospes reservoar).
Rantai Penularan Filariasis Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur,
yaitu
1.3 Etiologi
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar
getah bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup dalam
darah.Mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari. Cacing filaria
berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda. Filariasis di Indonesia disebabkan
oleh tiga spesics cacing filaria yaitu:
a. Wuchereria bancrofti
b. Brugia malayi
c. Brugia timori
Cacing Wuchereria bancrofti inilah yang dapat menyebabkan penyakit kaki gajah
karena sifatnya yang dapat mengganggu peredaran getah bening.Sedangkan Brugia
malayi dan Brugia timori tidak. Pada Wuchereria bancrofti, mikrofilarianya
berukuran +250μ. cacing betina dewasa berukuran panjang 65 100mm dan cacing
jantan dewasa herukuran panjang 40mm. Di ujung daerah kepala membesar,
mulutnya berupa lubang sederhana tanpa bibir (Oral stylet)
Parasit
Diangnosis immunologi Dengan teknik ELISA dan ICT kedua teknik ini pada
dasarnya menggunakan antibodi monoclonal yang spesifik untuk mendeteksi
antigen W.brankrofti dalam sirkulasi.Hasil yang positif menunjukkan adanya
infeksi aktif walaupun microfilaria tidak ditemukan dalam darah. Pada stadium
obstruktif, microfilaria sering tidak ditemukan lagi dalam darah, tapi ada di
cairan hidrokel atau cairan kiloria. Deteksi antigen merupakan deteksi
metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut
a. Laboratorium
Penemuan dalam pemeriksaan laboratorium adalah meningkatnya hitung
jenis eosinophil. Namun, apabila sudah terdapat limfedema dan berlangsung
kronis, hasil laboratorium bisa saja normal
b. Radiologi
Radiodiagnosis Pemeriksaan Pemeriksaan dengan USG pada USG pada
skrotum skrotum dan kelenjar dan kelenjar getah bening getah bening
inguinal inguinal pasien akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-
gerak. Ini berguna untuk evaluasi hasil pengobatan . Pemeriksaan
limfosintigrafi dengan menggunakan dextran atau albumin yang ditandai
dengan zat radioaktif menunjukkan abnormalitas pada sistem limfatik
sekalipun pada penderita yang asimtomatik mikrofilaremia
(Gandahusada,2004)
c. Dan lain-lain
1) Deteksi Antigen Filaria
2) Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan untuk mendiagnosis
filariasis dengan menemukan cacing dewasa pada saluran
limfatik.Pada pasien risiko tinggi (misalnya hidup di daerah endemis
filaria), tanda ‘filaria dance’ yang ditemukan pada USG bisa mengarah
pada gerakan cacing filaria.Namun, pada pasien tanpa faktor
risiko, ‘filaria dance’ merupakan tanda obstruksi epididymis.
3) Lymphoscintigraphy
Pemeriksaan lymphoscintigraphy memiliki sensitifitas (96%) dan
spesifisitas (100%) untuk diagnosis limfedema
a. Perawatan Umum
1) Istirahat ditempat tidur, pindah tempat kedaerah yang dingin akan
megurangi derajat serangan akut.
2) Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi skunder dan abses
3) Pengikatan didaerah pembendungan akan mengu rangi edema
b. Medis
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik
untuk filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan
mikro filarisidal. Obat lain yang dapat dipakai adalah anti-biotik
invermektin.
