Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain


dan membutuhkan masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat
bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dan
masyarakat. Di dalam organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan
masalah penting untuk kelangsungan hidup, yang terdiri dari atasan dan bawahannya.
Di antara kedua belah pihak (atasan dan bawahan) harus ada komunikasi dua arah atau
komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu
organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial
maupun kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan
masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan
manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Organisasi yang berhasil memiliki sebuah ciri utama yang membedakannya dengan
organisasi lain yang tidak berhasil, yaitu kepemimpinan yang dinamis dan efektif.
Kepemimpinan adalah suatu kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun
fungsional. Pemimpin adalah seseorang yang bertanggung jawab. Sedangkan kepemimpinan,
proses dimana seseorang mampu atau dapat mempengaruhi keputusan dan dapat memberi
contoh untuk mencapai suatu tujuan bersama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud komunikasi?
2. Apa yang dimaksud kepemimpinan serta Apa peran pemimpin dalam komunikasi?
3. Apa saja teori-teori kepemimpinan?
4. Apa yang dimaksud organisasi serta Apa fungsi komunikasi dalam organisasi?
5. Apa saja teori-teori dalam konteks organisasional?

1
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :


1.3.1 Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Komunikasi
b. Untuk mengetahui definisi Komunikasi,Kepempininan dan Organisasi
c. Untuk mengetahui tentang komunikasi dalam Organisasi dan Kepemimpinan

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui dan memahami peran pemimpin dalam komunikasu
b. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan
c. Untuk mengetahui teori-teori dalam konteks organisasional
d. Untuk dapat memahami fungsi komunikasi dalam organisasi

1.4 Manfaat Penelitian


a. Memberi pengetahuan tentang komunikasi kepemimpinan dan organisasi
b. Memahami hubungan komunikasi kepemimpinan dan organisasi
c. Mengetahui manfaat komunikasi dalam organisasi
d. Memberi pengetahuan tentang teori komunikasi organisasi

1.5 Metode Penulisan Makalah


Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan melalui dua
cara yaitu :

1. Studi pustaka
Dilakukan dengan mencatat data yang dibutuhkan dari pustaka-pustaka yang ada.
2. Pencarian data
Dilakukan dengan mencari data atau informasi mengenai komunikasi intrapersonal
dan persepsi dari berbagai sumber di internet.

2
1.6 Sistematika Penulisan

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Metode penulisan Makalah
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis atau dalam
bahasa inggrisnya common berarti sama. Apabila kita berkomunikasi berarti kita dalam
keadaan berusaha untuk menimbulkan suatu persamaan dalam  hal sikap dengan seseorang. 
Jadi pengertian komunikasi secara harfiah adalah proses menghubungi atau mengadakan
perhubungan.

Ahli komunikasi mengatakan bahwa “communication is the process of sending and


reciving symbols with attach meaning”. Artinya bahwa komunikasi sebagian kegiatan
penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang sama. 
Communication is the evoking of a shered or common meaning in another person. (Nelson &
Quick,  2006 : 250).  Komunikasi adalah untuk membangkitkan pengertian bersama kepada
orang lain.

Demikian juga Jennifer M. George (2006 : 437) mendefinisikan bahwa komunikasi


adalah membagi informasi antara dua orang atau lebih atau kelompok untuk mencapai
pemahaman bersama,  (Comunication the shering of information between two or more
individuals or group to reach a common understanding).

Berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan hidup manusia. Dengan berkomunikasi


manusia akan dapat  berhubungan  antara satu dengan yang lain, sehingga kehidupan manusia
akan bermakna.  Disisi lain ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia itu hanya dapat
dipenuhi melalau komunikasi dengan sesama.  Makin banyak manusia itu melakukan
aktivitas komunikasi antara satu dengan yang lainnya, akan semakin banyak informasi yang
didapatnya dan semakin besar peluang keberhasilan seseorang itu dalam kehidupannya.

