Anda di halaman 1dari 36

FILARIASIS

DISUSUN

OLEH :

KELOMPOK 4 / TINGKAT 2A

1. NURUL HANISAH ( 2115027)

2. NUR FAHIRA WULANDARI.P ( 2115023)

3. NUR INDRAWATI ( 2115024)

4. MU. ASQALANY IMRAN ( 2115122)

DIII KEPERAWATAN

AKPER MAPPAOUDANG

MAKASSAR TAHUN AJARAN

2021-2021
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah yang
berjudul “Filariasis” dapat tersusun dengan baik dan dapat disajikan dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya


masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat penulis harapkan, demi
untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Demi kelancarannya mengerjakan tugas ini saya ucapkan terima kasih


kepada Kedua orang tua saya yang telah memberikan motivasi dan dosen mata
kuliah keperawatan dasar yang telah memberikan bimbingannya serta semua
teman – teman yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua,
dan akhirnya mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin ya robbal
‘alamin.

Makassar, 20 September 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

Judul.......................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................3
Bab i pendahuluan ............................................................................
Bab ii keperawatan dasar...................................................................
Bab iii.....................................................................................................
A.Kesimpulan....................................................................................
B.Saran..............................................................................................
Laporan Pendahuluan Filariasis........................................................4
A. Definisi............................................................................................4
B. Etiologi............................................................................................5
C. Manifestasi Klinis............................................................................8
D. Patofisiologi.....................................................................................10
E. Komplikasi.......................................................................................11
F. Pemeriksaan diagnostik....................................................................12
G. Penatalaksanaan...............................................................................13
H. upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit filariasis...........14
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Filariasis......................22
A. Pengkajian....................................................................................................22
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................22
C. Intervensi.........................................................................................23
D. Implementasi....................................................................................28
E. Evaluasi.............................................................................................31
F. Kesimpulan.......................................................................................34
G. Saran.................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................36
4

LAPORAN PENDAHULUAN FILARIASIS

A. Definisi

Filariasis, atau yang lebih dikenal dengan kaki gajah, adalah penyakit
parasit yang disebabkan oleh cacing filaria. Cacing dengan bentuk seperti
benang ini hidup pada sistem limfatik (kelenjar getah bening) manusia. Itulah
mengapa penyakit ini juga disebut dengan lymphatic filariasis. Di dalam
sistem limfatik, cacing akan memengaruhi sistem imun tubuh dan
menyebabkan infeksi. Penyakit ini membuat beberapa bagian tubuh Anda
membengkak, terutama pada kaki, lengan, dan alat kelamin luar. Namun, tak
menutup kemungkinan payudara juga akan membengkak. Filariasis termasuk
penyakit kronis yang bisa memberikan efek jangka panjang. Anda akan
mengalami nyeri dan pembengkakan tubuh dalam waktu yang lama hingga
kehilangan kemampuan seksual.
Filariasis atau lebih dikenal elephantiasis (kaki gajah) adalah penyakit
akibat nematode yang seperti cacing yaitu wuchereria bancrofti. Brugia malayi
dan brugia timon yang dikenal sebagai filaria. Infeksi ini biasanya terjadi pada
saat kanak-kanak dan manifestasi yang dapat terlihat mucul belakangan,
menetap dan menimbulkan ketidak mampuan menetap.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematode
yang tersebar dindonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan
kematian, tetapi dapat menurunkan produktifitas penderitanya karena
5

timbulnya gangguan fisik penyakit ini jarang terjadi pada anak karena
manifestasi klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi gejala
pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembulu limfe
yang biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun setelah terpapar parasit selama
bertahun-tahun. Oleh karena itu filariasis sering juga disebut kaki gajah.
Akibat paling vatal bagi penderita adalah kecacatan permanen yang sangat
mengganggu produktifitas.

B. Etiologi
Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis
filaria pada pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang
ke orang lain melalui gigitan nyamuk. Walaupun menyerang pembuluh getah
bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh darah penderita kaki gajah.
Jika penderita kaki gajah digigit oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa
bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Lalu bila nyamuk ini
menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk akan masuk ke dalam
pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut. Cacing filaria
kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan menyumbat
peredaran getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.
Penyakit filariasis dsebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di
dalam saluran kelenjar getah bening (limfatik) dan anak cacing disebut
mikrofilaria hidup di dalam darah. Mikrofilaria berada pada darah perifer pada
malam hari, ada 3 jenis spesies cacicng filariasis di Indonesia yaitu
Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori.
1. Wuchereria Bancrofti
Pada spesies ini cacing dewasa menyebabkan filariasis brancrofti,
dan mikrofilaria dapat menimbulkan occult filariasis. Parasit ini tersebar
luas di daerah tropis dan subtropis yaitu di Afrika, Amerika, Eropa dan
Asia termasuk di Indonesia. Cacing dewasa berbentuk seperti rambut dan
berwarna putih susu, mempunyai panjang sekitar dua spikulum yang tidak
sama panjang. Untuk cacing jantan mempunyai panjang sekitar 10 cm dan
6

mempunyai ekor yang runcing. Cacing dewasa hidup dalam saluran dan
kelenjar limfe (limfatik), tidak ada hewan yang bertindak sebagai
reservoir. Larva filaria atau yang biasa disebut mikrofilaria mudah
ditemukan dalam darah perifer atau darah tepi pada malam hari, yang
mempunyai panjang sampai 300 mikron dan lebar 8 mikro, mempunyai
selubung hialin dengan inti sel somatik berbentuk granul yang tersusun
tidak mencapai ujung ekor.
Filariasis bancrofti umumnya bersifat periodik nokturnal, sehingga
mikrofilaria hanya ditemukan dalam darah perifer pada malam hari.
Didaerah pasifik mikrofilaria lebih banyak ditemukan pada siang hari dan
malam hari, walaupun di Thailand ditemukan mikrofilaria yang bersifat
subperiodik nokturnal. Pada spesies Wuchereria Bancrofti, manusia
merupakan satu-satunya host defenitif dan nyamuk yang bertindak sebagai
vektor dalah dari genus Culex, Aedes, dan Anopheles.
2. Brugia Malayi
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada
manusia. Pada brugia yang zoonotik, selain manusia juga berbagai hewan
mamalia dapat bertindak sebagai hospes defenitifnya (hospes cadangan,
reservoir host). Periodisitas Brugia Malayi bermacam-macam, ada yang
nokturnal periodik, nokturnal subperiodik atau non periodik. Nyamuk
yang menjadi vektor penularnya adalah Anopheles (vektor brugiasis non
zoonotik) atau Mansonia (vektor brugiasis zoonotik).
Filariasi malayi disebakan oleh disebabkan oleh brugiamalayi.
Periodisitas mikrofilaria B. Malayi adalah periodik nokturna, sub perodik
nokturna, atau non periodik. Periodisitas mikrofilaria yang bersarung dan
berbentuk kasini, tidak senyata periodisitas W.Bansofti. Sebagai hospes
sementara adalah nyamuk mansomia, anopeles, amigeres. Dalam tubuh
nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva impektif dalam waktu 6-12
hari. Ada peneliti yang menyebutkan bahwa masa pertumbuhanya di
dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3
7