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
2 cairan dan elektrolit
Nyeri Tujuan: intravena, jika perlu
Nyeri berkurang
Kriteria Hasil: Manajmen Nyeri
1. Keluhan nyeri Observasi
menurun 1. Identifikasi lokassi,
2. Meringis menurun karateristik, durassi,
3. Sikap protektif frekuensi, kualitas, dan
menurun intensitas nyeri
4. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
5. Kesulitan tidur 3. Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
6. Frekuensi nadi 4. dentifikasi factor yang
meningkat memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
badaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat tidur
4. Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri didalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik. Jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi:
1. Identifikasi karateristik
nyeri
2. Identifikasi riwayat
alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic dengan
tingkat keparahan nyeri
4. Monitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic
5. Monitor efektifitas
analgesi
Terapeutik:
1. Diskusikan jenis
malgesic yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal jika
perlu
2. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontima, atau bolas
oploid untuk
mempertahankan kadar
dalan serum
3. Tetapkan target
3 efektifitass analgesic
Gangguan Citra Tujuan: untuk mengoptimalkan
Tubuh Persepsi tentang respon pasien
Batasan penampilan, struktur tubuh,
Karateristik: dan fungsi fisik individu
Mengungkapkan membaik
kecacatan
/kehilangan bagian
tubuh
Fungsi/ struktur Promosi citra tubuh
tubuh Observasi
berubah/hilang 1. Identifikasi harapan citra
tubuh berdasarkan
tahapan perkembangan
2. Identifikasi budaya,
agama, jenis kelamin dan
umur terkait citra tubuh
3. Identifikasi perubahan
citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi
4. Monitor frekuensi
penyataan kritik
terhadap diri sendin
5. Monitor apakah pasien
bisa melihat bagian
tubuh yang berubah
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga din
3. Diskusikan perubahan
akibat pubertas
kehamilan dan penuaan
4. Diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi
cima tubuh (mis
Luka, penyakit,
pembedahan)
5. Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tabah
secara realistis
6. Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
3. Anjurkan menggamakan
alat bantu (mis. Pakaian,
wig, kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
(mis Kelompok sebaya)
5. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
6. Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
Berdandan)
7. Latih pengungkapun
kemampuan diri kepada
orang lain muupun
kelompok
Promosi koping
Tindakan:
Observasi
1. Identifikasi kegiatan
jangka pendek dan
panjang sesuai tujum
2. Identifikasi kemampuan
yang dimiliki
3. Identifikasi sumber daya
yang tersedia unik
memenuhi tujuan
4. Identifikasi pemahaman
proses penyakit
5. Identifikasi dampak
situasi terhadap peran
dan hubungan
6. Identifikasi metode
penyelasaian masalah
7. Identifikasi kebutuhan
dan keinginan serhadap
dukungan sosial
Terapeutik:
1. Diskusikan perubahan
peran yang dialami
2. Gunakan pendekatn yang
tennang dan
meyakinkan.
2.0 Komplikasi
1. Cacat atau Disabilitas. Komplikasi yang paling umum dari kaki gajah adalah
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas, seperti biasanya karena
pembengkakan yang ekstrem. Contohnya, rasa sakit dan bengkak ini akan
membuat pengidapnya sulit melakukan pekerjaan sehari-hari.
2. Infeksi Sekunder. Infeksi sekunder, seperti infeksi jamur dan bakteri juga
sering dialami pengidap kaki gajah karena kerusakan pada sistem getah
bening.
3. Depresi. Kaki gajah dapat menyebabkan pengidapnya khawatir akan
penampilan mereka. Nah, hal inilah yang bisa meningkatkan kecemasan dan
depresi dalam hidupnya
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
1) Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup
dalam sistem limfe dan ditularkan oleh nyamuk. Bersifat menahun dan
menimbulkan cacat menetap. Gejala klinis berupa demam berulang 3-5 hari,
pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran tungkai, buah dada, dan
skrotum. Dapat didiagnosis dengan cara deteksi parasit dan pemeriksaan
USG pada skrotum.
2) Mekanisme penularan yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva infektif
menggigit manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya di
dalam tubuh manusia, larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi
cacing dewasa. Kumpulan cacing filaria dewasa ini menjadi penyebab
penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya terjadi pembengkakan kelenjar
limfe, tungkai, dan alat kelamin.
3) Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
dan melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan dengan
Albendazol dan Ivermektin selain dilakukan pemijatan dan pembedahan.
Upaya rehabilitasi dapat dilakukan dengan operasi.
2.2 Saran