Anda di halaman 1dari 82

FUNGI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi

OLEH:

KELOMPOK 9
21 TBIO-5A
NURUL FITRIANI 2130106040

SALSABILA NURANISA 2130106050

DOSEN PENGAMPU:

ERVINA S.Pd. I., M.Pd


Dr. RINA DELFITA, M.Si

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

BATUSANGKAR

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Mikrobiologi yang berjudul "Fungi". Sholawat beserta salam juga kami kirimkan
kepada Nabi Muhammmad Saw, yang telah membawa umat manusia dari alam jahiliah kepada
islamayah seperti pada saat sekarang ini.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Rina Delfita, M.Si, dan Ibu Ervina,
S.Pd. I., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan. Jika ada kritik dan saran dari pembaca kami terima dengan senang hati. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan kita.

Batusangkar, 28 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3

A. Struktur Tubuh Jamur ....................................................................................................... 3


B. Klasifikasi Jamur ............................................................................................................ 10
C. Reproduksi Jamur ........................................................................................................... 19
D. Arti Penting Jamur ......................................................................................................... 22
E. Ayat Al-Qur’an ............................................................................................................... 24
F. Review Jurnal .................................................................................................................. 24
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 30

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikologi adalah ilmu yang mempelajari jamur, berasal dari bahasa Latin yaitu:
mykes = jamur; dan logos = ilmu. Perintis ilmu jamur adalah Pier Antonio Micheli,
seorang ahli tumbuhan berbangsa Italia yang mempelajari jamur dan mempublikasikan
bukunya berjudul Nova Plantarum Genera pada tahun 1729. Penggunaan istilah umum
jamur mencakup semua bentuk yang kecil maupun besar yang disebut kapang,
cendawan, lapuk, kulat dan lain-lain. Dengan demikian jamur itu merupakan nama
taksonomi seperti halnya dengan bakteri, ganggang, lumut-lumutan, dan paku-pakuan.
Jamur adalah suatu tumbuhan yang sangat sederhana, berinti, berspora, tidak
berklorofil, berupa sel atau benang bercabang-cabang dengan dinding dari selulosa
atau khitin atau keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Jamur terbagi dalam dua golongan yaitu jamur yang uniseluler disebut khamir;
contoh Saccharomyces cerevisiae dan yang multiselluler disebut kapang; contoh
Aspergillus fumigatus. Jamur juga terbagi dalam dua golongan berdasarkan ukuran
yaitu mikrofungi merupakan jamur yang strukturnya hanya dapat dilihat dengan
mikroskop dan makrofungi yaitu jamur yang membentuk tubuh buah yang terbagi lagi
dalam dua golongan yaitu jamur-jamur yang dapat dimakan atau disebut Edible
mushroom; contoh Pleurotus ostreatus (jamur tiram), Auricularia auricular (jamur
kuping), dan lain-lain, dan jamur-jamur beracun; contoh Amanita palloides, Rusula
emetika, dan lain-lain (Suryani, 2020).
Pada sistem klasifikasi 2 kingdom, jamur dimasukkan dalam Kingdom Platae.
Namun seiring dengan alat identifikasi yang semakin maju, jamur dipisahkan menjadi
kingdom tersendiri. Jamur juga memiliki akar,batang dan daun yang disebut dengan
talus, yaitu struktur menyerupai akar, batang dan daun pada tumbuhan. syarat tumbuh
jamur adalah tempat yang lembab, pH agak asam dan kaya dengan bahan organik.
Kebanyakan jamur bersifat mesofilik, yaitu tumbuh optimum pada temperatur 20°-
30°C (Budiati, 2009).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan menyusun makalah yang
berjudul "Fungi".

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah pada materi ini yaitu:
1. Bagaimana struktur tubuh jamur?
2. Bagaimana klasifikasi dari jamur?
3. Bagaimana reproduksi jamur?
4. Apa arti penting jamur?
5. Apa ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan materi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:

1. Dapat menjelaskan struktur tubuh jamur.


2. Dapat menjelaskan klasifikasi dari jamur.

3. Dapat menjelaskan reproduksi jamur.

4. Dapat menjelaskan arti penting jamur.

5. Dapat mengaitkan materi dengan ayat Al-Qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Tubuh Jamur


Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang
ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur
menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini
menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik.
Fungi tersusun atas jaringan filamen kecil disebut hifa, berbentuk seperti
benang dan memanjang. Hifa tersebut ada yang memiliki sekat, dan ada yang tidak
memiliki sekat. Hifa yang bersekat memiliki dinding pembatas antara satu sel dengan
sel yang lain, sedangkan hifa tanpa sekat tidak memiliki dinding pembatas, inti sel
terdapat dalam sitoplasma sel. Hifa fungi dapat menyatu satu sama lain, salin jalin
menjalin membentuk massa yang disebut miselium (Gandjar & Sjamsuridzal, 2006).

Gambar 2.1 Struktur Jamur Makro


(Sumber: Pinterest.com)

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai
pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadang kala inti sel
yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, ada pula hifa yang tidak bersepta atau hifa
senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang
tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit

3
biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap
makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
1. Hifa dan Miselium
Jamur terdiri dari struktur somatik atau vegetatif yaitu thallus yang
merupakan filament atau benang hifa, miselium merupakan jalinan hifa. Jamur
terdiri dari dua golongan yaitu yang bersifat unuseluler dikenal sebagai khamir atau
ragi dan yang bersifat multiseluler dikenal sebagai kapang. Sel khamir lebih besar
dari pada kebanyakan bakteri dengan ukuran beragam, biasanya berbentuk telur,
memanjang atau bola. Setiap spesies memiliki bentuk yang khas.
Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa berbentuk tabung
yang dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya bersepta. Fungi yang tidak
bersepta dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di
dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan
fungi yang berseptat disebut monocytic (Madigan et al., 2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang
disebut miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang
menegak menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada
umumnya memiliki pori yang sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan
bahkan nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh
dengan cepat, bertambah satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme
yang tidak bergerak, akan tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu
dengan menjulurkan ujung-ujung hifanya dengan cepat ke tempat yang baru
(Campbell et al., 2012).
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia.
Konidia tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat,
Konidia yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke tanah
dengan bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur yang
disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat menyebar
dengan bantuan angin, hewan, dan air (Madigan et al., 2012).

4
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung
sitosol dan organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi
sitoplasma Filamen dari hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas
terhadap volume sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien
(Willey et al., 2010).

Gambar 2.2 Jenis-jenis Hifa


(Sumber: Supervisor IPA,2018)

Bentuk Hifa ada 3 macam yaitu :


a. Aseptat yaitu Hifa yang tidak bersekat mengandung banyak inti disebut senositik
(coenocytic).
b. Septat dengan sel-sel uninukleat disebut monositik hifa.
c. Septat dengan sel-sel multinukleat.
Diameter Hifa berkisar 3 – 30 µm. Hifa tua mempunyai ketebalan antara
100-150 µm dan pada dinding selnya terdapat senyawa melanin dan lipid yang
berfungsi untuk melindungi sitoplasma dari ultraviolet.
Secara fungsional Hifa terdiri dari:
a. Hifa vegetatif yang umumnya rebah di atas substrat, berfungsi untuk menyerap
nutrisi dari substrat.
b. Hifa fertil yaitu hifa yang tumbuh tegak di atas permukaan substrat berfungsi
untuk reproduksi. Hifa fertil berupa sporangiofor atau konidiofor. Sejalan dengan
pertumbuhannya hifa-hifa bertambah banyak dan membentuk jalinan hifa yang
disebut miselium yang makin lama makin tebal maka terbentuk koloni. Hifa
udara (aerial hypha) atau miselium udara (aerial mycelium).
c. Stolon yaitu hypa panjang menegak yang terdapat pada Rhizopus sp. dan Mucor
sp.
d. Klamidospora adalah sel-sel hifa berdinding tebal dan merupakan sel dominan
dan akan berkecambah bila kondisi lingkungan kondusif.

5
Anastomosis hifa yaitu pertemuan 2 ujung hifa atau ujung hifa satu bertemu
dengan bagian yang menonjol dari sel hifa lain atau pertemuan antara bagian yang
menonjol dari masing-masing sel hifa, kemudian terjadi persatuan sitoplasma dan
inti, selanjutnya membentuk hifa baru dan menjadi jala atau miselium (Modifikasi
ST Chang, Carlie, & Wathmann (1994) dalam Gandjar & Sjamsuridzal, 2006).
Macam-macam Hifa berdasarkan proses pembentukannya:
a. Hifa palsu atau Pseudohifa yaitu hifa yang terbentuk pada jamur uniselluler
(Khamir). Khamir bersifat dimorphism yaitu memiliki 2 fase dalam siklus
hidupnya yaitu fase khamir dan fase hifa yang selanjutnya membentuk
pseudomiselium; contohnya Candida sp, Kluyveromyces sp., dan Pichia sp. Pada
golongan khamir juga ada yang dapat membentuk miselium sejati misalnya pada
Trichosporon sp.
b. Hifa sejati yaitu hifa cendawan berbentuk tabung yang kemudian terbentuk
sekat-sekat/atau tidak terbentuk sekat. Pada setiap sel dari hifa hanya ada satu
inti disebut monokariotik. Bila dalam satu sel selalu ada dua inti disebut hifa
dikariotik. Basidiomycetes mempunyai 3 macam hifa yaitu; Hifa primer yaitu
hifa yang tumbuh dari satu basidiospora dan berinti banyak, selanjutnya
terbentuk sekat-sekat dan setiap sel berinti satu (homokariotik). Hifa sekunder
adalah hifa yang terbentuk dari hasil persatuan antara 2 hifa homokariotik yang
kompatibel. Hifa tertier adalah hifa yang berfungsi sebagai penyangga tubuh
buah, pada ujungnya membentuk lamella dengan basidium yang mengandung
basidiospora.
Miselium adalah kumpulan dari hifa atau filamen yang membentuk koloni.
Miselium jamur tumbuh dengan cepat, seiring disalurkannya protein dan zat-zat lain
yang disintesis oleh fungi melalui aliran sitoplasma ke ujung-ujung hifa yang
menjulur. Jamur memusatkan energi dan sumber dayanya untuk menambah panjang
hifa sehingga meningkatkan seluruh area permukaan absorptif, dan bukan
memperbesar lingkar hifa (Campbell et al., 2012).
2. Dinding Hifa
Dinding Hifa atau dinding sel umumnya terdiri dari selulose (suatu
karbohidrat yang berantai panjang), zat serupa lignin dan beberapa zat organik
lainnya. Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan
polimer glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding

6
sel dalam bentuk ikatan mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal
dinding sel Beberapa polisakarida lainnya, seperti manan, galaktosan, maupun
selulosa dapat menggantikan khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin, penyusun
dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein, lemak, polifosfat,
dan ion anorganik yang dapat mempererat ikatan antar matriks pada dinding sel
(Madigan et al., 2012).
Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-
organel dari lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat memberikan
bentuk. kekuatan seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding
sel fungi juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular.
Lapisan tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya
senyawa metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada proses translokasi.
Komponen lain yang menyusun dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein dan
aglutinan, senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen hitam.
Pigmen tersebut bersifat resisten terhadap enzim lisis, memberikan kekuatan
mekanik dan melindungi sel dari sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan
(Kavanagh, 2010).
3. Membran Hifa
Di bawah dinding sel yang kuat terdapat lapisan yang melindungi isi sel, yaitu
membran sel. Komposisi kimia membran sel fungi diduga terdiri dari senyawa-
senyawa sterol, protein (dalam bentuk molekul-molekul yang amorf), serta
senyawa-senyawa fosfolipid.
4. Kompartemen lain pada Hyfa
Adanya kompartemen pada hifa memudahkan kita mempelajari isi sel fungi
dengan mikroskop elektron. Di samping nukleus sering kali terlihat bentuk-bentuk
ultra struktur seperti mitokondria, reticulum endoplasma, ribosom, apparatus Golgi,
microbodies (peroksisom, glioksisom, hidrogenesom, dan lisosom).
a. Mitokondria terdapat dalam sitoplasma sel fungi berbentuk oval atau
memanjang.
b. Retikulum endoplasma adalah membran yang mengeli-lingi organel-organel
yang hanya terdapat pada golongan eukariot.
c. Ribosom terdapat pada sitoplasma berfungsi untuk sintesis polipeptida, Ribosom
terdapat dalam matriks mitokondria.

7
d. Aparatus Golgi berfungsi dalam sintesis bahan dinding sel yaitu glikoprotein,
menyekresikan bahan-bahan ekstraseluler seperti cell coat pada pembelahan
spora dari suatu sitoplasma yang multiseluler dan menghasilkan vesikel yang
berperan dalam pembentukan dinding sel.
e. Vesikel merupakan struktur berbentuk kantung terdapat pada lokasi-lokasi
pertumbuhan dinding sel, terutama pada hifa apical. Vesikel mengandung bahan-
bahan untuk pembentukan dinding sel. Vesikel juga berperan dalam mengikat zat
warna dan racun serta mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluler. Selain itu ada
vesikel yang sangat kecil yang disebut kitosom, mengandung enzim kitin-sintase
dan berperan dalam membentuk fibril kitin dari prekursornya (Landercker &
Moore, 1996).
f. Microbodies yaitu: peroksisom yang mengandung kata-lase, glioksisom
mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam oksidasi asam lemak dan dalam
siklus glio-oksalat, hidrogenosom mengandung hidrogenase untuk reaksi-reaksi
anaerob dalam sel, lisosom mengatur pemecahan komponen-komponen sel,
misalnya pemecahan septum agar inti sel dapat bergerak dari sel satu ke sel yang
lain dan pada sel yang bersifat parasit untuk memecahkan dinding sel inang
(Landercker & Moore, 1996).
g. Nukleus / Inti jamur mempunyai inti yang lengkap yang kita sebut eukarion, yaitu
inti yang berdinding, mempunyai nucleolus dan bahan inti (kromatin) yang
membentuk kromosom. Pada jamur yang tumbuhnya terdiri dari hifa yang tidak
bersekat (nonseptate), inti tersebar dimana-mana, hifa tersebut dinamakan
senosit (ceonocyt). Sedang pada hifa yang bersekat (septate hypha), pada setiap
sel terdapat satu, dua atau lebih inti.
5. Haustoria
Haustoria yaitu hifa bercabang atau gelembung bertangkai yang terdapat pada
jamur parasit yang dapat menembus dinding sel inang berfungsi untuk absorpsi
makanan dari sel inang.
6. Plectenchym
Yaitu jaringan tenun dari miselium, terdapat dua bentuk yaitu jaringan longgar
disebut prosenchyma dan jaringan padat disebut pseudopharenchyma.
7. Stroma

8
Stroma yaitu suatu anyaman/jalinan hifa yang cukup padat, fungsinya sebagai
bantalan untuk tumbuh bagian-bagian lain.
8. Sklerotium
Sklerotium yaitu anyaman padat serupa rizophor, berfungsi sebagai tempat
melekat.
9. Spora
Spora adalah ujung hifa jamur yang menggelembung membentuk serupa
wadah, sedangkan protoplasmanya menjadi spora, berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan jamur. Spora terbagi dalam dua golongan yaitu: spora aseksual
dan spora seksual.
a. Spora aseksual terdiri dari:
1) Konidiospora atau konidium, terbentuk di ujung di sisi suatu hifa.
2) Sporangiospora, terbentuk dalam suatu kantung yang disebut
sporangium.
3) Oidium atau Oidiospora, terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
4) Klamidospora, terbentuk dari sel hifa somatik.
5) Blastospora, terbentuk pada bagian tengah hifa.

Gambar 2.3 Spora Aseksual


(Sumber: Siswapedia, 2019)

b. Spora seksual terdiri dari:


1) Askospora, terbentuk dalam kandung askus terdapat pada kelas
Ascomycetes.

9
2) Basidiospora, terbentuk dalam struktur yang berbentuk gada disebut
basidium, terdapat pada kelas Basidiomycetes.
3) Zigospora disebut juga gametosit, terbentuk bila dua hifa secara seksual
serasi.
4) Oospora, terbentuk dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium.

Gambar 2.4 Spora Seksual


(Sumber: Rumah Belajar, 2011)

B. Klasifikasi Jamur
Pada sistem taksonomi 2 Kingdom, fungi termasuk ke dalam Regnum
Vegetabile/Plantae namun pada tahun 1969, Robert Whittaker memasukkan Fungi
menjadi kingdom tersendiri. Hal ini dikarenakan Fungi tidak memilikiklorofil (zat
hijau daun) sehingga tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri, berbeda dengan
tumbuhan.
Berdasarkan ukurannya, fungi dibedakan menjadi mikroskopik dan
makroskopik. Fungi mikroskopik berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang dan hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop. Fungi
makroskopik memiliki tubuh buah dan miselia sehingga bisa dilihat dengan mudah
tanpa alat bantu. Salah satu kelompok jamur makroskopis yaitu Basidiomycetes. Jamur
makroskopis atau makrofungi (Basidiomycota), merupakan kelompok utama
organisme pendegradasi lignoselulosa karena mampu menghasilkan enzim-enzim
pendegradasi lignoselulosa seperti selulase, ligninase, dan hemiselulase (Firdhausi et
al., 2018).

10
Klasifikasi fungi adalah pengelompokan jamur berdasarkan kekerabatan yang
dimiliki oleh jamur tersebut. Sebelum 1996, ketika masih ada sistem 5 Kingdom, yaitu
Monera, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia, divisi jamur ada 4, yaitu Ascomycota,
Basidiomycota, Zygomycota, dan Deuteromycota. Namun kemudian 4 divisi tersebut
mengalami perubahan karena fungi memiliki polifiletik, yaitu berasal dari lebih dari
satu nenek moyang.
Sistem klasifikasi fungi berubah dimulai dari penelitian oleh Hibbet et. al
(2007) menggunakan data 6 gen, yaitu LSU, SSU, 5.8S, Tef, RPB1 dan RPB2.
Hasilnya adalah klasifikasi jamur berubah menjadi filum Microsporidia,
Glomeromycota, Chytidiomycota, Neocallimastigomycota, Blastocladiomycota,
Ascomycota dan Basidiomycota. Penelitian Hibbet tersebut didukung oleh penelitian
Zao, et. al (2017) yang meneliti menggunakan analisis poliproteomik fungi (Fitrah
Dewi, 2022).
1. Ascomycota
Jamur Ascomycota terdiri atas 30.000 spesies dan termasuk didalamnya
yaitu yeast (ragi). Jamur ini memiliki dinding sel yang tersusun atas kitin dan tidak
menghasilkan spora berflagel. Reproduksi jamur ini terjadi secara seksual dan
aseksual. Reproduksi seksual melibatkan askogonium dan anteredium, sedangkan
reproduksi aseksual dengan menghasilkan spora yang disebut konidia (Prayitno &
Hidayati, 2017).
Jamur ascomycota memiliki ciri khas adanya askus atau kantung (sac fungi)
sebagai tempat untuk mematangkan spora. Jamur jenis ini dapat ditemukan pada
semua musim, baik pada musim hujan dan bahkan beberapa dapat bertahan pada
musim kemarau. Jamur dari phylum Ascomycota ini menghasilkan badan buah
makroskopis dan dapat ditemukan pada tanah atau kayu yang mati (Hasanuddin,
2014).
Darnetty (2006: 55) menyebutkan bahwa Ascomycota disebut juga sebagai
jamur kantung (sac fungi), hal ini dikarenakan keberadaan askus sebagai ciri khas
dari divisi Ascomycota. Jamur dari divisi Ascomycota dapat ditemukan pada hampir
semua musim di berbagai habitat, namun hanya ada beberapa jenis jamur yang
bertahan hidup pada musim kemarau. Kebanyakan jamur dari divisi Ascomycota
hidup pada tanah atau kayu lapuk dan menghasilkan tubuh buah yang besar.

11
Karakteristik yang membedakan antara Ascomycota dengan jamur dari
divisi lain adalah keberadaaan askus atau disebut juga kantong. Miselium pada
Ascomycota terdiri dari hifa yang berkembang dengan baik, ramping, septet dan
bercabang. Pada bagian tengah terdapat lubang kecil atau pori. Dinding sel hifa pada
Ascomycota sebagian besar terdiri dari kitin, tetapi ada pula beberapa spesies
tertentu yang memiliki kandungan sellulosa pada dinding selnya. Menurut (Gandjar
& Sjamsuridzal, 2006), Ascomycetes dapat dibagi menjadi 3 kelas:
a. Archiascomycetes yang terbagi menjadi 5 ordo yaitu, Pneumocystidales,
Schizosassharomycetales, Neolectales, Protomycetales dan Taphirinales.
Dimana sampai saat ini baru 6 genera yang masuk kedalam kelas tersebut, yaitu:
Pneumocyts, Saitoella, Schizosaccaromyces, Neolecta, Protomyces dan
Taphrina.
b. Hemiascomycetes yang askusnya tidak terbungkus di dalam atau pada tubuh
buah. Secara filogenik kelas ini terdiri dari building yeast dan genera yang yeast-
like seperti Ascoidea dan Cephaloascus. Kelas ini hanya memiliki satu ordo yaitu
Saccaromycetales atau disebut juga Endomycetales.
c. Euascomycetes dapat membentuk askogonia dan askomata dan banyak
menghasilkan hifa apabila tumbuhan pada medium buatan. Beberapa tumbuh
serta kelompok khamir, khususnya khamir hitam. Kelas ini memiliki 3 sub kelas,
yaitu Plectomycetes, Hymnoascomycetes dan Loculascomycetes. Beberapa
contoh jenis jamur dari divisi Ascomycota adalah Striatosphaeria
codinaeaphora dan Sarcoschypa sp. Dapat dilihat pada Gambar 2.5:

Gambar 2.5 Sarcoschypa sp.

Anggota spesies jamur Ascomycota sangat banyak terdapat di alam, beberapa


contoh lain dari jamur Ascomycota yaitu (Prayitno & Hidayati, 2017):
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal
dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast.

12
Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas
(budding). Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20 tunas.
Tunas-tunas tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya.
Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan membentuk askus dan askospora.
Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan
sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa
askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara
langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi
aseksual tidak bisa dilakukan, misalnya bila suplai makanan terganggu atau
lingkungan hidupnya tidak mendukung. Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae
dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan
sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
b. Penicillium sp.
Penicillium hidup sebagai saprofit pada substrat yang banyak
mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat
gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Reproduksi
jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif
(askus).

Gambar 2.6 Penicillium sp.


(Sumber: Pinterest.com)
c. Aspergillus sp.
Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-
alat rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan
kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun
daerah tropis.

13
Gambar 2.7 Jamur Aspergillus sp. pada Jagung

2. Basidiomycota
Jamur Basidiomycota merupakan anggota kingdom Fungi Sub kingdom
Dikarya yang menarik karena beranggotakan jamur yang memiliki badan buah.
Basidiomycota memiliki hifa yang bersekat (septum). Struktur seksual jamur ini
berbentuk cup disebut dengan basidiospora, yang terletak di luar basidium. Tiap
basidium mengandung 2 atau 4 basidiospora, yang masing-masing memiliki satu
inti (haploid). Badan buah yang tampak secara makroskopis sebenarnya adalah
basidiospora yang berkumpul membentuk basidiokarp. Bentuk badan buahnya
beragam, seperti payung, karang, bola. Struktur menyerupai batang disebut stipe,
sedangkan struktur menyerupai tudung disebut cap (Budiati, 2009).
Kelompok fungi Basidiomycita sering disebut jamur oleh orang awam
karena banyak jenis-jenisnya yang karpusnya (tubuh buah) besar dan dapat dilihat
dengan kasat mata (Gandjar & Sjamsuridzal, 2006).
Hal ini didukung pula oleh Darnetty (2006: 101)yang menyatakan bahwa
anggota divisi Basidiomycota dikenal dengan jamur makroskopis, merupakan
kelompok besar dan penting dengan jumlah spesies sekitar 22.000 jenis.
Kebanyakan dari jamur yang kelihatan di lapangan ataupun pada kayu adalah dari
divisi ini. Basidomycota adalah kelompok jamur yang mempunyai arti penting
termasuk spesies yang berbahaya dan bermanfaat.
Kelas Basdiomycetes sendiri dibagi menjadi:
a. Urediniomycetes, terdiri dari ordo Uredinales yang disebut sebagai rust fungi
atau jamur karat. Kebanyakan spesies dari ordo ini bersifat patogen untuk
tanaman dan merupakan organisme obligat.

14
b. Hymenomycetes, terdiri dari ordo Agaricales dan Aphillopharales yang
merupakan jamur yang dapat menghasilkan racun yang berbahaya tetapi
beberapa diantaranya dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
c. Ustilaginomycetes, terdiri dari ordo Ustilaginales yang dikenal sebagai
smutfungi yang bersifat patogen pada tanaman budidaya dan tanaman berbunga.
Sebagai contoh Ustilago violaceae yang menyebabkan smut pada bunga anyelir
(Gandjar & Sjamsuridzal, 2006: 87).

Beberapa contoh jenis jamur dari divisi Basidiomycota adalah Pycnoporus


sanguineus dan Amanita muscaria. Dapat dilihat pada Gambar 2.8:

Gambar 2.8 Pycnoporus sanguineus dan Amanita muscaria

Karakteristik yang dimiliki oleh jamur dari divisi Basidiomycota adalah


memiliki ukuran besar dengan miselium berseptum yang biasanya terlihat jelas dan
berwarna putih, melakukan penetrasi pada substrat serta menyerap bahan makanan.
Tubuh buah dari Basidiomycota disebut dengan Basidiokarp yang memiliki ukuran
bervariasi.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan
sehari-hari adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
a. Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas
lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih
kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi,
tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
jamur ini banyak dibudidayakan.

15
Gambar 2.9 Jamur Merang
(Sumber: Wikipedia)

b. Auricularia polythrica (jamur kuping)


Jamur kuping merupakan jamur saprofit pada kayu yang mati. Tubuh
buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecokelat-
cokelatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun
sekarang sudah banyak dibudidayakan.

Gambar 2.10 Jamur Kuping


(Sumber: Merdeka.com)

c. Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae.
Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota
daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk
membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup
sebagai saprofit pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk
seperti payung.
d. Puccinia graminis (jamur karat)

16
Jamur ini hidup parasit pada daun rumput-rumputan (Graminae),
tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna
merah kecokelatan seperti warna karat.
3. Oomycota
Divisi Oomycota disebut juga sebagai jamur air (the water molds)
dikarenakan sebagian besar anggota divisi jamur ini hidup di air. Oomycota biasa
ditemukan disemua tempat baik air tawar ataupun air laut terutama di muara, sungai,
kolam atau danau yang dangkal dekat pinggir sungai atau dekat pantai, sedangkan
mayoritas jamur Oomycota yang hidup di darat merupakan parasit fakultatif
ataupun parasit khusus pada tanaman berpembuluh (Darnetty, 2006: 134).
Ciri utama dari jamur divisi Oomycota adalah pada proses reproduksinya
jamur ini akan menghasilkan oospora dan zoospora dengan 2 flagellum. Satu
flagellum panjang, berbulu (whiplash), dan mengarah ke depan, sedangkan yang
satu lagi pendek, polos (tinsel) dan mengarah ke belakang.
Oomycota memiliki morfologi yang mirip dengan jamur dan juga
mendapatkan nutrisi dengan cara absorpsi, tetapi hal ini tidak membuat oomycota
memiliki hubungan yang dekat dengan jamur sejati. Oomycota memiliki hubungan
yang erat dengan ganggang sehingga Oomycota dimasukkan kedalam kingdom
Stramenopila (Darnetty, 2006: 131-132).
4. Zygomycota
Zygomycota terdiri atas dua kelas, yaitu Trichomycetes dan Zygomycetes.
Zygomycetes bersifat saprofitik atau haustorial, atau parasitik non haustorial pada
hewan, pada tanaman dan fungi. Trichomycetes adalah simbion di dalam usus,
ataukadang di sekitar daerah anal dari arthropoda yang menempel kepada sel inang
melalui sebuah pegangan atau holdfast selular atau nonselular (Gandjar &
Sjamsuridzal, 2006: 78).
Ciri khas dari divisi Zygomycota adalah jamur pada divisi ini menghasilkan
zigospora yang berdinding tebal pada reproduksi seksual dan pada reproduksi
aseksual, menghasilkan sporangium yang umumnya berbentuk bulat, dibentuk pada
hifa fertil khusus yang disebut sporangiosfor. Sporangium berisi sporangiospora.
Ada pula spesies dengan sporangium berukuran kecil yang terbentuk secara
simultan, disebut sporangiola (Gandjar & Sjamsuridzal, 2006).

