Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

(FUNGI)
Dosen Pengampu : Asih Fitriana Dewi, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Astutik Aini (2201081004)


2. Misbakhul Amanan Mustofa (2201080023)

KELAS C

TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkankehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan taufik,nikmat dah hidayah-Nya serta memberikan kekuatan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
Zoologi Vertebrata yang berjudul “Fungi”. Dengan terselesaikannya tugas ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Asih Fitriana Dewi, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Mikrobiologi
2. Orang tua yang telah membiayai dan memberikan dukungan serta
semangat kepada penulis.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Dalam hal ini besar kemungkinan makalah yang penulis susun ini masih
kurang dari kesempurnaan yang diharapkan, itu semua karena terbatasnya
kemampuan yang ada pada penulis. Demi penyempurnaan dari isi makalah ini,
maka kritik dan saran dari semua pihak, akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis
khususnya serta kepada semua pihak pembaca makalah ini demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang pendidikan.

Metro,15 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI`................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.........................................................................................
B. Rumusan masalah....................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Ciri morfologi dan mikroskpis Fungi....................................................
B. Kasifikasi Fungi.......................................................................................
C. Peranan Fungi dalam Kehidupan Sehari hari .....................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang
benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang
yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada
pula dengan cara generatif. Selain memiliki berbagai macam cara untuk
berkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka macam jenis baik yang
bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur
yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang bermanfaat, khususnya
jamur konsumsi yang bisa dimakan atau dimanfaatkan sebagai obat. Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau
saprofit.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur
yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga
menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis
mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur
yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur
berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang
hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air
biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
Berdasarkan penjelasan di atas maka kami menyusun makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, rumusan masalah nya adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja morfologi dan mikroskopis fungi
2. Apa saja klasifikasi dari fungi
3. Bagaimana peranan fungi bagi kehidupan sehari-hari
C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan makalah ini dibuat
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui morfologi dan mikroskopis fungi
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari fungi
3. Untuk mengetahui peranan fungi bagi kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri morfologi dan mikroskpis Fungi
Jamur makroskopis adalah organisme eukariot, heterotrof,
kosmopolitan, memiliki tubuh buah yang besar (bisa dilihat tanpa
menggunakan alat bantu), bervariasi dalam ragam, bentuk, ukuran,
dan warna. fungi mendapat makanannya dari luar tubuh (lingkungan) lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi atau jamur filanien
adalah golongan organisme yang tubuh vegetatifnya (struktur somatisnya)
tidak mempunyai klorofil, dan biasanya berupa benang-benang halus
bercabang disebut hifa.
Ciri-ciri fungi, sebagai berikut:
a) Memiliki hifa, atau benang halus tersusun dari rangkaian sel yang
terbentuk dari pertumbuhan spora. Hifa pada jamur bisa tunggal
maupun bercabang. Kumpulan hifa jamur disebut miselium.
b) Memiliki dan memproduksi spora.
c) Berkembang biak secara seksual maupun aseksual.
d) Struktur tubuh jamur berfilamen. Dinding selnya mengandung zat
kitin, glukan, selulosa, dan mannan.

Gambar. Struktur fungi


Sumber: Ruswanti (2021)
1. Morfologi dan mikroskopis fungi
Morfologi fungi terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Khamir (yeast)
Ciri-ciri khamir:
1) Mikroorganisme bersel tunggal (uniseluler)
2) Pembelahan secara pertunasan
3) Tidak berfilamen
4) Tidak berflagela
5) Khamir memiliki bentuk bulat, oval, silinder, ogival, segitiga
melengkung (triangular), berbentul botol, berbentuk alpukat/
lemon, pseudomisellium dan lain-lain.
Contoh:
 Debaryomyces (bentuk bulat)

Gambar. Debaryomyces
Sumber: Rossana Sidar (2021)
 Saccharramyces (bentuk oval)

Gambar. Saccharramycess
Sumber: Silmi Nurul Utami
 Trygonopsis (bentuk triangular)

Sumber: Cletus P.Kurtzman (2011)

 Hanseniaspora dan kloeckera (bentuk alpukat)

Sumber: wikimedia (2023)


 Brettanamyces (bentuk ogival)

Sumber: Juan Jimenez (2011)


b. Kapang (mold)
Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai
miselium. Miselium merupakan kumpulan dari hifa. Pada
beberapa kapang, hifanya tidak mempunyai dinding pembatas
dan disebut aseptate hifa. Untuk hifa yang memiliki dinding
pembatas disebut septate hifa. Hifa ada yang berfungsi untuk
mengabsorbsi nutrisi (hifa vegetative) dan ada hifa yang
berfungsi untuk reproduksi(Hifa fertil). Bentuk kapang atau
mold berbentuk seperti benang-benang. Tubuh kapang (thallus)
dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora.
Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran
menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu
spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan
lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
spora seksual. Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil
(diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga penyebarannya
umumnya secara pasif menggunakan aliran udara.

