DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 4 / TINGKAT 2A
DIII KEPERAWATAN
AKPER MAPPAOUDANG
2021-2021
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah yang
berjudul “Filariasis” dapat tersusun dengan baik dan dapat disajikan dengan baik.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Judul.......................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................3
Bab i pendahuluan ............................................................................
Bab ii keperawatan dasar...................................................................
Bab iii.....................................................................................................
A.Kesimpulan....................................................................................
B.Saran..............................................................................................
Laporan Pendahuluan Filariasis........................................................4
A. Definisi............................................................................................4
B. Etiologi............................................................................................5
C. Manifestasi Klinis............................................................................8
D. Patofisiologi.....................................................................................10
E. Komplikasi.......................................................................................11
F. Pemeriksaan diagnostik....................................................................12
G. Penatalaksanaan...............................................................................13
H. upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit filariasis...........14
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Filariasis......................22
A. Pengkajian....................................................................................................22
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................22
C. Intervensi.........................................................................................23
D. Implementasi....................................................................................28
E. Evaluasi.............................................................................................31
F. Kesimpulan.......................................................................................34
G. Saran.................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................36
4
A. Definisi
Filariasis, atau yang lebih dikenal dengan kaki gajah, adalah penyakit
parasit yang disebabkan oleh cacing filaria. Cacing dengan bentuk seperti
benang ini hidup pada sistem limfatik (kelenjar getah bening) manusia. Itulah
mengapa penyakit ini juga disebut dengan lymphatic filariasis. Di dalam
sistem limfatik, cacing akan memengaruhi sistem imun tubuh dan
menyebabkan infeksi. Penyakit ini membuat beberapa bagian tubuh Anda
membengkak, terutama pada kaki, lengan, dan alat kelamin luar. Namun, tak
menutup kemungkinan payudara juga akan membengkak. Filariasis termasuk
penyakit kronis yang bisa memberikan efek jangka panjang. Anda akan
mengalami nyeri dan pembengkakan tubuh dalam waktu yang lama hingga
kehilangan kemampuan seksual.
Filariasis atau lebih dikenal elephantiasis (kaki gajah) adalah penyakit
akibat nematode yang seperti cacing yaitu wuchereria bancrofti. Brugia malayi
dan brugia timon yang dikenal sebagai filaria. Infeksi ini biasanya terjadi pada
saat kanak-kanak dan manifestasi yang dapat terlihat mucul belakangan,
menetap dan menimbulkan ketidak mampuan menetap.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematode
yang tersebar dindonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan
kematian, tetapi dapat menurunkan produktifitas penderitanya karena
5
timbulnya gangguan fisik penyakit ini jarang terjadi pada anak karena
manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi gejala
pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembulu limfe
yang biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun setelah terpapar parasit selama
bertahun-tahun. Oleh karena itu filariasis sering juga disebut kaki gajah.
Akibat paling vatal bagi penderita adalah kecacatan permanen yang sangat
mengganggu produktifitas.
B. Etiologi
Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis
filaria pada pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang
ke orang lain melalui gigitan nyamuk. Walaupun menyerang pembuluh getah
bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh darah penderita kaki gajah.
Jika penderita kaki gajah digigit oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa
bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Lalu bila nyamuk ini
menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk akan masuk ke dalam
pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut. Cacing filaria
kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan menyumbat
peredaran getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.
Penyakit filariasis dsebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di
dalam saluran kelenjar getah bening (limfatik) dan anak cacing disebut
mikrofilaria hidup di dalam darah. Mikrofilaria berada pada darah perifer pada
malam hari, ada 3 jenis spesies cacicng filariasis di Indonesia yaitu
Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori.
1. Wuchereria Bancrofti
Pada spesies ini cacing dewasa menyebabkan filariasis brancrofti,
dan mikrofilaria dapat menimbulkan occult filariasis. Parasit ini tersebar
luas di daerah tropis dan subtropis yaitu di Afrika, Amerika, Eropa dan
Asia termasuk di Indonesia. Cacing dewasa berbentuk seperti rambut dan
berwarna putih susu, mempunyai panjang sekitar dua spikulum yang tidak
sama panjang. Untuk cacing jantan mempunyai panjang sekitar 10 cm dan
6
mempunyai ekor yang runcing. Cacing dewasa hidup dalam saluran dan
kelenjar limfe (limfatik), tidak ada hewan yang bertindak sebagai
reservoir. Larva filaria atau yang biasa disebut mikrofilaria mudah
ditemukan dalam darah perifer atau darah tepi pada malam hari, yang
mempunyai panjang sampai 300 mikron dan lebar 8 mikro, mempunyai
selubung hialin dengan inti sel somatik berbentuk granul yang tersusun
tidak mencapai ujung ekor.