17
Zygomycota memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan.
Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:
a. Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid
dan stolon. Merupakan saprofit yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat
dalam pembuatan tempe.

Gambar 2.11 Rhizophus stolonifera


(Sumber: Greenest.com)

b. Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
c. Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofit. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa
makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat.
Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.
d. Pilobolus sp.
Jamur ini sering disebut pelempar topi atau cap thrower, karena bila
sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8
meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika
tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan
berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran.

Gambar 2.12 Pilobolus sp.


(Sumber: Wikipedia)
18
5. Deutromycota
Kelompok ini juga disebut fungi anamorf, fungi imperfekti, fungi konidial,
fungi mitosporik, atau fungi aseksual, dan mencakup 2.600 generadan 15.000
spesies. Banyak spesies yang dimasukkan ke dalam Deutomycota, sesudah
ditemukan fase seksualnya (teleomorf), dimasukkan ke dalam Ascomycota atau ke
dalam Basidiomycota. Deutromycota bukan merupakan kategori taksonomi formal.
Kapang-kapang tersebut bukan merupakan suatu unit monofiletik, tetapi merupakan
fungi yang tidak memiliki fase seksual (Gandjar & Sjamsuridzal, 2006).

C. Reproduksi Jamur
Menurut (Darnetty, 2006) reproduksi jamur secara umum terbagi atas dua tipe
yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual tidak melibatkan persatuan inti yaitu
dengan pembelahan diri ataupun pembentukan tunas sedangkan reproduksi seksual
adanya persatuan dua inti jamur. Secara aseksual jamur dapat tumbuh dari sepotong
miselium, tetapi hal ini jarang terjadi. Perkembangbiakan yang umumnya terjadi pada
jamur adalah pertumbuhan dari spora aseksual.
Spora aseksual jamur diproduksi dalam jumlah banyak, berukuran kecil dan
memiliki bobot yang ringan, dan sifatnya tahan terhadap keadaan kering. Spora ini
dapat dengan mudah beterbangan di udara dan tumbuh menjadi miselium baru
ditempat lain. Pada jamur dikenal beberapa macam spora aseksual, yaitu: konidiaspora
(tunggal = konidium, jamak = konidia), sporangiospora, arthospora, khlamidospora,
blastospora dan zoospora. Blastospora merupakan spora aseksual yang terbentuk pada
khamir, sedangkan zoospore umumnya terdapat pada jamur air (Fardiaz, 1992).
Menurut Sri Harti (2015)adanya reproduksi seksual dan aseksual pada jamur
menjadikan jamur memiliki siklus hidup. Jamur yang menghasilkan spora seksual dan
aseksual disebut telemorphs, sedangkan jamur yang menghasilkan spora aseksual saja
disebut anamorphs, adapun macam-macam spora aseksual adalah sebagai berikut:
1. Conidiospora atau conidia.
2. Sporangiospora, spora yang dibentuk dalam sporangium.
3. Oidia atau arthrospora, spora ini merupakan hasil fragmentasi hifa.
4. Klamidiospora, merupakan spora aseksual berdinding tebal.
5. Blastospora, merupakan spora hasil pembentukan secara kuncup.

19
Reproduksi seksual pada jamur umumnya terjadi setelah beberapa generasi
reproduksi secara aseksual, tetapi jamur yang termasuk dalam Basidiomycetes
biasanya melakukan reproduksi seksual (Fardiaz, 1992).

Gambar 2.13 Pembentukan Spora dan Basidiospora

Pada reproduksi seksual jamur dikenal beberapa jenis spora, diantaranya


sebagai berikut:
1. Ascospora, merupakan spora bersel satu yang dibentuk dari ascus dan dalam setiap
ascus terdapat satu atau beberapa ascospora.
2. Basidiospora, merupakan spora bersel satu yang di atas struktur berbentuk gada
yang disebut basidium.
3. Zygospora, merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk dari ujung-
ujung dua hifa yang serasi yang disebut gametangia.
4. Oospora, merupakan spora hasil terbentuk dari pertemua antara gamet betina dan
gamet jantan sehingga terjadi pembuahan yang menghasilkan oospora (Sri Harti,
2015).
Selanjutnya menurut (Darnetty, 2006), reproduksi seksual pada jamur melalui
3 fase, yaitu:
1. plasmogami, merupakan penyatuan 2 protoplasma yang membawa inti untuk
berdekatan satu sama lain dalam sel yang sama.
2. Karyogami, merupakan penyatuan 2 inti. Pada sebagian besar jamur sederhana
karyogami umumnya terjadi segera setelah plasmogami, tetapi pada jamur yang
lebih kompleks proses plasmogami dan karyogami dipisahkan oleh waktu dan
tempat. Plasmogami ini mengakibatkan sel berinti dua yang mengandung satu inti
20
dari tiap induk yang dinamakan dikaryon. Jika kedua inti ini bersatu maka hifa baru
yang berinti satu disebut monokaryotik.
3. Meiosis, merupakan penurunan jumlah kromosom menjadi haploid.

Gambar 2.14 Reproduksi Seksual dan Aseksual

Pada siklus seksual yang sebenarnya ketiga proses ini terjadi pada tempat
tertentu. Jika hanya satu talus, baik haploid atau diploid dalam siklus hidup jamur,
maka siklus hidup itu dinamakan haplobiontik (haploos = satu, bios = hidup). Akan
tetapi bila talus haploid diselingi dengan talus diploid diselingi dengan talus diploid,
maka siklus hidup ini dinamakan diplobiontik (diploos = dua, bios = hidup). Sejauh
yang diketahui jamur yang mempunyai miselium diplobiontik adalah Oomycetes.
Siklus hidup diplobiontik terjadi pada jamur akuatik Allomyces, Coelomomyces,
parasit nyamuk, beberapa ragi dan kemungkinan pada Plamodiophoromycota.
Reproduksi seksual diawali dari spora yang menyebar di beberapa tempat
dengan bantuan angin. Spora jamur ini akan tumbuh ketika menemukan tempat dan
lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhannya. Spora yang jatuh akan
berkecambah membentuk hifa berupa benang-benang halus. Setelah hifa tumbuh maka
akan terbentuk kumpulan hifa yang membentuk miselium dan akan terbentuk
gumpalan kecil yang menandakan tubuh buah jamur mulai terbentuk dan setelah
muncul tubuh buah akan dijamur sehingga menjadi jamur yang sempurna (Sri Harti,
2015).

21
D. Arti Penting Jamur
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sudah dikenal sejak dahulu, karena
jamur hidupnya kosmopolitan sehingga banyak terdapat pada macam-macam benda
yang berhubungan dengan manusia seperti makanan, pakaian, rumah dan perabotannya
dapat ditumbuhi jamur. Hal tersebut berlaku pula pada tumbuhan dan binatang
peliharaan. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dengan kelembapan
berkisar antara 70-90% dan temperatur rata-rata 30 derajat Celcius. Faktor-faktor
tersebut sangat optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur (Suryani, 2020).
Menurut Fried & Hademenos (2005), fungi memiliki enzim yang dapat
mengubah zat-zat organik yang terdapat dilingkungannya menjadi molekul yang
sederhana agar dapat diserap oleh fungi itu sendiri. Perolehan nutrisi pada fungi terjadi
melalui proses absorbsi dari lingkungan ke dalam tubuh fungi.
Di negara-negara tropis, kontaminasi makanan oleh jamur merupakan masalah
yang sulit diatasi. Jamur yang tumbuh pada makanan tersebut dapat memproduksi dan
mengakumulasikan mikotoksin yang sangat berbahaya bagi hewan maupun manusia.
Dengan sifat jamur yang tidak mempunyai klorofil, maka cara untuk mempertahankan
hidupnya dengan memanfaatkan zat-zat yang sudah ada yang berasal oleh organisme
lain, maka jamur disebut sebagai organisme yang heterotrop. Kalau zat organik yang
diperlukan jamur itu zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pemiliknya maka jamur
semacam itu disebut saproba. Kalau jamur itu hidup pada jasad-jasad lain yang masih
hidup sehingga akibatnya merugikan, maka jamur itu disebut parasit. Jamur merupakan
tumbuhan yang kosmopolitan sehingga tempat hidupnya sangat luas. Udara
merupakan tempat yang penuh oleh spora jamur, umumnya jenis-jenis jamur penyebab
kontaminasi ataupun jenis tertentu penyebab penyakit pada tanaman dan hewan
termasuk manusia. Tanah merupakan tempat yang paling padat oleh bermacam-macam
jenis jamur, dari jamur yang bersifat saprofit ataupun parasit, serta jenis-jenis lain yang
berguna dan bermanfaat. Sekelompok kecil jamur ada juga yang hidup di air, umumnya
penyebab penyakit pada ikan dan tanaman air. Kepentingan jamur di dalam kehidupan
manusia bermacam-macam. Ada yang menguntungkan baik sebagai bahan makanan
secara langsung, seperti beberapa jamur yang sudah dikenal antara lain: mushroom,
champignon, shitake, mouleh, jamur kuping, jamur merang, dan sebagainya, maupun
sebagai bahan makanan secara tidak langsung, misalnya jamur yang aktif di dalam
proses pembuatan jenis makanan fermentasi seperti; oncom, kecap, tempe, sosis, tauco,

22
yoghurt, keju dan sebagainya. Juga minuman fermentasi, seperti; anggur, tuak, bier,
brem, dan sebagainya. Berperan juga di dalam pembuatan obat-obatan, vitamin, asam
amino, hormon, protein dan sebagainya. Ada juga jamur yang merugikan, baik secara
langsung sebagai penyebab penyakit, seperti; panu, kadas, kurap, TBC semu dan
sebagainya. Juga sebagai penghasil senyawa yang bersifat toksik atau racun, misalnya;
aflatoksin, ochratoksin, luteoskirin dan sebagainya (Suryani, 2020).
Penggunaan jamur bagi manusia untuk persiapan makanan atau pelestarian dan
keperluan lainnya sangat luas dan memiliki sejarah panjang. Jamur pertanian dan
mengumpulkan jamur merupakan industri besar di banyak negara. Studi tentang
dampak menggunakan historis dan sosiologis dari jamur ini dikenal sebagai
ethnomycology. Karena kapasitas kelompok ini untuk menghasilkan berbagai besar
produk alami dengan anti mikroba aktivitas biologis atau lainnya, banyak spesies telah
lama digunakan atau sedang dikembangkan untuk industri produksi antibiotik ,
vitamin, dan anti-kanker dan kolesterol-menurunkan obat. Baru-baru ini, metode telah
dikembangkan untuk rekayasa genetika jamur, yang memungkinkan rekayasa
metabolik spesies jamur.
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang
merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi
berbagai jenis antara lain sebagai berikut:
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein
tinggi.
b. Rhizopus sp. dan Mucor sp. berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam
pembuatan tempe dan oncom.
c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e. Higroporus sp. dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai
peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut:
a. Phythophthora infestan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
b. Saprolegnia sp. sebagai parasit pada tubuh organisme air.
c. Albugo sp. merupakan parasit pada tanaman pertanian.
d. Phytium sp. sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.

23
f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

E. Ayat Al-Qur’an
Jamur adalah organisme yang sifat hidupnya parasitik atau saprofitik yang
berperan sebagai pengurai/dekomposer bahan organik. Berkaitan dengan dekomposisi
bahan organik, dalam Al-Qur’an pada surat Az-Zumar ayat 21 Allah SWT berfirman:

‫عا ُّم ْختَ ِلفًا‬


ً ‫ض ث َّم ي ْخ ِرج ِب ِۦه زَ ْر‬ ِ ‫سلَ َكهۥ َي َٰ َن ِبي َع فِى ٱ ْْل َ ْر‬ َّ ‫أَلَ ْم ت ََر أ َ َّن ٱ َّّللَ أَنزَ َل ِمنَ ٱل‬
َ َ‫س َما ٓ ِء َما ٓ ًء ف‬
ِ ‫ط ًما ۚ إِ َّن فِى َٰذَلِكَ لَ ِذ ْك َر َٰى ِْل ۟و ِلى ٱ ْْل َ ْل َٰ َب‬
‫ب‬ َ َٰ ‫صفَ ًّرا ث َّم َيجْ عَلهۥ ح‬ ْ ‫أ َ ْل َٰ َونهۥ ث َّم َي ِهيج فَت ََر َٰىه م‬
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di
bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar: 21)
Ayat di atas memberikan suatu pembelajaran, ketika Allah menciptakan
tumbuhan yang bermacam-macam warnanya, kemudian menjadi kering dan hancur
atau berderai-derai. Hal tersebut ada penyebabnya salah satunya adalah jamur, yang
mana jamur tersebut juga akan menjadi manfaat bagi orang yang mengetahuinya.
Dalam ayat di atas juga dijelaskan bahwa Allah telah menumbuhkan berbagai jenis
tumbuhan sebagai bahan makanan, dan salah satunya adalah jamur yang dapat
dijadikan konsumsi bagi manusia.

F. Review Jurnal

Berdasarkan beberapa jurnal artikel yang berkaitan dengan materi yang telah
kami baca, adapun review dari beberapa jurnal artikel tersebut yaitu:
1. Pada jurnal pertama yang berjudul “Karakteristik Fisiologis Jamur Halofilik
Berdasarkan Faktor Lingkungan dari Sumur Air Asin di Desa Suak, Sintang,
Kalimantan Barat”, yang ditulis oleh Luqmanul Hakim, Rikhsan Kurniatuhadi, dan
Rahmawati. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Artikel ini

24
diterbitkan oleh jurnal BIOMA: Jurnal Biologi Makassar pada tahun 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiologis jamur halofilik
berdasarkan faktor lingkungan dari sumur air asin di Desa Suak, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat. Penelitian ini meneliti kemampuan jamur halofilik untuk tumbuh
pada salinitas, suhu, dan pH tertentu pada media cair Potato dextrose broth (PDB).
Selain itu, penelitian ini juga melakukan isolasi, karakterisasi, dan identifikasi jamur
halofilik dari sampel air asin di sumur Desa Suak. Jamur yang diteliti dalam
penelitian ini adalah jamur halofilik yang diisolasi dari sampel air asin di sumur
Desa Suak, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Metode penelitian
dilakukan dengan proses isolasi, karakterisasi, dan identifikasi jamur halofilik dari
sumur air asin di Desa Suak, Sintang, Kalimantan Barat. Sampel diambil
menggunakan botol vial 30 ml sebanyak 3 ulangan pada tiap waktu, selanjutnya
sampel dikompositkan berdasarkan waktu pengambilan. Pembuatan media
dilakukan dengan merebus kentang sebanyak 200 g dalam satu liter akuades, lalu
ditambahkan dextrose 20 g dan kloramfenikol sebanyak 0.050 g agar bakteri tidak
tumbuh pada media tersebut. Selanjutnya, air rebusan kentang ditambahkan akuades
hingga volumenya satu liter, lalu dipanaskan di atas hotplate hingga mendidih. Data
dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar (foto dan grafik),
dan tabel. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 10 isolat jamur halofilik dari
sumur air asin di Desa Suak, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Isolat tersebut
diberi kode isolat JAS1, JAS2, JAS4, JAS5, JAS9, dan JAS10, isolat JAS6, JAS7,
dan JAS8, serta isolat JAS3. Adapun hasil penelitian berdasarkan pengamatan
karakteristik fisiologis, semua isolat jamur dapat tumbuh pada salinitas 50‰
(slightly halophiles) dan 150‰ (moderate halophiles) kecuali isolat JAS8, dan
semua isolat jamur tidak dapat tumbuh pada tingkat salinitas 250‰ (extreme
halophiles). Semua isolat jamur dapat tumbuh pada suhu 30°C (mesofil) dan 40°C
(mesofil), kecuali isolat JAS3. Selain itu, penelitian ini juga menentukan biomassa
jamur dengan cara menimbang kertas saring dengan timbangan analitik sebagai
berat awal (M0) kemudian kertas saring dan miselium jamur ditimbang dengan
timbangan analitik (M1) selanjutnya dihitung dengan rumus: M = M1 - M0.
2. Jurnal kedua yang berjudul “Analisis Jamur Kontaminan pada Roti Tawar yang
Dijual di Padar Tradisional”. Penelitian ini dilakukan oleh Nur Afni Sulastina.

25
Waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 31 Juni – 5 Mei 2018. Penelitian
ini dilakukan di pasar tradisional. Artikel ini diterbitkan oleh Jurnal 'Aisyiyah
Medika. Dalam penelitian yang dijelaskan pada, jamur yang diteliti adalah
Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan Aspergilus fumigatus. penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis keberadaan jamur kontaminan pada roti tawar yang
dijual di pasar tradisional. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitatif deskriptif, dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian
ini berjumlah 16 sampel yang diambil dari 8 populasi pedagang roti tawar di Pasar
Tradisional. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, di mana
pengambilan sampel dilakukan atas pertimbangan yang dibuat oleh peneliti yaitu
jenis roti (ada kulit / tidak ada kulit) dan menjelang tanggal kadaluwarsa (1-2 hari).
Dalam penelitian yang dijelaskan pada, metode yang digunakan adalah metode
isolasi jamur Aspergillus sp. dengan menggunakan media SDA (+) yang diinkubasi
selama 2-7 hari. Prinsip pemeriksaan yaitu identifikasi menggunakan media SDA
(+), kemudian koloni yang tumbuh di determinasi secara makroskopis dan
mikroskopis. Analisa data dilakukan secara univariat dan tabulasi silang. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni tahun 2018. Waktu pengambilan
data dilakukan pada tanggal 31 Juni – 5 Mei 2018. Hasil penelitian yang dijelaskan
pada menunjukkan bahwa dari 16 sampel roti tawar yang dijual di Pasar Tradisional,
terdapat 1 sampel (6,2%) positif terkontaminasi jamur Aspergillus sp. Sedangkan
pada, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 sampel roti tawar yang diambil
dari 8 populasi pedagang roti tawar di Pasar Tradisional, terdapat 8 sampel (50%)
yang tidak ditemukan jamur Aspergillus sp. menjelang 1 hari masa kadaluwarsa,
dan 7 sampel (43,8%) yang tidak ditemukan jamur Aspergillus sp. menjelang 2 hari
masa kadaluwarsa. Berdasarkan artikel ini dikaitkan dengan materi pembahasan
bahwa jamur Aspergillus sp. memang merupakan jamur yang hidup pada makanan
yang sudah basi, seperti pada roti, nasi, maupun makanan yang telah membusuk
lainnya. Jamur ini adalah kelompok dari Ascomycota.
3. Jurnal ketiga yang berjudul “Jenia-jenis dan Potensi Jamur Makroskopis yang
Terdapat di PT Pekebunan Hasil Musi dan PT Djuanda Sawit Kabupaten Musi
Rawas” yang ditulis oleh Linna Fitriani, Yuni Krisnawati, Msy Olivia Rega Anorda,
dan Ketri Lanjarini, STKIP PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Kel. Air Kuti,
Lubuklinggau. Yang dipublikasi pada tahun 2018, oleh Jurnal Biosilampari: Jurnal

26
Biologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jamur dan
potensi jamur makroskopis yang terdapat di PT Djuanda Sawit Lestari di Kecamatan
Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas dan PT Perkebunan Hasil Musi Lestari
(PHML) Kecamatan BTS ULU Kabupaten Musi Rawas. Jamur yang diteliti adalah
jamur makroskopis yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit di kedua lokasi
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan menentukan lokasi
penelitian secara purposive areal sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
didasarkan pada tujuan tertentu. Sampel jenis-jenis jamur makroskopis yang
ditemukan di lapangan dibungkus dan dimasukkan ke dalam amplop coklat untuk
dibuat herbarium basah. Pembuatan herbarium basah menggunakan alkohol 70%
untuk merendam spesimen di dalam toples. Sebelum sampel diambil dilakukan
pemotretan. Identifikasi jenis jamur makroskopis menggunakan buku acuan dari
Mushrooms &; Toadstools (Wilkinson, 1982) dan Introductory Mycology
(Alexopoulus, 1962). Untuk melengkapi data sampel penelitian, maka dilakukan
pengamatan faktor abiotik lingkungan, antara lain: pH, suhu, dan kelembapan udara.
Teknik wawancara juga digunakan untuk mengetahui jenis jamur yang dapat dan
tidak dapat dikonsumsi. Responden adalah masyarakat sekitar yang mengkonsumsi
jamur serta penjual jamur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 spesies
jamur makroskopis yang termasuk ke dalam 3 ordo, 6 family, dan 8 genus di PT
Djuanda Sawit Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas pada bulan Juni
sampai Juli 2017. Selain itu, penelitian ini juga mengidentifikasi 35 spesies jamur
makroskopis di perkebunan kelapa sawit di Musi Rawas Regency. Dari jurnal
penelitian inventarisasi ini dikaitkan dengan materi pembelajaran yang dibahas,
dapat menunjukkan kepada kita klasifikasi dari beberapa spesies jamur, serta
pemanfaatannya bagi manusia.
4. Jurnal keempat yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Jamur Mikroskopis pada
Rizosfer Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour.) di Kecamatan Kintamani,
Bali”. Penelitian ini dilakukan oleh Ni Putu Nila Ristiari, Ketut Srie Marhaeni
Julyasih, dan Ida Ayu Putu Suryanti dari Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan,
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia. Tempat penelitian dilakukan
di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha,
sedangkan pengambilan sampel dilakukan di lahan perkebunan jeruk siam di Desa

27
Kintamani, Kecamatan Kintamani, Bangli. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4
bulan yaitu dari bulan Januari 2019 hingga April 2019. Hasil penelitian ini
diterbitkan di Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha Vol. 6 No. 1, dipublikasi pada
tahun 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui genus jamur
mikroskopis yang terdapat pada rizosfer tanaman jeruk siam (Citrus nobilis Lour.)
di Kecamatan Kintamani, Bali. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif. Sampel tanah
diambil pada daerah rizosfer tanaman jeruk siam Kintamani pada 5 titik, sesuai arah
mata angin yaitu timur laut, tenggara, barat daya, barat laut, dan arah tengah lahan
perkebunan, sehingga total sampel diambil dari 5 pohon. Selanjutnya, dilakukan
isolasi dan identifikasi jamur mikroskopis pada sampel tanah menggunakan media
Potato Dextrose Agar (PDA) instan. Setelah itu, dilakukan pengamatan morfologi
dan karakteristik mikroskopis jamur yang diisolasi. Berdasarkan hasil penelitian,
melalui pengamatan makroskopis dan mikroskopis diperoleh 12 isolat diantaranya
berasal dari 4 genus yaitu Aspergillus (4 isolat), Penicillium (3 isolat), Mucor (1
isolat), dan Trichoderma (4 isolat). Dapat disimpulkan bahwa 12 isolat jamur
mikroskopis yang ditemukan, memiliki karakteristik makroskopis dan mikroskopis
yang berbeda-beda. Jurnal penelitian ini menunjukkan klasifikasi dari beberapa
spesies jamur yang terdapat pada jeruk siam, jenis jamur yang didapatkan sesuai
dengan ciri-ciri dari beberapa genus jamur yang sudah dipaparkan pada
pembahasan.
5. Pada jurnal yang terakhir berjudul “Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom)
Dilihat dari Kandungan Nutrien serta Perannya dalam Kesehatan”, yang ditulis oleh
Netty Widyastuti, dan Donowati Tjokrokusumo dari Badan Riset dab Inovasi
Nasional (BRIN). Yang diterbitkan oleh Jurnal Teknologi Pangan Kesehatan pada
tahun 2021. Tujuan penelitian yaitu mengenai jamur konsumsi, antara lain: (1)
Mempelajari sifat bioaktif dari komponen jamur yang dapat mencegah atau
mengobati berbagai jenis penyakit. (2) Membuat formulasi bubuk dari beberapa
spesies jamur yang mengandung nutrisi penting dan dapat digunakan dalam diet
rendah kalori. (3) Menggunakan beberapa formulasi jamur sebagai antioksidan
untuk mencegah stres oksidatif dan penuaan dini. (4) Mempelajari mekanisme
jamur untuk lebih menggambarkan peran dan sifat berbagai phytochemical jamur
dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit degeneratif. (5) Meneliti

28
karakteristik potensial jamur dengan manfaat nutraceutical dan kesehatan yang
perlu diteliti lebih lanjut. (6) Meneliti khasiat dan manfaat jamur, terutama untuk
jamur-jamur endogenous asli Indonesia. Beberapa jenis jamur yang diteliti,
antaranya beberapa spesies jamur konsumsi yang telah terbukti sebagai sumber
senyawa bioaktif dan berkhasiat bagi kesehatan, serta dapat digunakan sebagai
suplemen potensial; jamur tiram yang telah terbukti membantu memecahkan
problema malnutrisi dan penyakit, mengandung asam folat yang berguna untuk
mencegah dan mengobati penyakit anemia, serta cocok untuk menu diet bagi
penderita diabetes, kolesterol, dan hipertensi; dan jamur merang (Volvariella
volvacea) yang merupakan salah satu spesies jamur pangan yang banyak
dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang beriklim tropis atau subtropis.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai jamur konsumsi
dikaitkan dengan beberapa penelitian spesifik, seperti penelitian oleh Zhou et al.
pada tahun 2012 yang mempelajari efek Ganoderma lucidum pada kanker,
penelitian oleh Mattila et al. pada tahun 2001 yang mempelajari kandungan nutrisi
pada jamur tiram, dan penelitian oleh Finimundy et al. pada tahun 2013 yang
mempelajari aktivitas anti mikroba dari ekstrak jamur. Jurnal penelitian ini
memberikan informasi tentang mekanisme jamur akan membantu kita untuk lebih
menggambarkan peran dan sifat berbagai fitokimia jamur dalam pencegahan dan
pengobatan beberapa penyakit degeneratif. Seperti mempelajari efek Ganoderma
lucidum pada kanker dan menemukan bahwa jamur ini memiliki aktivitas anti
kanker, mempelajari kandungan nutrisi pada jamur tiram dan menemukan bahwa
jamur ini mengandung banyak nutrisi penting seperti protein, serat, vitamin, dan
mineral, serta mempelajari aktivitas anti mikroba dari ekstrak jamur dan
menemukan bahwa ekstrak air L. edodes secara signifikan menurunkan proliferasi
sel pada tumor.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah yang telah disusun yaitu:
1. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk
jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi
tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.
Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Struktur jamur juga terdapat dinding
hifa, membran hifa, haustoria, plectenchym, stroma, serta spora seksual dan
aseksual.
2. Jamur terdiri dari jamur makroskopis dan jamur mikroskopis. Klasifikasi jamur
dibagi menjadi filum Ascomycota, Basidiomycota, Oomycota, Zygomycota, dan
Deutromycota.
3. Reproduksi jamur terbagi atas dua tipe yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dengan pembentukan tunas sedangkan reproduksi seksual adanya persatuan
dua inti jamur. Pada jamur dikenal beberapa macam spora aseksual, yaitu:
konidiaspora, sporangiospora, arthospora, khlamidospora, blastospora dan zoospora.
Blastospora merupakan spora aseksual yang terbentuk pada khamir.
4. Jamur memiliki peran yang sangat banyak dalam kehidupan, seperti sumber
konsumsi, obat-obatan, serta dalam berbagai bidang industri. Jamur juga dapat
menjadi indikator kondisi lingkungan. Selain peran menguntungkannya yang sangat
banyak, juga terdapat jamur merugikan yang bersifat racun, dan parasit yang
merugikan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Budiati, H. (2009). Biologi. Pusat Pembukuan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., &
Jackson, R. B. (2012). Biologi Jilid 2. Edisi 8 Terjemahan D.T Wulandari. Jakarta:
Erlangga.
Darnetty. (2006). Pengantar Mikologi. Padang: Andalas University Press.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Firdhausi, Nirmala F, Arum W, & Muchlas Basah. (2018). Inventarisasi Jamur Makroskopis
di Kawasan Hutan Mbeji Lereng Gunung Anjasmoro. Jurnal Biology Science and
Education, 7(2), 142–146.
Fitrah Dewi, R. (2022). Aspek Biologi, Biodiversitas dan Potensi Jamur Makro. Jember: UIN
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
Fried, G. H., & Hademenos, G. J. (2005). Biologi Edisi Kedua terj Sulisna. Jakarta: Gelora
Aksara Pratama.
Gandjar, & Sjamsuridzal. (2006). Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Hasanuddin, M. (2014). Botani Tumbuhan Rendah. Aceh: Syiah Kuala University Press.
Kavanagh, K. (2010). Fungi: Biologi and Application. USA: Wiley Press.
Landercker, & Moore. (1996). Fundamental of The Fungi. New Jersey: Prentice Hall.
Madigan, M. T., John, M. T., & David, A. S. (2012). Brock Biologi of Mikroorganism 13th ed.
Amerika: Pearson Education.
Prayitno, T. A., & Hidayati, N. (2017). Pengantar Mikrobiologi. Malang: Media Nusa
Creative.
Sri Harti, A. (2015). Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Suryani, Y. dkk. (2020). Mikologi. Padang: PT Freeline Cipta Granesia.
Willey, J. M., Sherwood, L. M., & Woolferton, C. J. (2010). Microbiology Eight Edition. New
York: The Mc Graw-Hill Companies,Inc.