4
Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya tiga unsur yaitu sumber (source), berita atau
pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber dapat berupa individu atau organisasi
komunikasi. Berita atau pesan dapat berupa tulisan, gelombang suara atau komunikasi arus
listrik, lambaian tangan, bendera berkibar, atau benda lain yangmempunyai arti. Sasaran
dapat berupa seorang pendengar, penonton, pembaca,anggota dari kelompok diskusi,
mahasiswa, dan lain-lain.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan


di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan,
memelihara, dan mengubah organisasi. Struktur organisasi cenderung mempengaruhi
komunikasi, dengan demikian komunikasi dari bawahan kepada pimpinan sangat berbeda
dengan komunikasi antar sesamanya

Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator.  Pemimpin yang


efektif pada umumnya memiliki  kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga sedikit 
banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga harus
piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. 
Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah,
sopan,dan lembut. Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan
konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non
verbal misal menggunakan bahasa tubuh.

Terdapat dua fungsi penting komunikasi dalam organisasi:

 Komunikasi memungkinkan orang-orang untuk saling bertukar informasi.


 Komunikasi membantu menghubungkan sekelompok anggota dalam organisasi yang
terpisah dari anggota lainnya.

5
2.2 Pengertian Kepemimpinan dan Peran Pemimpin dalam Komunikasi

2.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) adalah bagian tersendiri dari manajemen. Manajer


dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen memerlukan adanya kepemimpinan.
Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua
pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi, tanpa kepemimpinan hubungan antara
tujuan perseorangan dengan tujuan organisasi mungkin menjadi renggang(lemah). Namun
demikian sebenarnya kepemimpinan itu sendiri masih merupakan suatu konsep yang sulit
diterangkan atau merupakan sebuah “kotak hitam” (black box) yang sangat indah.
Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain sangat ditentukan oleh keterampilan
dan kemampuan menjalankan fungi komunikasi secara baik karenanya komunikasi yang baik
dan menjadi efektif akan ditentukan pula oleh kepercayaan dan keyakinan anda dalam
memimpin untuk mempengaruhi bawahan.
Kepemimpinan telah didefinisikan dalam banyak cara, tetapi sebagian besar definisi
berasumsi bahwa kepemimpinan melibatkan proses pengaruh yang berkaitan dengan
memudahkan kinerja tugas kolektif. Jika tidak demikian, maka definisi kepemimpinan
berbeda dalam berbagai aspek, seperti siapa yang member pengaruh , sasaran penerima
pengaruh, cara memberi pengaruh, hasil dari pengaruh. Beberapa pakar berpendapat bahwa
memimpin dan mengelola harus dipandang sebagai peran atau proses yang berbeda, tetapi
definisi yang diberikan ini tidak dapat menjawab pertanyaan penting tentang cakupan setiap
proses dan bagaimana proses situ saling berhubungan. Untuk itu tidak ada define yang paling
benar. Semua ini hanya masalah bagaimana pendapat itu berguna untuk meningkatkan
pemahaman kita terhadap kepemimpinan yang efektif. Keyakinan dan kepercayaan hanya
dapat terbentuk apabila anda menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan
dengan para bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan
dengan makna fungsi komunikasi. Pertama ia menyadari untuk melaksanakan pengungkapan
emosional (fungsi) dengan sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan kesan yang menarik
mereka dari tindakannya dari padakata-kata.

6
2.2.2 Peranan Pemimpin dalam Komunikasi

1. Pemimpin sebagai komunikator


Seorang pemimpin dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah adanya faktor daya tarik
komunikator dan faktor kepercayaan pada komunikator.

2. Pemimpin sebagai negotiator


Pemimpin bertindak bukan saja sebagai komunikator tetapi sekaligus sebagai komunikan.
Dalam situasi seperti itu ia menyampaikan pesan persuasinya tetapi pada saat itu pula ia pada
gilirannya menerima pesan persuasi dari lawannya, apakah lawannya itu sendirian ataupun
lebih dari satu orang.
3.      Pemimpin sebagai monitor
Pemimpin mengobservasi dan meneliti gejala –gejala yang muncul di masyarakat yang
mungkin menimbulkan pengaruh pada dirinya, pada kelompok, atau organisasi yang
diwakilinya.