bulan. Di dalam tubuh manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini juga
sama dengan perkembangan W. Bansoft
3. Brugia Timori
Pada spesies Brugia Timori hanya terdapat di Nusa Tenggara
Timur, Maluku Tenggara dan beberapa daerah lain. Umumnya bersifat
periodik nokturnal dan nyamuk yang menularkannya adalah Anopheles
Barbirostis.
Filariasis timori disebabkan oleh pilariatipetimori. filaria tipe ini
terdapat di timor, pulau rote, flores, dan beberapa pulau disekitarnya.
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan dikelenjar limfe. Pagetornya
adalah anopeles barberostis. Mikro filarianya menyerupai mikro filaria
brugiamalayi, yaitu lekuk badanya patah-patah dan susunan intinya tidak
teratur, perbedaanya terletak dalam: 1. Panjang kepala = 3 x lebar kepala;
2. Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, yang ukuranya lebih kecil
daripada inti-inti lainya dan letaknya lebih berjauhan bila dibandingkan
dengan letak inti tambahan. Sarungnya tidak mengambil warna pulasan
gamesa; ukuranya lebih panjang daripada mikrofilaria berugiamalayi.
Mikrofilaria bersifat periodik nokturna.

Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit


kaki gajah jika:
1. Tinggal di lingkungan endemik kaki gajah.
2. Tinggal di lingkungan yang tingkat kebersihannya buruk.
3. Sering digigit nyamuk atau tinggal di lingkungan yang banyak nyamuk.

Wuchereria bancrofti merupakan cacing dewasa berwarna putih, kecil


seperti benang. Cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan cacing
betina berukuran dua kali cacing jantan yaitu 80-100 mm x 0,2-0,3 mm.
Manusia merupakan satu-satunya hospes yang diketahui. Penularan nyamuk
melalui proboscis (labela) sewaktu gigitan nyamuk yang mengandung larva
inefektif. Larva akan terdeposit di kulit, berpindah kepembuluh limfa
8

berkembang menjadi cacing dewasa selama 6-12 bulan, dan menyebabkan


kerusakan dan pembesaran pembuluh limfe.

Filariasis dewasa hidup beberapa tahun di tubuh manusia. Selama periode


tersebut filarial berkembang menghasilkan jutaan microfilaria (umur 3-36
bulan) yang belum masak, beredar di daerah perifer dan dapat dihisap oleh
nyamuk yang kemudian menularkan kemanusia lain (Nurarif & Kusuma,
2015, p. 144). Cacing panjang halus seperti benang yaitu: filariasis yang
disebabkan oleh Wuchereria Bancrofti, (filariasis Bancrofti), filariasis yang
disebabkan oleh brugia malayi (filariasis malayi, filariasis brugia), filariasis
yang disebabkan oleh brugia timori.

C. Manifestasi Klinis
Sesuai namanya, gejala utama kaki gajah adalah pembengkakan pada
tungkai. Selain di tungkai, pembengkakan juga bisa terjadi di bagian tubuh
lainnya, seperti lengan, kelamin, dan dada. Kulit pada tungkai yang bengkak
akan menebal, kering, menjadi lebih gelap, pecah-pecah, dan terkadang
muncul luka. Sayangnya, tungkai yang sudah mengalami pembengkakan dan
perubahan kulit tidak dapat kembali seperti semula. Pada kondisi ini, kaki
gajah sudah memasuki fase kronik.
Pada awal penyakit, penderita kaki gajah biasanya tidak mengalami gejala
apa pun. Hal ini menyebabkan penderita tidak sadar telah tertular penyakit
kaki gajah (filariasis), sehingga terlambat melakukan penanganan. Peradangan
pembuluh atau kelenjar getah bening juga dapat muncul di fase awal, berupa
pembengkakan setempat pada pembuluh dan kelenjar getah bening.
Adapun yang mengatakan tanda dan gejala filariasis yaitu :
1. Demam
Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Demam juga biasanya
akan muncul secara berulang. Ketika Anda mengistirahatkan tubuh, demam
akan hilang. Namun, ketika melakukan berbagai kegiatan berat, demam
akan kembali muncul.
9

2. Kedinginan
Selain demam, Anda biasanya akan merasa kedinginan atau meriang.
Kondisi ini biasanya kambuhan dan diikuti dengan demam.
3. Sakit kepala
Filariasis kronis juga ditandai dengan sakit kepala. Rasa sakit ini
umumnya cukup sering muncul berbarengan dengan demam.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pembengkakan ini biasanya muncul di daerah lipatan paha dan ketiak.
Umumnya, pembengkakan ini akan terlihat kemerahan, terasa panas, dan
nyeri.
5. Radang saluran kelenjar getah bening
Biasanya kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit yang menjalar
dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. Jika Anda merasakan ciri-ciri
penyakit kaki gajah yang satu ini, jangan disepelekan dan segera
periksakan ke dokter.
6. Abses filarial
Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah bening yang membengkak
pecah dan mengeluarkan darah serta nanah. Kondisi ini menandakan bahwa
infeksi mulai menyebar.
7. Pembengkakan dini
Pada filariasis kronis, tungkai, lengan, buah dada, dan skrotum akan
terlihat kemerahan dan sedikit membengkak. Selain itu, Anda juga akan
merasakan sensasi panas di beberapa bagian ini. Kondisi ini menjadi tanda
yang cukup jelas bahwa Anda terinfeksi kaki gajah. Sementara itu, untuk
gejala filariasis atau kaki gajah kronis, Anda mengalami pembengkakan
yang permanen dengan ukuran cukup besar pada:
a) Kaki
b) Kelamin
c) Payudara
d) Lengan
10

e) Bagian tubuh yang terinfeksi akan membengkak, terasa nyeri, dan


kehilangan fungsi secara bertahap akibat infeksi pada sistem limfatik
(limfedema).