31
32
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR
ISSN : 2528 - 7168 (PRINTED) ; 2548 - 6659 (ON LINE)
Volume 5 (2) : 227 - 232, Juli – Desember 2020

KARAKTERISTIK FISIOLOGIS JAMUR HALOFILIK BERDASARKAN


FAKTOR LINGKUNGAN DARI SUMUR AIR ASIN DI DESA SUAK,
SINTANG, KALIMANTAN BARAT
PHYSIOLOGICAL CHARACTERISTICS OF HALOPHILIK FUNGI BASED
ON ENVIRONMENTAL FACTORS OF SALT WATER WELL IN SUAK
VILLAGE, SINTANG, WEST KALIMANTAN
1 1 1
Luqmanul Hakim , Rikhsan Kurniatuhadi ,Rahmawati *
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, 78124, Indonesia
*Corresponding author: rahmawati@fmipa.untan.ac.id

Abstrak
Jamur halofilik adalah kelompok mikroorganisme yang dapat hidup dan beradaptasi
pada kondisi lingkungan salin.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
karakteristik fisiologis jamur halofilik berdasarkan faktor lingkungan dari sumur air
asin di desa Suak, Kabupaten Sintang.Metode yang digunakan yaitu dengan
menumbuhkan jamur halofilik pada media cair Potato dextrose broth (PDB),
selanjutnya dilakukan karakterisasi fisiologis jamur.Uji fisiologis meliputi uji salinitas,
suhu dan pH.Berdasarkan hasil pengamatan karakteristik fisiologis, semua isolat
jamur dapat tumbuh pada salinitas 50‰ (slightly halophiles) dan 150‰ (moderate
halophiles) kecuali isolat JAS8, dan semua isolat jamur tidak dapat tumbuh pada
tingkat salinitas 250‰ (extreme halophiles).Semua isolat jamur dapat tumbuh pada
suhu 30°C (mesofil) dan 40°C (mesofil), kecuali isolat JAS3. Hanya isolat JAS3 dan
JAS7 yang dapat tumbuh pada suhu 10°C, dan semua isolat jamur dapat tumbuh
pada suhu 40°C, kecuali isolat Cladosporium JAS3. Semua isolat Jamur dapat
tumbuh pada pH 4 (asam) dan 7 (netral), namun isolat JAS4 dan JAS7 tidak dapat
tumbuh pada pH 9, sedangkan isolat jamur yang lain dapat tumbuh pada pH
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa jamur memiliki karakteristik yang tidak selalu
sama berdasarkan faktor lingkungan.
Kata Kunci:Halofilik, jamur, Sumur Air Asin, salinitas

Abstract
Halophilic fungi are a group of microorganisms that can live and adapt in the saline
environment. This research to aim to determine the physiological characteristics of
fungi based on environmental factorsfrom the saltwater well in the village of Suak,
Sintang Regency.The method used was growing halophilic fungi in Potato dextrose
broth (PDB) media, then carried out the morphological and physiological
characterization of fungi. The physiologicaltest include testing the salinity,
temperature and pH. Based on observation’s result that, all isolates of the fungi can
grow at the salinity of 50‰ (slightly halophiles), and 150‰ (moderate halophiles)
except isolate JAS8, and all isolates not able to grow at salinity level of 250‰
(extreme halophils). All isolates of the fungi can growth at temperatures of 30°C
(mesophyll) and 40°C (mesophyll), except isolate JAS3.Only isolate JAS3 and JAS7
that can be grown at a temperature of 10°C, and all isolate the fungus can grow at a
temperature of 40°C, except isolate JAS3. All the isolates of Fungi are able to grow
at pH 4 (acidic) and 7 (neutral), but isolate JAS4 and JAS7 can not grow at pH 9,
whereas isolates of the fungus that the other can grow at such pH. This suggests
that the fungus has characteristics that are not always the same based on
environmental factors.

Key Word: Halophilic,fungi, Salt Water Well, salinity

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 227
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020

Pendahuluan

Sumur air asin yang berada di Desa Suak merupakan salah satu lingkungan
yang memiliki kadar garam yang cukup tinggi. Lingkungan salin dapat menyeleksi
organisme tertentu yang dapat hidup pada lingkungan tersebut sehingga hanya
organisme yang toleran yang dapat hidup pada lingkungan salin. Menurut Gunde-
Cinerman et al. (2014), pertumbuhan optimal jamur secara in vitro yaitu pada
rentang salinitas yang luas dari 50 hingga 170‰ NaCl, dan jamur telah banyak
diisolasi dari lingkungan bersalinitas di atas 10‰ NaCl. Gunde-Cinerman et al.
(2005) berhasil mengisolasi jamur halofilik anggota genus Aspergillus, Penicillium
dan Cladosporium. Selain salinitas, faktor lingkungan lain yang dapat memengaruhi
pertumbuhan jamur diantaranya suhu dan pH. Menurut Cao (2007), suhu dapat
memengaruhi diameter koloni jamur. Suhu optimum pertumbuhan koloni yaitu pada
suhu 28ºC dan pertumbuhan koloni paling kecil terjadi pada suhu 39ºC, pH
optimum pertumbuhan jamur yaitu 5, 6 dan 7, pH dibawah 5 menyebabkan
pertumbuhan jamur menjadi lambat dan produksi pigmen berkurang, namun pada
pH di atas 7 pertumbuhan jamur melambat tetapi tidak memengaruhi produksi
pigmen jamur.
Halofilik adalah organisme yang tumbuh subur dalam lingkungan bersalinitas
tinggi. Menurut Gunde-Cinerman et al. (2006), kondisi hipersalin secara signifikan
mengurangi keanekaragaman hayati karena adanya kondisi lingkungan yang
selektif yaitu hanya akan ada mikroorganisme (jamur dan bakteri) halofil yang
dapat tumbuh dan berkembang biak di sana. Mikroorganisme ini dikenal mampu
untuk beradaptasi pada lingkungan yang ekstrim. Lingkungan salin umumnya tidak
banyak organisme yang dapat bertahan dalam lingkungan tersebut. Lingkungan
yang memiliki konsentrasi garam tinggi dapat menjadi habitat alami untuk
mikroorganisme halofilik dan halotoleran. Menurut Musa et al. (2018), jamur yang
toleran garam (halotolerant) adalah jamur yang dapat berkembang dalam
lingkungan salin. Jamur ini terdiri dari kelompok organisme yang membutuhkan
garam untuk pertumbuhan dan metabolismenya. Menurut Jones (2009), jamur
yang diisolasi dari air asin terdiri dari 321 jenis, di antaranya dari kelas Ascomycota
dan Basidiomycota. Mikroorganisme yang tidak beradaptasi terhadap lingkungan
yang merugikan seperti lingkungan hipersalin (kondisi rendah aktivitas air) dapat
mengakibatkan efek seperti penyusutan sitoplasma sel. Untuk mengatasi
lingkungan yang memiliki konsentrasi NaCl yang tinggi, suatu sel mikroba harus
memiliki mekanisme adaptasi yang akan memungkinkannya untuk melawan efek
salinitas tinggi (Zajc, 2012).
Hingga saat ini belum ada informasi penelitian jamur halofilik dari sumur air
asin di Desa Suak. Menurut Gunde-Cinermanet al.,(2005), Jamur yang dapat
tumbuh dan berkembang biak pada salinitas di atas 100‰ dan mampu tumbuh
secara in vitro pada media dengan konsentrasi NaCl 170‰ dianggap halofilik. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian awal mengetahui karakteristik jamur halofilik
secara in vitro untuk digunakan penelitian selanjutnya dalam melihat potensi jamur
halofilik tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi,


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, untuk
dilakukan proses isolasi, karakterisasi dan identifikasi.
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, erlenmeyer, bunsen, BSC (Biological
Safety Cabinet), inkubator, hotplate, gelas ukur, autoklaf, jarum ose, kapas, kertas

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 228
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020

label, magnetic stirer, gelas beaker, pipet ukur, rak tabung, timbangan digital,
spatula, oven dan. Bahan-bahan yang digunakan yaitu Potato Dextrose Broth
(PDB), alkohol 70%, HCl, NaOH dan Sodium klorida (NaCl).

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel
Air asin diambil di sumur air asin Desa Suak, Kecamatan Sepauk, Kabupaten
Sintang. Sampel diambil menggunakan botol vial 30 ml sebanyak 3 ulangan pada
tiap waktu, selanjutnya sampel dikompositkan berdasarkan waktu pengambilan,
sampel dibungkus dengan aluminium foil. Sampel selanjutnya dibawa ke
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematikan dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Pembuatan Media
Kentang sebanyak 200 g dimasukkan ke dalam satu liter akuades, lalu
direbus di atas hotplathingga mendidih, kemudian diambil airnya. Air rebusan
kentang tersebut ditambahkan dextrose 20 g dan kloramfenikol sebanyak 0.050 g
agar bakteri tidak tumbuh pada media tersebut, selanjutnya air rebusan kentang
ditambahkan akuades hingga volumenya satu liter, lalu dipanaskan di atas hotplate
hingga mendidih.

Isolasi Jamur
Isolasi jamur dilakukan dengan metode cawan tuang. Sampel air asin
diambil sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam 9 ml akuades steril dalam
tabung reaksi, selanjutnya divortex agar homogen sehingga didapatkan
pengenceran 10-1.Kemudian dari pengenceran 10-1 diambil kembali sebanyak 1
ml lalu dipindahkan ke tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades steril sehingga
didapatkan pengenceran 10-2, selanjutnya dilakukan hal yang sama hingga
pengenceran 10-5. Tiap pengenceran diambil sebanyak 1 ml kemudian
dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian media PDA yang telah ditambahkan
NaCl dimasukkan ke dalam cawan petri sebanyak 20 ml, selanjutnya diinkubasi
selama 5-7 hari pada suhu 25°C (Rajpal, 2016).
Pengamatan koloni yang tumbuh dilakukan secara makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan mikroskopis jamur dilakukan dengan membuat
preparat menggunakan metode slide kultur. Pembuatan slide kultur dilakukan
dengan menyiapkan cawan petri yang telah diberi tisu pada bagian dalam,
kemudian diletakan batang penahan gelas objek dan gelas objek di atasnya.
Media PDA yang telah memadat dipotong menggunakan pisau steril dengan
ukuran 1x1 cm kemudian diletakan di atas gelas objek. Isolat jamur diambil
menggunakan ose steril kemudian ditusuk pada empat sisi potongan agar
tersebut selanjutnya ditutup meggunakan gelas penutup. Akuades steril
kemudian diteteskan pada tisu dalam cawan petri. Cawan petri kemudian ditutup
selanjutnya diinkubasi selama 7 hari. Gelas penutup gelas objek kemudian
dipindahkan ke gelas objek baru yang telah ditetesi lactophenol, selanjutnya
diamati morfologis jamur dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali
(Sanjaya, 2010).

Uji Salinitas
Uji salinitas terhadap jamur dilakukan dengan menggunakan media PDB
yang ditambah NaCl dengan konsentrasi yaitu 50‰ (Slightly halophiles), 150‰
(Moderate Halophiles), dan 250‰ (Extreme Halophiles). Satu ose isolat jamur dari
media PDA dipindahkan ke dalam tabung reaksi berisi 10 ml media PDB kemudian
dihomogenkan. Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Hasil uji
http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 229
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020

salinitas dilakukan dengan mengukur biomassa jamur pada hari ke 7.

Uji Suhu
Satu ose isolat jamur dari media PDA dipindahkan ke dalam tabung reaksi
berisi 10 ml media PDB kemudian dihomogenkan. Selanjutnya diinkubasi pada
suhu berbeda yaitu pada suhu 10°C (psikrofil), 30ºC, 40ºC (mesofil), dan 50ºC
(termofil) selama 7 hari. Hasil uji suhu dilakukan dengan mengukur biomassa jamur
pada hari ke7.

Uji pH
Satu ose isolat jamur dari media PDA dipindahkan ke dalam tabung reaksi
berisi 10 ml media PDB yang telah dimodifikasi pH nya. pH media dimodifikasi
dengan menambahkan 1 M HCl atau 1 M NaOH untuk menyesuaikan media pada
pH yang diinginkan yaitu 4 (asam), 7 (netral), dan 9 (basa). Selanjutnya diinkubasi
pada suhu ruang selama 7 hari (Cao, 2007). Hasil uji pH dilakukan dengan
mengukur biomassa jamur pada hari ke7.

Pengukuran Biomassa Jamur


Isolat jamur yang telah diremajakan diambil sebanyak satu ose, kemudian
dipindahkan ke dalam 10 ml media cair PDB (Potato Dextrose Broth) dan
dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 7 hari pada tingkat salinitas, suhu dan
pH berbeda. Miselium jamur dan media cair dipisahkan dengan kertas saring,
kemudian miselium dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50°C hingga
didapatkan berat konstan (Rendowaty,2017).Penentuan biomassa jamur dilakukan
dengan cara menimbang kertas saring dengan timbangan analitik sebagai berat
awal (M0) kemudian kertas saring dan miselium jamur ditimbang dengan
timbangan analitik (M1) selanjutnya dihitung dengan rumus:

M = M1 - M0
Keterangan: M = massa miselium jamur M1 = berat keras saring + miselium
M0 = berat kertas saring (Chanif et al, 2015)

Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar (foto dan
grafik), dan tabel.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil isolasi dan pengamatan terhadap karakter morfologis
koloni secara makroskopis dan mikroskopis, diperoleh 10 isolat jamur dengan kode
isolat JAS1,JAS2, JAS4,JAS5, JAS9 & JAS10 (Gambar 1), isolat JAS6, JAS7, dan
JAS8 (Gambar 2), dan serta isolat JAS3 (Gambar 3).Berdasarkan hasil uji kondisi
fisiologis beberapa faktor lingkungan (salinitas, suhu dan pH), semua isolat jamur
memiliki kemampuan tumbuh pada kisaran yang berbeda-beda. Hasil pengamatan
karakteristik fisiologis, isolat JAS1, JAS2, JAS4, JAS5, JAS9, JAS10, JAS6, JAS7,
dan JAS3, mampu tumbuh pada tingkat salinitas hingga 150‰ (slightly halophiles),
sementara isolat JAS8 hanya mampu tumbuh pada tingkat salinitas 50‰ (slightly

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 230
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020

halophiles. Isolat JAS1, JAS2, JAS4, JAS5, JAS9, JAS10, JAS6, dan JAS8, dapat
tumbuh hingga suhu 40°C (mesofil), sementara isolat JAS3 dapat tumbuh pada
suhu 10°C (psikrofil) dan 30°C (mesofil), isolat JAS7 dapat tumbuh pada rentang
yang lebih besar yaitu 10°C (psikrofil) sampai 40°C (mesofil). Isolat JAS1, JAS2,
JAS5, JAS9, JAS10, JAS6, JAS8, dan JAS3 mampu tumbuh pada rentang pH 4
(asam) hingga 9 (basa), sementara untuk isolat JAS 4 dan JAS7 hanya dapat
tumbuh pada pH 4 (asam) dan 7 (netral) (Tabel 1).
Tabel 1. Kemampuan Tumbuh Jamur Halofilik Dari Sumur Air Asin Di Desa Suak,
Sintang, Berdasarkan Faktor Lingkungan
Kode Isolat
Faktor
Lingkungan JAS JAS JAS JAS JAS JAS JAS JAS JAS JAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Salinitas
50 ‰ + + + + + + + + + +
150 ‰ + + + + + + + - + +
250 ‰ - - - - - - - - - -
Suhu
10°C - - + - - - + - - -
30°C + + + + + + + + + +
40°C + + - + + + + + + +
50°C - - - - - - - - - -
PH
4 + + + + + + + + + +
7 + + + + + + + + + +
9 + + + - + + - + + +
Keterangan: (+) tumbuh
(-) tidak tumbuh

Gambar 1.Struktur makroskops dan mikroskopis(1000x) isolat JAS1 (A), JAS2 (B),
JAS4 (C), JAS5 (D), JAS9 (E), JAS10 (F) : a. phialides, b. konidia, c.
vesikel, d. stipe (konidiofor).

http://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma 231
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020

Gambar 2.Struktur makroskopis dan mikroskopis (1000x) isolatJAS6 (A), JAS7 (B),
JAS8 (C): a. konidia, b. phialides, c. stipe.

Gambar 3. Struktur makroskopis dan mikroskopis (1000x) isolat JAS3 (A): a.


konidiofor, b. konidia, c. interkalar konidia, d. sekat.

http://journal.unhas.index.php/bioma 227
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020

0,13
0,14

Biomassa (g)

0,11
0,12

0,1

0,1
0,09

0,09
0,1 0,08

0,08

0,07

0,07
0,08
50‰

0,06

0,06

0,06
0,06 150‰

0,04

0,04

0,04
250‰
0,03

0,04

0,02

0,01
0,02
0

0
0

0
0

0
0
JAS1 JAS2 JAS3 JAS4 JAS5 JAS6 JAS7 JAS8 JAS9 JAS10

Kode Isolat
Gambar 4. Hubungan biomassa Jamur (g) dan Salinitas (‰)
0,11

0,12
Biomassa (g)
0,09

0,1
0,08

0,08
0,06
0,06

0,06

0,06

10°C
0,06 30°C
0,04

0,04

40°C
0,03

0,04 50°C
0,02

0,02
0,02

0,02

0,02
0,01

0,01

0,01

0,01

0,01

0,01

0,02
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0

0
JAS1 JAS2 JAS3 JAS4 JAS5 JAS6 JAS7 JAS8 JAS9 JAS10

Kode Isolat

Gambar 5. Hubungan biomassa Jamur (g) dan suhu (°C)

http://journal.unhas.index.php/bioma 228
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020
0,14 Biomassa (g)

0,12
0,11
0,12

0,09

0,09
0,1
0,08
0,08

0,08

0,08
0,07
0,08
pH 4

0,06
0,06

0,06

0,06

0,06

0,06
0,06 pH 7
0,04

0,04

0,04

0,04

0,04
0,04

0,04

0,04
pH 9

0,03
0,04

0,02

0,02
0,02

0,02
0,02
0

0
0
JAS1 JAS2 JAS3 JAS4 JAS5 JAS6 JAS7 JAS8 JAS9 JAS10
Kode Isolat
Gambar 6. Hubungan biomassa Jamur (g) dan pH

Berdasarkan grafik hubungan biomassa dan faktor lingkungan, jamur


halofilik dari sumur air asin di Desa Suak, Kabupaten Sintang, secara umum
memiliki biomassa terkecil pada tingkat salinitas 250‰, suhu 50°C dan pH 4,
sedangkan jamur dengan biomassa terbesar pada tingkat salinitas 50‰, suhu 40°C
dan pH 7 (Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6).Berdasarkan hasil uji salinitas yang
telah dilakukan, isolat JAS8 memiliki biomassa paling besar pada tingkat salinitas
50‰ yaitu 0.11 g, isolat JAS3 memiliki biomassapaling besar pada tingkat salinitas
yaitu 150‰yaitu 0.13 g, dansemua isolat tidak dapat tumbuh pada tingkat salinitas
250‰ (Gambar 4).
Berdasarkan hasil pengukuran biomassa pada uji suhu 10°C, terdapat dua
isolat yang dapat tumbuh yaitu isolat JAS3 dengan biomassa 0.04 g dan JAS7
dengan biomassa 0.01 g. Semua isolat dapat tumbuhpada suhu 30°C,isolat JAS3
mengalami penurunan biomassa menjadi 0.02 g, sementara isolat lain
menunjukkan peningkatan biomassa, isolat JAS4 memiliki biomassa paling besar
yaitu 0.04 g, sedangkan isolat JAS5, JAS6, JAS8 dan JAS9 memiliki biomassa
terkecil yaitu 0.01 g. Pada suhu 40°C, JAS1 memiliki biomassa terbesar yaitu 0.11
g, sementara isolat JAS10memiliki biomassa terkecil yaitu 0.01 g. Semua isolat
tidak dapat tumbuh pada suhu 50°C (Gambar5).
Berdasarkan hasil pengujian pada pH 4, isolat JAS8 memiliki biomassa
terbesar yaitu 0.08 g, sementara isolat JAS9 menunjukan biomassa terkecil yaitu
0.02 g, isolat JAS2 memiliki biomassa terbesar pada pH 7yaitu 0.12 g, sementara
isolat JAS6 dan JAS8 memiliki biomassa terkecil yaitu 0.02 g. Isolat JAS2 memiliki
biomassa terbesar pada pH 9 yaitu 0.11 g, sedangkan isolat JAS5 memiliki
biomassa terkecil yaitu 0.02 g (Gambar 6).

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji beberapa faktor lingkungan terhadap jamur halofilik,


diketahui bahwa semua isolat dapat tumbuh pada kadar salinitas 50‰ (slightly
halophiles). Semua isolat dapat tumbuh pada salinitas 150‰ (moderate halophiles)
kecuali isolat JAS8, dan isolat JAS3memiliki biomassa terbesar yaitu 0.13 g. Semua

http://journal.unhas.index.php/bioma 229
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020
isolat tidak dapat tumbuh pada salinitas 250‰ (extreme halophiles).Hal ini
menunjukkan bahwa isolat jamur dari sumur air asin Desa Suak Kabupaten Sintang
termasuk golongan moderate halophiles dan slightly halophiles. Menurut Olliver et
al., (1994), mikroorganisme yang mampu tumbuh pada kadar salinitas 20‰ - 50‰
tergolong slightly halophiles, mikroorganisme yang mampu tumbuh pada kadar
salinitas 50‰-200‰ tergolong moderate halophiles, mikroorganisme yang mampu
tumbuh pada kadar salinitas lebih dari 200‰ termasuk dalam kelompok extreme
halophiles.
Hasil pengujian biomassa jamur halofilik dari air sumur air asin di Desa Suak,
Kabupaten Sintang terhadap salinitas menunjukkan adanya perbedaan biomassa
jamur dan tingkat salinitas (Gambar 4). Menurut Waheed et al., (2019), kadar
salinitas memengaruhi pertumbuhan jamur anggota spesies Aspergillus niger dan
Penicillium oxalicum, semakin tinggi konsentrasi salinitas, semakin
kecilbiomassanya. Aboul-Nasr (2014), menyatakan bahwa tingkat salinitas yang
berbeda dapat memengaruhi rata-rata berat kering jamur A. flavus, pada tingkat
salinitas 50‰ jamur A. flavus memiliki berat paling besar yaitu 0.6 g, sementara
pada tingkat salinitas 100‰ jamur ini tidak dapat tumbuh. Menurut Al-Musallam et
al. (2011), anggota genus Cladosporium spp. yang diiolasi dari pesisir laut di Kwait
Selatan dapat tumbuh hingga tingkat salinitas 200‰, namun tumbuh baik pada
tingkat salinitas 5‰.
Suhu merupakan salah satu faktor yang banyak berpengaruh terhadap
metabolism sel diantaranya yaitu suhu.Suhu yang tinggi dapat menyebabkan
denaturasi protein, mengahambat kerja enzim dan kerusakan sel sehingga
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan biomassa jamur (Darah et al.
(2011).Berdasarkan hasil uji kemampuan tumbuh terhadap suhu, hanya isolat
JAS3dan anggota genus Penicillium JAS7 dapat tumbuh pada suhu 10°C.Semua
isolat dapat tumbuh pada suhu 30°C. Pada suhu 40°C isolat JAS1 memiliki
biomassa tertinggi yaitu 0.11 g, isolat JAS3 tidak dapat tumbuh, sementara isolat
lain tumbuh, dan semua isolat tidak tumbuh pada suhu 50°C (Gambar 5).
Berdasarkan hasil uji suhu menunjukkan bahwa isolat jamur halofilik yang diisolasi
dari sumur air asin desa Suak Kabupaten Sintang tergolong dalam kelompok
mesofil karena dapat tumbuh pada suhu 40°C. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Palacios-Cabrera et al., (2005), beberapa anggota genus Aspergillus yaitu anggota
spesies Aspergillus niger tumbuh optimal pada suhu diatas 30°C. Hal ini diduga
berkaitan dengan suhu air asin Desa Suak yang memiliki suhu 29-31°C (mesofil)
sehingga ketika dilakukan pengujian suhu 50°C (termofil) semua isolat tidak dapat
tumbuh.Menurut Madigan et al.(2009), mikroorganisme dikelompokan berdasarkan
kemampuan tumbuhnya terhadap suhu terdiri dari psikrofil (<15°C), mesofil (15-
40°C) dan termofil (>40°C). Menurut Crous et al. (2007), anggota genus
Cladosporium mampu tumbuh pada suhu rendah yaitu 4°C (psikrofil), namun tidak
dapat tumbuh di bawah suhu tersebut, jamur ini memiliki suhu optimal pertumbuhan
yaitu 25°C, suhu maksimum 30°C,sedangkan pada suhu di atas 37°C genus ini
tidak dapat tumbuh lagi. Jamur dengan kode isolat JAS7 mampu tumbuh pada suhu
rendah yaitu 10°C (psikrofil). Hal ini sesuai dengan pernyataan Wigmann et al.
(2015) bahwa beberapa anggota genus Penicillium dapat tumbuh pada suhu
0°C(psikrofil), di antaranya anggota spesies P. glabrum (29/12 NGT) dan P.
polonicum (33/12 NGT). Litova et al., (2014), juga berhasil mengisolasi jamur
anggota genus Penicillium yang mampu hidup pada kondisi ekstrim di Antartika
pada suhu5°C.
Berdasarkan hasil uji kemampuan tumbuh jamur terhadap suhu, suhu 40°C
merupakan suhu optimal karena pada suhu tersebut secara umum biomassa jamur
meningkat, sementara pada suhu 10°C biomassa jamur semakin kecil dan pada
suhu 50°C tidak ada jamur yang dapat tumbuh (Gambar 5). Menurut Kumawat et
al., (2016), suhu dapat memengaruhi biomassa jamur. Biomassa jamur anggota
spesies Aspergillus multifidum paling optimal pada suhu 25°C karena memiliki

http://journal.unhas.index.php/bioma 230
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020
biomassa terbesar, sedangkan pada suhu 5°C biomassa nya paling kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin rendah suhu, semakin kecil biomassa jamur.
Biomassa jamur Aspergillus niger FETL FT3 memiliki biomassa terbesar pada suhu
30°C, pada suhu 50°C biomassanya semakin kecil, hal ini menunjukkan bahwa
suhu dapat mempengaruhi biomassajamur, selain itu pada suhu 50°C metabolisme
sel mulai terhambat, hal ini dapat terlihat dari biomassa jamur yang semakin kecil.
Berdasarkan hasil uji pH, semua isolat dapat tumbuh pada pH 4 (asam) dan pH 7
(netral).Pada pH 9 (basa), dua isolat tidak dapat tumbuh yaitu JAS4 dan anggota
JAS7, sedangkan isolat lain dapat tumbuhpada pH tersebut (Gambar 6). Menurut
Wheeler et al., (1991), konsentrasi pH dalam medium dapat memengaruhi
pertumbuhan jamur seperti biomassa maupun morfologinya. Nilai pH untuk
pertumbuhan jamur memiliki rentang yang luas yaitu dari 3 sampai 8 dengan
pertumbuhan optimum pada pH 5, namun, ada beberapa spesies dari anggota
genus Penicillium yaitu anggota spesies P. crustosum yang dapat tumbuh pada pH
di atas 9 dan ada anggota genus Penicillium yaitu P. islandicum yang tidak dapat
tumbuh pada pH di atas 8. Menurut Abubakar et al., (2013), jamur toleran terhadap
pH asam dan optimal pada pH 5 sampai 6. Ada beberapa spesies dari anggota
Aspergillus seperti Aspergillus parasiticus yang memiliki rentang pH yang lebih luas
yaitu 4 sampai9.Jamur ini memiliki pertumbuhan optimal pada pH 5 dan 7 dan
terendah pada pH 10.Hal ini menunjukkan bahwa jamur memiliki karakteristik
fisiologis yang berbeda-beda berdasarkan faktor lingkungan tempat tumbuhnya.

