Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak


sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada
waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas.

Jamur merupakan organisme uniseluler dan multiseluler yang bersifat


heterofrof. Jamur tumbuhdidaearah yang cukup lembab atau basah dan banyak
mengandung bahan – bahan dari sampah. Jamur dapat membantu menguraikan
bahan – bahan sampah(organic) menjadi bahan-bahan yang dapat digunakan oleh
tumbuhan.

Jamur memiliki beberapa karakteristik yaitu dinding selnya yang tersusun


atas kitin, tidak memiliki klorofil dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya akan dibahas
dalam makalah ini. Melalui makalah ini, kami mencoba untuk memberikan
beberapa materi yang menjelaskan tentang karakteristik jamur, struktur tubuh jamur,
klasifikasi jamur, peran jamur dalam kehidupan sehari-hari hingga sistem
reproduksi pada jamur itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah

1. Bagaimanakah morfologi dan struktur tubuh fungi (jamur), khamir, dan


kapang?
2. Seperti apakah perbedaan fungi (jamur), khamir, dan kapang?
3. Bagaimanakah cara hidup fungi (jamur)?
4. Bagaimanakah reproduksi fungi (jamur) dan peranan fungi (jamur) dalam
kehidupan sehari-hari?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh jamur


2. Mengetahui klasifikasi pada jamur.
3. Mengetahui bentuk simbiosis yang terjadi pada jamur
4. Mengetahui peranan jamur dalam kehidupan sehari-hari
5. Mengetahui proses reproduksi pada jamur
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Cara Hidup Fungi (jamur)

Fungi merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil dan


bereproduksi dengan spora (Carris dan Lori, 2009). Fungi bersifat khemoorganotrof
dan memperoleh nutrisinya secara absorpsi dengan bantuan enzim ekstraseluler
untuk memecah biomolekul kompleks seperti karbohidrat, protein, dan lemak
menjadi monomernya yang akan diasimilasi menjadi sumber karbon dan energi
(Madigan et al., 2012). Bahan makanan ini akan diurai dengan bantuan enzim yang
diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk
tumbuh dan berkembang (Sinaga, 2000). Penyerapan makanan dilakukan oleh hifa
yang terdapat pada permukaan tubuh fungi.

Fungi termasuk organisme saprofit sangat menguntungkan bagi manusia.


Fungi tersebut akan menghancurkan sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks dan
menguraikannya menjadi zat kimia yang lebih sederhana, kemudian
mengembalikannya ke dalam tanah dan selanjutnya dapat meningkatkan kesuburan
tanah tersebut. Fungi juga dapat hidup dalam bentuk dismorfisme, yang berarti
bahwa organisme tersebut dapat ada dalam bentuk uniseluler (Khamir) dan bentuk
benang/filamen (Kapang). Fase khamir timbul bila organisme tersebut berperan
sebagai parasit atau patogen dalam jaringan sedangkan bentuk kapang jika
organisme tersebut merupakan saprofit (Pelczar, 1986).

Fungi menempati lingkungan yang sangat beragam yang berasosiasi secara


simbiotik dengan berbagai macam organisme. Meskipun paling sering ditemukan
pada habitat darat, fungi juga hidup di lingkungan akuatik, dimana fungi tersebut
berasosiasi dengan organisme laut dan air tawar serta bangkainya. Lichen,
perpaduan antara fungi dan alga, banyak terdapat di berbagai tempat dan ditemukan
pada beberapa tempat yang tidak sesuai dengan habitatnya. Fungi simbiotik lainnya
hidup dalam jaringan tumbuhan yang sehat dan spesies lain membentuk mutualisme-
mutualisme pengkomsumsi selulosa dengan serangga, semut dan rayap.
Basidiomycetes merupakan golongan fungi yang dapat mendekomposisi
kayu, baju, kertas, dan produk lainnya yang berasal dari alam. Lignin adalah
senyawa polimer kompleks yang tersusun oleh komponen fenolik dan sangat penting
dalam tanaman berkayu. Lignin yang berasosiasi dengan selulosa dapat memberikan
bentuk kaku terhadap tanaman berkayu tersebut. Lignin tersebut dapat
didekomposisi oleh Basidiomycetes yang merupakan jenis fungi yang sangat penting
dan memiliki jumlah paling banyak di alam (Madigan et al., 2012). Golongan fungi
yang termasuk hidup dalam air adalah oomycota dan chytridiomycota, sedangkan
golongan fungi yang hidup di darat (tanah) misalnya, Mucorales, Ascomycota,
deuteremycetes dan beberapa Peronosporales (Gunawan et al., 2004).