Filariasis bancrofti umumnya bersifat periodik nokturnal, sehingga
mikrofilaria hanya ditemukan dalam darah perifer pada malam hari.
Didaerah pasifik mikrofilaria lebih banyak ditemukan pada siang hari dan
malam hari, walaupun di Thailand ditemukan mikrofilaria yang bersifat
subperiodik nokturnal. Pada spesies Wuchereria Bancrofti, manusia
merupakan satu-satunya host defenitif dan nyamuk yang bertindak sebagai
vektor dalah dari genus Culex, Aedes, dan Anopheles.
2. Brugia Malayi
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada
manusia. Pada brugia yang zoonotik, selain manusia juga berbagai hewan
mamalia dapat bertindak sebagai hospes defenitifnya (hospes cadangan,
reservoir host). Periodisitas Brugia Malayi bermacam-macam, ada yang
nokturnal periodik, nokturnal subperiodik atau non periodik. Nyamuk
yang menjadi vektor penularnya adalah Anopheles (vektor brugiasis non
zoonotik) atau Mansonia (vektor brugiasis zoonotik).
Filariasi malayi disebakan oleh disebabkan oleh brugiamalayi.
Periodisitas mikrofilaria B. Malayi adalah periodik nokturna, sub perodik
nokturna, atau non periodik. Periodisitas mikrofilaria yang bersarung dan
berbentuk kasini, tidak senyata periodisitas W.Bansofti. Sebagai hospes
sementara adalah nyamuk mansomia, anopeles, amigeres. Dalam tubuh
nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva impektif dalam waktu 6-12
hari. Ada peneliti yang menyebutkan bahwa masa pertumbuhanya di
dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3
7
bulan. Di dalam tubuh manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini juga
sama dengan perkembangan W. Bansoft
3. Brugia Timori
Pada spesies Brugia Timori hanya terdapat di Nusa Tenggara
Timur, Maluku Tenggara dan beberapa daerah lain. Umumnya bersifat
periodik nokturnal dan nyamuk yang menularkannya adalah Anopheles
Barbirostis.
Filariasis timori disebabkan oleh pilariatipetimori. filaria tipe ini
terdapat di timor, pulau rote, flores, dan beberapa pulau disekitarnya.
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan dikelenjar limfe. Pagetornya
adalah anopeles barberostis. Mikro filarianya menyerupai mikro filaria
brugiamalayi, yaitu lekuk badanya patah-patah dan susunan intinya tidak
teratur, perbedaanya terletak dalam: 1. Panjang kepala = 3 x lebar kepala;
2. Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, yang ukuranya lebih kecil
daripada inti-inti lainya dan letaknya lebih berjauhan bila dibandingkan
dengan letak inti tambahan. Sarungnya tidak mengambil warna pulasan
gamesa; ukuranya lebih panjang daripada mikrofilaria berugiamalayi.
Mikrofilaria bersifat periodik nokturna.
C. Manifestasi Klinis
Sesuai namanya, gejala utama kaki gajah adalah pembengkakan pada
tungkai. Selain di tungkai, pembengkakan juga bisa terjadi di bagian tubuh
lainnya, seperti lengan, kelamin, dan dada. Kulit pada tungkai yang bengkak
akan menebal, kering, menjadi lebih gelap, pecah-pecah, dan terkadang
muncul luka. Sayangnya, tungkai yang sudah mengalami pembengkakan dan
perubahan kulit tidak dapat kembali seperti semula. Pada kondisi ini, kaki
gajah sudah memasuki fase kronik.
Pada awal penyakit, penderita kaki gajah biasanya tidak mengalami gejala
apa pun. Hal ini menyebabkan penderita tidak sadar telah tertular penyakit
kaki gajah (filariasis), sehingga terlambat melakukan penanganan. Peradangan
pembuluh atau kelenjar getah bening juga dapat muncul di fase awal, berupa
pembengkakan setempat pada pembuluh dan kelenjar getah bening.
Adapun yang mengatakan tanda dan gejala filariasis yaitu :
1. Demam
Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Demam juga biasanya
akan muncul secara berulang. Ketika Anda mengistirahatkan tubuh, demam
akan hilang. Namun, ketika melakukan berbagai kegiatan berat, demam
akan kembali muncul.