2.3 Teori-teori Kepemimpinan

1.      TEORI X dan TEORI Y DAUGLAS MC GREGOR


Teori Douglas Mc Gregor, sering disebut Teori X dan Teori Y Douglas Mc Gregor.
Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side
Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis
pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y
a. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk
pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil
untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan
hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta
diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

7
b. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti
halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan
diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri
untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas,
imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas
pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri
yang dimiliki dalam bekerja. Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya
kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala
pertimbangan dan penciptaan struktur

2.      Gaya Kepemimpinan Empat Sistem Manajemen


Menurut Likert pemimpin dapat berhasil jika bergaya partisipative management. Gaya
ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan, dan
mendasarkan pada komunikasi. Selain itu semua pihak dalam organisasi bawahan
maupun pemimpin menerapkan hubungan atau tata hubungan yang mendukung
(supportiverelationship)
Likert merancang 4 sistem kepemimpinan dalam manajemen:
a. Sistem 1 (Exploitative Authoritative) Manajer sangat otokratis, mempunyai sedikit
kepercayaan kepada bawahannya, suka mengeksploitasi bawahan, dan bersikap
paternalistic.
b. Sistem 2 (Otokratis yang baik hati/Benevolent autoritative) Manajernya mempunyai
kepercayaan yang terselubung, percaya pada bawahan, memotivasi,memperbolehkan
adanya komunikasi ke atas. Bawahan merasa tidak bebas untuk membicarakan
sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaannya dengan atasannya.
c. Sistem 3 (manajer Konsultatif) Manajer mempunyai sedikit kepercayaan pada
bawahan biasanya kalau ia membutuhkan informasi, ide atau pendapat bawahan.
Bawahan disini merasa sedikit bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian
dengan tugas pekerjaan bersama atasannya.

8
d. Sistem 4 (Pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif/partisipative
group)Manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya.
Dalam setiap persoalan selalu mengandalkan untuk mendapatkan ide-ide dan
pendapat dari bawahan dan mempunyai niatan untuk menggunakan pendapat
bawahan secara konstruktif. Bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan
untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugasnya bersama atasannya.

3.      Gaya Kepemimpinan Kontinum (Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt)


Kedua ahli menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang pengaruh yang
ekstrem , pertama   bidang pengaruh pimpinan kedua bidang pengaruh kebebasan bawahan.
Pada bidang pertama pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya kepemimpinannya,
sedangkan pada bidang kedua pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.
Menurut teori kontinum ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :

1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).


2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan
(consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).

Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua
pandangan dasar :
1. Berorientasi kepada pemimpin.
2. Berorientasi kepada bawahan.

9
2.4 Pengertian Organisasi dan Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

2.4.1 Pengertian Organisasi

Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harfiah berarti
paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada
yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.

Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan


organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.

Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach,


mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber
bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang
terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi,
metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya,
faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan
suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat
organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat
komunikasi dilancarkan.

10
2.4.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

a.Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan


informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang
didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya
secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi
untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang
terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi
untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan
keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

b.Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku


dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif,
yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan
regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

c.Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan


tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan
ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada
memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan
akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

11
d.Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada
dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin,
newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti
perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga,
ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi.

2.5 Teori-teori Komunikasi dalam Konteks organisasional

Komunikasi organisasional adalah komunikasi yang terjadi di lingkungan organisasi


atau dalam lingkungan sistem sosial tertentu yang merupakan kelompok independent dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah diterapkan. Sedangkan unit analisisnya adalah struktur
oraganisasi itu sendiri. Sementara itu, yang dipelajari adalah proses dan pola-pola komunikasi
yang terjadi didalamnya. Hukum dan fungsi-fungsi komunikasi pada umumnya tetap berlaku
untuk ranah organisasional ini.