2.2. Bentuk Fungi

Berdasarkan struktur dasarnya, fungi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu


khamir (yeast), kapang (mold) dan cendawan (mushroom).

a. Khamir (Yeast)

Yeast merupakan sel tunggal (uniseluler) yang membentuk tunas dan


pseudohifa (Webster dan Weber, 2007). Hifanya panjang, dapat bersepta atau
tidak bersepta dan tumbuh di miselium. Yeast memiliki ciri khusus bereproduksi
secara aseksual dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa khamir
dapat bereproduksi secara seksual dengan membentuk aski atau basidia dan
dikelompokkan ke dalam Ascomycota dan Basidiomycota. Dinding sel yeast
adalah struktur yang kompleks dan dinamis dan berfungsi dalam menanggapi
perubahan lingkungan yang berbeda selama siklus hidupnya.
Gambar 1. Tomogram elektron sel yeast. Gambar ini menunjukkan membran
plasma, mikrotubulus dan vakoula cahaya (hijau), nucleus, vakuola dan vesikula
gelap (emas), mitokondria gelap dan besar (biru) dan vesikel muda (merah
muda).

Gambar 2. Gambar 2. Sel Yeast (Madigan et al., 2012).

b. Kapang (mold)

Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian besar memiliki tekstur yang
tidak jelas dan biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang membusuk
atau hangat, dan tempat-tempat lembab. Sebagian besar kapang berreproduksi
secara aseksual, tetapi ada beberapa spesies yang bereproduksi secara seksual
dengan menyatukan dua jenis sel untuk membentuk zigot dengan produk
uniselular sel (Viegas, 2004).

Talusnya terdiri dari filamen panjang yang bergabung bersama


membentuk hifa. Hifa dapat tumbuh banyak sekali, hifa fungi tunggal di oregon
dapat mencapai 3,5 mm. Sebagian besar kapang, hifanya bersepta dan bersifat
uniseluler. Hifanya disebut hifa bersepta. Pada beberapa kelas fungi, hifanya
tidak bersepta dan di sepanjang selnya terdapat banyak nukleus yang disebut
coenocytic hyphae.
Gambar 3. Rhizopus sp.
c. Cendawan (Mushroom)

Cendawan merupakan salah satu kelompok dalam phylum fungi yang


biasa disebut dengan mushroom. Cendawan (mushroom) adalah fungi
makroskopis yang memiliki tubuh buah dan sering digunakan untuk konsumsi.
Cendawan sedikit berbeda. Cendawan memiliki bagian yang disebut dengan
tubuh buah. Tubuh buah tersebut terdiri dari holdfast atau bagian yang menempel
pada substrat, lamella, dan pileus (Dwidjoseputro, 1994).

Menurut Schlegel dan Schmidt (1994), cendawan merupakan organisme


yang berinti, mampu menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil karena itu
jamur mengambil nutrisi secara absorbsi. Pada umumnya berreproduksi secara
seksual dan aseksual, struktur somatiknya terdiri dari filamen yang bercabang-
cabang. Cendawan memiliki dinding sel yang terdiri atas kitin atau selulosa
ataupun keduanya.

Gambar 4. Struktur Cendawan (Mushroom).


2.3. Karakteristik Morfologi Dan Fisiologi (Struktur Sel) Fungi

a. Hifa

Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk
tabung yang dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi
yang tidak berseptat dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang
tersebar di dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi
coenocytic, sedangkan fungi yang berseptat disebut monocytic (Madigan et al.,
2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi
yang disebut miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya
hifa yang menegak menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora.
Septa pada umumnya memiliki pori yang sangat besar agar ribosom dan
mitokondria dan bahkan nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel yang lain.
Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah satu kilometer setiap hari.
Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan tetapi miselium mengatasi
ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan
cepat ke tempat yang baru.
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia.
Konidia tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat.
Konidia yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke
tanah dengan bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur
yang disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat
menyebar dengan bantuan angin, hewan, dan air.
Kavanagh (2011) melaporkan bahwa sebagian besar hifa pada yeast
berbentuk lembaran, seperti pada Cythridomycetes dan Sacharomyces
cerreviceae. Hifa mengandung struktur akar seperti rhizoid yang berguna sebagai
sumber daya nutrisi.
Gambar 5. Struktur Dasar Hifa
.
Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis
fungi ada yang memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan
Zygomycota merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan
nuklei yang tersebar di sitoplasma. Berbeda dengan kedua jenis tersebut,
Ascomycota dan Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan hifa berseptat yang
memiliki satu atau dua nuklei pada masing-masing segmen.
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang
sehingga sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu
daerah ke daerah lainnya dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa
nukleus. Hifa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif
(miselia), bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di
permukaan substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi.
Selama perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi
reproduktif atau hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa
inilah yang bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu
spora.
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung
sitosol dan organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi
sitoplasma. Filamen dari hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas
terhadap volume sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien.
(Willey et al., 2009).