Gambar. Aspergillus
Sumber: is stock (2019)
Gambar. Fisiologi Aspergillus
Sumber: apoteker.net (2022)
 Hifa
Elemen yang terkecil dari jamur disebut hifa, yaitu berupa
benang-benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang
mempunyai dinding, protoplasma, inti, dan biasanya mempunyai
sekat (Siregar, 2004). Hifa bersekat atau bersepta biasanya
memiliki dinding melintang berkala dan lebarnya lebih merata
(diameter 2 sampai 5 µm). Sebagaian besar hifa bersekat dan
tidak berwarna (hialin); beberapa genus memiliki hifa gelap
(dermatiaceous), biasanya coklat sampai abu-abu. Hifa yang
tidak mempunyai sekat disebut hifa sunositik. Benang-benang
hifa ini bercabang-cabang dan bila membentuk anyaman disebut
miselium. Hifa umumnya mempunyai sekat, tetapi ada kalanya
dari satu spora, dapat terbentuk suatu hifa semu. Hifa semu
dibentuk dari sel ragi. Pada salah satu sisinya membentuk
tonjolan yang lebih besar sehingga tampak menyerupai hifa dan
tidak mempunyai sekat. Anyaman dari hifa semu ini disebut
miselium semu.
Hifa dapat berwarna atau tidak berwarna dan jernih. Hifa
dapat bersifat sebagai berikut:
1. Hifa vegetatif, yaitu berfungsi mengambil makanan untuk
pertumbuhan.
2. Hifa reproduktif, yaitu membentuk spora
3. Hifa udara, yaitu berfungsi mengambil oksigen
Hifa berkembang biak atau tumbuh menurut arah
panjangnya dengan membentuk spora. Spora adalah suatu alat
reproduksi yang bisa dibentuk dalam hifa sendiri atau alat-alat
khusus dari jamur sebagai alat reproduksi. Besarnya antara 1-
3µ, 8 dengan bentuknya bisa bulat, segi empat, kerucut, atau
lonjong. Spora-spora ini dalam pertumbuhannya semakin lama
semakin besar dan memanjang sehingga membentuk satu hifa.
Seperti hifa, spora dapat berwarna atau tidak berwarna dan
jernih. Spora dapat dibentuk secara aseksual dan seksual.
Spora aseksual disebut talospora (thallospora), yaitu spora
yang langsung dibentuk dari hifa reproduktif. Spora yang
termasuk talospora ialah:
a. Blastospora, yaitu spora yang berbentuk tunas pada permukaan
sel, ujung hifa semu atau pada sekat (septum) hifa semu.
Contoh: Candida.
b. Artrospora, yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa
dengan banyak septum yang kemudian mengadakan
fragmentasi sehingga hifa tersebut terbagi menjadi banyak
artrospora yang berdinding tebal. Contoh: Oidiodendron,
Geotrichum.
c. Klamidospora, yaitu spora yang dibentuk pada hifa di ujung, di
tengah atau menonjol ke lateral, dan disebut klamidospora
terminal, interkaler, dan lateral. Diameter klamidospora
tersebut lebih lebar dari hifa yang berdinding tebal. Contoh:
Candida albicans, dermatofita.
d. Aleuriospora, yaitu spora yang dibentuk pada ujung atau sisi
dari hifa khusus yang disebut konidiofora. Aleuriospora ini
uniselular dan kecil, disebut mikrokonidia (mikro
aleuriospora); atau multiselular, besar atau panjang, disebut
makrokonidia (makro aleuriospora). Contoh: Fusarium,
Curvularia, dermatofita.
e. Sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung hifa
yang menggelembung, disebut sporangium. Contoh: Rhizopus,
Mucor, Absidia.
f. Konidia, yaitu spora yang dibentuk di ujung sterigma bentuk
fialid. Sterigma dibentuk diatas konidiofora. Konidia
membentuk susunan seperti rantai. Contoh: Penicillium,
Aspergillus.
Spora seksual dibentuk dari fusi dua sel atau hifa. Termasuk
golongan spora seksual ialah:
a. Zigospora, yaitu spora yang dibentuk dari fusi (penggabungan)
dua hifa yang sejenis membentuk zigot dan di dalam zigot
terbentuk zigospora.
b. Oospora, yaitu spora yang dibentuk dari fusi dua hifa yang
tidak sejenis (anteridium dan oogonium).
c. Askospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam askus sebagai
hasil penggabungan (fusi) dua sel atau dua jenis hifa.
d. Basidiospora, yaitu spora yang dibentuk pada basidium sebagai
hasil penggabungan dua jenis hifa.