Beberapa teori yang mendukung atau yang bisa digunakan untuk menjelaskan proses
komunikasi organisasional yang dimaksud, yaitu :

1. Information System Approach Theory


Dikemukakan oleh Karl Weick pada tahun 1969. Weick menggunakan teori system
umum untuk menjelaskan hubungan antarindividu dalam organisasi.
Mengorganisasikan penggunaan proses berbuat/pemeranan (enactment), pemilihan
(selection), dan penyimpanan (retention). Orang bekerja dalam pasangan system yang
longgar dan dicirikan dengan penerimaan informasi atau yang masih samar-samar dari
pihak lain dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Teori ini berkarakter humanistik, meskipun tampak seperti model matematika seperti
halnya teori informasi dari Shannon dan weaver.

12
Teori ini menggambarkan kecenderungan – kecenderungan dalam usaha
menggunakan interaksi timbale balik atau interaksi ganda (double interact) ketika
seorang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Model interaksi ganda meliput
tindakan langsung (an act), response, dan penyesuaina diri (adjustment) diantara dua
orang. Ini terjadi pada hubungan antar individu dalam suatu organisasi, yang
menggambarkan bahwa orang di dalam suatu organisasi (biasanya) menciptakan
multirealitas. Teori ini juga lebih jauh tentang peran-peran dan hubungan
antarindividu dalam organisasi.
Baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dengan orang lain dalam
organisasi, setiap anggota maupun tampak terlihat upayanya dalam rangka mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan. Upaya ini memerlukan kerja sama anarindividu
dalam organisasi, dan setiap orang didalamnya merupakan bagian dari organisasi
adalah kunci terhadap keberhasilan suatu organisasi. Peran-peran dan tindakan
perseorangan dalamsuatu organisasi terkesan kuat di dalam teori ini.
Hal yang menarik dalam teori ini adalah ketidakpastian informasi yang diterima setiap
orang dalam suatu organisasi. Akan hilang atau terkurangi ketika tindakan dilakukan.

2. Organizational Assimilation/Socialization Theory


Disebut juga teori socialization/assimilation in organization, dikemukakan oleh Fred
Jablin (1982). Teori ini menjelaskan bagaiman seseorang yang memasuki lingkungan
organisasi (pendatang baru) mencoba berbaur dalam lingkungan organisasi dengna
menggunakan komunikasi. Artinya, komikasi seperti apa yang di gunakan oelh orang-
orang yang baru memasuki lingkungan organisasi dalam rangka mencoba membaur
dengan lingkungan yang baru itu. Jablin membaginya ke dalam tiga tahap untuk hal
sperti ini, yakni, anticipatory socialization, the encounter stage, dan metamorphosis
(tahap sosialisasi awal, tahap menjalani, dan tahap perubahan). Sosialisasi individu
dalam memasuki suatu organisasi ditentukan oleh keberhasilannya dalam lingkungan
organisasi tersebut.

13
Sebagaimana halnya dalam suatu kelompok , besar atau kecil, termasuk formal seperti
organisasi, maka secara perorangan juga bisa berpengaruh terhadap organisasi yang
dimasukinya. Sebaliknya, diapun bisa dipengaruhi oleh lingkungan organisasi
tersebut.
Dilihat dari teori ini, justru pimpinanlah sebagai orang yang baru masuk lingkungan
organisasi tertentu, yang sanggup mengubah warna organisasi yang dimaksud dan
anggota lama yang justru berubah, atau diubah karakter dan perilaku kerjanya, dari
model lama menjadi baru. Misalnya, yang asalnya sangat birokratis menjadi lebih
transparan, dan sebagainnya.

Contoh kasus dalam keseharian kita.