b. Dinding Sel

Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan


polimer glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding
sel dalam bentuk ikatan mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal
dinding sel. Beberapa polisakarida lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun
selulosa dapat menggantikan khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin,
penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein, lemak,
polifosfat, dan ion anorganik yang dapat mempererat ikatan antar matriks pada
dinding sel.
Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-
organel dari lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat
memberikan bentuk, kekuatan seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain
khitin, dinding sel fungi juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung
protein globular. Lapisan tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi,
tempat keluarnya senyawa metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada
proses translokasi. Komponen lain yang menyusun dinding sel fungi adalah
antigenik glikoprotein dan aglutinan, senyawa melanins berwarna coklat
berfungsi sebagai pigmen hitam. Pigmen tersebut bersifat resisten terhadap enzim
lisis, memberikan kekuatan mekanik dan melindungi sel dari sinar UV, radiasi
matahari dan pengeringan).

Gambar 6. Struktur dinding sel Fungi,dan tabel perbedaan komponen dinding sel pada
setiap kelas Fungi.
c. Nukleus

Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di
dalamnya terdapat 3 – 40 kromosom.
Membrannya terus berkembang selama pembelahan Nuclear associated
organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti, berfungsi sebagai pusat-
pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan meiosis. Nucleus pada
fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan sentriol.

d. Organel-organel Sel Lainnya

Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista
mitokondria. Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal.

Pada struktur sel fungi juga memiliki ribosom, retikulum endoplasma,


vakuola, badan lipid, glikogen partikel penyimpanan, badan mikro,
mikrotubulus, vesikel.

Gambar 7. Struktur sel fungi.

2.3. Cara Hidup dan Habitat jamur

Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan ada yang
hidup berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya jamur hidup secara
berkelompok atau berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut saling bersambungan
atau berhubungan. Cara hidup ini dijumpai misalnya pada jamur tempe (Rhizopus
oryzae), jamur roti (Mucor mucedo), dan Aspergillus fl avus. Jadi, kalau kalian
melihat jamurjamur tersebut yang nampak adalah koloninya, sedangkan individu
yang menyusunnya berukuran sangat kecil. Perhatikan Gambar 5.8. Habitat jamur
juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-tempat yang basah,
lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh organisme lain.
Bahkan banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa
organisme di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan asam,
misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan dengan konsentrasi gula
yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang hidup bersimbiosis dengan
ganggang (lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim dimana organisme lain sulit
untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun, gunung salju, dan di kutub. Jenis
jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme lain, baik secara parasit
maupun simbiosis.

2.4. Cara Memperoleh Makanan

Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis


makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofi l, sehinggatidak bisa berfotosintesis.
Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi
organik yang sudah mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur dapat
hidup secara saprofi t, parasit, dan simbiotik.
Kebanyakan jamur adalah bersifat saprofi t. Jamur tersebut memperoleh
makanannya dari materi organik yang sudah mati atau sampah. Untuk memperoleh
makannya, hifa jamur mengeluarkan enzim pencernaan, yang dapat merombak
materi organik, menjadi materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap
oleh jamur. Jamur paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe
(Rhizopus oryzae) termasuk dalam kelompok jamur ini.
Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari
tubuh inangnya. Jamur tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan,
biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut dapat
menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur
parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang
pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur juga
menyebabkan penyakit, misalnya penyakit kaki atlit (athlete’s foot) dan penyakit
panu. Lihat Gambar 5.10. Beberapa jenis jamur ada yang membentuk hubungan
simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan. Dalam hal ini, jamur menyediakan
materi organik bagi tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh materi organik
dari tumbuhan. Selain itu beberapa jenis jamur ada juga yang bersimbiosis dengan
ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru (Cyanobacteria)
membentuk lumut kerak atau Lichens.

2.5. Cara Reproduksi Jamur

Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, reproduksi


jamur umumnya terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan
generatif ) dan secara aseksual (perkembangbiakan vegetatif ).
Perkembangbiakan jamur secara generatif adalah perkembangbiakan yang
diawali dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan
2 hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi. Berdasarkan gametnya, proses ini
dapat dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami, gametangiogami,
somatogami, dan spermatisasi. Perhatikanlah Gambar 5.12.
Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran nya, bila
gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya disebut anisogami. Apabila peleburan 2
gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka disebut oogami.
Pada oogami, ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh spermatozoid
yang dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan gametangiogami
adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang berbeda jenisnya tersebut
menghasilkan zigospora.
Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang
tidak berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang
selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan antara
spermatium (gamet jantan) dengan gametangium betina (hifa) yang kemudian
berkembang membentuk hifa baru (diploid) dan menghasilkan askospora.
Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga dapat terjadi
melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana adalah dengan
pembentukan tunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler, misalnya
ragi (Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur
membentuk semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi
dengan ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu
baru.
Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan
fragmentasi dan spora aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian
hifa dan setiap potongan tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur
secara fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium.
Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium baru.
Pada kondisi tertentu, hifa akan terdegeneralisasi menjadi sporangia (penghasil
spora aseksual).
Cara reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang disebut spora
aseksual. Spora aseksual adalah spora yang dihasilkan dari pembelahan secara
mitosis. Pembentukan spora aseksual pada jamur terjadi melalui spora yang
dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut merupakan sebuah sel reproduksi yang
dapat tumbuh langsung menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji
pada tumbuhan tingkat tinggi.