Kesimpulan

Jamur halofilik dari sumur air asin di desa Suak memiliki karakterisitik
fisiologis yang berbeda-beda terhadap faktor lingkungan.Isolat JAS6, JAS7, JAS3
dapat tumbuh pada salinitas 50‰ (slightly halophiles) dan 150‰ (moderate
halophiles), sementara isolat JAS8 hanya mampu tumbuh pada salinitas 50‰
(slightly halophiles).Isolat JAS3 dan JAS7 dapat tumbuh pada suhu 10°C (psikrofil),
sedangkan isolat lain mampu tumbuh pada suhu 30°C (mesofil) dan 40°C (mesofil),
Semua isolat dapat tumbuh tumbuh pada pH 4 (asam) dan 7 (netral), dan hanya
Isolat JAS4 dan JAS7 yang tidak dapat tumbuh pada pH 9.

Daftar Pustaka

Abubakar, A., Suberu, H.A., Bello, I.M., Abdulkadir, R., Daudu, O.A. dan Lateef,
A.A,2013.Effect PH on Mycelia Growth and Sporulation of Aspergillus
parasiticus.Journal of Plant Science., 1 (4): 64-67
Al-Musallam, A.A.S., Al-Sammar, A.F. dan Al-Sane, N.A, 2011. Diversity and
Dominance of Fungi Inhabiting The Sabkha Area in Kwait.Botanica
Marina., 54: 83-94
Cao, C., Li, R., Wan, Z., Liu, W., Wang, X., Qiao, J., Wang, D., Bulmer, G. dan
Calderon, R, 2007.The Effects of Temperature, pH and Salinity on The
Growth and Dimorphism of Penicillium marneffei.Journal of Medical
Mycology. 45: 401-407
Chanif, I., Djauhari, S, dan Aini, L.Q, 2015. Uji Potensi Jamur Pelapuk Putih Dalam
Bioremediasi Insektisida Karbofuran.Jurnal HPT. 3 (2)
Crous, P.W, Braun, U., Schubert, K. dan Groenewald, J.Z, 2007.The Genus
Cladosporium and Similar Dematiceous Hyphomycetes. Studies In
Mycology. Utrech
Darah, I., Sumathi, G., Jain, K. dan Hong, L.S, 2011.Involvement of Physical
Parameters In Medium Improvement For Tannase Production by
Aspergillus niger FETL FT3 In Submerge Fermentation. Journal of
Biotechnology Research International

http://journal.unhas.index.php/bioma 231
Bioma Volume 5 (2) : 227-232, Juli – Desember 2020
Gunde-Cinerman, N., Butinar, L., Sonjak, S., Turk, M., Ursic, V., Zalar, P. dan
Plemenitas, A, 2005. Halotolerant and halophilic fungi From Coastal
Environments in The Arctics. Departement of Biology. Slovenia
Gunde-Cinerman, N., Zaalar, P., De Hoog, S. dan Plemenitas, A, 2006. Halotolerant
and Halophilic Fungi From Coastal Environments In The Arctics. Springe.
Amsterdam
Gunde-Cinerman, N. dan Zalar, P, 2014.Extreme Halotolerant and Halophilic Fungi
Inhabit Brine in Solar Saltern Around The Globe. Departement of Biology.
Slovenia
Jones, E.B.G., Sakayaroj, J., Suetrong, S., Somrithipol, S . dan Pang, K.L,
2009. Classification of MarineAscomycota, Anamorphic Taxa and
Basidiomycota.Fungal Diversity. 35: 1-187T
Kumawat, T.K., Sharma, A. dan Bhadauria, S, 2016. Influence of liquid culture
media, temperature and hydrogen ion concentration on the growth of
mycelium and sporulation of Arthroderma multifidum. Int. J. Pharm. Sci. 41
(2): 136-141
Litova, K., Gerginova, M., Peneva, N., Manasiev, J. dan Alexieva, Z, 2014. Growth
of Antartctic Fungal Strains On Phenol at Low Temperature. J. BioSci.
Biotech: 43-46
Madigan, M.T., Martinko, J.M. dan Parker, J, 2009.Biology of Microorganisms
12th.Prentice Hall International. New York
Musa, H., Kasim, F.H., Gunny, A.A.N. dan Gopinath, S.C.B, 2018. Salt-adapted
Moulds and Yeasts: Potentials in Industrial and Environmental
Biotechnology. Research Gate:1-13
Olliver, B., Caumette, P., Garcia, J.L. dan Mah, R.A, 1994.Anaerobic Bacteria From
Hypersaline Environtment, Department Of Environtmental Health Sciences.
University Of California.Microbilogical Reviews. 58 (1): 27-38
Palacios-Cabrera, H., Taniwaki, M.H., Hashimoto, J.M. dan Castle de Menezes, H.,
2005. Growth of Aspergillus ocraceus, Aspergillus carbonarius and
Aspergillus niger on Culture Media at Different Water Activities and
Temperatures. Brazilian Journal of Microbiology.26: hal 24-28
Rajpal K, 2016. Isolation And Characterization Of Halophilic Soil Fungi From The
Salt Desert Of Little Rann Of Kutch, India.PeerJ Preprints
Rendowaty, A., Djamaan, A. dan Handayani, D, 2017.Waktu Kultivasi Optimal dan
Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etil Asetat Jamur Simbion Aspergillus
unguis (WR8) dengan Haliclona fascigera.Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 4
(2):49-54
Sanjaya, Y., Nurhaeni, H. dan Halima, M, 2010. Isolasi, Identifikasi, Dan
Karakterisasi Jamur Entomopatogen Dari Larva Spodoptera Litura
(Fabricius).Bionatura Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. 12 (3): 136-141
Waheed, A.A, Dahham, A.A, Azra, E.K, Kamal, J.A. dan Khaeim, H.M,
2019.Concentrations Effect of Some Salts on Growth of Aspergillus Niger
and Penicillium Oxalicum, Plant Archieves. 12(2): 310- 312
Wigmann, E.F, Moreira, R.C, Alvarenga, V.O, Sant’Ana, Ad.S. dan Copetti, M.V,
2015. Survival Penicillium spp. Conidia During Deep-Frying And Backing
Steps Of Frozen Chicken Nuggets Processing. Departemen Of Food
Science University Of Campinas.Brazil
Wheeler, K.A., Hurdman, B.F. dan Pitt, J.I, 1991. Influence of pH On The Growth of
Some Toxigenic Species of Aspergillus, Penicillium and
Fusarium.International Journal of Food Microbiology. 12: 141-150
Zajc, J., Zalar, P., Plemenitas, A. dan Gunde-Cinerman, N, 2012. The Mycobiota of
The Salterns.Biology of Marine Fungi. 53: 133–158

http://journal.unhas.index.php/bioma 232
Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

ANALISIS JAMUR KONTAMINAN PADA ROTI TAWAR YANG DIJUAL


DI PASAR TRADISIONAL

Nur Afni Sulastina

Program Studi DIII Analis Kesehatan, STIKESMAS Abdi Nusa Palembang


nurafnisulastina@gmail.com

DOI: https://doi.org/10.36729/jam.v5i1.318

ABSTRAK
Latar belakang: Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi kelangsungan hidup
manusia, salah satunya adalah roti tawar yang sering digunakan sebagai menu sarapan pagi sebagian
masyarakat Indonesia. Roti tawar bisa dikonsumsi biasanya tidak dapat tahan lebih dari 7 hari, bahkan
ada yang hanya 3 hari. Kontaminasi jamur pada makanan dapat menyebabkan kerusakan, terutama
pada saat penyimpanan yang salah satunya Aspergillus sp merupakan spesies yang telah menyebar
luas, karena spora jamur yang mudah disebarkan oleh angin, mudah tumbuh pada bahan-bahan
pangan. Adanya mikroorganisme yang tumbuh di suatu bahan pangan sangat berpengaruh terhadap
penurunan kualitas produknya. Tujuan: Diketahuinya keberadaan jamur Aspergillus sp pada roti
tawar yang dijual di Pasar Tradisional. Metode: Penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dan
sampel berjumlah 16 roti tawar di pasar tradisional dengan teknik samplingnya menggunakan
purposive sampling. Waktu penelitian pada bulan Maret-Juni 2018, Metode pemeriksaan dengan cara
isolasi jamur Aspergillus sp dengan media Sabaroud Dextrose Agar (+). Hasil: Dari 16 sampel yang
diteliti, didapatkan 1 sampel (6,2%) roti tawar yang positif ditemukan jamur Aspergillus sp dan 15
sampel (93,8%) yang negatif. Saran: Diharapkan masyarakat akat sebagai konsumen sebelum
membeli roti tawar agar lebih teliti serta memperhatikan kualitas dan kebersihan roti tawar yang akan
dikonsumsi serta prosuden roti agar menambah waktu kadaluwarsa pada produk rotinya.

Kata kunci : Aspergillus sp, Roti Tawar, Isolasi Jamur

ABSTRACT
Background: Food is the most essential basic need for human survival, one of which is white bread
which is often used as a breakfast menu for some Indonesian people. Bread can be consumed usually
can not hold more than 7 days, some even only 3 days. Fungal contamination of food can cause
damage, especially when storage, one of which is Aspergillus sp is a species that has spread widely,
because mold spores are easily spread by the wind, easy to grow on food ingredients. The existence of
microorganisms that grow in a food material is very influential on the decline in the quality of its
products. Purpose: Knowing the existence of Aspergillus sp on white bread sold in Traditional
Markets. Method: The research used is descriptive, and a sample of 16 loaves in traditional markets
with the sampling technique using purposive sampling. When the research was conducted in March-
June 2018, the method of examination was by isolation of the fungus Aspergillus sp with Sabaroud
Dextrose Agar (+) media. Results: From the 16 samples studied, 1 sample (6,2%) of positive bread
was found with Aspergillus sp and 15 samples (93,2%) which were negative. Suggestion: It is
expected that the akat community as consumers before buying white bread to be more thorough and
pay attention to the quality and cleanliness of white bread that will be consumed.

Keywords: Aspergillus sp, Fresh Bread, Mushroom Isolation

Jurnal „Aisyiyah Medika | 122


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

PENDAHULUAN dunia. Roti di gemari karena rasanya yang


Pangan merupakan kebutuhan dasar lezat di samping nilai gizinya yang baik.
yang paling esensial bagi kelangsungan Banyak jenis roti yang beredar di pasaran,
hidup manusia, sehingga pangan dapat salah satunya adalah roti tawar yang sering
disebut sebagai hak asasi atas hidup digunakan sebagai menu sarapan pagi
manusia. Kebutuhan manusia akan pangan sebagian masyarakat Indonesia. (Mizana,
menjadi prioritas utama yang Suharti et al, 2016).
pemenuhannya tidak dapat ditunda. Ketahanan sebuah roti tawar biasanya
(Febrian, 2018). tidak bisa lebih dari seminggu atau bahkan
UU No. 18 Tahun 2012 tentang hanya tiga hari, itu sebabnya penampilan
Pangan, menyebutkan bahwa pangan roti tawar cepat sekali berubah, yang
merupakan kebutuhan dasar manusia yang mulanya memiliki warna putih susu
paling utama dan pemenuhannya berubah menjadi berbintik hitam hingga
merupakan bagian dari hak asasi manusia ditumbuhi jamur, yang artinya roti tersebut
yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar sudah tak layak konsumsi lagi. (Syaifuddin
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2017). Jamur merupakan salah satu
sebagai komponen dasar untuk mikroorganisme penyebab penyakit pada
mewujudkan sumber daya manusia yang manusia. Jamur merupakan makhluk hidup
berkualitas. (RI 2012). Sekarang ini kosmopolitan yang tumbuh di mana saja
banyak kita jumpai bahan pangan yang dekat dengan kehidupan manusia, baik di
mudah sekali kadaluwarsa. Kita dapat udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh
menemukan dengan mudah di toko atau manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan
warung di sekitar tempat tinggal kita. penyakit yang cukup parah bagi manusia.
Faktor ekonomi yang menyebabkan bahan Penyakit yang disebabkan oleh jamur
pangan tersebut di jual oleh pemilik toko berasal dari makanan yang kita makan
atau warung supaya dapat mengurangi sehari-hari. (Hasanah, 2017).
kerugian. (Syaifuddin, 2017). Pertumbuhan jamur yang sangat
Salah satu contoh pangan yang cukup cepat pada roti tawar disebabkan oleh
banyak dikonsumsi masyarakat sebagai bahan dasar dari pembuatan roti tersebut.
makanan kudapan di Indonesia sekarang Salah satu bahan dasarnya adalah tepung
adalah roti. Pangan ini merupakan terigu, yang mana mengandung pati dalam
makanan manusia yang telah dikenal sejak jumlah yang relatif tinggi. Pati ini dapat
dulu. Jenis makanan ini biasa dikonsumsi dihidrolisis menjadi gula sederhana oleh
oleh masyarakat dari berbagai belahan mikroorganisme khususnya jamur, karena

Jurnal „Aisyiyah Medika | 123


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

gula sederhana merupakan sumber nutrisi lingkungannya lembab atau basah.


utama bagi mikroorganisme tersebut. (Yolanda, 2016).
Jamur merupakan mikroorganisme utama Berdasarkan laporan Balai
yang berperan penting dalam proses Pengawasan Obat dan Makanan atau
pembuatan dan pembusukan roti. Beberapa BPOM tahun 2004 di seluruh Indonesia
jenis jamur yang sering ditemukan pada telah terjadi kasus keracunan pangan
pembusukan roti adalah Rhizopus sebanyak 153 kejadian di 25 Provinsi.
stolonifer, Penicillium sp, Mucor sp, dan Keracunan pangan terbanyak di Provinsi
Geotrichum sp serta juga bisa terdapat Jawa Barat yaitu sebesar 32 kejadian
Aspergillus sp dan lainnya. (Syaifuddin, (21%), Jawa Tengah 17 kejadian (11%),
2017). DKI Jakarta, Jawa Timur dan Nusa
Adanya mikroorganisme yang Tenggara Barat masing-masing 11 kejadian
tumbuh di suatu bahan pangan sangat (7,2%), Bali 10 kejadian (6,5%), sampai
berpengaruh terhadap penurunan kualitas paling rendah di Riau, Bangka Belitung,
produknya. Yang mana hal tersebut dapat Banten, dan Kalimantan Selatan masing-
menyebabkan terkontaminasinya bahan masing 1 kejadian (0,7%). Keracunan
makanan. Salah satu mikroorganisme yang tersebut diduga dikarenakan adanya
dapat mengkontaminasi bahan pangan aktivitas mikroba yang salah satunya dari
tepung terigu yaitu jenis fungi. (Pujiati jenis fungi. (Syaifuddin 2017).
,2018). Aspergillus sp adalah spesies yang Penelitian (Syaifuddin 2017), Jamur
telah menyebar luas, karena spora jamur Aspergillus sp pada roti tawar berdasarkan
yang mudah disebarkan oleh angin, mudah masa sebelum dan sesudah kadaluwarsa di
tumbuh pada bahan-bahan pangan atau Candimulyo Jombang dari 4 sampel di
produk hasil pertanian. (Hidayatullah dapatkan masing-masing dari 4 toko di
2018). Candimulyo Jombang. Roti tawar yang
Dampak kesehatan yang dapat memiliki masa kadaluwarsa dua hari
ditimbulkan oleh Aspergillus sp ialah sebelum kadaluwarsa ditemukan jamur
demam, peradangan, sesak nafas, nyeri Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan
dada dan nyeri sendi, batuk-batuk, Aspergilus fumigatus. Roti tawar tepat saat
menggigil, sakit kepala dan lain-lain. kadaluwarsa sesuai tanggal pada kemasan
Kontaminasi jamur pada makanan dapat di temukan jamur Aspergillus flavus dan
menyebabkan kerusakan, terutama pada Aspergillus niger. Sedangkan roti tawar
saat penyimpanan. Jamur lebih mudah dua hari setelah tanggal kadaluwarsa di
hidup di tempat yang kondisinya

Jurnal „Aisyiyah Medika | 124


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

tumbuhi jamur Aspergillus flavus dan Keberadaan Jamur Kontaminan pada Roti
Aspergillus niger. Tawar yang dijual di Pasar Tradisional”.
Adapun penelitian yang dilakukan
oleh (Mizana, Suharti et al. 2016), untuk METODE PENELITIAN
mengidentifikasi pertumbuhan jamur Metode penelitian yang digunakan
Aspergillus sp pada tiga buah sampel roti dalam penelitian ini adalah kuantitatif
tawar yang dijual di kota Padang dapat deskriptif, dengan pendekatan cross-
dijelaskan bahwa jamur Aspergillus sp sectional. Sampel penelitian ini berjumlah
sudah tumbuh pada satu roti tawar dari tiga 16 sampel yang diambil dari 8 populasi
sampel (33,3%) pada hari ke-3 dan dua pedagang roti tawar di Pasar Tradisional.
sampel lainnya baru teridentifikasi pada Teknik sampling yang digunakan adalah
hari ke-4 di suhu kamar (250℃-280℃), Purposive Sampling, di mana pengambilan
sedangkan pada suhu kulkas (100℃- sampel dilakukan atas pertimbangan yang
150℃) jamur baru terlihat tumbuh pada dibuat oleh peneliti yaitu jenis roti (ada
media agar Sabouraud pada hari ke-5 untuk kulit / tidak ada kulit) dan menjelang
ketiga merek roti tawar. Pada suhu kamar tanggal kadaluwarsa (1-2 hari). Metode
secara kasat mata perubahan warna pada yang digunakan adalah metode Isolasi
permukaan roti tawar sudah terlihat, Jamur Aspergillus sp dengan menggunakan
sedangkan pada suhu kulkas tidak terdapat media SDA (+) yang diinkubasi selama 2-7
perubahan warna di permukaan roti tawar hari. Prinsip pemeriksaan yaitu identifikasi
sampai hari ke-14 yang terjadi adalah menggunakan media SDA (+), kemudian
perubahan tekstur yang menjadi sedikit koloni yang tumbuh di determinasi secara
keras. makroskopis dan mikroskopis. Analisa
Berdasarkan latar belakang di atas, data dilakukan secara univariat dan
peneliti melihat roti semakin digemari oleh tabulasi silang. Penelitian ini dilakukan
semua kalangan, jika dulunya masyarakat pada bulan Maret sampai dengan Juni
Indonesia lebih memilih untuk sarapan tahun 2018. Waktu pengambilan data
pagi dengan nasi atau bubur. Roti pun dilakukan pada tanggal 31 Juni – 5 Mei
menjadi pilihan mereka untuk dikonsumsi 2018.
pada pagi hari, selain itu roti dijadikan Dalam melaksanakan penelitian ada
camilan dan biasanya sering menyimpan 4 prinsip-prinsip etika penelitian yang
roti berhari-hari, sehingga peneliti ingin peneliti terapkan yakni (1) Menghindari,
melakukan penelitian mengenai “Analisis mencegah dan meminimalkan timbulnya
bahaya, (2) Meminimalkan kerugian serta

Jurnal „Aisyiyah Medika | 125


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

memaksimalkan keuntungan (3) Partisipan HASIL PENELITIAN


pada penelitian ini memiliki hak Berdasarkan hasil penelitian tentang
mengungkapkan secara penuh untuk Jamur Kontaminan Pada Roti Tawar yang
bertanya, menolak, dan mengakhiri dijual di Pasar Tradisional yang disajikan
partisipasinya, dan (4) Memastikan dalam bentuk distribusi frekuensi, dapat

penelitian ini tidak mengganggu privasi dilihat pada tabel sebagai berikut :

nara sumber.

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Jamur Kontaminan Pada Roti Tawar yang dijual
di Pasar Tradisional
No. Hasil Pemeriksaan Jumlah %
1 Positif 1 6,2
2 Negatif 15 93,8
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat Aspergillus sp. dan 15 sampel (93,8%) roti
diketahui bahwa dari 16 sampel roti tawar tawar tidak ditemukan jamur Aspergillus
yang dijual di Pasar Tradisional, terdapat 1 sp.
sampel (6,2%) roti tawar ditemukan jamur
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Jamur Kontaminan Pada Roti Tawar yang dijual
di Pasar Tradisional Berdasarkan Jenis Roti
Jenis Kontaminasi jamur
Jumlah
Roti Positif Negatif
n % n % N %
Ada Kulit 1 6,2 0 0 1 6,2
Tidak ada Kulit 0 0 15 93,8 15 93,8
Total 1 6,2 15 93,8 16 100

Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh sp dan 15 sampel roti tidak ada kulit
hasil bahwa, dari 16 sampel berdasarkan (93,8%) tidak ditemukan jamur Aspergillus
jenis roti tawar, terdapat 1 sampel roti ada sp.
kulit (6,2%) ditemukan jamur Aspergillus

Jurnal „Aisyiyah Medika | 126


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Jamur Kontaminan Pada Roti Tawar yang dijual di Pasar Tradisional
Berdasarkan Menjelang Masa Kadaluarsa
Kontaminasi jamur
Jumlah
Menjelang Masa Positif Negatif
Kadaluwarsa n % n % N %
1 hari 0 0 8 50 8 50
2 hari 1 6,2 7 43,8 8 50
Total 1 6,2 15 93,8 16 100

Berdasarkan tabel 3 di atas Hasil penelitian di atas lebih rendah


diperoleh hasil bahwa, tidak ada sampel dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
(0%) yang ditemukan jamur Aspergillus sp (Syaifuddin 2017) yaitu didapatkan dari 4
berdasarkan 1 hari menjelang masa sampel roti tawar yang diteliti semuanya
kadaluwarsa. dan 1 sampel (6,2%) positif terkontaminasi jamur Aspergillus
ditemukan jamur Aspergillus sp sp. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
berdasarkan 2 hari menjelang masa Faktor-faktor lain yang dapat
kadaluwarsa dari 8 sampel yang diteliti. mempengaruhi pertumbuhan jamur seperti
Sedangkan sampel roti tawar yang tidak substrat, kelembapan, suhu, pH
ditemukan jamur Aspergillus sp yaitu 8 lingkungan, bahan kimia serta
sampel (50%) yang menjelang 1 hari masa penyimpanan yang panas dan lembab.
kadaluwarsa, dan 7 sampel (43,8%) yang Kerusakan oleh jamur merupakan
menjelang 2 hari masa kadaluwarsa. faktor kerugian yang cukup besar pada
industri roti. Selama pemanggangan, jamur
PEMBAHASAN umumnya tereliminasi. Namun, setelah
Jamur Kontaminan pada Roti Tawar
proses pemanggangan, kontaminasi jamur
yang dijual di Pasar Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian tentang dapat terjadi dari udara di sekeliling area
Analisis Jamur Kontaminan Pada Roti pemanggangan, permukaan meja, peralatan
Tawar yang dijual di Pasar Tradisional pemanggangan, kontaminasi dari tangan
didapatkan hasil bahwa dari 16 sampel roti pekerja ataupun kontaminasi silang dari
tawar yang dijual di Pasar Tradisional, bahan baku pembuatan produk roti.
terdapat 1 sampel (6,2%) positif (Herdiani 2019).
terkontaminasi jamur Aspergillus sp. Dari penelitian yang dilakukan oleh
(Ravimannan, Sevvel et al. 2016), setelah 5

Jurnal „Aisyiyah Medika | 127


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

hari masa inkubasi, kisaran jumlah jamur Dari hasil penelitian di atas,
rata-rata adalah 7-10 x 104 koloni per menunjukkan bahwa terdapat 1 sampel roti
piring. Pertumbuhan jamur tidak diamati tawar yang ada kulitnya lebih cepat
selama dua hari pertama di semua sampel terkontaminasi jamur Aspergillus sp., hal
roti. Tetapi pertumbuhan jamur diamati ini disebabkan oleh bagian luar roti tawar
pada semua sampel dari hari keempat. lebih cepat terkena udara sehingga cepat
Jumlah jamur meningkat dengan hari-hari ditumbuhi oleh jamur dibandingkan bagian
penyimpanan. dalamnya.
Dari penelitian di atas menunjukkan Jamur Kontaminan Pada Roti Tawar
yang dijual di Pasar Tradisional
bahwa terdapat 1 sampel roti yang
Berdasarkan Menjelang Masa
terkontaminasi jamur, hal ini disebabkan Kadaluwarsa
Hasil yang diperoleh yakni tidak ada
roti yang terkontaminasi jamur ada banyak
sampel (0%) yang ditemukan jamur
faktor yang mempengaruhi, terutama cara
Aspergillus sp berdasarkan 1 hari
penyimpanan sehingga menyebabkan roti
menjelang masa kadaluwarsa. dan 1
cepat rusak yang berakibat penurunan
sampel (6,2%) ditemukan jamur
kualitas roti yang tidak layak konsumsi.
Aspergillus sp berdasarkan 2 hari
Jamur Kontaminan Pada Roti Tawar
yang dijual di Pasar Tradisional menjelang masa kadaluwarsa dari 8 sampel
Berdasarkan Jenis Roti
yang diteliti.
Dari penelitian ini diperoleh hasil,
Sedangkan sampel roti tawar yang
dari 16 sampel berdasarkan jenis roti
tidak ditemukan jamur Aspergillus sp yaitu
tawar, terdapat 1 sampel roti ada kulit
8 sampel (50%) yang menjelang 1 hari
(6,2%) ditemukan jamur Aspergillus sp dan
masa kadaluwarsa, dan 7 sampel (43,8%)
15 sampel roti tidak ada kulit (93,8%) tidak
yang menjelang 2 hari masa kadaluwarsa.
ditemukan jamur Aspergillus sp.
Hasil penelitian ini tidak begitu sejalan
Dari penelitian yang dilakukan oleh
dengan penelitian (Mizana, Suharti et al.
(Astuti 2015), Hasil penilaian pada
2016), menyatakan bahwa sekitar 66,7%
indikator karakteristik kulit dari sampel
jamur akan lebih mudah tumbuh pada roti
roti manis setelah dilakukan uji bahwa
tawar yang berada disuhu ruang.
bahwa ada pengaruh penggunaan suhu
Ada juga hasil penelitian dari
terhadap kualitas roti manis dilihat d ari
(Syaifuddin 2017), berdasarkan data hasil
aspek karakteristik kulit. Jamur bersifat
penelitian roti tawar yang memiliki masa
aerobik dan paling banyak atau lebih cepat
kadaluwarsa dua hari sebelum kadaluwarsa
tumbuh pada bagian luar permukaan bahan
ditemukan jamur Aspergillus flavus,
pangan yang tercemar. (Buckle 2009).