9
2. Kedinginan
Selain demam, Anda biasanya akan merasa kedinginan atau meriang.
Kondisi ini biasanya kambuhan dan diikuti dengan demam.
3. Sakit kepala
Filariasis kronis juga ditandai dengan sakit kepala. Rasa sakit ini
umumnya cukup sering muncul berbarengan dengan demam.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pembengkakan ini biasanya muncul di daerah lipatan paha dan ketiak.
Umumnya, pembengkakan ini akan terlihat kemerahan, terasa panas, dan
nyeri.
5. Radang saluran kelenjar getah bening
Biasanya kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit yang menjalar
dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. Jika Anda merasakan ciri-ciri
penyakit kaki gajah yang satu ini, jangan disepelekan dan segera
periksakan ke dokter.
6. Abses filarial
Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah bening yang membengkak
pecah dan mengeluarkan darah serta nanah. Kondisi ini menandakan bahwa
infeksi mulai menyebar.
7. Pembengkakan dini
Pada filariasis kronis, tungkai, lengan, buah dada, dan skrotum akan
terlihat kemerahan dan sedikit membengkak. Selain itu, Anda juga akan
merasakan sensasi panas di beberapa bagian ini. Kondisi ini menjadi tanda
yang cukup jelas bahwa Anda terinfeksi kaki gajah. Sementara itu, untuk
gejala filariasis atau kaki gajah kronis, Anda mengalami pembengkakan
yang permanen dengan ukuran cukup besar pada:
a) Kaki
b) Kelamin
c) Payudara
d) Lengan
10
Selain itu, kulit tubuh Anda juga biasanya akan terpengaruh dan ditunjukkan
dengan berbagai gejala seperti:
a) Kering
b) Tebal
c) Luka
d) Berwarna lebih gelap dari biasanya
e) Berbintik-bintik
D. Patofisiologi
Penularan parasit terjadi melalui vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan
manusia atau hewan kera dan anjing sebagai hospes definitif. Pada saat
nyamuk menghisap darah manusia/hewan yang mengandung melepasnya
selubung kemudian menembus dinding lambung nyamuk bergerak
mikrofilaria akan terbawa masuk ke dalam lambung nyamuk dan menuju otot
atau jaringan lemak di bagian dada. Mikrofilaria akan mengalami perubahan
bnetuk menjadi larva stadium I (L1), bentuknya seperti sosis berukuran 125-
250µm x 10-17 µm dengan ekor runcing seperti cambuk setelah 3 hari. Larva
tumbuh menjadi larva stadium II (L2) disebut larva preinfektif yang berukuran
200-300 µm x 15-30 µm dengan ekor tumpul atau memendek setelah 6 hari.
Pada stadium II larva menunjukkan adanya gerakan. Kemudian larva tumbuh
menjadi larva stadium III (L3) yang berukuran 1400 µm x 20 µm/ larva
stadium L3 tampak panjang dan ramping disertai dengan gerakan yang aktif
setelah 8-10 hari pada spesies Brugia dan 10-14 hari pada spesies Wuchereria
Bancrofti. Larva stadium III (L3) disebut sebagai larva infektif. Apabila
seseorang mendapat gigitan nyamuk infektif maka orang tersebut berisiko
tertular filariasis. Pada saat nyamuk infektif menggigit manusia, maka larva
L3 akan keluar dari probosisnya dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan
nyamuk kemudia menuju sistem limfe. Larva L3 Brugia Malayi dan Brugia
Timori akan menjadi cacing dewasa dalam kurun waktu 3,5 bulan, sedangkan
Wuchereria Bancrofti memerlukan waktu lebih 9 bulan.
E. Komplikasi
Jika tidak ditangan dengan serius penyakit ini dapat menimbulkan
Hidrokel membesar, adapun dapat menimbulkan penyakit berupa infeksi.
Tanpa perawatan medis yang tepat dan cepat, penyakit kaki gajah ini akan
menimbulkan sederet masalah lainnya. berikut komplikasi lain yang bisa
disebabkan oleh filariasis:
12
1. Cacat atau Disabilitas. Komplikasi yang paling umum dari kaki gajah
adalah ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas, seperti biasanya
karena pembengkakan yang ekstrem. Contohnya, rasa sakit dan bengkak
ini akan membuat pengidapnya sulit melakukan pekerjaan sehari-hari.