2.6. Peranan Jamur dalam Kehidupan

Peranan jamur atau fungi dalam kehidupan sangat luas. Jamur berperan
dalam keseimbangan lingkungan yaitu sebagai dekomposer. Sebagai dekomposer,
jamur menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati sehingga bisa dimanfaatkan
oleh organisme lain. Hal ini sangat penting dalam keberlanjutan ekosistem di bumi,
karena yang menjadi kunci keberlangsungan ekosistem adalah adanya keseimbangan
antara produksi biomasa oleh organisme fotosintetik dan perombakan-perombakan
atau daur ulang nutrien yang dikandungnya. Dalam proses daur ulang senyawa
organik ini, fungi memiliki peran yang menonjol di semua ekosistem utama.
Jamur juga bisa bersimbiosis dengan organisme lain. Dengan akar tumbuhan
tertentu jamur bersimbiosis membentuk mikoriza. Mikro riza merupakan struktur
yang berperan penting dalam suplai unsur hara. Kalian bisa membaca kembali
bagian awal dari bab ini yang membicarakan cara jamur memperoleh makanan.
Berdasarkan posisi jamur terhadap akar tumbuhan, dikenal adanya endomikoriza
(bila hifa menembus korteks akar) dan ektomikoriza (bila hifa hanya menem bus
epidermis akar). Kelompok jamur yang sering bersimbiosis dengan akar tumbuhan
umumnya termasuk anggota Divisi Zygomycotina, Ascomycotina, dan
Basidiomycotina.
Jamur juga berperan sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat-
obatan. Sebagai contoh, pada Divisi Zygomycotina, sedikitnya ada 2 jenis Rhizopus
yang digunakan secara komersial dalam industri pil kontrasepsi dan anestesi, yaitu
R. arrhizus dan R. nigricans. Beberapa jenis lain juga dimanfaatkan dalam industri
alkohol dan untuk mengempukkan daging. Ada pula jenis lain yang mampu
memproduksi pigmen kuning yang digunakan untuk memberi warna pada margarin.
Beberapa jenis jamur dan peranannya yang menguntungkan adalah sebagai berikut :

 Rhizopus stolonifera : untuk membuat tempe


 Rhizophus nigricans: menghasilkan asam fumarat
 Saccharomyces cerevisiae : untuk membuat tape, roti, minuman sake, dan bir
 Aspergillus oryzae : mengempukkan adonan roti
 Aspergillus wentii : untuk membuat sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat,
dan asam formiat
 Aspergillus niger : untuk menghilangkan O2 dari sari buah, dan menjernihkan
sari buah
 Penicillium notatum dan P. chrysogenum : menghasilkan penicillin (antibiotik)
 Ganoderma lucidum : bahan obat
 Penicillium roquefortii dan P. camemberti : meningkatkan kualitas (aroma) keju
 Trichoderma sp. : menghasilkan enzim selulose
 Neurospora crassa (jamur oncom) : untuk membuat oncom
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas penyusun dapat menarik sesimpulan bahwa


:
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik
heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi
ke dalam sel-selnya. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual.
Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu
membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan
aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur
memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat
spora. Jamur juga berperan dalam kehidupan yaitu sebagai pengurai atau
dekompuser jasad yang sudah mati dan membebaskan zat zat kimia kea lam selain
itu jamur juga berperan dalam kehidupan manusia seperti pembuatan temped an
sebagainya.

3.2. Saran

1. Bagi seluruh Akademik untuk terus menambah wawasan pengetahuan mengenai


fungi/jamur
2. Sebagai manusia, kita perlu membudidayakan jamur yang bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan pangan.
3. Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun pembaca dapat
memahami akan pentingnya jamur dalam kehiduan sehari-hari.
4. Apa bila pembaca menemukan kata-kata yang kurang berkenan, penyusun
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://impiansanthi.wordpress.com/2012/08/01/makalah-biologi-jamur/

http://nanto88.blogspot.com/2011/12/makalah-tentang-jamur-sma-singkat-dan.html

http://muhammadfajrisetia1.blogspot.com/2013/04/makalah-jamur.html

Anda mungkin juga menyukai