Selain itu, kulit tubuh Anda juga biasanya akan terpengaruh dan ditunjukkan
dengan berbagai gejala seperti:

a) Kering
b) Tebal
c) Luka
d) Berwarna lebih gelap dari biasanya
e) Berbintik-bintik

Pada pria, infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan dan hidrokel


pada skrotum. Dikarenakan filariasis memengaruhi sistem kekebalan tubuh,
pengidapnya juga berisiko tinggi terkena infeksi lainnya.

D. Patofisiologi

Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembulu getah


bening akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh
mikrofilaria. Cacing dewasa hidup dipembuluh getah bening aferen atau sinus
kelenjar getah bening dan menyebabkan pelebaran pembulu getah bening dan
penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan magrofag
didalam dan sekitar pembuluh getah bening yang mengalami inflamasi
bersama dengan proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang, menyebabkan
berliku-likunya sistem limfatik dan kerusakan atau inkompetensi katup
pembuluh getah bening. Limfedema dan perubahan kronik akibat statis
bersama edema keras terjadi pada kulit yang mendasari. Perubahan-perubahan
yang terjadi akibat filasriasis ini disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini
dan oleh respon imun yang menyebabkan pejamu terhadap parasit. Respon
imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa dan proliferasi yang
menyebabkan obstruksi total getah bening.
11

Adapun cara penularan filariasis yaitu :

Penularan parasit terjadi melalui vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan
manusia atau hewan kera dan anjing sebagai hospes definitif. Pada saat
nyamuk menghisap darah manusia/hewan yang mengandung melepasnya
selubung kemudian menembus dinding lambung nyamuk bergerak
mikrofilaria akan terbawa masuk ke dalam lambung nyamuk dan menuju otot
atau jaringan lemak di bagian dada. Mikrofilaria akan mengalami perubahan
bnetuk menjadi larva stadium I (L1), bentuknya seperti sosis berukuran 125-
250µm x 10-17 µm dengan ekor runcing seperti cambuk setelah 3 hari. Larva
tumbuh menjadi larva stadium II (L2) disebut larva preinfektif yang berukuran
200-300 µm x 15-30 µm dengan ekor tumpul atau memendek setelah 6 hari.
Pada stadium II larva menunjukkan adanya gerakan. Kemudian larva tumbuh
menjadi larva stadium III (L3) yang berukuran 1400 µm x 20 µm/ larva
stadium L3 tampak panjang dan ramping disertai dengan gerakan yang aktif
setelah 8-10 hari pada spesies Brugia dan 10-14 hari pada spesies Wuchereria
Bancrofti. Larva stadium III (L3) disebut sebagai larva infektif. Apabila
seseorang mendapat gigitan nyamuk infektif maka orang tersebut berisiko
tertular filariasis. Pada saat nyamuk infektif menggigit manusia, maka larva
L3 akan keluar dari probosisnya dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan
nyamuk kemudia menuju sistem limfe. Larva L3 Brugia Malayi dan Brugia
Timori akan menjadi cacing dewasa dalam kurun waktu 3,5 bulan, sedangkan
Wuchereria Bancrofti memerlukan waktu lebih 9 bulan.

E. Komplikasi
Jika tidak ditangan dengan serius penyakit ini dapat menimbulkan
Hidrokel membesar, adapun dapat menimbulkan penyakit berupa infeksi.
Tanpa perawatan medis yang tepat dan cepat, penyakit kaki gajah ini akan
menimbulkan sederet masalah lainnya. berikut komplikasi lain yang bisa
disebabkan oleh filariasis:
12

1. Cacat atau Disabilitas. Komplikasi yang paling umum dari kaki gajah
adalah ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas, seperti biasanya
karena pembengkakan yang ekstrem. Contohnya, rasa sakit dan bengkak
ini akan membuat pengidapnya sulit melakukan pekerjaan sehari-hari.

2. Infeksi Sekunder. Infeksi sekunder, seperti infeksi jamur dan bakteri juga
sering dialami pengidap kaki gajah karena kerusakan pada sistem getah
bening.

3. Depresi. Kaki gajah dapat menyebabkan pengidapnya khawatir akan


penampilan mereka. Nah, hal inilah yang bisa meningkatkan kecemasan
dan depresi dalam hidupnya.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinik. Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut
dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate). Pada keadaan
amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis
adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang dan
gejala menahun.
2. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya
mikrofilaria pada pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari.
Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100
mg. Dari mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species cacing
filaria.
3. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan
kelenjar limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang
bergerak-gerak (filarial dance sign). Pemeriksaan limfos intigrafi dengan
13

menggunakan dekstran atau albumin yang dilabel dengan radioaktif akan


menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik, sekalipun pada
penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.

G. Penatalaksanaan

Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik


untuk filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan
mikrofilarisidal. Obat ini ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat,
tetapi memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara.
Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada
berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria
transien, alergi, muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa
demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel,
funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam
setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi
pada penderita mikrofilaremik.

Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis


pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu dan
sering ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini
dapat diatasi dengan obat simtomatik. Reaksi samping ditemukan lebih berat
pada pengobatan filariasis brugia, sehingga dianjurkan untuk menurunkan
dosis harian sampai dicapai dosis total standar, atau diberikan tiap minggu
atau tiap bulan. Karena reaksi samping DEC sering menyebabkan penderita
menghentikan pengobatan, maka diharapkan dapat dikembangkan penggunaan
obat lain (seperti Ivermectin) yang tidak/kurang memberi efek samping
sehingga lebih mudah diterima oleh penderita.

DEC tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan


peroral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak
dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih. DEC tidak
14

diberikan pada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan
penderita sakit berat atau dalam keadaan lemah. Pada filariasis bancrofti,
Dietilkarbamasin diberikan selama 12 hari sebanyak 6 mg/kg berat badan,
sedangkan untuk filariasis brugia diberikan 5 mg/kg berat badan selama 10
hari. Pada occult filariasis dipakai dosis 5 mg/kg berat badan selama 2¬3
minggu. Pengobatan sangat baik hasilnya pada penderita dengan
mikrofilaremia, gejala akut, limfedema, chyluria dan elephantiasis dini. Sering
diperlukan pengobatan lebih dari 1 kali untuk mendapatkan penyembuhan
sempurna. Elephantiasis dan hidrokel memerlukan penanganan ahli bedah.

Pengobatan nonfarmako pada filariasis adalah istirahat di tempat tidur,


pengikatan di daerah pembendungan untuk mengurangi edema, peninggian
tungkai, perawatan kaki, pencucian dengan sabun dan air, ekstremitas
digerakkan secara teratur untuk melancarkan aliran, menjaga kebersihan kuku,
memakai alas kaki, mengobati luka kecil dengan krim antiseptik atau
antibiotik, dekompresi bedah, dan terapi nutrisi rendah lemak, tinggi protein
dan asupan cairan tinggi.