Jurnal „Aisyiyah Medika | 128


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

Aspergillus niger dan Aspergilus kadaluwarsa melainkan perhatikan juga


fumigatus. Roti tawar tepat saat kondisi fisik roti tawar tersebut. Roti tawar
kadaluwarsa sesuai tanggal pada kemasan yang layak konsumsi memiliki bentuk
di temukan jamur Aspergillus flavus dan ideal, memiliki warna putih bersih,
Aspergillus niger. Sedangkan roti tawar memiliki tekstur yang lembut dan tidak
dua hari setelah tanggal kadaluwarsa keras, tidak di tumbuhi jamur pada
ditumbuhi jamur Aspergillus flavus dan permukaan roti, serta tidak berbau.
Aspergillus niger.
Hasil penelitian yang dilakukan KESIMPULAN DAN SARAN
(Syaifuddin 2017). Jamur Aspergillus Kesimpulan
flavus yang ditemukan dua hari sebelum 1. Keberadaan jamur kontaminan pada
kadaluwarsa, saat kadaluwarsa dan dua roti tawar yang dijual di Pasar
hari setelah kadaluwarsa dalam penelitian Tradisional, dari 6 sampel roti tawar
memiliki koloni berwarna kuning, yang diteliti, 1 sampel (6,2%) positif
konidiofor bersepta, tidak berwarna, kasar, jamur Aspergillus sp dan 15 sampel
bagian atas agak bulat serta konidia kasar (93,8%) negatif atau tidak ditemukan
dengan bermacam-macam warna. Lebih jamur Aspergillus sp.
tinggi daripada hasil yang diperoleh 2. Keberadaan jamur kontaminan pada
peneliti, bahwa roti dengan keterangan 1 roti tawar yang dijual di Pasar
hari menjelang masa kadaluwarsa terbukti Tradisional berdasarkan jenis roti,
tidak terkontaminasi jamur Aspergillus sp, didapatkan 1 sampel (6,2%) roti ada
sedangkan 1 sampel dari 8 sampel roti kulit yang ditemukan jamur Aspergillus
dengan keterangan 2 hari menjelang masa sp, dan 15 sampel (93,8%) roti tidak
kadaluwarsa terbukti terkontaminasi jamur ada kulit tidak ditemukan jamur
Aspergillus sp, hal ini dikarenakan para Aspergillus sp.
pedagang roti tawar yang peneliti temui 3. Keberadaan jamur kontaminan pada
hanya menyimpan produk roti tawar roti tawar yang dijual di Pasar
mereka disuhu ruang. Tradisional berdasarkan menjelang
Penjelasan di atas dapat memberikan masa kadaluwarsa, tidak ada sampel
gambaran bahwa kualitas roti tawar bukan (0%) yang ditemukan jamur
dilihat dari tanggal kadaluwarsa kemasan Aspergillus sp berdasarkan 1 hari
tetapi pada faktor-faktor lain, seperti: menjelang masa kadaluwarsa. dan 1
sebelum membeli atau mengkonsumsi roti sampel (6,2%) ditemukan jamur
tawar bukan hanya memperhatikan tanggal

Jurnal „Aisyiyah Medika | 129


Volume 5, Nomor 1, Februari 2020 Nur Afni Sulastina

Aspergillus sp menjelang 2 hari 2. Untuk peneliti lainnya, diharapkan


menjelang masa kadaluwarsa. dapat melakukan penelitian lebih lanjut
Saran misalnya dengan menggunakan metode
1. Untuk masyarakat sebagai konsumen lain dan dengan menambahkan variabel
sebelum membeli roti tawar agar lebih lainnya guna memperkuat hasil
teliti serta memperhatikan kualitas dan penelitian.
kebersihan roti tawar yang akan
dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R. M. (2015). "Pengaruh Penggunaan Suhu Pengovenan Terhadap Kualitas Roti


Manis Dilihat Dari Aspek Warna Kulit, Rasa, Aroma Dan Tekstur." TEKNOBUGA:
Jurnal Teknologi Busana dan Boga 2(2).
Buckle (2009). "Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press."
Febrian, B. (2018). Analisis Indikator Ketahanan Pangan Di Kabupaten Sidoarjo, Universitas
Brawijaya.
Hasanah, U. (2017). "Mengenal Aspergillosis, Infeksi Jamur Genus Aspergillus." Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera Vol 15: 2.
Herdiani, S. (2019). "Perbedaan Kecepatan Pertumbuhan Aspergillus sp. Pada Roti Kemasan
dan Non Kemasan Di Bandar Lampung."
Hidayatullah, T. (2018). Identifikasi Jamur Rhizopus Sp Dan Aspergillus Sp Pada Pada Roti
Bakar Sebelum Dan Sesudah Dibakar Yang Dijual Di Alun-Alun Jombang, STIKES
Insan Cendekia Medika Jombang.
Mizana, D. K., et al. (2016). "Identifikasi Pertumbuhan Jamur Aspergillus Sp pada Roti
Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan."
Jurnal Kesehatan Andalas 5(2).
Pujiati, W. (2018). Identifikasi Jamur Aspergillus sp Pada Tepung Terigu Yang Dijual Secara
Terbuka (Studi di Pasar Legi Jombang), STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.
Ravimannan, N., et al. (2016). "Study on fungi associated with spoilage of bread." Int. J. Adv.
Res. Biol. Sci 3(4): 165-167.
RI, P. (2012). "Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta : Sekretariat
Negara.".
Syaifuddin, A. N. (2017). Identifikasi jamur Aspergillus Sp pada roti tawar berdasarkan
masa sebelum dan sesudah kadaluarsa (Studi di Desa Candimulyo Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang), STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.
Yolanda, T. (2016). "Gambaran Keberadaan Jamur Kontaminan Aspergillus sp pada Cabai
Merah Giling yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Palembang Tahun 2016." KTI.
STIKES Abdi Nusa Palembang Jurusan Analis Kesehatan.

Jurnal „Aisyiyah Medika | 130


Volume 1, Number 1, 2018, PAGE: 21 - 28 JURNAL BIOSILAMPARI:
ISSN: Print 2622-4275 Online 2622-7770
DOI: 10.31540/biosilampari.v1i1.49 JURNAL BIOLOGI
https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JB
Submitted: April 05, 2018; Accepted: December 10, 2018

JENIS-JENIS DAN POTENSI JAMUR MAKROSKOPIS YANG TERDAPAT DI PT


PERKEBUNAN HASIL MUSI LESTARI DAN PT DJUANDA SAWIT KABUPATEN MUSI
RAWAS

Linna Fitriani*1, Yuni Krisnawati2, Msy Olivia Rega Anorda3, Ketri Lanjarini4
1,2,3,4 STKIP PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Kel. Air Kuti, Lubuklinggau 31626, Indonesia

*Corresponding author, e-mail: linna.fitriani@yahoo.com

ABSTRACT
This study aimed to determine the types and potential of macroscopic fungi in oil palm
plantations at PT Musi Lestari Plantation and PT Djuanda Sawit Plantation in Musi Rawas
Regency. This research is descriptive qualitative research. Sampling is done by using a
purposive sampling method with roaming techniques. The macroscopic fungal species found
in the field were made into wet herbarium and identified. The research data were analyzed
descriptively. The results of the study obtained 35 species. 35 species of macroscopic fungi
including Clitoybe dealbata, Clitoybe decembris, Collybia sp., Collybia chirata, Collybia
confluens, Collybia butyracea, Marasminus sp., Boletus sp., Hipholoma marginatum,
Pleurotus varreatus, Pleurotus ostreatus, Crepurususus spidus, Crepurususus sp. rameus,
Lactarius sp., Volvariella volvaceae, rhacodes Lepiota, Amanita fulva, Amanita virosa,
Parasola lactea, Auricularia polytricha, Spongipelis sp., Grivola sp., Grivola sp., Grivola sp.,
Fvom phomentarius, Ganoderma sp. , Panus sp., Coltricia sp., Coltricia perennes, Pycnoporus
cinnabarinus, Tulostoma sp., Lycoperdon gemmatum, Peziza repanda, and Peziza
vesiculosa. The conclusions of 35 species were found, belonging to 6 orders, 16 families, and
24 genera. 8 species or 23% macroscopic fungi can be consumed.

Keywords: Macroscopic Mushrooms, Oil Palm Plantation, Musi Rawas

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki
kelembapan tinggi sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya berbagai tanaman dan
mikroorganisme dengan baik. Salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh dengan
baik di Indonesia adalah jamur (Arifin, 2006). Jamur atau cendawan adalah
organisme heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya
(Gandjar, 2006). Selain itu Darwis, dkk (2011) menyatakan bahwa jamur merupakan
organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi secara seksual dan
aseksual, jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu jamur
yang berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan ada juga
jamur yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat
dengan menggunakan alat bantu mikroskop. Jamur makroskopis memiliki struktur
umum yang terdiri atas bagian tubuh yaitu bilah, tudung, tangkai, cincin, dan volva.
Namun ada juga jamur makroskopis yang tidak memiliki salah satu bagian seperti
tidak bercincin (Alexopolus, dkk., 1996).
Jamur mempunyai peranan penting dalam ekosistem. Jamur merupakan
dekomposer (pengurai) dan menjadi penyeimbang keanekaragaman jenis hutan.
Jamur mampu menguraikan bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa, lignin,

Copyright © STKIP PGRI Lubuklinggau


Linna Fitriani, Yuni Krisnawati, Msy Olivia Rega Anorda, Ketri Lanjarini

protein, dan senyawa pati dengan bantuan enzim. Jamur menguraikan bahan organik
menjadi senyawa yang diserap dan digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan (Hasanuddin, 2014). Jamur secara luas dihargai di seluruh dunia
untuk nilai gizi dan pengobatan. Mereka memiliki rendah lemak, protein tinggi dan
vitamin. Jamur mengandung beberapa mineral dan elemen, serta sejumlah serat
makanan (Badalyan, 2012).
Secara alamiah jamur banyak dijumpai pada tempat dengan kondisi
lingkungan yang lembab. Jamur dapat ditemukan pada batang tumbuhan, di halaman
rumah setelah hujan, pada sisa makanan yang sudah basi dan di tempat-tempat basah
atau tempat yang kaya akan zat organik (Darwis, dkk., 2011). Jamur biasanya
tumbuh pada kondisi lingkungan yang teduh dan tingkat kelembapan yang cukup
tinggi, arus angin dan pencahayaan. Beberapa faktor lainnya adalah kebutuhan sinar
matahari tidak langsung, pada kondisi ini jamur dapat tumbuh dengan cepat, suhu
dan sirkulasi udara yang sejuk, dan kondisi lingkungan dataran rendah sangat cocok
untuk kehidupan jamur makroskopis Hidayati, dkk, 2015). Hal ini sesuai dengan hasil
observasi pada 14 Mei 2017 di PT Perkebunan Hasil Musi Lestari (PHML) Kecamatan
BTS ULU Kabupaten Musi Rawas dan Perkebunan PT Djuanda Sawit, Kecamatan
Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas bahwa terdapat beberapa jenis jamur
makroskopis yang hidup dan tumbuh di perkebunan kelapa sawit. Jamur tersebut
antara lain Volvariella volvacea, Sclorederma aurantium dan Auricularia polytricha.
Hal ini dikarenakan lingkungan yang memadai untuk pertumbuhan dan
perkembangan jamur. Perkebunan kelapa sawit tidak hanya terdapat banyak pohon
kelapa sawit melainkan juga limbah pengolahan kelapa sawit seperti tandan kosong
kelapa sawit serta limbah dari perkebunannya sendiri seperti serasah, pelepah, serta
pohon yang sudah tumbang.
Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat di sekitar perkebunan,
masyarakat sering mengkonsumsi beberapa jamur. Selain itu diketahui bahwa
penelitian mengenai jenis jamur makroskopis yang terdapat di dua PT perkebunan
kelapa sawit tersebut belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal yang telah diuraikan
serta peranan jamur yang sangat penting bagi kehidupan, maka dilakukanlah
penelitian dengan tujuan untuk menginventarisasi jamur dan potensi jamur
makroskopis yang terdapat di PT Djuanda Sawit Lestari di Kecamatan Muara Kelingi
Kabupaten Musi Rawas dan PT Perkebunan Hasil Musi Lestari (PHML) Kecamatan
BTS ULU Kabupaten Musi Rawas.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan menentukan lokasi
penelitian secara purposive areal sampling (Usman, 2006) yaitu teknik pengambilan
sampel didasarkan pada tujuan tertentu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni
sampai September 2017. Sampel jenis-jenis jamur makroskopis yang ditemukan di
lapangan dibungkus dan dimasukkan ke dalam amplop coklat untuk dibuat
herbarium basah. Pembuatan herbarium basah menggunakan alkohol 70% untuk
merendam spesimen di dalam toples (Darwis, dkk., 2009). Sebelum sampel diambil
dilakukan pemotretan. Identifikasi jenis jamur makroskopis menggunakan buku
acuan dari Mushrooms & Toadstools (Wilkinson, 1982) dan Introductory Mycology
(Alexopoulus, 1962). Untuk melengkapi data sampel penelitian, maka dilakukan
pengamatan faktor abiotik lingkungan, antara lain: pH, suhu, dan kelembapan udara.
Teknik wawancara juga digunakan untuk mengetahui jenis jamur yang dapat dan
tidak dapat dikonsumsi. Responden adalah masyarakat sekitar yang mengkonsumsi
jamur serta penjual jamur.

https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JB 22
JURNAL BIOSILAMPARI: Volume 1, Number 1, 2018
ISSN: Print 2622-4275 Online 2622-7770
JURNAL BIOLOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian jamur makroskopis di perkebunan kelapa sawit di PT Djuanda
Sawit Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas pada bulan Juni sampai Juli
2017, didapatkan 12 spesies jamur makroskopis yang termasuk ke dalam 3 ordo, 6
family, dan 8 genus. Tiga ordo tersebut antara lain Agaricales, Lycoperdales dan
Pezizales; 6 Family (Agaricaceaae, Tricholomataceae, Amanitaceae, Psthyrellceae,
Lycoperdon, Pezizaceae); 8 genus (Volvariella, Collybia, Lepiota, Pleurotus, Amanita,
Parasola, Lycoperdon, dan Peziza); dan 12 spesies (Volvariella volvaceae, Pleurotus
ostreatus, Collybia confluens, Amanieta vulva, Lepiota rhacodes, Amanita virosa,
Collybia butyracea, Parasola lactea, Lycoperdon praense, Lycoperdon gemmatum,
Peziza repanda dan Peziza vesiculosa.
Tabel 1. Jenis-jenis Jamur dan PT Perkebunan Hasil Musi Lestari Kecamatan BTS ULU dan di
PT Djuanda Sawit Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas
No. Ordo Family Genus Spesies
1 Agaricales Tricholomataceae Clitoybe Clitoybe dealbata,
Clitoybe decembris
Collybia Collybia sp,
Chollybia chirata
Collybia confluens,
Collybia butyacea
Marasmius Marasmius sp
Boletaceae Boletus Boletus sp
Hygrophoraceae Hypholoma Hipholoma marginatum
Pleurotaceae Pleurotus Pleurotus pulmonarius
Pleurotus ostreatus
Crepidotus Crepidotus fusisporus var.
Rameus
Russulaceae Lactarius Lactarius sp
Agaricaceaae Volvariella Volvariella volvaceae
Lepiota Lepiota rhacodes
Amanitaceae Amanita Amanieta fulva
Amamnita virosa
Psthyrellceae Parasola Parasola lactea
2 Auriculariales Auriculariaceae Auricularia Auricularia polytricha
3 Aphylloporales Schizophylaceae Auriculariopsis Schyzophylim commune
4 Polyporales Hydnaceae Spongipelis Spongipelis sp
Meripilaceae Grivola Grivola sp
Polyporaceae Fomes Fomes fomentarius,
Fomes sp1
Fomes sp2
Lenzites Lenzites betulina
Panus Panus sp
Polyporus Polyporus sp1,
Polyporus sp2
Pycnoporus Pycnoporus cinnabarinus
5 Licoperdales Lycoperdaceae Tulostoma Tulostoma sp
Lycoperdon Lycoperdon Lycoperdon pratense
Lycoperdon gemmatum
6 Pezizales Pezizaceae Peziza Peziza repanda
Peziza vesiculosa

JENIS-JENIS DAN POTENSI JAMUR MAKROSKOPIS .... 23


Linna Fitriani, Yuni Krisnawati, Msy Olivia Rega Anorda, Ketri Lanjarini

Penelitian pada Agustus sampai September 2017 di PT Perkebunan Hasil Musi


Lestari (PHML) Kecamatan BTS ULU Kabupaten Musi Rawas ditemukan 24 spesies
dari 5 ordo, 11 famili, 19 genus. 5 ordo tersebut antara lain Agaricales, Auriculariales,
Aphylloporales, Lycoperdales, Polyporales; 11 Famili (Auriculariaceae, Boletaceae,
Hydnaceae, Hygrophoraceae, Pleurotaceae, Lycoperdaceae, Meripilaceae,
Schizophylaceae, Tricholomataceae, Polyporaceae); 18 Genus (Auricularia,
Auriculariopsis, Boletus, Clitoybe, Collybia, Crepidotus, Fomes, Ganoderma, Grivola,
Hypholoma, Spongipelis, Tulostoma, Panus, Pleurotus, Polyporus, Lactarius,
Lenzites), dan memiliki 24 Spesies (Auricularia polytricha, Boletus sp., Clitoybe
dealbata, Clitoybe decembris, Collybia sp., Collybia chirata, Coltricia sp., Coltricia
perennes, Crepidotus fusisporus var. rameus, Fomes sp., Ganoderma sp.1, Ganoderma
sp.2, Grivola sp., Hipholoma marginatum, Lactarius sp., Lenzites sp., Lenzites betulina,
Marasmius sp., Panus sp. Jika hasil penelitian jamur di dua perkebunan tersebut
digabungkan, maka jumlah spesies yang diperoleh sebanyak 35 spesies dari 6 ordo,
16 family, dan 24 genus. Jenis-jenis jamur makroskopis yang terdapat di PT
Perkebunan Hasil Musi Lestari (PHML) dan PT Djuanda di Kabupaten Musi Rawas
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2. Potensi Jamur Makroskopis yang Ditemukan di PT Djuanda Sawit dan PT
Perkebunan Hasil Musi Lestari, Kecamatan BTS ULU Kabupaten Musi Rawas
No. Spesies Potensi
1. Clitoybe dealbata Non Pangan
2. Clitoybe decembris Non Pangan
3. Collybia sp. Non Pangan
4. Chollybia chirata Non Pangan
5. Collybia confluens Non Pangan
6. Collybia butyracea Non Pangan
7. Marasmius sp Non Pangan
8. Boletus sp. Non Pangan
9. Hipholoma marginatum Non Pangan
10 Pleurotus pulmonarius Pangan
11. Pleurotus ostreatus Pangan
12. Crepidotus fusisporus var. rameus Non Pangan
13. Lactarius sp. Non Pangan
14. Volvariella volvaceae Pangan
15. Lepiota rhacodes Non Pangan
16. Amanieta fulva Non Pangan
17. Amanita virosa Non Pangan
18. Parasola lacteal Non Pangan
19. Auricularia polytricha Non Pangan
20. Schyzophylim commune Pangan
21 Spongipelis sp. Non Pangan
22 Grivola sp. Pangan
23 Fomes Fomentarius Non Pangan
24 Ganoderma sp.1 Obat
25 Ganoderma sp 2 Obat
26 Lenzites betulina Non Pangan
27 Panus sp Non Pangan
28 Coltricia sp Pangan
29 Coltricia perennes Non Pangan
30 Pycnoporus cinnabarinus Non Pangan
31 Tulostoma sp Pangan
32 Lycoperdon pretense Non Pangan
33 Lycoperdon gemmatum Non Pangan
34 Peziza repanda Pangan
35 Peziza vesiculosa Non Pangan

https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JB 24
JURNAL BIOSILAMPARI: Volume 1, Number 1, 2018
ISSN: Print 2622-4275 Online 2622-7770
JURNAL BIOLOGI

Pemanfaatan jamur baik sebagai bahan pangan, obat-obatan dan bahan


kosmetik telah berlangsung sejak lama. Menurut sejarah Romawi atau Raja Pharoahs
pada masa kerajaan Mesir, jamur menjadi makanan raja, para bangsawan seta
pasukan kerajaan yang dipercayai memperpanjang umur, meningkatkan imunitas
(Jahan, dkk., 2010). Selain itu, menurut Parjimo (2007), beberapa jenis jamur telah
banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan dan sumber bahan obat-
obatan tradisonal. Menurut Chew, dkk., (2008) jamur yang berwarna sangat
mencolok, tidak terdapat gigitan dari organisme lain dan menimbulkan bau busuk
biasanya mengandung senyawa sulfida yang menimbulkan bau busuk seperti bau
telur busuk (NH3) atau senyawa sianida. Biasanya jamur dengan ciri-ciri tersebut
mengandung racun dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Dari 35 jenis
jamur yang teridentifikasi hanya 8 jenis jamur atau 23% saja yang dapat dikonsumsi.
Potensi jamur makroskopis yang ditemukan di PT Djuanda Sawit dan PT Perkebunan
Hasil Musi Lestari (PHML) dapat dilihat pada tabel 2.
Selain tempat hidup yang memadai untuk pertumbuhan jamur, jamur yang
ditemukan dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga
jamur ini dapat berkembang pada suhu tanah dan kelembapan tanah yang rendah
dan tempat yang cocok. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Proborini (2012)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan badan buah dan penebaran jamur-jamur dari
kelas Basidiomycetes sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain faktor
suhu, kelembapan Faktor kelembapan tanah yang sangat cocok dalam mempengaruhi
pertumbuhan jamur adalah dengan kelembapan antara 80-90% dan kisaran suhu
tanah 18-28oC yang paling susah untuk pertumbuhan jamur. Dengan kata lain, faktor
abiotik di kedua PT perkebunan kelapa sawit tersebut cocok untuk keberlangsungan
hidup jamur. Data Faktor Abiotik di PT Djuanda Sawit dan PT Perkebunan Hasil Musi
Lestari (PHML) Kecamatan BTS ULU Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Data Faktor Abiotik di PT Djuanda Sawit dan PT Perkebunan Hasil Musi Lestari,
Kecamatan BTS ULU Kabupaten Musi Rawas
Nilai
No. Faktor Abiotik PT Perkebunan Hasil Musi
PT Djuanda Sawit
Lestari (PHML)
1. pH 5-6 5,2-6,4
2. Suhu udara 23,90C -26,30C 25,50C -290C
3. Kelembapan udara 75-85% 85-92%

Jamur-jamur yang ditemukan di PT Djuanda Sawit dan PT Perkebunan Hasil


Musi Lestari (PHML) Kecamatan BTS ULU Kabupaten Musi Rawas sebagian besar
ditemukan hidup di tandan kosong kelapa sawit sisa produksi kelapa sawit, pelepah
yang telah jatuh dan lapuk, pohon kelapa sawit yang masih hidup maupun yang sudah
tumbang, serta serasah daun dan tanah. Dari hasil penelitian, jenis jamur yang paling
banyak ditemukan yaitu jamur dari Ordo Agaricales, yaitu sebanyak 18 jenis jamur.
Jamur ini lebih mudah ditemukan dari jamur lain karena tubuh buah jauh lebih besar
dan mudah tumbuh pada limbah tandan kosong kelapa sawit. Kawasan ditemukan
jenis jamur ini adalah tumpukan limbah tandan kosong kelapa sawit yang mulai lapuk
dan ternaungi pohon kelapa sawit. Menurut Tjitrosoepomo (2011) jamur
makroskopis dari Ordo Agaricales memiliki tubuh buah berbentuk payung dengan
letak tangkai yang sentral. Pada waktu muda, tubuh buah itu diselubungi oleh suatu
selaput. Jika tubuh membesar, tinggalah selaput pada pangkal tangkai buah yang

JENIS-JENIS DAN POTENSI JAMUR MAKROSKOPIS .... 25


Linna Fitriani, Yuni Krisnawati, Msy Olivia Rega Anorda, Ketri Lanjarini

menjadikan jamur jenis ini mudah dikenali.