Seorang pegawai baru, ketika memasuki lembaga tempat kita bekerja, tentu mencoba
barbaur dengan kita-kita yang sudah lama bekerja. Kita,baik secra formal maupun
informal, langsung maupun tidak langsung, mencoba berkomunikasi dengan pegawai
baru tersebut dengan memberinya berbagai informasi yang mungkin bisa membantu
dia dalam memahami lingkungan yang baru. Ia sebagai pegawai baru juga berusaha
mencari informasi,berkomukasi dengan beberapa orang yang bisa diajak bicara
tentang lingkungan yang baru itu. Semua itu dalam rangka untuk berbaur dengan
lingkungan kita yang sudah berjalan seperti biasanya. Dari sanalah proses asimilasi
berjalan. Hasilnya bisa dilihat setelah beberpa waktu, dia bisa berubah dan berbaur
dengan lingkungan kita, atau justru lingkungan kita yang akan diubahnya. Kalau
pegawai baru itu adalah pimpinan kita, tentu saja kita yang harus menyesuaikan diri
dengan kebijakan-kebijakannya, kecuali kalau kita memiliki kemampuan untuk
mengubahnya.

3. Cultural Approach Theory


Dikemukakan oleh Clifford Geertz dan Pacanowsky (1973). Teori ini menjelaskan
bahwa organisasi mempunyai budayanya sendiri. Setiap orgukanisasi memiliki
karakter budaya tertentu yang mengharuskan orang-orang yang masuk didalamnya
dapat menyesuaikan diri dengan budaya organisasi ini. Budaya yang dimaksudkan
adalah saling berbagimakna informasi dalam bentuk interaksi simbolik antarindividu
dalam hal pola kerja, kebiasaan, dan hal-hal lain yang menjadi budaya dan kebiasaan
organisasi ini.
14
Pendekata simbolik ini asalnya dari Timur yang kemudian mempengaruhi dunia Barat
khususnya dalam wilayah organisasi bisnisnya.
Dalam teori ini, lingkungan di dalam dan sekitar perusahaan disebut budaya korporasi
(corporate culture) yang terdiri dari citra, karakter, dan iklim organisasi. Budaya yang
dimaksud adalah kebiasaan yang terjadi dalam lingkungan organisasi yang tampak
dalam bentuk interaksi simbolik antaranggota. Pesan-pesan atau informasi berbagai
interaksi antar anggota organisasi dan dari organisasi ke anggota, yang biasanya
dalam bentuk cerita. Ada corporate stories, personal stories, atau collegial stories.
Corporate stories adalah berbagai informasi yang datingnya dari manajemen kepada
para karyawannya. Personal stories terjadi jika informasi berbagai di antara para
karyawan yang saling menceritakan pengalaman-pengalamannya secara pribadi satu
sama lain dan juga tentang peranan mereka dalam organisasi. Sedangkan collegial
stories adalah cerita, baik yang positif maupun negative, antar karyawan satu dengan
yang lainnya di dalam lingkungan organisasi. Melalui penggunaan metode etnografi
(atau metode naturalistic lainnya) kita bisa memahami karakteristik dan ritual suatu
budaya organisasi tertentu.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pentingnya hubungan komunikasi dan kepemimpinan dalam organisasi adalah untuk


memperbaiki organisasi itu sendiri. Serta kemajuan organisasi, dimana suatu organisasi bisa
dikatakan sukses apabila hubungan komunikasi antara partner kerjanya harmonis. Begitu pula
kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi ingin sukses. Karena kepemimpinan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian
tujuan bersama.

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini , maka pembaca atau mahasiswa dapat mengerti dan
memahami pentingnya arti komunikasi dalam organisasi dan arti komunikasi dalam
kepemimpinan.

Mudah-mudahan makalah ini dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi
pembaca atau mahasiswa , kami juga meminta maaf jika makalah kami kurang berkenan
dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran atas makalah kami agar bisa
membangun dan memotivasi kami agar membuat makalah jauh lebih baik lagi .

16
DAFTAR PUSTAKA

Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGrraw-Hill Companies

Hassan, Abdullah dan Ainon Muhamad. 1998. Komunikasi untuk pemimpin.(Kuala Lumpur:
Utusan Publication & Distributors Sdn. Bhd. )

M.Yusup,Pawit.2009.Ilmu Informasi,Komunikasi, dan Kepustakaan.Jakarta: Bumia Aksara

Moedjiono Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. (Yogyakarta : UII. Press.)

Sendjaja. 1994. Teori-Teori Komunikasi.Universitas Terbuka

17

Anda mungkin juga menyukai