Dalam pelaksanaan pemberantasan dengan pengobatan menggunakan


DEC ada beberapa cara yaitu dosis standard, dosis bertahap dan dosis rendah.
Dianjurkan Puskesmas menggunakan dosis rendah yang mampu menurunkan
mf rate sampai < 1%. Pelaksanaan melalui peran serta masyarakat dengan
prinsip dasa wisma. Penduduk dengan usia kurang dari 2 tahun, hamil,
menyusui dan sakit berat ditunda pengobatannya. DEC diberikan setelah
makan dan dalam keadaan istirahat.

H. Upaya Pemerintah dalam Menanggulangi Penyakit Filariasis


Program eliminasi filariasis di Indonesia dilaksanakan atas dasar ksepatan
Global yang telah dicapai dengan dicetuskannya resolusi oleh World Helath
Assembly (WHA) pada 13 mei 1997. Menindaklanjuti resolusi tersebut, maka
pada tahun 2000 WHO mendeklarasikan “The Global of Elimination of
Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by 2020”. Indonesia
15

merupakan salah satu negara yang menyepakati kesepakatan tersebut dan


menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu program prioritas
pemberantasan penyakit menular di Indonesia. Program eliminasi ini
dilaksanakan melalui kegiatan :
1. Pengobatan Massal
Pengobatan massal dilakukan pada seua penduduk di daerah
endemisitas dengan menggunakan DEC 6 mg/kg berat badan
dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg setahun sekali selama 5
tahun. Tujuan pengobatan adalah untuk memutus mata rantai penularan,
mengatasi serangan akut serta mencegah akibat lebih lanjut dari filariasis.
Terdapat 2 cara pemberian dosis obat untuk filariasis yaitu :
a) Dosis Massal Dosis pemberian massal dengan DEC memiliki tingkatan
yaitu dosis standar, dosis bertahap, dan dosis rendah.
 Dosis Standar Dalam dosis standar, DEC diberikan 1 kali sehari
dengan dosis 5 mb/kg BB selama 15 hari. Dosis ini untuk
pengobatan 26 filariasis yang disebabkan cacing W. Brancofti dan
10 hari untuk cacing B. Malayi dan B. Timori.
 Dosis Bertahap Dalam dosis bertahap, penduduk yang berusi di
atas 10 tahun diberikan dosis tunggal sehari 1 tablet Filarzan (50
mg DEC), sedangkan penduduk yang berusia di abwah 10 tahun
hanya diberikan ½ tablet. Pemberian ini berlangsung selama 4 hari
dan pengobatan selanjutnya dilakukan dengan pemberian dosis
standar.
 Dosis Rendah Dalam dosis rendah, penduduk yang berusia di atas
10 tahun diberikan dosis tunggal sehari ½ tablet. Sedangkan bagi
penduduk yang berusia dibawah 10 tahun hanya diberikan ¼ tablet.
Pengobatan pada dosis rendah ini hanya dilakukan setiap minggu
selama 6 bulan dan dilanjutkan 4 hari dengan dosis standar.
b) Dosis Individu Dosis yang diberikan untuk individu yaitu 6 mg/kg/BB/
hari selama 12 hari dan diminum setelah makan 3 kali sehari. Efek
samping dari pengobatan dapat timbul beberapa jam setelah minum
16

obat. Adapun efek samping yang dapat muncul antara lain mual,
muntah, pusing, demam tinggi, sakit kepala, dan sakit seluruh badan.
2. Survei Darah Jari
Survei darah jari adalah identifikasi mikrofilaria dalam darah tepi
pada suatu popluasi yang bertujuan untuk menentukan endemisitas daerah
tersebut dan intensitas infeksinya.survei darah jari dilakukan di daerah
yang mempunyai kasus kronis terbanyak. Cara pengambilan sampel
adalah mengumpulkan penduduk sasaran survei yang tinggal di sekitar
kasus kronis yang ada di daerah survei. Pengambilan darah dilakukan pada
pukul 20.00.
3. Penemuan dan penatalaksanaan Kasus Kronis
Survei kasus kronis merupakan cara menemukan kasus kronis.
Apabiila pada daerah ditemukan kasus terbanyak akan dilaksanakan survei
darah jari. Cara menemukan kasus kronis adalah dari laporan masyarakat,
kartu status di Puskesmas dan Rumah Sakit, dan penemuan kasus oleh
petugas kesehatan.dari data kasus kronis dapat ditentukan angka kesakita
kasus kronis. Penatalaksanaan kasus klinis dilaksanakan pada semua kasus
yang ditemukan untuk mencegah dan membatasi kecacatan.
Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian obat dan perawatan.
4. Pelaksanaan Kegiatan Promosi
Kegiatan promosi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai penyebab, cara penularan dan upaya pencegahan
serta pemberantasan filariasis. Kegiatan dapat promosi dilakukan melalui
28 penyuluhan, pendidikan, pelatihan, sosialisasi, distribusi informasi, dan
penyelenggaraan eliminasi filariasis.
17

Program BELKAGA (Bulan Eliminasi Kaki Gajah)


Untuk mempercepat terwujudnya Indonesia bebas Penyakit Kaki Gajah,
pemerintah juga mengadakan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA)
selama 5 tahun (2015-2020), yaitu :
1. Bulan dimana setiap penduduk kabupaten/kota Endemis penyakit Kaki
Gajah serentak minum obat pencegahan
2. Dilaksanakan setiap bulan Oktober selama 5 tahun berturut-turut (2015-
2020)
3. Dicanangkan tanggal 1 Oktober 2015 di Cibinong, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Pada saat bersamaan di provinsi Endemik lainnya dilakukan
pencanangan oleh Gubernur maupun Bupati/ Walikota.
4. Program BELKAGA menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pelaksanaannya memerlukan dukungan kementerian
dan lembaga terkait.

Program BELKAGA ini juga dapat terwujud, dimana program ini


membutuhkan kerjasama dari semua pihak yang berkompeten dibidangnya,
yaitu :
1. Koordinasi dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Monitoring BELKAGA
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2. Pemberian dukungan kebijakan dari Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaan BELKAGA.
3. Sosialisasi dan Advokasi BELKAGA.
4. Mobilisasi Sumber Daya, Anggaran dan Logistik pelaksanaan
BELKAGA.
5. Penggerakan masyarakat untuk minum obat di kabupaten/ kota Endemis
6. Kegiatan lain yang mendukung suksesnya pelaksanaan BELKAGA dalam
koridor peraturan perundangan yang berlaku.