2. Infeksi Sekunder. Infeksi sekunder, seperti infeksi jamur dan bakteri juga
sering dialami pengidap kaki gajah karena kerusakan pada sistem getah
bening.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinik. Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut
dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate). Pada keadaan
amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis
adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan
gejala menahun.
2. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya
mikrofilaria pada pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari.
Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100
mg. Dari mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species cacing
filaria.
3. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan
kelenjar limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang
bergerak-gerak (filarial dance sign). Pemeriksaan limfos intigrafi dengan
13
G. Penatalaksanaan
diberikan pada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan
penderita sakit berat atau dalam keadaan lemah. Pada filariasis bancrofti,
Dietilkarbamasin diberikan selama 12 hari sebanyak 6 mg/kg berat badan,
sedangkan untuk filariasis brugia diberikan 5 mg/kg berat badan selama 10
hari. Pada occult filariasis dipakai dosis 5 mg/kg berat badan selama 2¬3
minggu. Pengobatan sangat baik hasilnya pada penderita dengan
mikrofilaremia, gejala akut, limfedema, chyluria dan elephantiasis dini. Sering
diperlukan pengobatan lebih dari 1 kali untuk mendapatkan penyembuhan
sempurna. Elephantiasis dan hidrokel memerlukan penanganan ahli bedah.
obat. Adapun efek samping yang dapat muncul antara lain mual,
muntah, pusing, demam tinggi, sakit kepala, dan sakit seluruh badan.
2. Survei Darah Jari
Survei darah jari adalah identifikasi mikrofilaria dalam darah tepi
pada suatu popluasi yang bertujuan untuk menentukan endemisitas daerah
tersebut dan intensitas infeksinya.survei darah jari dilakukan di daerah
yang mempunyai kasus kronis terbanyak. Cara pengambilan sampel
adalah mengumpulkan penduduk sasaran survei yang tinggal di sekitar
kasus kronis yang ada di daerah survei. Pengambilan darah dilakukan pada
pukul 20.00.
3. Penemuan dan penatalaksanaan Kasus Kronis
Survei kasus kronis merupakan cara menemukan kasus kronis.
Apabiila pada daerah ditemukan kasus terbanyak akan dilaksanakan survei
darah jari. Cara menemukan kasus kronis adalah dari laporan masyarakat,
kartu status di Puskesmas dan Rumah Sakit, dan penemuan kasus oleh
petugas kesehatan.dari data kasus kronis dapat ditentukan angka kesakita
kasus kronis. Penatalaksanaan kasus klinis dilaksanakan pada semua kasus
yang ditemukan untuk mencegah dan membatasi kecacatan.
Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian obat dan perawatan.
4. Pelaksanaan Kegiatan Promosi
Kegiatan promosi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai penyebab, cara penularan dan upaya pencegahan
serta pemberantasan filariasis. Kegiatan dapat promosi dilakukan melalui
28 penyuluhan, pendidikan, pelatihan, sosialisasi, distribusi informasi, dan
penyelenggaraan eliminasi filariasis.
17
yang tinggal di daerah dengan kepadatan filaria tertentu akan diberi obat
sehingga kepadatan filarial di daerah tersebut akan menurun. Pemeriksaan
darah lebih dahulu yang dimaksudkan untuk menemukan penderita yang
akan diobati tidak bermanfaat, karena tidak semua penderita menunjukkan
mikrofilaria positif dalam test darah malamnya.
22
A. Pengkajian
1. Data
Pengkajian adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perawat
untuk mengenal masalah pasien agar dapat menjadi pedoman dalam
melakukan tindakan keperawatan. Pada pengkajian pasien Filariasis
didapatkan data sebagai berikut:
a) Data subjektif, yaitu terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki
ke ujung kaki, nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
dan kakinya yang sakit tampak lebih besar dari kaki yang satunya serta
demam berulang selama 4 hari.
b) Data objektif, yaitu tampak meringis ketika berjalan, skala nyeri 7,
nyeri tekan (+), non pitting oedema (+), N: 110 x/mnt, RR 24x/mnt,
TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c Obstruksi kelenjar getah bening pada
daerah tungkai Nyeri, wajah tampak memerah, kulit teraba hangat,
inflamasi pada kelenjar getah bening, susah berjalan.