Ordo Auriculariales hanya ditemukan satu spesies saja yaitu Auricularia
polytricha. Menurut Utoyo (2010) Auricularia polytricha (jamur kuping hitam, black
jelly, arage kikurage) berukuran kecil daripada jamur kuping merah. Karena itu jamur
ini memiliki produktivitas yang lebih rendah. Jamur ini berbentuk seperti cendawan
pipih dengan bagian tepi melengkung ke atas. Tubuh buahnya kecil, tebal dan
berwarna coklat tua kehitaman. Jamur ini lebih banyak dipasarkan dalam bentuk
kering.
Menurut Hiola (2011) Bangsa Aphylloporales banyak tumbuh di pohon-pohon
yang tumbang dan sudah lapuk, dengan kondisi optimum suhu yang berkisar 10-
150C, dan kelembapan sekitar 90%. Hal ini sangatlah wajar jika hanya satu spesies
saja yang ditemukan yaitu Schyzophylim commune. Sebagian besar jamur dari bangsa
Aphylloporales yang ditemukan bersifat parasit, yaitu tumbuh pada batang pohon,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pohon atau pohon menjadi mati
(Proborini, 2012).
Ordo Polyporales terdiri atas 3 famili dan 10 spesies. Menurut Arora (1986)
Polyporaceae merupakan satu diantara beberapa famili terbesar yang memiliki
banyak warna, bentuk dan ukuran. Famili Polyporaceae memiliki ciri umum
berbentuk braket atau kipas dengan permukaan himenium berupa lubang-lubang
kecil yang disebut pores atau modifikasinya. Tubuh buahnya berkayu, tebal dan kasar.
Polyporales kebanyakan tumbuh pada kayu.
Ordo Lycoperdales memiliki tubuh buah yang bulat atau bulat-lonjong. Tubuh
buahnya menyerupai biji jagung. Ada juga yang tubuh buahnya kurus berdinding
tipis, yang pada saat tua isi dalamya atau sporanya yang di dalam akan terbebas
melalui lubang kecil di bagian atas tubuh buah. Ada jenis jamur pada ordo
Lycoperdales yang ketika masih muda, dagingnya berwarna putih dapat dimakan dan
sangat lezat (Wilkinson, 1982).
Ordo Pezizales merupakan salah satu ordo dari ascomycetes yang paling
dikenal. Tubuh buah jamur pezizales berbentuk mangkok. Jamur dalam ordo ini
memiliki beberapa bentuk, fitur ini cukup disamarkan sebagai bagian tubuh buah
yang lebih besar. Morchella adalah genus yang paling penting diantara kelompok
ascomiycetes, walaupun secara dasar sangat berbeda, mereka memiliki spora yang
serupa dan digolongkan bersama berdasarkan basis ini (Wilkinson, 1982).
Hanya ditemukan 2 jenis jamur dari Ordo Pezizales, yaitu Peziza repanda dan
Peziza vesicula. Hal itu disebabkan karena pada umumnya jamur dari ordo
ascomycetes adalah jamur mikroskopis, dan hanya sebagian kecil dari ordo ini yang
merupakan jamur makroskopis. Seperti contohnya Pezizales. Jamur jenis Peziza
repanda merupakan jamur yang paling sering ditemukan pada blok-blok penelitian.
Hal ini disebabkan limbah tandan kosong kelapa sawit di PT Djuanda sawit memiliki
faktor abiotik pH 5,2-6,6, suhu 24,50C-290C dan kelembapan 85%-92% yang sesuai
untuk pertumbuhan jamur sesuai pendapat Hasanuddin (2014), jamur dapat tumbuh
baik di daerah beriklim dingin maupun panas dengan suhu optimum antara 20-280C.
Jamur akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu 160C, kelembapan 97%
serta pH optimum antara 5-7,5.
Dari berbagai macam jamur yang telah ditemukan dan diidentifikasi jenisnya,
ada jenis jamur yang bisa dikonsumsi maupun jenis yang beracun. Jamur yang bisa
dikonsumsi sebanyak 23% dari 35 jenis jamur yang bisa ditemukan. Jamur yang
dapat dikonsumsi mempunyai kandungan garam mineral yang tinggi dari pada yang
dikandung dalam daging sapi atau daging domba. Jumlah garam mineral yang

https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JB 26
JURNAL BIOSILAMPARI: Volume 1, Number 1, 2018
ISSN: Print 2622-4275 Online 2622-7770
JURNAL BIOLOGI

dikandung jamur bisa mencapai hampir 2 kali lipat jumlah garam mineral dalam
sayur lainnya. Jumlah protein yang dikandung jamur mencapai 2 kali lipat dari
protein yang terdapat dalam asparagus, kol dan kentang, 4 kali dari tomat, wortel dan
6 kali lipat dari jeruk. Selain itu juga mengandung garam-garam besi, tembaga, kalium
dan kapur. Jamur juga kaya akan vitamin B dan vitamin D yang berasal dari substitusi
sinar matahari. Jamur beracun biasanya berwarna sangat mencolok, tidak terdapat
gigitan dari organisme lain dan biasanya berbau busuk karena mengandung senyawa
sulfida (Darwis dkk, 2011). Beberapa jamur dari hasil penelitian yang dapat
dikonsumsi menurut warga dan referensi yang ada antara lain Volvariella volvacea,
Pleurotus ostreatus, dan Peziza repanda.
Menurut Anggraini, dkk (2015) faktor lingkungan pada setiap spesies jamur
berbeda-beda. Pengukuran suhu tanah menunjukan kisaran 27oC-38oC. Hasil
pengukuran kelembapantanah menunjukkan kisaran 70%-80%. Seperti yang telah
peneliti ukur pada jamur Schyzophylum commune memiliki suhu tanah berkisar
23,9oC-26,3oC dengan kelembapantanah 75-82% sedangkan jamur Lenzites sp
tumbuh dengan suhu tanah 23,9oC dan 80% kelembapan tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Hasanuddin (2014) bahwa jamur dapat tumbuh baik di daerah
beriklim dingin maupun panas dengan suhu tanah optimum antara 20oC-28oC.
Kedua perkebunan kelapa sawit merupakan daerah yang baik untuk
pertumbuhan jamur. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang sangat
mendukung yaitu pH 5,2-6,6; suhu 24,5oC-29oC dan kelembapan 85%-92%. Jamur
sangat cocok hidup di daerah yang teduh, sejuk dan lembab seperti yang terdapat
pada limbah tandan kosong kelapa sawit, pelepah lapuk, serasah daun dan tanah,
serta pohon kelapa sawit yang masih hidup maupun yang sudah mati. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hasanuddin (2014), jamur dapat tumbuh baik di daerah beriklim
dingin maupun panas dengan suhu optimum antara 20-280C. Beberapa faktor lainnya
adalah kebutuhan sinar matahari tidak langsung, kelembapan udara, suhu dan
sirkulasi udara. Jamur akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu 160C,
kelembapan 97% serta pH optimum antara 5-7,5.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan yaitu: 1) Sebanyak 35
spesies teridentifikasi, yang tergolong kedalam 6 ordo, 16 family, dan 24 genus. 2)
sebanyak 8 spesies atau 23% jamur dapat dikonsumsi.

UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian penelitian ini terutama kepada STKIP PGRI Lubuklinggau, PT Djuanda
Sawit Lestari di Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas dan PT Perkebunan
Hasil Musi Lestari (PHML) Kecamatan BTS ULU Kabupaten Musi Rawas.

REFERENSI
Alexopoulus, C.J., & Benneke, E.S. (1962). Introductory Mycologi. America: Burgess
Publishing Company.
Anggraini, K., Khotimah, S., & Turnip, M. (2015). Jenis-Jenis Jamur Makroskopis Di
Hutan Hujan Mas Desa Kawat Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau.
Jurnal Protobiont, 4(3), 60-64.
Arifin, Z. (2006). Kajian Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dalam menekan

JENIS-JENIS DAN POTENSI JAMUR MAKROSKOPIS .... 27


Linna Fitriani, Yuni Krisnawati, Msy Olivia Rega Anorda, Ketri Lanjarini

perkembangan Penyakit Bercak Ungu (Alternia porri) pada Bawang Putih,


(Disertasi). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Arora, D. (1986). Mushrooms Demystified. California: Ten Speed Press.
Badalyan, S.M. (2012). Edible Ectomycorrhizal Mushrooms. Berlin: Springer-Verlag.
Chew, K.S., M. A. Mohidin, M. Z. Ahmad, T. H. N. T. Kamauzaman, & N. Mohamad.
(2008). Early Onset Muscarinic Manifestations after Wild Mushroom Ingestion.
International Journal Emergency Medicine, 1(3), 205-208. doi:10.1007/s12245-
008-0054-y.
Darwis, W., Merisya, Y., & Supriati, R. (2009). Identifikasi Jamur Tricholomataceae
dari Hutan dan Sekitar Pajar Bulan. Jurnal Gradien, 1(1), 1-6.
Darwis, W., Mantovani, A.R., & Supriati, R. (2011). Determinasi Jamur Lycoperdales
yang Terdapat Di Desa Pajar Bulan Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma Bengkulu. Jurnal Konservasi Hayati, 07(01), 1-8.
Darwis, W., Desnalianif., & Supriati, R. (2011). Inventarisasi Jamur yang Dapat
Dikonsumsi dan Beracun yang Terdapat di Hutan dan Sekitar Desa Tanjung
Kemuning Kaur Bengkulu. Jurnal Konservasi Hayati, 07(02), 1-8.
Gandjar. (2006). Mikrobiologi Terapan dan Dasar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hasanuddin. (2014). Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran
Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal Biotik, 2(1),
1-76.
Hendritomo, I.H. (2010). Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Lily Publiser.
Hidayati, Hidayat, R.M., & Asmawati. (2015). Pemanfaatan Serat Tandan Kosong
Kelapa Sawit Sebagai Media Pertumbuhan Jamur Tiram Putih. BIOPROPAL
INDUSTRI, 6(2), 73-80.
Hiola, F.S. (2011). Keanekaragaman Jamur Basidiomycota di Kawasan Gunung
Bawakaraeng (Studi Kasus: Kawasan Sekitar Desa Lembanna Kecamatan Tinggi
Moncong Kabupaten Gowa). Jurnal Bionature, 12(2), 93-100.
ƒŠƒ•á äá ‘‘••‘‘•á ä ä ä ä ä ä äá ¬ ŠƒŠá ä ä ä trsr ä ”‘™‡”ï• ”‡•’‘••‡ –‘
mushroom cultivation technologies disseminated by mushroom development
project. Journal of Agriculture & Social Sciences, 6, 96-100.
Parjimo & Andoko, A. (2007). Budi Daya Jamur. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Proborini, W.M. (2012). Eksplorasi dan Identifikasi Jenis-Jenis Jamur Kelas
Basidiomycetes Di Kawasan Bukit Jimbaran Bali. Jurnal Biologi, XVI(2), 45-47.
Tjitrosoepomo, G. (2011). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Usman, H. (2006). Pengantar Statistik edisi ke-2. Bandung: Bumi Aksara.
Utoyo, N. (2010). Bertanam Jamur Kuping di Lahan Sempit. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Wilkinson, J. & Buczacki, S. (1982). Mushrooms & Toadstools. London: Collins.

https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JB 28
Vol. 6. No. 1

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha


p-ISSN : 2599-1450
e-ISSN : 2599-1485
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2018
Open Acces : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPB/index

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR MIKROSKOPIS PADA


RIZOSFER TANAMAN JERUK SIAM (Citrus nobilis Lour.) DI
KECAMATAN KINTAMANI, BALI

Ni Putu Nila Ristiari, Ketut Srie Marhaeni Julyasih, Ida Ayu Putu Suryanti

Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {putu.nila.ristiari, srie.marhaeni, ayu.putu}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui genus jamur mikroskopis yang terdapat
pada rizosfer tanaman jeruk siam (Citrus nobilis Lour.) di Kecamatan Kintamani, Bali.
Penelitian mengacu pada pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
yaitu penelitian deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah seluruh jamur
mikroskopis pada rizosfer tanaman jeruk siam di perkebunan jeruk siam di Desa
Kintamani. Adapun objek pada penelitian adalah genus jamur mikroskopis pada
rizosfer tanaman jeruk siam yang diisolasi dari salah satu perkebunan jeruk siam di
Desa Kintamani. Tahapan penelitian terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan
analisis data. Hasil penelitian yakni melalui pengamatan makroskopis dan
mikroskopis diperoleh 12 isolat diantaranya berasal dari 4 genus yaitu Aspergillus (4
isolat), Penicillium (3 isolat), Mucor (1 isolat), dan Trichoderma (4 isolat).
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan yaitu 12 isolat jamur mikroskopis yang
ditemukan, memiliki karakteristik makroskopis dan mikroskopis yang berbeda-beda.

Kata kunci: Identifikasi, Aspergillus, Penicillium, Mucor, Trichoderma

Abstract
This research was aimed to know the genus of microscopic fungi that was located in
the rhizosphere of siam citrus plants (Citrus nobilis Lour.) in Kintamani Sub-district,
Bali. The research refered to the qualitative research approach with the type was
descriptive research. The subjects in this research were all microscopic of fungi in the
rhizosphere of siam citrus plants from siam citrus plantation in Kintamani Village. The
objects of the research were the genus of microscopic fungi in rhizosphere of siam
citrus plants which were isolated from one of the siam citrus plantation in Kintamani
Village. The stages of research consisted of preparation stage, implementation, and
data analysis. The results of the research are through macroscopic and microscopic
observations, are obtained 12 isolates which come from 4 genus namely Aspergillus
(4 isolates), Penicillium (3 isolates), Mucor (1 isolate), and Trichoderma (4 isolates).
Based on these results, it can be conclude that 12 microscopic fungi isolates which
are found, have different macroscopic and microscopic characteristics.

Keywords : Identification, Aspergillus, Penicillium, Mucor, Trichoderma

10
Vol. 6. No. 1

PENDAHULUAN dimanfaatkan menjadi agen hayati, dimana


Jeruk siam dengan nama ilmiah Citrus jamur ini dilaporkan mempunyai aktivitas
nobilis Lour. ini merupakan salah satu antagonis terhadap jamur patogen dengan
komoditi buah-buahan lokal unggulan. mekanisme hiperparasitisme dan antibiosis
Kabupaten Bangli, terutama Kecamatan (Soesanto, 2008).
Kintamani merupakan salah satu kabupaten Jamur rizosfer sebagai salah satu
sentra penghasil jeruk di Provinsi Bali. Buah faktor biotik, memiliki kemampuan
jeruk siam menjadi local indigenous atau menginduksi ketahanan tanaman terhadap
kearifan lokal, yang dibudidayakan oleh penyakit dan juga dapat menyuburkan
masyarakat di daerah Kintamani, Bangli. tanaman (sebagai biofertilizer) (Fety, et al.,
Produksi jeruk di Kabupaten Bangli 2015). Selain itu, cendawan tanah banyak
berfluktuatif yang cenderung mengarah memiliki peranan penting dalam
pada penurunan selama beberapa tahun dekomposisi tanah (Gandjar, et al., 2006).
terakhir. Mikroorganisme yang banyak berperan di
Penurunan produksi jeruk siam dapat dalam pengendalian hayati adalah yang
disebabkan oleh berbagai faktor, salah hidup di dalam tanah sekitar akar tumbuhan
satunya karena serangan penyakit. (rizosfir), dimana patogen akan berhadapan
Penyakit diplodia atau penyakit busuk terlebih dahulu dengan mikroorganisme
batang merupakan penyakit penting pada antagonis sebelum patogen menyebar dan
tanaman jeruk di Kabupaten Bangli menginfeksi akar (Hasanuddin, 2003).
(Widyastiti, 2017). Tanaman jeruk siam Berdasarkan paparan tersebut,
Kintamani terutama yang berusia 10 tahun diperlukannya pengembangan fungisida
ke atas sangat rentan terserang penyakit hayati berbahan jamur rizosfer yang ramah
diplodia. Penyakit ini disebabkan oleh jamur lingkungan, sehingga tujuan penelitian ini
Botryodiplodia theobromae. Penyakit yakni mengisolasi dan mengidentifikasi
diplodia sangat sulit untuk dikendalikan. genus jamur yang terdapat pada rizosfer
Tidak jarang dalam mengendalikan tanaman jeruk siam Kintamani.
penyakit diplodia, petani pestisida atau
fungisida sintetis, Penggunaan fungisida METODE
sintetis secara terus menerus dapat Tempat dan Waktu Penelitian
menimbulkan dampak negatif. Menurut Penelitian dilaksanakan di
Subakti (2018), pestisida yang digunakan Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi
kurang lebih hanya 20% mengenai target, dan Perikanan Kelautan, Fakultas
sedangkan 80% sisanya akan jatuh ke Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
tanah dan mencemari lingkungan, hal ini Universitas Pendidikan Ganesha.
berbahaya secara langsung maupun tidak Pengambilan sampel dilaksanakan di lahan
langsung bagi makhluk hidup yang terdapat perkebunan jeruk siam di Desa Kintamani,
di lahan perkebunan jeruk siam Kintamani. Kecamatan Kintamani, Bangli. Penelitian ini
Adanya dampak negatif penggunaan dilaksanakan selama ±4 bulan yaitu dari
fungisida sintetis menyebabkan perlunya bulan Januari 2019 hingga April 2019.
penanggulangan yang bersifat ramah Bahan
lingkungan. Menurut Soesanto, et al. Bahan-bahan yang digunakan dalam
(2013), agensia pengendali hayati dapat penelitian ini adalah tanah rizosfer tanaman
menjadi salah satu pilihan pengendalian jeruk siam Kintamani, media Potato
patogen tanaman. Dextrose Agar (PDA) instan,
Rizosfer merupakan daerah di sekitar chloramphenicol, aquades, alkohol 70%,
perakaran tanaman yang menjadi daerah spiritus, lactophenol cotton blue, dan NaOCl
ideal bagi berkembangnya mikroba tanah, 1%.
termasuk di dalamnya agensia hayati
(Tambingsila, 2016). Salah satu
mikroorganisme yang hidup di daerah
rizosfer yang kaya akan mineral dan nutrisi
adalah jamur mikroskopis yang selanjutnya
disebut jamur rizosfer. Jamur rizosfer dapat
11
Vol. 6. No. 1

Prosedur Kerja pada karakter koloni seperti: warna dan


Pengambilan Sampel Tanah permukaan koloni, garis-garis radial dari
Sampel tanah diambil pada daerah pusat koloni ke arah tepi koloni, serta
rizosfer tanaman jeruk siam Kintamani pada lingkaran-lingkaran konsentris (Gandjar, et
5 titik, sesuai arah mata angin yaitu timur al., 1999). Pengamatan mikroskopis
laut, tenggara, barat daya, barat laut, dan dilakukan dengan cara biakan murni jamur
arah tengah lahan perkebunan, sehingga diambil secara aseptis menggunakan jarum
total sampel diambil dari 5 pohon. Disetiap preparat dan diletakkan di atas permukaan
titik diambil sampel tanah dengan object glass, lalu diberi pewarna yakni
kedalaman 10–20 cm dari permukaan lactophenol cotton blue untuk membantu
tanah. Pada masing-masing titik, diambil mengamati struktur mikroskopisnya.
sampel tanah sebanyak 10 gram, sehingga Setelah itu, preparat ditutup dengan cover
diperoleh 50 gram sampel tanah. Sampel glass dan diamati di bawah mikroskop
tanah tersebut kemudian dimasukkan dengan perbesaran 400X. Ciri-ciri
dalam kemasan plastik, lalu diberikan label mikroskopis yang diamati meliputi struktur
yang berisikan keterangan. Selanjutnya hifa dan struktur reproduksi. Identifikasi
semua sampel tanah tersebut ditempatkan jamur mengacu pada buku identifikasi
ke dalam box ice yang sudah diisi es batu, Illustrated Genera of Imperfect Fungi
kemudian dibawa ke laboratorium untuk (Barnett dan Hunter, 1998), Pengenalan
diidentifikasi. Kapang Tropik Umum (Gandjar, et al.,
1999), Description of Medical Fungi Second
Isolasi Jamur Rizosfer dengan Metode Edition (Ellis, et al., 2007), dan Pictorial
Cawan Pengenceran Atlas of Soil and Seed Fungi (Watanabe,
Masing-masing tanah dari 5 titik 2002).
pengambilan sampel tanah diayak dengan
saringan ayakan tanah (soil sieve set), Analisis Data
kemudian dari hasil ayakan tersebut diambil Analisis data dalam penelitian ini
sebanyak 1 g tanah dimasukkan ke dalam 9 menggunakan teknik analisis data kualitatif,
ml air steril lalu dikocok selama 30 menit. dimana hasil observasi disajikan dalam
Kemudian diambil 1 ml, lalu dimasukkan ke bentuk kata-kata, gambar, dan tabel.
dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml
aquades steril, selanjutnya memberi label HASIL DAN PEMBAHASAN
pada tabung reaksi tersebut dengan kode Hasil identifikasi isolat jamur
10-1. Pengenceran berseri dilakukan hingga mikroskopis yang terdapat pada rizosfer
mendapatkan pengenceran 10⁻⁶ tanaman jeruk siam Kintamani melalui
(Tambingsila, 2016). Hasil dari tiap-tiap pengamatan makroskopis dan mikroskopis
pengenceran diambil sebanyak 1 ml, diperoleh 12 isolat. Adapun genus jamur
dimasukkan ke dalam cawan petri steril, dari 12 isolat tersebut, secara rinci dapat
selanjutnya medium PDA (yang telah dilihat pada tabel 1.
ditambah kloramfenikol) dituangkan
kedalam cawan petri tersebut, kemudian
dihomogenkan dan diinkubasi selama 7 hari
pada suhu 26ºC - 29⁰C. Setelah itu, akan
diperoleh kultur campuran, sehingga
dilakukan pemurnian dengan cara
memindahkan satu koloni jamur ke medium
PDA steril yang baru dan diinkubasi
kembali selama 7 hari.

Identifikasi Jamur Rizosfer


Kultur murni isolat jamur rizosfer
kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri
makroskopis dan mikroskopisnya. Ciri-ciri
makroskopis diidentifikasi berdasarkan
12
Vol. 6. No. 1

Tabel 1. Genus jamur mikroskopis pada rizosfer tanaman jeruk siam Kintamani
Kode Isolat Jamur
Genus jamur mikroskopis
Mikroskopis
1 Aspergillus sp. Isolat A
2 Penicillium sp. Isolat A
3 Aspergillus sp. Isolat B
4 Trichoderma sp. Isolat A
5 Mucor sp.
6 Aspergillus sp. Isolat C
7 Trichoderma sp. Isolat B
8 Penicillium sp. Isolat B
9 Trichoderma sp. Isolat C
10 Aspergillus sp. Isolat D
11 Trichoderma sp. Isolat D
12 Penicillium sp. Isolat C

Terdapat 12 isolat jamur mikroskopis Jamur mikroskopis yang terdapat


yang diisolasi dari rizosfer tanaman jeruk pada rizosfer tanaman jeruk siam Kintamani
siam Kintamani, diantaranya berasal dari 4 yang selanjutnya disebut jamur rizosfer,
genus yakni genus Aspergillus (4 isolat), masing-masing memiliki karakteristik
Penicillium (3 isolat), Mucor (1 isolat), dan makroskopis dan mikroskopis yang
Trichoderma (4 isolat). Terdapat beberapa berbeda-beda.
jamur mikroskopis berasal dari genus yang Genus Jamur Aspergillus (Isolat A, Isolat
sama, maka untuk membedakannya B, Isolat C, dan Isolat D)
ditambahkan kata “isolat” yang diikuti kode Hasil pengamatan karakteristik
huruf setelahnya, sehingga dapat makroskopis dan mikroskopis keempat
memperjelas penyebutan nama jamur isolat yang terindikasi berasal dari genus
selanjutnya. Aspergillus dapat dilihat pada gambar 1 dan
gambar 2.
b
d

a a
c b
d
(A) (B) (C) (D)
Gambar 1. Karakteristik makroskopis dan mikroskopis genus Aspergillus pengamatan pada hari ke-6:
A dan C: Karakteristik makroskopis jamur Aspergillus sp. Isolat A dan Aspergillus sp. Isolat B;
B dan D: Struktur mikroskopis perbesaran 400X (a: konidiofor, b: fialid, c: vesikel, d: konidia)

13
Vol. 6. No. 1

b
b

c
c
d
a a
d
(A) (B) (C) (D)
Gambar 2. Karakteristik makroskopis dan mikroskopis genus Aspergillus pengamatan pada hari ke-6:
A dan C: Struktur makroskopis jamur Aspergillus sp. Isolat C dan Aspergillus sp. Isolat D;
B dan D: Struktur mikroskopis perbesaran 400X (a: konidiofor, b: konidia, c: fialid, d: vesikel)

Koloni Aspergillus sp. Isolat A tekstur seperti tepung, adapun ciri-ciri


berwarna coklat kehitaman dan telah mikroskopiknya yaitu konidia berbentuk
memenuhi seluruh permukaan medium di bulat, dengan hifa bersepta dan hialin.
cawan petri pada hari ke-6. Adapun genus Menurut Isroi (2008), Aspergillus sp.
Aspergillus sp. Isolat B tampak berwarna merupakan fungi pelarut fosfat yang sudah
hitam dengan dasar berwarna krem. Genus terbukti dapat melarutkan fosfat dari
Aspergillus sp. Isolat C mula-mula memiliki sumber-sumber yang sukar larut.
permukaan koloni berwarna hijau Aspergillus sp. juga mempunyai
kekuningan dengan dasar putih, kemudian kemampuan melarutkan fosfat-anorganik
menjadi putih dengan hifa aerial berwarna tak larut dengan mensekresikan asam-
apple green pada hari ke-6. Sedangkan asam organik (Subba-Rao dalam
Aspergillus sp. Isolat D berwarna hijau Saraswati, et al., 2007). Selain itu, menurut
lumut pada awalnya, namun setelah hari Saraswati, et al. (2007), Aspergillus sp.
ke-6, koloni tampak berwarna hijau gelap. mampu menghasilkan protease yang
Sedangkan mikroskopis yang berfungsi dalam transformasi organik
ditunjukkan keempat genus ini memiliki nitrogen (dalam bentuk protein) di dalam
kesamaan dari sisi bentuk konidia yakni tanah serta limbah bahan organik lainnya
bulat hingga semi bulat, dinding konidia menjadi N anorganik (NH4+), yang dapat
halus, dinding konidiofor yang tebal, dimanfaatkan oleh tanaman dalam hal ini
memiliki vesikel serta fialid. Genus adalah tanaman jeruk siam Kintamani.
Aspergillus ini memiliki hifa bersepta dan Genus Jamur Penicillium (Isolat A, Isolat
hialin. Hal ini didukung oleh penelitian B, dan Isolat C)
Noerfitryani dan Hamzah (2018), yang Hasil pengamatan karakteristik
melaporkan bahwa ciri-ciri makroskopik makroskopis dan mikroskopis ketiga isolat
cendawan Aspergillus pada media PDA yang terindikasi berasal dari genus
yakni permukaannya berwarna hijau terang Penicillium dapat dilihat pada gambar 3.
hingga hijau gelap dan hitam, serta memiliki

14
Vol. 6. No. 1

a
a c
b
d
c
e
d e

b
(A) (B) (C) (D)

a
b

d
c
e

(E) (F)
Gambar 3. Karakteristik makroskopis dan mikroskopis koloni Penicillium pada hari ke-6:
A, C, dan E: Karakteristik makroskopis jamur Penicillium sp. Isolat A, Penicillium sp. Isolat B,
dan Penicillium sp. Isolat C;
B, D, dan F: Karakteristik mikroskopis perbesaran 400X (a: konidia, b: fialid, c: metulae, d:
percabangan konidiofor, e: konidiofor)
Penicillium sp. Isolat A tampak sudah zaitun, terkadang kuning atau kemerah-
memenuhi cawan petri dan permukaan merahan, dan warna sebalik biasanya
koloni berwarna merah muda dengan putih berwarna kuning pucat, sedangkan bentuk
di tepinya pada hari ke-6 setelah inokulasi. mikroskopis jamur Penicillium sp. yaitu
Adapun Penicillium sp. Isolat B, mula-mula memiliki hifa yang hialin, konidia yang bulat,
permukaan koloni berwarna putih dan uniseluler, serta memiliki sekumpulan
kehijauan, kemudian menjadi berwarna fialid.
hijau botol dengan krem di tepinya serta Penicillium sp. dilaporkan dapat
terdapat struktur seperti serat kapas melindungi tanaman terhadap serangan
berwarna putih pada hari ke-6. Sedangkan patogen sekaligus meningkatkan
Penicillium sp. Isolat C, mula-mula terlihat pertumbuhan tanaman (Rozali, 2015).
berwarna hijau kecil ditengah serta Selain itu, Penicilium juga berperan sebagai
disekelilingnya berwarna putih, kemudian dekomposer yang dapat meningkatkan
setelah hari ke-6, koloni tampak berwarna kesuburan tanah (Purwati dan Hamidah,
dartmouth green dengan sedikit putih 2018). Menurut Yuleli (2009), Penicillium
ditepinya. Adapun pengamatan secara sp. merupakan mikroba tanah yang
mikroskopis yang ditunjukkan oleh ketiga berperan di dalam penyediaan unsur hara
genus yakni terdapat kesamaan pada yakni sebagai mikroba pelarut fosfat (P)
dinding konidia yaitu berdinding halus, dengan mengubah senyawa fosfat
dinding konidiofor halus, konidiofor anorganik tidak larut menjadi bentuk terlarut
bercabang, serta memiliki metulae serta (H2PO4¯) dan HPO42- sehingga dapat
fialid. Genus Penicillium memiliki hifa diserap tanaman. Mikroba dengan
bersepta dan hialin. Berdasarkan kemampuan melarutkan P yang tinggi,
identifikasi oleh Anggraeni dan Usman umumnya juga memiliki kemampuan tinggi
(2015), koloni Penicillium sp. awalnya dalam melarutkan kalium (K) (Wulandari, et
berwarna putih, kemudian berubah menjadi al. (2013).
biru kehijauan, abu-abu kehijauan, abu-abu

15
Vol. 6. No. 1

Genus Jamur Mucor Menurut Domsch, et al. (dalam Furi,


Hasil pengamatan karakteristik 2018), warna koloni Mucor yaitu putih dan
makroskopis dan mikroskopis isolat yang kemudian menjadi coklat keabuan saat
terindikasi berasal dari genus Mucor dapat umur isolat lebih dari 7 hari, warna sebalik
dilihat pada gambar 4. koloni yakni putih kekuningan,

b
c
a

(A) (B)
Gambar 4. Karakteristik makroskopis dan mikroskopis koloni Mucor sp. pada hari ke-6:
A: Karakteristik makroskopis jamur Mucor sp.
B: Karakteristik mikroskopis perbesaran 400X (a: spora, b: kolumela, c: sporangiofor)

Pertumbuhan genus ini termasuk sporangiofor bercabang, tumbuh kolumella,


cepat di medium PDA, terlihat dari hifa hifa putih atau berwarna serta tidak
aerial isolat Mucor yang banyak dan bersepta, spora berdinding halus,
panjang, memenuhi cawan petri, hingga berbentuk lonjong, hingga semi bulat.
menyentuh bagian bawah tutup cawan Menurut Purwati dan Hamidah (2018),
petri. Menurut Gandjar, et al. (1999), genus Mucor dapat berperan sebagai
beberapa spesies dari genus Mucor dapat dekomposer yang membantu menyuburkan
bersporulasi pada suhu 5º hingga 20º tanah. Genus Mucor juga mampu
sampai 30ºC. Hal ini sesuai dengan hasil menghasilkan protease, yakni enzim yang
penelitian, dimana genus Mucor berperan dalam siklus nitrogen di dalam
bersporulasi dengan cepat ketika tanah (Saraswati, et al., 2007).
ditumbuhkan di media PDA yang diinkubasi Genus Jamur Trichoderma (Isolat A,
pada suhu ruangan. Isolat B, Isolat C, dan Isolat D)
Setelah purifikasi di medium PDA, Hasil pengamatan karakteristik
Mucor sp. sudah memenuhi cawan petri makroskopis dan mikroskopis isolat yang
dengan hifa udara yang banyak dan padat terindikasi berasal dari genus Trichoderma
pada hari ke-6 dan permukaan koloni mula- dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar 6.
mula berwarna putih dengan kepala hifa
aerial berwarna hitam, kemudian menjadi
abu-abu dengan kepala hifa udara berwana
hitam. Adapun pengamatan secara
mikroskopis, yaitu koloni memiliki hifa tidak
bersepta dan berwarna hialin kebiruan,
sporangiofor berdinding tebal, terdapat
kolumela, serta spora berbentuk bulat, oval,
elips, ovoid, semibulat, obovoid.