Upaya Berikutnya adalah Gerakan Tepat Pencegahan Dini, dimana


gerakan ini yang dikenal dengan Gerakan 3M ( Menguras-Menutup-
18

Mengubur) selalu pemerintah informasikan kemasyarakat karena selain bisa


mencegah Penyakit Kaki Gajah juga sekaligus untuk mencegah dan
mengurangi meluasnya penyakit DBD di masyarakat.
Uraian Gerakan 3M, Yaitu :
1. Menguras dan Menyikat tempat-tempat penampungan air 1 minggu sekali
2. Mendaur ulang barang-barang bekas atau barang tidak terpakai
3. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

Program Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis (POMP).


Eliminasi Filariasis merupakan salah satu prioritas nasional program program
pemberantasan penyakit menular. Strategi yang diterapkan dalam program
eliminasi filariasis adalah memutuskan mata rantai penularan dengan
pengobatan massal di daerah endemis upaya pencegahan dan membatasi
kecacatan melaui penatalaksanaan kasus klinis filariasis, pengendalian vektor
secara terpadu, memperkuat kerjasama batas daerah dan negara serta
memperkuat surveilans dan mengembangkan penelitian.
Pengobatan massal dilaksanakan di daerah endemis Filariasis yaitu daerah
dengan angka mikrofilaria rate (Mf rate) ≥ 1% dengan unit pelaksanaannya
adalah kabupaten/kota. Pengobatan massal bertujuan untuk mematikan semua
mikrofilaria yang ada di dalam darah penduduk dalam waktu bersamaan
sehingga memutus rantai penularannya. Terdapat 2 hal yang menjadi tujuan,
yaitu menurunkan mikrofilaria rate menjadi < 1% dan menurunkan kepadatan
rata-rata mikrofilaria.
1. Sasaran Pengobatan
Sasaran pengobatan massal dilaksanakan serentak terhadap semua
penduduk yang tinggal di daerah endemis filariasis, tetapi pengobatan
untuk sementara ditunda bagi penduduk yang masuk kriteria sebagai
berikut :
 Anak berusia kurang dari 2 tahun
 Ibu hamil dan ibu menyusui
 Orang yang sedang sakit berat
19

 Penderita kasus kronis filariasis yang sedang dalam serangan akut


 Anak berusia kurang dari 5 tahun dengan marasmus atau kwashiorkor
2. Tenaga Pelaksana Eliminasi
Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) adalah kader yang ditunjuk
untuk melaksanakan kegiatan Pengobatan Massal, TPE dilatih oleh
Puskemas tentang pengertian filariasis, cara pengobatan massal,
pengenalan reaksi pengobatan dan pencegahan. TPE bertanggung jawab
terhadap 20-30 keluarga. Tugas TPE dalam pengobatan massal adalah:
 Melakukan penyuluhan menjelang pengobatan massal.
 Mendata keluarga binaanya dan memberitahukan rencana pelaksanaan
pengobatan massal.
 Menyeleksi dan mencatat umur anggota keluarga binaanya yang akan
diobati.
 Membantu petugas Puskesmas dalam menentukan dosis dan memberi
obat kepada setiap anggota keluarga binaannya serta menyaksikan obat
tersebut diminum.
 Mencatat setiap anggota keluarga binaannya yang minum obat pada
kartu pengobatan.
 Mengawasi dan mencatat reaksi pengobatan yang mungkin timbul
serta melaporkan kepada petugas kesehatan.
3. Jenis dan Pemberian Obat
Pengobatan massal filariasis ini menggunakan kombinasi obat
DEC (Diethylcarbamazine Citrate) 6 mg/kbBB, Albendazole 400 mg dan
Parasetamol 500 mg. Cara kerja DEC adalah melumpuhkan otot
mikrofilaria, sehingga tidak dapat bertahan di tempat hidupnya dan
mengubah komposisi dinding mikrofilaria menjadi lebih mudah
dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh. Setelah diminum, DEC dengan
cepat diserap oleh saluran cerna dan mencapai kadar maksimal dalam
plasma darah setelah 4 jam lalu selanjutnya akan dikeluarkan seluruhnya
dari tubuh bersama air kencing dalam waktu 48 jam.
20

Albendazole dikenal sebagai obat yang digunakan dalam


pengobatan cacing usus (gelang, kremi, cambuk dan tambang).
Albendazole juga dapat meningkatkan efek DEC dalam mematikan cacing
filaria dewasa dan mikrofilaria tanpa menambah reaksi yang tidak
dikehendaki.
Berikut adalah perhitungan dosis obat berdasarkan berat badan dan
umur.
Dosis Obat Berdasarkan Umur dan Berat Badan
Umur DEC Albendazole Paracetamol (500
(Tahun) (100mg) tablet (400 mg) tablet mg) tablet
2-5 1 1 0,25
6-14 2 1 0,5
≥14 3 1 1

Pengobatan massal dengan penggunaan obat-obat tersebut


diberikan hanya sekali setahun selama minimal 5 tahun berturut-turut.
Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di seluruh dunia
bertujuan untuk mengeliminasi filariasis dengan cara menghilangkan
kejadian penularan dari penderita kepada calon penderita filariasis.
Penularan akan menurun atau bahkan tidak terjadi bila jumlah mikrofilaria
yang beredar dalam masyarakat sangat rendah sehingga meskipun ada
nyamuk sebagai vektor, tetapi gigitannya tidak akan mampu menularkan
filariasis karena rendahnya jumlah mikrofilaria dalam darah penderita.
Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis
merupakan tindakan “public health approach”, yang mementingkan
keselamatan rakyat banyak diatas kepentingan individu. Pada kasus
filariasis, hal ini dimungkinkan karena tersedia obat yang efektif dan
relatif aman sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan massal secara
“blanket approach”. Artinya; obat diberikan kepada setiap orang dalam
satu wilayah tanpa memeriksa satu per satu lebih dahulu untuk
menentukan apakah seseorang menderita filariasis atau tidak. Setiap orang
21

yang tinggal di daerah dengan kepadatan filaria tertentu akan diberi obat
sehingga kepadatan filarial di daerah tersebut akan menurun. Pemeriksaan
darah lebih dahulu yang dimaksudkan untuk menemukan penderita yang
akan diobati tidak bermanfaat, karena tidak semua penderita menunjukkan
mikrofilaria positif dalam test darah malamnya.
22

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


FILARIASIS

A. Pengkajian
1. Data
Pengkajian adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perawat
untuk mengenal masalah pasien agar dapat menjadi pedoman dalam
melakukan tindakan keperawatan. Pada pengkajian pasien Filariasis
didapatkan data sebagai berikut:
a) Data subjektif, yaitu terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki
ke ujung kaki, nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
dan kakinya yang sakit tampak lebih besar dari kaki yang satunya serta
demam berulang selama 4 hari.
b) Data objektif, yaitu tampak meringis ketika berjalan, skala nyeri 7,
nyeri tekan (+), non pitting oedema (+), N: 110 x/mnt, RR 24x/mnt,
TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c Obstruksi kelenjar getah bening pada
daerah tungkai Nyeri, wajah tampak memerah, kulit teraba hangat,
inflamasi pada kelenjar getah bening, susah berjalan.