B. Diagnosa Keperawatan
diagnosa keperawatan ialah pernyataan yang menggambarkan respon
actual dan potensial klien terhadap masalah Kesehatan dimana perawat
mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan penyakit filariasis
ialah:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada
kelenjar getah bening.
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik.
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh.
23
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat susatu proses
keperawatan. Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dibuat untuk
membantu individu (klien) dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke
tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi,
pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta
memilih intervensi keperawatan agar dengan mudah mencapai tujuan.
Intervesi keperawatan adalah suatu proses penyusunan berbagai rencana
tindakan keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah pasien.
Diagnosa tersebut setelah dilakukan keperawatan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam dengan tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan teori. Dan
intervensi dari masing-masing diagnose yang dicantumkan dalam kasus sudah
sesuai dengan yang tercantum dalam terori.
Adapun contoh intervensi keperawatan yang diambil sesuai dengan
diagnosa keperawatan pada penyakit filariasis yaitu:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada
kelenjar getah bening.
a. Observasi
Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan
panas penggunaan incubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine
b. Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
24
D.Implementasi
A.Pengertian implementasi
2.Guntur Setiawan
Ditulis dalam Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, implementasi
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara
tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan
pelaksana birokrasi yang efektif.
4.Syaukani dkk
Menurut Syaukani dkk dalam buku terbitannya tahun 2004, implementasi
adalah pelaksanaan serangkaian kegiatan dalam rangka untuk memberikan
kebijakan publik sehingga kebijakan dapat membawa hasil, seperti yang
diharapkan.
6.Prof. H. Tachjan
Dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan Publik, dijelaskan
bahwa implementasi kebijakan publik adalah proses yang kompleks,
melibatkan dimensi organisasi, kepemimpinan, bahkan manajerial dari
pemerintah sebagai pemegang otoritas. Implementasi ini memegang nilai-
nilai kepercayaan (trust) dan tanggung jawab (responsibility). Kepercayaan
menjadi penting untuk membangun penerimaan masyarakat terhadap suatu
29
1.Ilmu Politik
Implementasi pada bidang ini digunakan untuk merujuk pada peluncuran dan
pelaksanaan undang-undang dan kebijakan publik. Badan legislatif akan
mengesahkan undang-undang, dan lembaga yang bertanggung jawab
kemudian akan melaksanakannya atau menerapkannya.
3.Teknologi Informasi
Dalam konteks teknologi informasi, definisi implementasi biasanya mengacu
pada pemasangan perangkat keras atau sistem perangkat lunak atau aplikasi
baru. Ini juga berarti penyertaan spesifikasi teknis tertentu, komponen
perangkat lunak atau standar perangkat lunak.
4.Bisnis
Dalam bisnis, berbagai jenis rencana dan inisiatif bisnis diimplementasikan.
Rencana implementasi bisnis adalah serangkaian langkah yang diikuti untuk
mencapai tujuan bisnis tertentu, tujuannya bisa berupa manfaat pada
khalayak luas hingga keuntungan bisnis.
B. Tujuan Implementasi
Ilmu Politik
Implementasi pada bidang ini digunakan untuk merujuk pada
peluncuran dan pelaksanaan undang-undang dan kebijakan publik.
Contohnya adalah peluncuran dari implementasi rencana pengesahan
RUU PKS. Setelah resmi disahkan pada April lalu, kini rencana
tersebut mulai diterapkan setelah membutuhkan waktu perundingan
yang cukup lama sekitar enam tahun terus pembahasan.
Teknologi Informasi
Implementasi butuh penyertaan spesifikasi teknis tertentu, komponen
perangkat lunak atau standar perangkat lunak. Misalnya, alat
pengembangan perangkat lunak berisi implementasi bahasa
pemrograman.
Bisnis
Rencana implementasi bisnis adalah serangkaian langkah yang diikuti
untuk mencapai tujuan bisnis tertentu. Dalam mencapai tujuan
keuntungan bisnis contohnya, setelah menggodok rencana pelebaran
selama beberapa bulan, maka waktunya implementasi untuk
31
1.Pengertian Evaluasi
Beberapa informasi yang didapatkan dari proses evaluasi antara lain seperti :
Untuk lebih memahami apa itu evaluasi, mari kita pendapat beberapa ahli di
bawah ini, diantaranya :
A.D Rooijakkers
A.D Rooijakkers menjelaskan bahwa definisi evaluasi adalah suatu usaha dalam
menentukan nilai, yang dilakukan secara khusus berdasarkan data kuantitatif
hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
Sajekti Rusi
Sajekti Rusi menjelaskan bahwa definisi evaluasi adalah proses menilai sesuatu,
yang mencakup deskripsi tingkah laku siswa baik secara kuantitatif
(pengukuran) maupun kualitatif (penilaian).