16
Vol. 6. No. 1

c
b

b
a
a c
(A) (B) (C) (D)
Gambar 5. Karakteristik makroskopis dan mikroskopis koloni Trichoderma pada hari ke-6:
A dan C: Karakteristik makroskopis jamur Trichoderma sp. Isolat A dan Trichoderma sp. Isolat B;
B dan D: Karakteristik mikroskopis perbesaran 400X (a: konidiofor, b: fialid, c: konidia)

b
a

c c
a
(A) (B) (C) (D)
Gambar 6. Karakteristik makroskopis dan mikroskopis koloni Trichoderma pada hari ke-6:
A dan C: Karakteristik makroskopis jamur Trichoderma sp. Isolat C dan Trichoderma sp. Isolat D;
B dan D: Karakteristik mikroskopis perbesaran 400X (a: konidiofor, b: fialid, c: konidia)

Koloni dari genus ini terlihat memiliki cawan petri. Berbeda dengan genus
struktur garis konsentris yang teratur saat Trichoderma
namun sp. Isolat satu
terdapat A dan Isolat
isolat yangB,
ditumbuhkan di medium PDA. Ketiga isolat koloni genus Trichoderma sp.
memiliki warna permukaan yang didominasi Isolat C
dari genus ini menunjukkan warna dengan warna awal koloni
warna putih dengan campuran sedikit hijau.yakni hijau
permukaan koloni yang didominasi oleh ditengah dengan putih kehijauan ditepinya,
warna hijau yang bercampur sedikit putih, setelah 6 HSI (Hari Setelah Inokulasi),
namun terdapat satu isolat yang memiliki koloni tampak berwarna castleton green
warna permukaan yang didominasi warna bercampur
Pada awal putih.
inkubasi,Adapun
yakni hari koloni
ke-3,
putih dengan campuran sedikit hijau. koloni genus Trichoderma sp.masih
Trichoderma sp. Isolat D Isolat tampak
A yang
Pada awal inkubasi, koloni berwarna
telah putih krem
dipurifikasi dan setelah
di medium PDA, hari ke-6,
hampir
Trichoderma sp. Isolat A yang telah warna putih masih dominan
memenuhi permukaan cawan petri dan dan terdapat
dipurifikasi di medium PDA, mula-mula sedikit campuran
mula-mula hijau, serta
warna permukaan telah
koloni yakni
warna permukaan koloni yakni putih memenuhi
putih dengan seluruh
hijaupermukaan
di bagiancawan petri.
tengahnya,
dengan hijau di bagian tengahnya, Persamaan karakteristik
kemudian pada 6 HSI (Hari Setelah mikroskopis
kemudian pada 6 HSI (Hari Setelah yang ditunjukkan
Inokulasi), tampak olehberwanakeempat
cadmium genus ini
green
Inokulasi), tampak berwana cadmium green yakni terletak pada dinding
bercampur putih dengan cadmium green di konidia yaitu
bercampur putih dengan cadmium green di berdindingserta
tepinya halus,koloni
dindingsudah
konidiofor halus,
memenuhi
tepinya
Koloniserta
dari koloni
genus ini sudah
terlihatmemenuhi
memiliki konidiofor bercabang, serta memiliki
cawan petri. Berikutnya genus Trichoderma fialid.
cawan petri. Berikutnya genus Trichoderma
struktur garis konsentris yang teratur saat Genus
sp. Trichoderma
Isolat B, yang memiliki
berwarnahifa bersepta
putih serta
sp. Isolat B,di yang
ditumbuhkan medium berwarna putihisolat
PDA. Ketiga dan dan hialin. Menurut Noerfitryani
memenuhi dua per tiga luas permukaan dan
setelah 6 HSI (Hari Setelah
dari genus ini menunjukkan warna Inokulasi), Hamzah (2018), ciri-ciri
cawan petri pada 3 HSI (Hari Setelah morfologi
koloni tampak
permukaan koloniberwarna hunter
yang didominasi green
oleh makroskopik
Inokulasi), dancendawan
setelah 6 Trichoderma
HSI (Hari Setelah pada
c
bercampur
warna hijau putih
yang serta sudah sedikit
bercampur memenuhiputih, media PDA, yakni permukaan berwarna
Inokulasi), koloni tampak berwarna hunter

17
Vol. 6. No. 1

hijau terang hingga hijau gelap, tekstur Pengetahuan Alam, Univesitas Pendidikan
seperti kapas, memiliki zonasi konsentris, Ganesha.
sedangkan ciri-ciri mikroskopik konidia
berbentuk bulat, dengan hifa bersepta dan DAFTAR PUSTAKA
hialin. Anggraeni, D. N. dan M. Usman. 2015. “Uji
Trichoderma spp. merupakan jamur Aktivitas dan Identifikasi Jamur
saprofit tanah yang secara alami Rhizosfer pada Tanah Perakaran
menyerang banyak jenis jamur patogen Tanaman Pisang (Musa paradisiaca)
penyebab penyakit tanaman, memiliki terhadap Jamur Fusarium”. BioLink,
spektrum pengendalian yang luas, serta Volume 1, Nomor 2 (hlm. 89-98),
memiliki pertumbuhan yang cepat (Berlian, Januari 2015, p-ISSN: 2356- 458X e-
et al., 2013). Menurut penelitian Suciatmih ISSN: 2550-1305.
(2001), Trichoderma juga termasuk
pendegradasi selulosa dan fosfat. Barnet, H. L. dan B. B. Hunter. 1998.
Illustrated Genera of Imperfect Fungi
Trichoderma merupakan mikroba yang
mampu menghasilkan ketiga komponen Fourth Edition. Amerika: American
selulase, diantaranya selobiohidrolase, Phytopathological Society.
endoglukanase, dan p-glukosidase, Berlian, I., B. Setyawan, dan H. Hadi. 2013.
sehingga genus ini sering disebut selulolitik “Mekanisme Antagonisme
sejati, disamping itu, Trichoderma diketahui Trichoderma spp. terhadap Beberapa
mampu menghasilkan hormon tumbuh Patogen Tular Tanah”. Warta
sehingga dapat memacu pertumbuhan Perkaretan, Volume 32, Nomor 2
tanaman (Salma dan Gunarto, 1999). (hlm. 74-82).
Ellis, D., S. Davis, H. Alexiou, R. Handke,
SIMPULAN DAN SARAN
dan R. Bartley. 2007. Description of
Berdasarkan hasil penelitian,
Medical Fungi Second Edition.
diperoleh simpulan yakni terdapat 12 isolat
Adelaide: Nexus Print Solution.
jamur mikroskopis yang diisolasi dari
rizosfer tanaman jeruk siam Kintamani, Fety, S. Khotimah, dan Mukarlina. 2015.
yang berasal dari 4 genus yakni genus “Uji Antagonis Jamur Rizosfer Isolat
Aspergillus (4 isolat), Penicillium (3 isolat), Lokal terhadap Phytophthora sp. yang
Mucor (1 isolat), dan Trichoderma (4 isolat), Diisolasi dari Batang Langsat
dimana masing-masing memiliki (Lansium domesticum Corr.)”.
karakteristik makroskopis dan mikroskopis Protobiont, Volume 4, Nomor 1 (hlm.
yang berbeda-beda. 218-225).
Berkaitan dengan penelitian yang
Furi, T. N. 2018. Uji Antagonis Fungi
telah dilaksanakan, berikut saran yang
Endofit Trichoderma sp. dan Mucor
ditujukan bagi peneliti yang ingin
sp. terhadap Fungi Patogen
mempelajari lebih dalam mengenai jamur
Penyebab Bercak Daun (Leaf Spot)
mikroskopis pada rizosfer jeruk siam
pada tanaman Stroberi (Fragaria x
Kintamani, maka perlu dilakukan penelitian
ananassa). Skripsi. Malang:
lebih lanjut terkait identifikasi hingga tingkat
Universitas Islam Negeri Maulana
spesies terhadap jamur rizosfer jeruk siam
Malik Ibrahim.
Kintamani tersebut.
Gandjar, I., R. A. Samson, K. van den
UCAPAN TERIMAKASIH Tweel-Vermeulen, A. Oetari, dan I.
Penulis mengucapkan terimakasih Santoso. 1999. Pengenalan Kapang
kepada Laboran Jurusan Biologi dan Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor
Perikanan Kelautan yang telah membantu Indonesia.
serta memfasilitasi selama penelitian ini Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari.
berlangsung di Laboratorium Mikrobiologi, 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Fakultas Matematika dan Ilmu

18
Vol. 6. No. 1

Hasanuddin. 2003. Peningkatan Peranan Subakti, A. A. 2018. “Pengaruh


Mikroorganisme dalam Sistem Penggunaan Pestisida pada Tanah”.
Pengendalian Penyakit Tumbuhan Tersedia pada
Secara Terpadu. Sumatera Utara: https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/
USU digital library. pengaruh-penggunaan-pestisida-
pada-tanah-45 (diakses pada 28
Isroi. 2008. “Fungi (Kapang)
Januari 2019).
Pelarut Fosfat”. Tersedia pada
https://isroi.com/2009/07/13/fungi- Suciatmih. 2001. “Test of Lignin and
kapang-pelarut-fosfat/#more-2318 Cellulose Decomposition and
(diakses pada tanggal 21 April 2019). Phosphate Solubilization by Soil
Fungi of Gunung Halimun”. Berita
Noerfitryani dan Hamzah. 2018.
Biologi, Volume 5, Nomor 6,
“Inventarisasi Jenis – jenis Cendawan
Desember 2001.
pada Rhizosfer Pertanaman Padi”.
Jurnal Galung Tropika, Volume 7, Tambingsila, M. 2016. “Identifikasi dan Uji
Nomor 1 (hlm. 11 – 21), April 2018. Efektivitas Cendawan Rhizosfer
Tanaman Kakao Potensinya sebagai
Purwati dan Hamidah. 2018. “Biodiversitas
Antagonis Pengendali (Phytophthora
Mikroba Rizosfer Tanaman Jeruk
palmivora Bult.) Penyebab Busuk
Keprok Borneo Prima (Citrus
Buah Kakao”. Jurnal AgroPet, Volume
reticulata cv Borneo Prima)”. Jurnal
13, Nomor 1, Juni 2016, ISSN: 1693-
Agrifarm, Volume 7, Nomor 2,
9158.
Desember 2018, P- ISSN: 2301 –
9700, E- ISSN: 25408892. Watanabe, T. 2002. Pictorial Atlas of Soil
and Seed Fungi. London: CRC Press.
Rozali, G. 2015. Penapisan Jamur
Antagonis Indigenus Rizosfir Kakao Widyastiti, I. Gst. A. 2017. Faktor-faktor
(Theobroma cacao Linn.) yang Epidemi Penyakit Busuk Pangkal
Berpotensi Menghambat Batang Lasiodiplodia theobromae
Pertumbuhan Jamur Phytophthora pada Perkebunan Jeruk di Kabupaten
palmivora Butler. Skripsi. Padang: Bangli, Bali. Skripsi. Bogor:
Universitas Andalas. Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Salma, S. dan L. Gunarto. 1999. “Enzim
Bogor.
Selulase dari Trichoderma spp.”.
Buletin AgroBio, Volume 2, Nomor 2. Wulandari, N. L. D., M. W. Proborini, dan I.
Kt. Sundra. 2013. “Eksplorasi Spasial
Saraswati, R., E. Husen, dan R. D. M.
Cendawan Tanah pada Sekitar
Simanungkalit (Eds). 2007. Metode
Rhizosfer Tanaman Jambu Mete
Analisis Biologi Tanah. Bogor: Balai
(Anacardium occidentale L.) di
Besar Penelitian dan Pengembangan
Karangasem dan Buleleng-Bali”.
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Jurnal Simbiosis, Volume I, Nomor 2
Soesanto, L. 2008. Pengantar (hlm. 85-101), September 2013,
Pengendalian Hayati Penyakit ISSN: 2337-7224.
Tanaman. Jakarta: Rajawali Pers.
Yuleli. 2009. Penggunaan Beberapa Jenis
Soesanto, L., E. Mugiastuti, R. F. Fungi untuk Meningkatkan
Rahayuniati, dan R. S. Dewi. 2013. Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea
“Uji Kesesuaian Empat Isolat brasiliensis) di Tanah Gambut. Tesis.
Trichoderma spp. dan Daya Hambat Medan: Sekolah Pascasarjana,
In Vitro terhadap Beberapa Patogen Universitas Sumatera Utara.
Tanaman”. Jurnal HPT Tropika, Vol.
13, No. 2, hlm. 117 – 123.

19
Hasil Penelitian Diterima 1-08-2021 Disetujui 15-10-2021
MANFAAT JAMUR KONSUMSI (EDIBLE MUSHROOM) DILIHAT DARI KANDUNGAN
NUTRISI SERTA PERANNYA DALAM KESEHATAN
Netty Widyastuti1*, Donowati Tjokrokusumo1
1Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

ABSTRAK: Beberapa jamur konsumsi (edible mushrooms) adalah makanan berharga yang populer karena
rendah kalori, karbohidrat, lemak, dan natrium, bebas kolesterol. Jamur konsumsi memberikan nutrisi penting,
termasuk selenium, kalium, riboflavin, niasin, vitamin D, protein, dan serat. Sepanjang sejarah, jamur konsumsi
sebagai sumber makanan, juga berfungsi dalam penyembuhan dalam pengobatan tradisional. Telah dibuktikan
bahwa jamur mempunyai efek menguntungkan bagi kesehatan untuk pengobatan beberapa penyakit. Banyak
sifat nutraceutical dalam jamur, seperti pencegahan atau pengobatan Parkinson, Alzheimer, hipertensi, dan
risiko tinggi stroke. Jamur juga digunakan untuk mengurangi kemungkinan invasi kanker dan metastasis
sebagai antitumor. Jamur sebagai antibakteri, penambah sistem kekebalan tubuh dan penurun kolesterol; selain
itu, jamur juga sebagai sumber senyawa bioaktif. Karena sifat-sifat ini, beberapa ekstrak jamur digunakan untuk
meningkatkan kesehatan manusia dan sebagai makanan suplemen.
Kata Kunci: jamur konsumsi, nutrisi, kesehatan
ABSTRACT: Edible mushrooms are popular valuable foods because they are low in calories, carbohydrates, fat, and
sodium: also, they are free of cholesterol. Edible mushrooms provide important nutrients, including selenium,
potassium, riboflavin, niacin, vitamin D, proteins, and fiber. All together with a long history as food source,
mushrooms are important for their healing capacities and properties in traditional medicine. It has reported
beneficial effects for health and treatment of some diseases. Many nutraceutical properties are described in
mushrooms, such as prevention or treatment of Parkinson, Alzheimer, hypertension, and high risk of stroke. They
are also utilized to reduce the likelihood of cancer invasion and metastasis due to antitumoral attributes.
Mushrooms act as antibacterial, immune system enhancer and cholesterol lowering agents; additionally, they are
important sources of bioactive compounds. As a result of these properties, some mushroom extracts are used to
promote human health and are found as dietary supplements.
Keywords: edible mushroom, nutrition, health

PENDAHULUAN kandungan protein jamur diantara hewan dan


Lebih dari 14.000 jenis jamur di dunia, sekitar sayuran dan dengan kualitas unggul karena
3.000 yang dikonsumsi manusia (Chang and mengandung semua asam amino esensial. Jamur
Bushwell, 2008), sekitar 700 telah dikenal mengandung kalium tinggi yang membuat jamur
mepunyai khasiat obat dan sekitar 1400 diakui merupakan makanan ideal untuk pasien yang
sebagai jamur beracun. Jamur yang dikonsumsi menderita hipertensi dan penyakit jantung .
oleh manusia karena rasanya, tekstur serta baik Beberapa spesies jamur konsumsi sangat
untuk kesehatan. bermanfaat dalam bidang kedokteran. Pleurotus
Dari 2.000 jamur di 30 genera, 270 spesies cystidiosus (PC) mempunyai aktivitas antioksidan
sekarang dianggap sebagai agen terapeutik atau yang kuat . Pleurotus ostreatus (PO) juga memiliki
berpotensi dalam kesehatan manusia (Wasser, aktivitas antitumor dan memiliki efek
2002). Di barat, jamur konsumsi (edible hipoglikemik pada penderita diabetes. Pleurotus
mushroom) dianggap sebagai makanan mewah, berkhasiat obat karena komposisi kimia atau nilai
namun di banyak negara berkembang, jamur gizinya. Komponen beta-glucan yang terkandung
dapat sangat berarti sebagai sumber penghasilan dalam jamur tiram merangsang sistim kekebalan
masyarakat miskin dan juga sebagai sumber gizi. tubuh. Jamur tiram terbukti efektif dan
Secara umum, jamur mengandung 90% air dan bermanfaat untuk pengobatan diabetes, kanker,
10% bahan kering (Widyastuti, 2013). infeksi mikroba dan sebagainya (Mowsumi dan
Nilai gizi jamur sebanding dengan telur, susu Choudhury, 2010).
dan daging . Jamur konsumsi (edible mushroom) Jamur yang paling banyak dibudidayakan di
merupakan sumber yang kaya protein, mineral seluruh dunia adalah Agaricus bisporus, diikuti
(P, Ca, Fe, K, dan Na) dan vitamin (tiamin, oleh Lentinus edodes, Pleurotus spp., dan
riboflavin, asam folat, dan niasin). Kadar Flammulina velutipes. Produksi jamur terus

* Email korespondensi: nettysigit@hotmail.com


92
Widyastuti dan Tjokrokusumo (2021) Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) …

meningkat, Cina menjadi produsen terbesar di penting asam amino esensial dan serat, lemak
dunia (Chang and Miles, 2008) . Namun, jamur liar miskin tetapi dengan kandungan asam lemak
menjadi lebih penting karena karakteristik penting yang sangat baik (Tabel 1). Selain itu,
nutrisi, sensorik, dan terutama farmakologis jamur yang dapat dimakan memberikan
(Ergonul et al., 2013). Jamur bisa menjadi sumber kandungan vitamin yang signifikan secara nutrisi
alternatif senyawa antimikroba baru, terutama (B1, B2, B12, C, D, dan E) (Mattila et al., 2001).
metabolit sekunder, seperti terpen, steroid, Dengan demikian, mereka dapat menjadi sumber
antrakuinon, turunan asam benzoat, dan yang sangat baik dari banyak nutraceutical yang
kuinolon, tetapi juga dari beberapa metabolit berbeda dan dapat digunakan secara langsung
primer seperti asam oksalat, peptida, dan protein. dalam makanan manusia dan untuk
Lentinus edodes adalah spesies yang paling meningkatkan kesehatan untuk efek sinergis dari
banyak dipelajari dan tampaknya memiliki aksi semua senyawa bioaktif yang ada ( Pereira et al.,
antimikroba terhadap bakteri gram positif dan 2012).
gram negatif (Alves et al., 2012).
Mereka memiliki nilai gizi yang besar karena
mereka cukup kaya protein, dengan kandungan

Tabel 1 : Kandungan proksimat pada beberapa jamur konsumsi (berat kering)


Karbohidrat Energi
Spesies Protein (%) Lemak (%) Abu (%)
(%) (kcal/kg)

Agaricus bisporus 14.1 2.2 9.7 74.0 325


Lentinus edodes 4.5 1.73 6.7 87.1 772
Pleurotus ostreatus 7.0 1.4 5.7 85.9 416
Pleurotus eryngii 11.0 1.5 6.2 81.4 421
Pleurotus sajor-caju 37.4 1.0 6.3 55.3
Pleurotus giganteus 17.7 4.3 — 78.0 364
Dry powder formulations
Agaricus blazei 31.3 1.8 7.5 59.4 379
Lentinus edodes 12.8 1.0 4.3 81.9 388

Sumber: https://www.hindawi.com/journals/ijmicro/2015/376387/tab1/

menghasilkan lentinan dan β-glukan yang


PEMBAHASAN menekan proliferasi sel leukemia dan memiliki
aktivitas antitumor dan hipokolesterolemik
Lentinus (Wang et al., 2005). Lentinan digunakan dalam uji
L. edodes atau jamur shiitake telah digunakan klinik sebagai pembantu dalam terapi tumor dan
selama bertahun-tahun untuk menyelidiki sifat- khususnya dalam radioterapi dan kemoterapi. Di
sifat fungsional dan untuk mengisolasi senyawa sisi lain, telah dilaporkan bahwa lentinan
untuk penggunaan farmasi; ini karena efek meningkatkan resistensi inang terhadap infeksi
positifnya terhadap kesehatan manusia . Ini telah oleh bakteri, jamur, parasit, dan virus; itu juga
digunakan untuk meringankan flu biasa selama mempromosikan respon inflamasi spesifik,
ratusan tahun dan beberapa bukti ilmiah telah dilatasi pembuluh darah, aktivasi faktor
mendukung kepercayaan ini (Mattila et al., 2001). pendorong perdarahan, dan generasi sel T helper
Finimundy et al. (2013) telah memberikan dan sitotoksik (Kim et al., 2005). Dalam penelitian
informasi eksperimental tentang ekstrak air L. lain, L. edodes menunjukkan kapasitas untuk
edodes sebagai sumber potensial senyawa menghambat pertumbuhan sarkoma tikus,
antioksidan dan antikanker. Ekstrak ini secara mungkin karena adanya polisakarida yang larut
signifikan menurunkan proliferasi sel pada tumor dalam air yang tidak spesifik ( Manzi and L.
juga. Pizzoferrato, 2000) .
Disampaikan oleh Manzi dan Pizzoferrato Jamur lain yang dapat dimakan adalah L.
(2000), bahwa Lentinus edodes atau jamur polychrous, ditemukan di utara dan timur laut
shiitake mengandung kadar β-glukan yang tinggi Thailand, yang digunakan sebagai obat pada
dalam fraksi serat makanan yang larut. Shiitake penyakit seperti dispepsia atau envenomation