B. Diagnosa Keperawatan
diagnosa keperawatan ialah pernyataan yang menggambarkan respon
actual dan potensial klien terhadap masalah Kesehatan dimana perawat
mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan penyakit filariasis
ialah:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada
kelenjar getah bening.
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik.
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh.
23

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun,


lesi pada kulit.

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat susatu proses
keperawatan. Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dibuat untuk
membantu individu (klien) dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke
tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi,
pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta
memilih intervensi keperawatan agar dengan mudah mencapai tujuan.
Intervesi keperawatan adalah suatu proses penyusunan berbagai rencana
tindakan keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah pasien.
Diagnosa tersebut setelah dilakukan keperawatan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam dengan tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan teori. Dan
intervensi dari masing-masing diagnose yang dicantumkan dalam kasus sudah
sesuai dengan yang tercantum dalam terori.
Adapun contoh intervensi keperawatan yang diambil sesuai dengan
diagnosa keperawatan pada penyakit filariasis yaitu:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada
kelenjar getah bening.
a. Observasi
 Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan
panas penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
b. Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
24

 Basahi dan kipasi permukaan tubuh


 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
c. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2. Nyeri kronis berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe.


a. Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
25

 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu


ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik.


a. Observasi
 Identifikasi fungsi marah, frustrasi, dan amuk bagi pasien
 Identifikasi hal yang telah memicu emosi
b. Termpeutik
 Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
 Buat pernyataan suporlif atau empati selama fase berduka
 Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis. merangkul,
menepuk-nepuk)
 Tatap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika
pertu
 Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
c. Edukasi
 Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis. ansietas,
marah, sedih)
26

 Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan


pola respons yang biasa digunakan
 Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
d. Kolaborasi
 Rujuk untuk konseling, jika perlu

4. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan pembengkakan pada


anggota tubuh.
a. Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
 monitor frekuensi jantung dan tanda-tanda vital sebelum memulai
mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
b. Terapeutik
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatan
pergerakan
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun,


lesi pada kulit.
a. Observasi
27

 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan


sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
b. Terapeutik
 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
 Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang. jka pertu
 Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c. Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimai 30 saat berada di
luar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
28

D.Implementasi

A.Pengertian implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), implementasi memiliki makna


pelaksanaan atau penerapan. Hal ini berkaitan dengan suatu perencanaan,
kesepakatan, maupun penerapan kewajiban. Sementara, Nurdin Usman
dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum
(2002) menuliskan makna implementasi sebagai suatu tindakan atau
pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.


Menurut Nurdin, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan
yang terencana untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, implementasi
adalah tindakan yang harus mengikuti pemikiran awal agar sesuatu benar-
benar terjadi.

Adapun beberapa pengertian implementasi menurut para ahli :

1.Purwanto dan Sulistyastuti


Dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan (1991), dituliskan bahwa implementasi memiliki
inti pengertian sebagai kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan
(to deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementor kepada
kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan
kebijakan

2.Guntur Setiawan
Ditulis dalam Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, implementasi
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara
tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan
pelaksana birokrasi yang efektif.

3.Browne dan Wildavsky


Buku karangan Usman juga menampilkan pendapat dari kedua tokoh ini,
yakni dalam implementasi sederhana, implementasi bisa diartikan eksekusi
atau aplikasi. Browne dan Wildavsky berpendapat bahwa "implementasi
adalah perluasan aktivitas menyesuaikan satu sama lain".

4.Syaukani dkk
Menurut Syaukani dkk dalam buku terbitannya tahun 2004, implementasi
adalah pelaksanaan serangkaian kegiatan dalam rangka untuk memberikan
kebijakan publik sehingga kebijakan dapat membawa hasil, seperti yang
diharapkan.

5.Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier


Sementara itu, dalam Wahab (2005: 65), Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
Sabatier menguji hal ini dengan memverifikasi pemahaman tentang apa yang
akan terjadi setelah suatu keputusan ditetapkan, atau dengan merumuskan
fokus kebijakan implementasi.

6.Prof. H. Tachjan
Dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan Publik, dijelaskan
bahwa implementasi kebijakan publik adalah proses yang kompleks,
melibatkan dimensi organisasi, kepemimpinan, bahkan manajerial dari
pemerintah sebagai pemegang otoritas. Implementasi ini memegang nilai-
nilai kepercayaan (trust) dan tanggung jawab (responsibility). Kepercayaan
menjadi penting untuk membangun penerimaan masyarakat terhadap suatu
29

kebijakan publik, sehingga masyarakat mau mendukung pelaksanaan


kebijakan publik tersebut.

Pengertian implementasi berdasarkan bidangnya :

1.Ilmu Politik
Implementasi pada bidang ini digunakan untuk merujuk pada peluncuran dan
pelaksanaan undang-undang dan kebijakan publik. Badan legislatif akan
mengesahkan undang-undang, dan lembaga yang bertanggung jawab
kemudian akan melaksanakannya atau menerapkannya.

2.Ilmu sosial atau kesehatan


Pada bidang ini, implementasi mengacu pada penerapan program dalam
medis. Karena berkaitan dengan kesehatan seseorang, perlu langkah-langkah
khusus yang harus dipatuhi sebagai bagian dari implementasi.

3.Teknologi Informasi
Dalam konteks teknologi informasi, definisi implementasi biasanya mengacu
pada pemasangan perangkat keras atau sistem perangkat lunak atau aplikasi
baru. Ini juga berarti penyertaan spesifikasi teknis tertentu, komponen
perangkat lunak atau standar perangkat lunak.

4.Bisnis
Dalam bisnis, berbagai jenis rencana dan inisiatif bisnis diimplementasikan.
Rencana implementasi bisnis adalah serangkaian langkah yang diikuti untuk
mencapai tujuan bisnis tertentu, tujuannya bisa berupa manfaat pada
khalayak luas hingga keuntungan bisnis.