Anne Anastasi
Anne Anastasi menjelaskan bahwa definisi evaluasi adalah proses penilaian yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan
instruksional dicapai oleh seseorang, sesuai dengan arah dan tujuan kegiatan
tersebut.
Norman E. Gronlund
Abdul Basir
Abdul Basir menjelaskan bahwa arti evaluasi adalah proses pengumpulan data
32
Suharsimi Arikunto
2.Tujuan Evaluasi
Tujuan dilakukannya sebuah evaluasi adalah untuk menilai prestasi yang telah
dan hendak dicapai. Adapun beberapa tujuan evaluasi secara lebih luas
adalah sebagai berikut :
*Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas suatu metode, media, dan
sumber daya lainnya dalam melaksanakan suatu kegiatan.
*Sebagai umpan balik dan informasi penting bagi pelaksana evaluasi untuk
memperbaiki kekurangan yang ada dimana hal tersebut dapat dijadikan
sebagai acuan dalam mengambil keputusan di masa mendatang.
3. Fungsi Evaluasi
Fungsi Selektif
Contohnya seperti saat hendak menerima lamaran pekerjaan yang diajukan oleh
seseorang, atau ketika memberikan promosi kenaikan jabatan pasti akan
dinilai terlebih dahulu segala kelebihan maupun kekurangannya.
2. Fungsi Diagnosa
Fungsi Penempatan
4.Tahap Evaluasi
Menentukan topik evaluasi dalam artian memilih topik apa saja yang akan
dievaluasi, contohnya seperti terhadap rencana atau program kerja, hingga
evaluasi hasil kerja.
3.Pengumpulan data
Yang terakhir adalah membuat laporan hasil evaluasi supaya diketahui oleh
semua pihak yang berkepentingan, dan menjadi acuan untuk proses kerja
yang lebih baik kedepannya.
34
KESIMPULAN
1. Pengetahuan perlu ditingkatkan dengan penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang penyakit kaki
gajah dengan menekankan pada penyebab, cara penularan, gejala-gejala, pengobatan, dan
pencegahan penyakit filariasis limfatik.
2. Mensosialisasikan perilaku yang baik dan benar dalam upaya mencegah penularan penyakit
filariasis limfatik dengan cara menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan cara mengguanakan
obat nyamuk semprot atau bakar, mengoles kulit dengan obat antinyamuk, memberantas nyamuk
dengan cara menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan
nyamuk, dan membersihkan semak sekitar rumah, dan melakukan penyuluhan tentang pengobatan
massal gratis oleh tenaga kesehatan dan mengajak seluruh masyarakat mengikuti pengobatan
massal, mengingat Desa Bongas termasuk ke dalam daerah endemis, sehingga penyakit filariasis
dapat diberantas.
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan oleh cacing
filarial dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut
hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang,
peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan
dengan tujuan menghentikan transmisi penularan, diperlukan program yang berkesinambungan
dan memakan waktu lama karena mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup lama.
Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat Puskesmas untu penemuan
dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan fiilariasis.
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara
pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam
hari di dalam rumah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan
menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat perindukan
nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan membunuh larva dengan
larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine citrate.
35
B. SARAN
1.Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang filariasis dan mengajak masyarakat untuk
lebih aktif dalam kegiatan kerja bakti pemberantasan sarang nyamuk, mengubah paradigma
masyarakat agar pengobatan filariasis langsung ke rumah sakit.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat meningkatkan promosi
kesehatan yang lebih baik, seperti penyuluhan door to door, penyebarluasan leaflet dan
pemasangan poster tentang filariasis, kemudian mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi
adanya larva infektif dalam nyamuk dengan menggunakan umpan manusia, mengidentifikasi
waktu dan tempat menggigit nyamuk serta tempat perkembangbiakannya dengan penyemprotan
menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu,
memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat perindukan nyamuk dan memberikan
obatobatan filariasis agar masyarakat bisa terhindar dari filariasis.
3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih
mendalam lagi dengan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian filariasis.
36
DAFTAR PUSATAKA
Masrizal Masrizal
Dina Agustiantiningsih
Aeda Ernawati
Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK 13 (2), 105-114,
2017