J. Teknol. Pangan Kes., 3(2), hal. 92-100 93


Widyastuti dan Tjokrokusumo (2021) Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) …

yang disebabkan oleh ular atau kalajengking. Pleurotus


Ekstrak metanol dan polisakarida mentah Genus ini, juga dikenal sebagai jamur tiram,
memiliki aktivitas antioksidan dan efek memiliki sekitar 40 spesies (semua umumnya
penghambatan pada proliferasi sel kanker dapat dimakan dan tersedia). Selain nilai gizinya,
payudara (Thetsrimuang et al., 2011). Selain itu, mereka memiliki khasiat obat dan efek
ekstrak miselia dari jamur ini memiliki aktivitas menguntungkan lainnya serta efek peningkatan
antiestrogenik, yang dihasilkan dari kesehatan. Spesies pleurotus telah digunakan
polyhydroxyoctane baru dan beberapa oleh budaya manusia di seluruh dunia selama
ergostanoid (Fangkrathoket al., 2013). bertahun-tahun (Jayakumar et al., 2008).
Pleurotus atau jamur tiram memiliki sifat obat
dan efek meningkatkan kesehatan. Spesies ini
telah digunakan sebagai obat jamur sejak lama
karena mengandung beberapa senyawa dengan
sifat farmakologis / nutraceutical yang penting.
Beberapa zat ini adalah lektin dengan aktivitas
imunomodulator, antiproliferatif, dan antitumor;
senyawa fenolik dengan aktivitas antioksidan;
dan polisakarida (polisakararepteptida dan
protein polisakarida) dengan aktivitas
immunoenhancing dan antikanker. β-glukan yang
diisolasi dari Pleurotus pulmonarius
menunjukkan respon anti-inflamasi pada tikus
Gambar 1. Lentinus edodes (shiitake) dengan kolitis, dan P. ostreatus menghambat
Sumber : glukspilze.com migrasi leukosit ke adalah salah satu jamur obat
paling populer di Cina, Jepang, dan Korea. Itu
Pada tahun 2013, Carneiro et al. melaporkan telah di bawah penelitian biokimia dan
formulasi bubuk dari A. blazei dan L. edodes farmakologis modern selama dekade terakhir (
dengan protein, karbohidrat, dan asam lemak Zhou et al., 2012). Tes farmakologis modern juga
tak jenuh. Formulasi ini dapat digunakan dalam menunjukkan beberapa karakteristik penting
diet rendah kalori dan telah menunjukkan dari jamur ini, seperti imunomodulasi, anti alergi,
aktivitas antioksidan yang tinggi dengan antiradiasi, antitumor, sifat anti-inflamasi,
kandungan tokoferol dan senyawa fenolik yang antiparasit, dan antioksidan. Beberapa manfaat
tinggi. Mengingat penelitian sebelumnya, jamur untuk sistem kardiovaskular, pernapasan,
ini telah digunakan sebagai makanan sehat endokrin, dan metabolisme juga telah dijelaskan
untuk pencegahan berbagai penyakit termasuk (Mahajna et al., 2009).
kanker, diabetes, arteriosklerosis, dan hepatitis Di Thailand, jamur tiram telah terbukti dapat
kronis (Takaku et al., 2001). membantu memecahkan problema malnutrisi
A. subrufescens disebut jamur almond karena dan penyakit. Jamur tiram mengandung asam
rasanya yang mirip almond, dan dibudidayakan folat yang berguna untuk mencegah dan
di Amerika Serikat dan dikenal sebagai A. blazei, mengobati penyakit anemia. Jamur tiram
menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang mempunyai nilai karbohidrat, lemak dan kalori
memiliki potensi untuk mengobati banyak rendah, sehingga cocok untuk menu diet bagi
penyakit dan telah digunakan sebagai suplemen penderita diabetes, kolesterol dan hipertensi.
untuk pencegahan kanker, diabetes, Kandungan gizi jamur tiram menurut
hiperlipidemia, arteriosklerosis, dan hepatitis beberapa referensi: protein rata-rata 3,5–4% dari
kronis. Salah satu potensi yang menguntungkan berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi
adalah menghambat pertumbuhan tumor, dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung
aktivitas antimikroba dan antivirus, efek berat kering, kandungan proteinnya 10,5-30,4%.
imunostimulator dan anti alergi. Senyawa Sedangkan beras hanya 7,3%, gandum 13,2%,
bioaktif yang diisolasi dari jamur ini terutama kedelai 39,1%, dan susu sapi 25,2%. Jamur segar
didasarkan pada polisakarida seperti riboglan, umumnya mengandung 85-89% air. Kandungan
β-glukan, dan glukomanan. Aktivitas antitumor lemak cukup rendah antara 1,08-9,4% (berat
telah ditemukan dalam fraksi lipid, yaitu kering) terdiri dari asam lemak bebas mono
ergosterol (Takaku et al., 2001). ditrigliserida, sterol, dan phoshpolipida. Jamur
tiram juga mengandung 9 macam asam amino
yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin,
J. Teknol. Pangan Kes., 3(2), hal. 92-100 94
Widyastuti dan Tjokrokusumo (2021) Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) …

leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin. 72% Di Asia, Ganoderma telah diberikan selama
lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak berabad-abad sebagai pengobatan untuk kanker;
tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang itu menunjukkan efek antikanker sendiri atau
menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) dalam kombinasi dengan kemoterapi dan
maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. radioterapi. Ganoderma mengurangi viabilitas sel
28% asam lemak jenuh serta adanya semacam kanker manusia, menginduksi apoptosis sel,
polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menghambat proliferasi sel, menekan motilitas
menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga sel kanker payudara dan prostat invasif, dan
mengandung vitamin penting, terutama vitamin mencegah timbulnya berbagai jenis kanker (Xie
B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 et al., 2006). (Chen dan Zhong,2011) melaporkan
(riboflavin), niasin dan provitamin D2 penghambatan invasi tumor, metastasis dan
(ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. adhesi sel, promosi agregasi sel, dan penindasan
Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, migrasi sel dalam garis sel tumor usus manusia.
Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral Selain itu, (Ye et al., 2009) melaporkan aksi
utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. antitumor in vitro terhadap leukemia limfositik
Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% tikus, dan (Lai et al., 2010) melaporkan
dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. penekanan karsinoma serviks epidermoid.
Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam Polisakarida yang larut dalam air dari Ganoderma
jarum tiram kandungannya rendah, sehingga bertindak lebih dari 20 jenis kanker dan sangat
jamur ini aman dikonsumsi setiap hari. Dan yang menghambat pertumbuhan tumor (Zhou et al.,
penting, jamur tiram mengandung asam glutamat 2007). Polisakarida aktif biologis utama dari
yang menimbulkan rasa gurih pada masakan Ganoderma adalah β-glukan, dan aktivitas
(Widyastuti, 2016). antikanker dan antimetastatik adalah karena
polisakarida dan komponen triterpenoidnya.
Senyawa ini dapat dikaitkan dengan aktivitas
imunostimulasi dan kapasitas antioksidannya. Ini
juga mengandung sejumlah besar protein dan
peptida dengan aktivitas biologis, seperti lektin,
protein inaktivasi ribosom, protein antimikroba,
ribonuklease, dan lakase, yang penting untuk
aktivitas kehidupan dan juga menunjukkan efek
imunomodulator dan antitumor (Zhou et al.,
2007).
Sejumlah besar informasi ilmiah tentang
komponen bioaktif dan sifat farmakologis,
Gambar 2. Pleurotus ostreatus (jamur tiram) terutama tentang potensi antikanker Ganoderma,
Sumber : https://digital-meter- tersedia; itu difokuskan pada efek antikanker,
indonesia.com/karakteristik-jamur-tiram/ regulasi siklus sel, dan pensinyalan sel ( Zhou et
al., 2007). Selain itu, (Weng dan Yen, 2010)
mempelajari aktivitas penghambatan terhadap
Ganoderma perilaku invasif dan metastasis (yaitu, adhesi,
Jamur lingzhi (Ganoderma lucidum) migrasi, dan angiogenesis) di berbagai sel kanker
merupakan salah satu simplisia yang banyak secara in vitro atau ditanamkan pada tikus.Saat
digunakan oleh masyarakat sebagai pengobatan ini, Ganoderma diakui sebagai adjuvan alternatif
alternatif untuk menurunkan tekanan darah dan dalam pengobatan leukemia, karsinoma,
kadar gula dalam darah. Khasiat tanaman hepatitis, dan diabetes, serta penambah sistem
tersebut disebabkan oleh adanya senyawa kimia kekebalan tubuh dengan manfaat kesehatan.
yang dikandungnya. Menurut Jaelani (2008) Secara umum, aman digunakan untuk jangka
bahwa zat utama yang terkandung dalam jamur waktu yang lama (Zhou et al., 2012). Serbuk
lingzhi adalah ganodermin, ganoderan, asam kering dan ekstrak air / etanol dari G. lucidum
ganodermin, triterpenoid, adenosin, digunakan di seluruh dunia sebagai suplemen
peptidaglukan, germanium dan polisakarida makanan (Stanley et al., 2005). (Boh , 2012 )
(betaglukan). Kandungan lain dari jamur lingzhi mempelajari sekitar 270 paten untuk tubuh buah
yaitu thiamin, riboflavin, niasin, dan biotin juga dan metode penanaman miselia Ganoderma
mineral antara lain seperti kalium, fosfor, lucidum, jamur basidiomycete dengan efek
kalsium, natrium, tembaga dan magnesium. antikanker yang kuat. Boh menyimpulkan bahwa
J. Teknol. Pangan Kes., 3(2), hal. 92-100 95
Widyastuti dan Tjokrokusumo (2021) Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) …

aktivitas antikanker jamur ini dapat dikaitkan dilaporkan sebagai pelindung organ, serta dengan
dengan setidaknya lima kelompok mekanisme: efek perlindungan untuk penyakit jantung, hati,
(1) aktivasi / modulasi respon imun host, dan ginjal. Juga, C. sinensis memiliki efek sedatif
(2) sitotoksisitas langsung ke sel kanker, pada sistem saraf pusat (Zhou et al., 2009).
(3)penghambatan tumor- diinduksi angiogenesis, Antrodia cinnanomea adalah jamur obat asli
(4) penghambatan proliferasi sel kanker dan Taiwan dengan berbagai senyawa fungsional dan
perilaku metastasis invasif, dan total 105 aplikasi paten Taiwan. Produk
(5)penonaktifan karsinogen dengan komersial yang berbeda dibuat dengan jamur ini
perlindungan sel. dan telah digunakan untuk mengobati keracunan
makanan dan obat, diare, sakit perut, hipertensi,
gatal-gatal pada kulit, dan kanker (Chen et al.,
2013) Panellus serotinus (Mukitake) sangat luar
biasa di Jepang sebagai salah satu jamur yang
paling enak dimakan. Penggunaan jamur ini
membantu mencegah perkembangan penyakit
hati berlemak nonalkohol ( Inoue et al., 2013).

Jamur kuping
Gambar 3. Ganoderma lucidum Jamur kuping (Auricularia auricula)
Sumber : fieldforest.net merupakan jenis jamur yang makroskopis dan
jamur ini aman untuk dikonsumsi. Seringkali
Jamur lainnya masyarakat yang memanfaatkan jamur ini
Beberapa jenis jamur lain juga dapat dimakan sebagai sayuran yang lezat dengan berbagai
dan memiliki manfaat kesehatan. Trametes macam masakan yang lezat, seperti tumisan,
versicolor telah terbukti meningkatkan potensi sayur lodeh, dan untuk campuran sup.
kemopreventif menghambat pertumbuhan Berbeda halnya dengan jamur merang, jamur
beberapa garis sel kanker manusia, bertindak kuping cenderung memiliki warna yang gelap,
sebagai pembantu dalam pencegahan kanker yaitu coklat dan dengan bentuk yang kenyal.
payudara dan memiliki nilai IC50 yang signifikan Jamur kuping memiliki kandungan nutrisi yang
(Standish et al.,2008). Grifola frondosa baik untuk tubuh, diantaranya lemak, protein,
dipromosikan sebagai agen antikanker, terutama serat, abu, energi, vitamin B, vitamin C, dan juga
pada karsinoma lambung manusia, efek tersebut meneral.
dihasilkan dari induksi apoptosis sel dan secara Sebagian besar spesies Auricularia dapat
signifikan dapat mempercepat aktivitas dimakan dan ditanam secara komersial di
antikanker (Shi et al., 2007). Cina. A. polytricha memiliki sifat obat yang
Dalam konteks ini, dapat disebutkan bahwa
potensial dan dianggap efektif untuk
Cordyceps militaris memiliki beberapa efek
menurunkan kolesterol LDL dan plak
menguntungkan dan digunakan untuk berbagai
keperluan pengobatan. Ini bertindak sebagai aterosklerotik aorta; juga memiliki aktivitas
senyawa antitumor, antiproliferatif, antitumor dan antikoagulan. Selain itu, A.
antimetastatik, insektisida, dan antibakteri. Lebih auricula-judae adalah bahan yang populer di
dari 21 efek menguntungkan yang disetujui banyak masakan Cina; telah digunakan
secara klinis untuk kesehatan manusia telah sebagai tonik darah dan telah menunjukkan
ditemukan dalam jamur ini (Ng and Wang, 2005). sifat antitumor, hipoglikemik, antikoagulan,
Ekstrak C. militaris telah digunakan untuk efek dan penurun kolesterol (Reza et al., 2013).
imunomodulator dan anti-inflamasi. Selain itu, ini
juga merupakan bahan pencegahan kanker dan
efektif terhadap bronkitis kronis, influenza A, dan
infeksi virus (Rao et al., 2010).
Cordyceps sinensis mengandung zat yang
disebut cordycepin, asam cordycepic, dengan
aplikasi terapeutik seperti efek peningkatan
pemanfaatan oksigen, produksi ATP, dan
stabilisasi metabolisme gula darah. Selain itu, ia Gambar 4. Auricularia auricula (jamur
memiliki fungsi antibakteri, mengurangi asma, kuping)
dan menurunkan tekanan darah. Di sisi lain, telah Kompasiana.com

J. Teknol. Pangan Kes., 3(2), hal. 92-100 96


Widyastuti dan Tjokrokusumo (2021) Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) …

Jamur Enoki pada media merang atau jerami yang telah


Flammulina velutipes (Enoki) tersedia sebagai dijadikan kompos.
produk segar atau kalengan dan secara Jamur merang (Volvariella volvacea, sinonim:
tradisional digunakan untuk sup di Cina. Ini Volvaria volvacea, Agaricus volvaceus, Amanita
mengandung komponen aktif secara biologis virgata atau Vaginata virgata) atau kulat jumpung
seperti serat makanan, polisakarida, dan dalam bahasa Aceh adalah salah satu spesies
antioksidan, yang mengurangi gula darah, jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia
tekanan darah, dan kolesterol (Yeh et al., 2014). Timur dan Asia Tenggara yang beriklim tropis
Flammulina velutipes atau biasa disebut sebagai atau subtropis. Sebutan jamur merang berasal
jamur enoki merupakan salah satu jenis jamur dari bahasa Tionghoa caogu. Di alam, jamur
yang sering digunakan dalam pengobatan merang banyak dijumpai hidup bergerombol
tradisional dari Tiongkok. pada jerami padi, sagu, serbuk gergaji dan tandan
Jamur enoki (Flammulina velutipes kosong kelapa sawit.
(Curt.:Fr)Sing) merupakan jamur kayu yag Kandungan Gizi Jamur Merang : kaya akan
berpotensi sebagai bahan pangan dengan cita protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face
rasa yang lezat serta mengandung gizi yang carbohydrate). Tingkat kandungan serat kasar
tinggi. Disamping itu jamur enoki berhasiat obat dan abu adalah moderat, sedangkan kandungan
serta memiliki nilai ekonomi tinggi. Menurut lemaknya rendah. Nilai energi jamur merang
Sharma et al. (2009) setiap 100 gram jamur enoki rendah, namun merupakan sumber protein dan
mengandung protein 31,2%, lemak,5,8% serat mineral yang baik dengan kandungan kalium dan
3,3%, dan abu 7, 6%. Jamur enoki dilaporkan fosfor yang tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan Cu,
berfungsi sebagai anti oksidan alami (Jang et al., Zn , Fe cukup. Kandungan logam berat Pb dan Cd
2009), anti kanker dan jantung koroner (Martin, tidak ada, sehingga jamur merang sangat baik
2010), meningkatkan trombosit (Desinova, digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari.
2010), antibakteri (de Melo et al., 2009). Di Kandungan protein jamur merang mencapai 1, 8
Jepang , Cina dan Korea jamur enoki sangant persen, lemak 0.3 persen, dam karbohidrat 12 –
popular dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan 48 persen.
dan obat terutama obat kanker, sedangkan di Kandungan protein jamur cukup tinggi, dalam
Indonesia masih belum memasarakat , hal ini 100 gr jamur segar terkandung sekitar 3,2 gr
disebabkan karena Jamur enoki tidak ditemukan protein, jumlah ini akan bertambah menjadi 16 gr
di pasar-pasar tradisional dan hanya bisa jika jamur berada dalam keadaan kering. Selain
ditemukan di toko swalayan dengan harga yang itu, jamur juga memiliki kandungan kalsium dan
sangat mahal. fosfor cukup tinggi, 51 mg dan 223 mg, dan
mengandung 105 kj kalori, dengan kandungan
lemak rendah, 0,9 gr (Wikipedia, 2017).
Jamur merang kaya akan protein, sebagai
makanan anti kolesterol, eritadenin dalam jamur
merang dikenal sebagai penawar racun, dan
banyak mengandung antibiotik yang berguna
untuk pencegahan anemia. Menurut penelitian
jamur juga dapat digunakan untuk mengobati
kanker. berguna bagi penderita diabetes dan
penyakit kekurangan darah, bahkan dapat
Gambar 5. Flammulina velutipes (enokitake) mengobati kanker.
Sumber : https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-
gizi/manfaat-jamur-enoki/

Volvariella volvacea (jamur merang)


Jamur merang atau bahasa ilmiahnya
Volvariella volvacea, memiliki kandungan gizi
yang sangat tinggi. Jamur Merang adalah salah
satu jamur yang bisa dikonsumsi, pada umumnya
banyak dibudidayakan di beberapa wilayah Asia
dan juga termasuk di Indonesia. Sesuai dengan Gambar 6. Volvariella volvacea (Jamur
namanya, Jamur Merang biasanya dibudidayakan merang)
Sumber : https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-
gizi/manfaat-jamur-enoki/
J. Teknol. Pangan Kes., 3(2), hal. 92-100 97
Widyastuti dan Tjokrokusumo (2021) Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) …

KESIMPULAN Chang, S.-T. and Miles, P. G., 2008. Mushrooms:


1. Dari beberapa spesies jamur telah terbukti Cultivation, Nutritional Value, Medicinal
sebagai sumber senyawa bioaktif, selain nilai Effect, and Environmental Impact. CRC Press,
gizinya yang penting juga berkhasiat bagi Boca Raton, Fla, USA, 2nd edition.
kesehatan, serta dapat sebagai suplemen Chen, N.-H., and Zhong, J.-J., 2011. p53 is
yang potensial. important for the anti-invasion of ganoderic
2. Telah dibuktikan oleh berbagai penelitian acid T in human carcinoma cells.
bahwa jamur mengandung komponen Phytomedicine, 18(8-9):719–725.
dengan sifat luar biasa untuk mencegah atau Chen, Y.-F., Lu,W.-L, Wu,M.-D., and Yuan,G.-F.,
sebagai obat berbagai jenis penyakit. 2013. Analysis of Taiwan patents for the
3. Formulasi bubuk dari beberapa spesies dari medicinal mushroom “niu-Chang-Chih”.
tubuh buah jamur telah terbukti adanya Recent Patents on Food, Nutrition and
nutrisi penting, dengan kandungan rendah Agriculture, vol. 5(1):62–69.
lemak dan dapat digunakan dalam diet Daba, A.S., and Ezeronye, O.U., 2003. Minireview.
rendah kalori. Anti-cancer effect of polysaccharides isolated
4. Beberapa formulasi dapat digunakan sebagai from higher basidiomycetes mushrooms.
antioksidan untuk mencegah stres oksidatif African Journal of Biotechnology, vol 2:272–
dan penuaan dini (anti aging). 278.
5. Studi di masa depan tentang mekanisme DeMelo, M. R., Paccola-Meirelles, Luzia D., De
jamur akan membantu kita untuk lebih Jesus F., Terezinha, Kazue I., and Noemia.,
menggambarkan peran dan sifat berbagai 2009. Influence of Flammulina Velutipes
phytochemical jamur dalam pencegahan dan Mycelia Culture Conditions On Antimicrobial
pengobatan beberapa penyakit degeneratif. Metabolite Production. Mycoscience 50:78-81.
6. Pada saat ini, penelitian komponen bioaktif Desinova N. P., 2010. History of The Study
pada jamur liar dan jamur budidaya masih Thrombolytic and Fibrinolytic Enzymes of
kurang, padahal banyak karakteristik Higher Basidiomycetes Mushrooms.
potensial jamur dengan manfaat International Journal of Medicinal Mushrooms
nutraceutical dan kesehatan, yang perlu 12(3):317–326.
diteliti lebih lanjut. Ergonul, P. G., Akata, I., Kalyoncu, F., and Ergonul,
7. Perlu penelitian lanjutan tentang khasiat dan B., 2013. Fatty acid compositions of six wild
manfaat jamur, terutama untuk jamur-jamur edible mushroom species. The Scientific World
endogenous asli Indonesia. Journal, vol. 2013, Article ID 163964, 4 pages.
Finimundy, T. C., Gambato, G., Fontana, R. Fontana
et al., 2013. Aqueous extracts of Lentinula
DAFTAR PUSTAKA edodes and Pleurotus sajor-caju exhibit high
Alves, M., Ferreira., I. F. R., Dias, J., Teixeira, V., antioxidant capability and promising in vitro
Martins, A., and Pintado, M., 2012. A review on antitumor activity. Nutrition Research,
antimicrobial activity of mushroom 33(1):76–84.
(Basidiomycetes) extracts and isolated Frangkrathok, N., Sripanidkulchai, B., Umehara,
compounds. Planta Medica, 78 (16):1707– K., and Noguchi, H., 2013. Bioactive
1718. ergostanoids and a new polyhydroxyoctane
Boh, B., 2013. Ganoderma lucidum: a potential for from Lentinus polychrous mycelia and their
biotechnological production of anti-cancer and inhibitory effects on E2-enhanced cell
immunomodulatory drugs. Recent Patents on proliferation of T47D cells. Natural Product
Anti-Cancer Drug Discovery, 8(3):255–287. Research, 27(18):1611–1619.
Carneiro, A. A. J., Ferreira, I. C. F. R., Duenas, M., et https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/
al., 2013. Chemical composition and manfaat -jamur-enoki/ (diakses 26 Desember
antioxidant activity of dried powder 2021; jam 14:23)
formulations of Agaricus blazei and Lentinus Inoue, N., Inafuku, M., Shirouchi, B., Nagao, K., and
edodes. Food Chemistry, 138(4):2168–2173. Yanagita, T., 2013. Effect of mukitake
Chang S. T., and Buswell J. A., 2008. Safety, quality mushroom (Panellus serotinus) on the
control and regulational aspects relating to pathogenesis of lipid abnormalities in obese,
mushroom nutriceuticals. Proc. 6th Intl. Conf. diabetic ob/ob mice. Lipids Health Dis. 12:18.
Mushroom Biology and Mushroom Products doi: 10. 1186/1476-511X-12-18
:188–95. GAMU Gmbh, Krefeld, Germany Jaelani., 2008. Jamur Berkhasiat Obat. Jakarta:
Pustaka Obor Populer. Hal: 61-70.
J. Teknol. Pangan Kes., 3(2), hal. 92-100 98
Widyastuti dan Tjokrokusumo (2021) Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) …

Jang, M.-S., Hee-Yeon P., Hideki U., and Toshiaki O., nutritional inventory of Portuguese wild
2009. Antioxidative Effects of Mushroom edible mushrooms in different habitats. Food
Flammulina velutipes Extract On Chemistry, 130(2):394–403.
Polyunsaturated Oils In Oil-in-water Emulsion. Rao,Y. K., Fang, S.-H., Wu, W.-S., and Tzeng,Y.-M.
Food Sci. Biotechnol. 18(3):604-609. ,2010. Constituents isolated from Cordyceps
Jayakumar, T., Sakthivel, M., Thomas, P. A., and militaris suppress enhanced inflammatory
Geraldine, P. , 2008. Pleurotus ostreatus, an mediator's production and human cancer cell
oyster mushroom, decreases the oxidative proliferation. Journal of Ethnopharmacology,
stress induced by carbon tetrachloride in rat 131(2):363–367.
kidneys, heart and brain. Chemico-Biological Reza, M. A., Hossain, M. A., Lee, S. J., et al.,2014.
Interactions, 176(2-3):108–120. Dichlormethane extract of the jelly ear
Kim, H.-Y., Kim, J.-H., Yang, S.-B., et al., 2007. A mushroom Auricularia auricula-judae (higher
polysaccharide extracted from rice bran Basidiomycetes) inhibits tumor cell growth in
fermented with Lentinus edodes enhances vitro. International Journal of Medicinal
natural killer cell activity and exhibits Mushrooms,16(1):37–47.
anticancer effects. Journal of Medicinal Food, Shi, B. J., Nie, X. H., Chen, L. Z., Liu, Y. L., and Tao,
10(1):25–31. W.Y., 2007. Anticancer activities of a
Kim, Y.W., Kim, K.H., Choi, N.H.J., Lee, D.S.,2005. chemically sulfated polysaccharide obtained
Anti-diabetic activity of betaglucans and their from Grifola frondosa and its combination with
enzymatically hydrolyzed oligosaccharides 5-fluorouracil against human gastric
from Agaricus blazei. J Biotechnol Lett 27(7):7- carcinoma cells. Carbohydrate Polymers,
483. URL: http://www.ncbi.nl-m.nih.gov / 68(4):687–692.
pubmed/15928854. Standish, L. J., Wenner, C. A., Sweet, E. S., et al.,
Lai, L. K., Abidin, N. Z., Abdullah, N., and 2008. Trametes versicolor mushroom immune
Sabaratnam, V., 2010. Anti-human therapy in breast cancer. Journal of the Society
papillomavirus (HPV) 16 E6 activity of Ling Zhi for Integrative Oncology, 6(3):122–128.
or Reishi medicinal mushroom, Ganoderma Stanley, G., Harvey, K., Slivova, V., Jiang, J., and
lucidum (W. Curt.: Fr.) P. Karst. Sliva, D.,2005. Ganoderma lucidum suppresses
(Aphyllophoromycetideae) extracts. angiogenesis through the inhibition of
International Journal of Medicinal Mushrooms, secretion of VEGF and TGF-β1 from prostate
12(3):279–286. cancer cells. Biochemical and Biophysical
Mahajna, J., Dotan, N., Zaidman, B.Z., Petrova, R.D., Research Communications, 330(1):46–52.
and Wasser, S.P., 2009. Pharmacological Takaku, T., Kimura, Y., and Okuda, H., 2001.
values of medicinal mushrooms for prostate Isolation of an antitumor compound from
cancer therapy: the case of Ganoderma Agaricus blazei Murill and its mechanism of
lucidum. Nutrition and Cancer 61(1):16-26. action. Journal of Nutrition, 131(5):1409–
Manzi, P. and Pizzoferrato, L., 2000. Beta-glucans 1413.
in edible mushrooms. Food Chemistry, Thetsrimuang, C., Khammuang, S., Chiablaem, K.,
68(3):315–318. Srisomsap, C., and Sarnthima, R., 2011.
Martin, P., 2010. Medicinal Mushrooms: A Clinical Antioxidant properties and cytotoxicity of
Guide. Mycology Press. UK. crude polysaccharides from Lentinus
Mattila, P., Konko, K., Eurula, M. et al., 2001. polychrous Lev. Food Chemistry, 128(3):634–
Contents of vitamins, mineral elements, and 639.
some phenolic compounds in cultivated Wang, J.-C., Hu,S.-H., Liang, Z.-C., and Yeh, C.-J.,
mushrooms. Journal of Agricultural and Food 2005. Optimization for the production of
Chemistry, 49(5):2343–2348. water-soluble polysaccharide from Pleurotus
Mowsumi,F.R., and Choudhury, M.B.K.,2010. citrinopileatus in submerged culture and its
Oyster Mushroom: Biochemical and Medicinal antitumor effect. Applied Microbiology and
Prospects Bangladesh. J.Med Biochem: Biotechnology, 67(6):759–766.
3(1):23-28 Wasser, S.P., 2002. Medicinal mushrooms as a
Ng., T. B., and Wang, H. X. ,2005. Pharmacological source of antitumour and immunomodulating
actions of Cordyceps, a prized folk medicine. polysaccharides. Appl Microbiol
Journal of Pharmacy and Pharmacology, Biotechnol.60:258–74.
57(12):1509–1519. Weng, C.-J., and Yen, G.-C., 2010. The in vitro and
Pereira, E., Barros, L., Martins, A., and Ferreira, I. in vivo experimental evidences disclose the
C. F. R. ,2012. Towards chemical and chemopreventive effects of Ganoderma
J. Teknol. Pangan Kes., 3(2), hal. 92-100 99
Widyastuti dan Tjokrokusumo (2021) Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) …

lucidum on cancer invasion and metastasis. Yeh, M.Y., Ko, W.C., and Lin, L.Y., 2014.
Clinical and Experimental Metastasis, Hypolipidemic and antioxidant activity of
27(5):361–369. enoki mushrooms (Flammulinavelutipes).
Widyastuti, N., 2013. Pengolahan Jamur Tiram Biomed. Res. Int. 2014,
(PleurotusL ostreatus) Sebagai Alternatif 352385.doi:10.1155/2014/352385.
Pemenuhan Nutrisi. JSTI BPPT 15(3):1-7. Zhou, X. W., Su, K. Q., and Zhang, Y. M., 2012.
Widyastuti, N., Donowati, dan Giarni, R., 2016. Applied modern biotechnology for cultivation
Heavy Metals Content of the Healthy Drink of Ganoderma and development of their
from Local Oyster Mushroom (Pleurotus products. Applied Microbiology and
ostreatus) with Centrifuge Separation Biotechnology, vol. 93(3):941–963.
Extortion. International Conference on Food, Zhou, X., Gong, Z., Su, Y., Lin, J., and Tang, K., 2009.
Agriculture, & Culinary Tourism, ICFACT, Cordyceps fungi: natural products,
Samarinda 4-6 August 2015.ISBN 978-602- pharmacological functions and developmental
19230-8-5. Hal 75-80. products. Journal of Pharmacy and
Wikipedia, 2017. Pharmacology, vol. 61(3):279–291.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_merang Zhou, X., Lin, J., Yin, Y., Zhao, J., Sun, X., and Tang,
(diakses pada 26 Desember 2021, jam 14:16). K., 2007. Ganodermataceae: natural products
Xie, J. T., Wang, C. Z., Wicks, S., et al., 2006. and their related pharmacological functions.
Ganoderma lucidum extract inhibits The American Journal of Chinese Medicine, vol.
proliferation of SW 480 human colorectal 35(4):559–574.
cancer cells. Experimental Oncology,
28(1):25–29.
Ye, L, Zhang, J., Zhou, S., Wang, S., Wu, D., and Pan,
Y., 2009. Preparation of a novel sulfated
glycopeptide complex and inhibiting L1210
cell lines property in vitro. Carbohydrate
Polymers, 77(2):276–279.

J. Teknol. Pangan Kes., 3(2), hal. 92-100 100

Anda mungkin juga menyukai