B. Tujuan Implementasi

Tujuan dari implementasi adalah untuk memastikan bahwa rencana yang


sudah disepakati bisa diterapkan dan membawa dampak yang positif.
Tim yang berkaitan dengan perencanaan implementasi harus dapat
menjawab hal-hal detail tentang suatu rencana yang akan diterapkan,
sebelum akhirnya masuk ke fase eksekusi. Rencana implementasi
akan menjadi kunci untuk menguraikan langkah-langkah yang harus
diambil tim untuk mencapai tujuan atau inisiatif bersama.

Cara yang baik untuk mengetahui apakah rencana implementasi sudah


efektif atau belum adalah dengan menyerahkannya kepada seseorang
di luar tim untuk menilai apakah mereka dapat memahami proyek
secara keseluruhan. Rencana implementasi seharusnya tidak
meninggalkan pertanyaan yang tidak terjawab.

C. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi

Implementasi suatu proyek atau rencana dapat berjalan dengan baik


dengan dipengaruhi beberapa faktor terkait. Beberapa diantaranya
yakni:

Pemahaman Target yang Dituju


Ini adalah hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah proyek.
Diperlukan adanya konsep dan langkah-langkah yang matang dan
harus tercapai untuk mencapai tujuan. Siapa target implementasi yang
dituju? Apakah yang dituju butuh rencana ini dapat
30

diimplementasikan? Contohnya kebijakan publik, apakah masyarakat


memerlukannya? Apakah hal ini mudah dipahami?

Pengadaan Sumber Daya


Penting untuk mencari sumber daya agar mampu menguraikan apa
yang dibutuhkan untuk melaksanakan implementasi. Contohnya
dalam suatu bisnis, jika peralatan tidak memadai ditambah dengan
kualitas kinerja pegawai yang kurang optimal maka rencana bisnis
sebaik apapun tidak akan bisa dieksekusi dengan baik.

Seberapa Detail Menganalisis Resiko


Tim implementasi menggunakan analisis risiko untuk
mengidentifikasi potensi masalah. Jika suatu rencana gagal untuk
diterapkan, lalu apa kemungkinan terburuknya? Bagaimana
penanganannya? Jauh lebih menguntungkan jika dilakukan atau tidak
dilakukan? Jika semua jawaban belum dapat terjawab dengan pasti,
maka rencana harus dipertimbangkan ulang.

Menghargai Waktu Tenggang


Cantumkan waktu penyelesaian yang ditargetkan dan tenggat waktu
untuk mulai implementasi. Hal ini akan berkaitan dengan peran dan
tanggung jawab dari pemangku kepentingan, sebab harus sadar porsi
kerjanya masing-masing agar implementasi dapat berjalan dengan
segera. Meskipun jadwal proyek dapat berubah seiring kemajuan
proyek, penting untuk menggarisbawahi tanggal jatuh tempo yang
diharapkan selama perencanaan implementasi.

Contoh Rencana Implementasi

Ilmu Politik
Implementasi pada bidang ini digunakan untuk merujuk pada
peluncuran dan pelaksanaan undang-undang dan kebijakan publik.
Contohnya adalah peluncuran dari implementasi rencana pengesahan
RUU PKS. Setelah resmi disahkan pada April lalu, kini rencana
tersebut mulai diterapkan setelah membutuhkan waktu perundingan
yang cukup lama sekitar enam tahun terus pembahasan.

Ilmu sosial atau kesehatan


Perlu ada langkah-langkah khusus sebagai bagian dari implementasi.
Contohnya adalah implementasi rencana pemulihan untuk kota yang
mengalami bencana alam, atau pelaksanaan sistem untuk
mengirimkan vaksin COVID-19 ke publik.

Teknologi Informasi
Implementasi butuh penyertaan spesifikasi teknis tertentu, komponen
perangkat lunak atau standar perangkat lunak. Misalnya, alat
pengembangan perangkat lunak berisi implementasi bahasa
pemrograman.

Bisnis
Rencana implementasi bisnis adalah serangkaian langkah yang diikuti
untuk mencapai tujuan bisnis tertentu. Dalam mencapai tujuan
keuntungan bisnis contohnya, setelah menggodok rencana pelebaran
selama beberapa bulan, maka waktunya implementasi untuk
31

pembukaan cabang restoran di beberapa titik.


E.EVALUASI

1.Pengertian Evaluasi

Pengertian evaluasi adalah kegiatan pengumpulan informasi untuk menilai hasil


kerja dari suatu alat, suatu metode atau manusia, yang mana hasilnya akan
menjadi parameter untuk mengambil keputusan untuk kegiatan selanjutnya.
Kegiatan evaluasi dilakukan biasanya dilakukan sebagai acuan untuk
meningkatkan efektivitas dan produktivitas, baik dalam lingkup individu,
kelompok, maupun lingkungan kerja.

Beberapa informasi yang didapatkan dari proses evaluasi antara lain seperti :

-Tingkat pencapaian suatu kegiatan yang sedang berjalan.


-Masalah dan gangguan yang terjadi sejak awal hingga waktu evaluasi.
-Hal yang harus dilakukan di masa mendatang untuk menghindari masalah dan
menjaga produktivitas.

Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli

Untuk lebih memahami apa itu evaluasi, mari kita pendapat beberapa ahli di
bawah ini, diantaranya :

A.D Rooijakkers

A.D Rooijakkers menjelaskan bahwa definisi evaluasi adalah suatu usaha dalam
menentukan nilai, yang dilakukan secara khusus berdasarkan data kuantitatif
hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.

William A. Mehrens dan Irlin J. Lehmann

William A.Mehrens dan Irlin J. Lehmann menjelaskan bahwa arti evaluasi


adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Sajekti Rusi

Sajekti Rusi menjelaskan bahwa definisi evaluasi adalah proses menilai sesuatu,
yang mencakup deskripsi tingkah laku siswa baik secara kuantitatif
(pengukuran) maupun kualitatif (penilaian).

Anne Anastasi

Anne Anastasi menjelaskan bahwa definisi evaluasi adalah proses penilaian yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan
instruksional dicapai oleh seseorang, sesuai dengan arah dan tujuan kegiatan
tersebut.

Norman E. Gronlund

Norman E. Gronlund menjelaskan bahwa definisi evaluasi adalah suatu proses


yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai siswa

Abdul Basir

Abdul Basir menjelaskan bahwa arti evaluasi adalah proses pengumpulan data
32

yang deskriptif, informative, prediktif, dilaksanakan secara sistematik dan


bertahap untuk menentukan kebijaksanaan dalam usaha memperbaiki
pendidikan.

Suharsimi Arikunto

Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa definisi evaluasi adalah serangkaian


kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program
pendidikan.