Perbedaan khamir dan kapang, sebagai berikut:

c. Hifa

B. Kasifikasi Fungi
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang
disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan
kingdom ini ke dalam 6 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini
adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi
dengan spora, baik spora berflagela maupun spora tidak berflagela. Jenis-
jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista
yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora
tidak berfl agela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3
divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi
Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara
reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya
belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama
Divisi Deuteromycotina
1. MYXOMYCOTINA (Jamur lendir) Pada umumnya, jamur lendir
berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada sebagian yang
berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas.
Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir
merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium.
Plasmodium ini dapat tumbuh besar hingga diameternya mencapai
beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan
multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang
mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui
fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan pseudopodia
melalui tanah yang lembab, daun-daunan, 8 atau kayu yang membusuk.
Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang

tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi


tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual.
Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctystelum discridium.
Gambar : MYXOMYCOTA
SUMBER : Rumahjasmine.com
2. OOMYCOTINA Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan
pada cara reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa anggota
Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas. Jamur air
memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding
sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang
membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl
agellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati
tidak memiliki flagella. Sebagian besar jamur air hidup secara bebas
atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air.
Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada
juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai
parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan
Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat
patogen (dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan
pembusukan kayu pada kentang dan tomat. Jamur air dapat
bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur air
menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut,
dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika
zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan
berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi
secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina.
Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan
dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina
menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang
menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan
dihasilkan mycelium baru.
3. ZYGOMYCOTINA Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic
true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur
hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi
Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada
habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel
banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak
menghasilkan spora yang berflagella. Reproduksi Zygomycotina terjadi
secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini
menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan
perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam
sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah,
sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di
tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi.
Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+)
dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi
tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-
bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium
tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot
kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan
berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna
hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid
(n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan
membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang
yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual
dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga
sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar. Zygomycotina
memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-jenis
jamur tersebut antara lain:
A. Rhizophus stolonifera Jamur ini tampak sebagai benang-benang
berwarna putih, memiliki rizoid dan stolon. Merupakan saprofi t
yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan
tempe.
B. Rhizophus nigricans Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
C. Mucor mucedo Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai
pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini
berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang
dilengkapi oleh sporangiofor.
D. Pilobolus sp. Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap
thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa
melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian
melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut
dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan
berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada
kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut.
4. ASCOMYCOTINA Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi.
Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat
askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi).
Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora.
Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk
tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut
askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti
balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat
atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa
sederhana. Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh
anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler
dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit.
Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk
hidup ganggang hijaubiru dan ganggang hijau bersel satu membentuk
lumut kerak. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang
tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian,
salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi
askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan
ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan
Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti
yang haploid. Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan
askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari
anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan
inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah
hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis
dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa
bercabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian
ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi
bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai
pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah.
Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian
membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus
(askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang
sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara
membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada
jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur
multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus
yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia
merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak
spora atau sporangium. Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota
Divisi Ascomycotina.
a. Saccharomyces cerevisiae Saccharomyces cerevisiae merupakan
jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan
buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast.
Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau
tunas (budding). Pada kondisi optimal, khamir dapat
membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin
membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang
terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan
askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu
dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi
pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora
(haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi
secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi seksual
ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan,
misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan
hidupnya tidak mendukung. Dalam kehidupan manusia, S.
cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum,
minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam
pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
Gambar . Saccharomyces cerevisiae
b. Penicillium sp. Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat
yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang
telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak
seperti noda biru atau kehijauan. Reproduksi jamur Penicillium
berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif
(askus). Beberara contoh jamur anggota genus Penicillium
antara lain:
 Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
 Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik
(penisilin)
 Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
 Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti
cita rasa atau mengharumkan keju.
c. Aspergillus spp. Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada
makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni
Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan.
Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin
maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan
konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur
anggota marga Aspergillus adalah:
1. Aspergillus oryzae Jamur ini biasa digunakan untuk
mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat
menghasilkan enzim protease.
2. Aspergillus wentii Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam
pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan
asam format, serta penghasil enzim protease.
3. Aspegillus niger Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan
gas O2 dari sari buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur
tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan
pektinase.
4. Apergillus flavus Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin,
penyebab kanker pada manusia.
5. Apergillus nidulans Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga,
menyebabkan automikosis.
d. Neurospora crassa Neurospora crassa dikenal sebagai jamur
oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna
merah muda atau jingga yang muncul pada oncom merupakan
warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan
ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila.
Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa
askus, sekarang jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok
Ascomycotina.
e. Morchella deliciosa dan Morchella esculenta Kedua jenis jamur
ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah. Karena
rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam
dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan namamorel, ukuran
tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya
seperti spons dan sering dijual dalam bentuk awetan.
5. BASIDIOMYCOTINA
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the
club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya
(cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual
dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan
basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau
basidiokarp. Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk
seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain. Hifa dari
Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan
terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel
tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya
kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki
miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp)
yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau
bulat. Jamur ini umumnya hidup 15 saprofi t dan parasit, umumnya
berkembang biak secara aseksual dengan konidium. Siklus hidup
Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang
tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik).
Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa
yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing-
masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya
masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel
pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel
(dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi
miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah
(basidiokarp). Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada
bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah
(lamela). Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2
inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti
haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti
haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut
juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup
Basidiomycotina.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis
tersebut antara lain:

a. Volvariella volvacea (jamur merang) Jamur ini mempunyai


tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-
lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya
berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber
protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya
rendah.
Karena
memiliki
nilai ekonomi
yang
tinggi,
jamur ini
banyak dibudidayakan.

Gambar jamur merang


Sumber : Siti Nurhikmah
C. Peranan Fungi dalam kehidupan sehari-hari
Fungi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam berbagai bidang seperti pangan, kesehatan,
lingkungan, dan industri. Berikut adalah beberapa peran fungi yang dapat
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Pangan: Fungi seperti ragi (Saccharomyces cerevisiae) digunakan


dalam proses fermentasi untuk membuat roti, bir, anggur, dan
berbagai produk fermentasi lainnya.
2. Kesehatan: Beberapa jenis fungi digunakan dalam produksi antibiotik
seperti penicillin yang efektif dalam mengobati infeksi bakteri. Selain
itu, fungi juga digunakan dalam produksi vitamin, enzim, dan produk
farmasi lainnya.
3. Lingkungan: Fungi memiliki peran penting dalam mendaur ulang
bahan organik di alam. Mereka membantu dalam proses dekomposisi
bahan-bahan organik seperti daun yang gugur, kayu mati, dan limbah
organik lainnya menjadi nutrien yang dapat digunakan kembali oleh
tanaman.
4. Industri: Fungi seperti Aspergillus niger digunakan dalam produksi
asam sitrat yang banyak digunakan sebagai bahan tambahan makanan,
minuman, dan produk-produk industri lainnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Makalah tentang materi jamur/


fungi ini adalah: Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah
yang tidak berklorofil, tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit
atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Jamur atau fungi
memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempattempat yang lembab,
sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari
senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain. Cara hidup
jamur terdiri dari tiga jenis, yaitu adalah jamur yang bersifat parasit
obligat, parasit fakultatif, dan saprofit
DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus CJ, Mims CW, Blackwell M. 1996– Introductory to Mycology. 4th


Ed. JOHN WILEY and SONS. INC., New York-Chichester-Brisbane-
Toronto-Singapore.
Creager, A.N.H. (2002) (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku). Mengenal
lebih dalam mengenai jamur (edisi ke-Edisi ke-2). Chicago:
University of Chicago Press. hlm. hlm. 119. ISBN 0226120260,
9780226120263.
Hadibroto, S. (2015). Pemanfaatan Jamur Mikoriza untuk Meningkatkan
Kesuburan Tanah dan Produksi Tanaman. Jurnal Agroekoteknologi
Tropika, 4(1), 60-68.

Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of fungi Nucleic Acid in


Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology 36:
39-56 Kontributor Tentorku, 2015, "Bentuk dan Struktur Tubuh
Virus," Artik
Setyawati, S., & Setyati, W. A. (2003). Peranan jamur dalam kehidupan manusia.
Jurnal Mikologi Indonesia, 2(1), 3-10.
Siregar, RS (2004). Penyakit jamur kulit. EG.
Suryani, A. (2010). Peran Jamur Mikoriza dalam Meningkatkan Kualitas Tanah
dan Tanaman. Jurnal Agrotropika, 15(1), 40-45.

Thayib, Soeminarti dkk. 1997. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Teknik.


Serpong. ITI

Anda mungkin juga menyukai