2.Tujuan Evaluasi

Tujuan dilakukannya sebuah evaluasi adalah untuk menilai prestasi yang telah
dan hendak dicapai. Adapun beberapa tujuan evaluasi secara lebih luas
adalah sebagai berikut :

*Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas suatu metode, media, dan
sumber daya lainnya dalam melaksanakan suatu kegiatan.

*Sebagai pengukur seberapa baik tingkat penguasaan seseorang terhadap


kompetensi yang telah ditetapkan.

*Untuk mengetahui masalah saja yang dialami seseorang dalam kegiatannya


supaya bisa dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedia
teaching.

*Sebagai umpan balik dan informasi penting bagi pelaksana evaluasi untuk
memperbaiki kekurangan yang ada dimana hal tersebut dapat dijadikan
sebagai acuan dalam mengambil keputusan di masa mendatang.

3. Fungsi Evaluasi

Kegiatan evaluasi bermanfaat bagi pihak yang mengevaluasi maupun yang


dievaluasi. Di bawah ini adlaah beberapa fungsi kegiatan evaluasi
diantaranya :

Fungsi Selektif

Kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai metode penyeleksian seseorang


untuk mengetahui kompetensi yang dimilikinya apakah sesuai dengan
standar yang ditetapkan.

Contohnya seperti saat hendak menerima lamaran pekerjaan yang diajukan oleh
seseorang, atau ketika memberikan promosi kenaikan jabatan pasti akan
dinilai terlebih dahulu segala kelebihan maupun kekurangannya.

2. Fungsi Diagnosa

Kegiatan evaluasi digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan


seseorang dalam bidang kompetensi tertentu. Contohnya dalam menilai
kelebihan dan kekurangan seorang siswa dalam bidang studi yang
didapatkannya di sekolah.

Fungsi Penempatan

Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui posisi terbaik seseorang dalam


suatu bidang tertentu. Contohnya ketika menempatkan seorang karyawan
33

sesuai dengan bidangnya di dalam suatu perusahaan.

Fungsi Pengukuran Keberhasilan

Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu


program, termasuk metode yang dipakai, penggunaan sarana, dan
pencapaian tujuan.
Ada beberapa tahapan yang saling mendukung satu sama lain pada proses
evaluasi,

4.Tahap Evaluasi

adapun tahapan-tahapan dalam kegiatan evaluasi antara lain seperti :

1.Menentukan topik evaluasi

Menentukan topik evaluasi dalam artian memilih topik apa saja yang akan
dievaluasi, contohnya seperti terhadap rencana atau program kerja, hingga
evaluasi hasil kerja.

2. Merancang kegiatan evaluasi

Merancang kegiatan evaluasi artinya mengatur proses evaluasi dan kegiatan


evaluasi agar selama proses kedua hal tersebut tidak terjadi penyimpangan
atau melewatkan hal-hal yang penting tanpa disengaja.

3.Pengumpulan data

Pengumpulan data artinya mencatat dan mengumpulkan seluruh informasi sesuai


dengan perencanaan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.

4.Pengolahan dan analisis data

Kegiatan pengolahan dan analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan


data dan menentukan tolak ukur waktu sebagai hasil evaluasi.
Pengelompokan data tersebut juga dilakukan untuk mempermudah proses
analisis data yang ada.

5.Pelaporan hasil evaluasi

Yang terakhir adalah membuat laporan hasil evaluasi supaya diketahui oleh
semua pihak yang berkepentingan, dan menjadi acuan untuk proses kerja
yang lebih baik kedepannya.
34

KESIMPULAN

1. Pengetahuan perlu ditingkatkan dengan penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang penyakit kaki
gajah dengan menekankan pada penyebab, cara penularan, gejala-gejala, pengobatan, dan
pencegahan penyakit filariasis limfatik.

2. Mensosialisasikan perilaku yang baik dan benar dalam upaya mencegah penularan penyakit
filariasis limfatik dengan cara menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan cara mengguanakan
obat nyamuk semprot atau bakar, mengoles kulit dengan obat antinyamuk, memberantas nyamuk
dengan cara menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan
nyamuk, dan membersihkan semak sekitar rumah, dan melakukan penyuluhan tentang pengobatan
massal gratis oleh tenaga kesehatan dan mengajak seluruh masyarakat mengikuti pengobatan
massal, mengingat Desa Bongas termasuk ke dalam daerah endemis, sehingga penyakit filariasis
dapat diberantas.

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan oleh cacing
filarial dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut
hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang,
peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan
dengan tujuan menghentikan transmisi penularan, diperlukan program yang berkesinambungan
dan memakan waktu lama karena mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup lama.
Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat Puskesmas untu penemuan
dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan fiilariasis.
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara
pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam
hari di dalam rumah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan
menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat perindukan
nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan membunuh larva dengan
larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine citrate.
35

B. SARAN

1.Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang filariasis dan mengajak masyarakat untuk
lebih aktif dalam kegiatan kerja bakti pemberantasan sarang nyamuk, mengubah paradigma
masyarakat agar pengobatan filariasis langsung ke rumah sakit.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat meningkatkan promosi
kesehatan yang lebih baik, seperti penyuluhan door to door, penyebarluasan leaflet dan
pemasangan poster tentang filariasis, kemudian mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi
adanya larva infektif dalam nyamuk dengan menggunakan umpan manusia, mengidentifikasi
waktu dan tempat menggigit nyamuk serta tempat perkembangbiakannya dengan penyemprotan
menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu,
memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat perindukan nyamuk dan memberikan
obatobatan filariasis agar masyarakat bisa terhindar dari filariasis.

3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti lebih
mendalam lagi dengan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian filariasis.
36

DAFTAR PUSATAKA

Aryani Rini, (2019), Determinan Filariasis, Uwais Inspirasi Indonesia, sidoarjo


Aprilia Lika, (2021), “Filariasis (kaki gajah)”,
https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-serangga/kaki-gajah-filariasis/,
diakses pada 19 september 2021 pukul 14.11

Dinkes. (2018). “ Bebas Filariasis Tahun 2020”


https://dinkes.tangerangselatankota.go.id/main/news/view/825, diakses
pada 19 september 2021 pukul 14.11
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Masrizal Masrizal

Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas 7 (1), 32-38, 2012

Dina Agustiantiningsih

KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat 8 (2), 2013

Febri Iswanto, Emmy Riyanti, Syamsulhuda Budi Musthofa

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip) 5 (5), 990-999, 2017

Mochamad Setyo Pramono, Herti Maryani, P Wulandari

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 17 (1), 35-44, 2014

Aeda Ernawati

Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK 13 (2), 105-114,
2017

Anda mungkin juga menyukai