Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKHLAK TASAWUF PERTEMUAN 14

“DZIKIR HUBUNGANNYA DENGAN


SAINS DAN TEKNOLOGI”

Nama : Muhamad Hidayatullah


Nim : 0702203123
Kelas : SI-6
Dosen : Zulkifli Nasution, S.Pd.I, M.Ag

A. Pengertian Dzikir
Secara etimologi, perkataan dzikir (Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990:
1018) berakar pada kata dzakara, artinya mengingat, memperhatikan, mengenang,
mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti, ingatan. Adapun secara terminologis,
dzikir adalah ingatan, atau suatu latihan spiritual yang bertujuan untuk menyatakan
kehadiran Tuhan seraya membayangkan wujud-Nya. Atau suatu metode yang digunakan
untuk mencapai konsentrasi spiritual (dengan menyebut nama Tuhan secara ritmis dan
berulangulang) (Triminghan, 1971: 302). Sementara itu, Aboe Bakar Atjeh sebagaimana
dikutip oleh Nasution dkk (1993: 451) memberikan pengertian dzikir sebagai:
Ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan dengan hati,
dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Tuhan dan membersihkannya dari sifat-
sifat yang tidak layak untuk-Nya, selanjutnya memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-
sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan
kemurnian.
Dari pengertian di atas, agaknya, dzikir baru merupakan bentuk komunikasi sepihak,
antara makhluk (manusia), dengan Khaliq saja, akan tetapi lebih dari itu, dzikir Allah
bersifat aktif dan kreatif, karena komunikasi tersebut bukan hanya sepihak, melainkan
bersifat timbal balik. Seperti yang dikatakan oleh al-Ghazali (1984: 80) “dzikrullah berarti
ingatnya seseorang bahwa Allah mengamati seluruh tindakan dan pikirannya”. Kemudian
diaktualisasikan ke dalam bentuk pola pemikiran dan tingkah laku (Ghazali, 1984: 21-26).

B. Pembagian Dzikir
Zikir dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu :
1. Zikru bil lisan, yaitu sebuah bentuk zikir yang realisasi pelaksanaanya dilakukan dengan
cara melafazkan kalimat-kalimat tauhid, seperti tahlil, tahmid, tasbih dan lain-lain.
Zikir dengan lisan ialah menyebut Allah dengan berhuruf dan bersuara. Imam
Fakhrurrozi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan zikir lisan ialah mengucapkan
kalimat suci dengan lidah seperti mengucapkan tasbih Subhanallah, al hamdulillah, la
ilaha illallah, Allahu akbar.
2. Zikru bil Qolb, yaitu sebuah bentuk zikir yang dilaksanakan dengan media bertafakkur,
merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah dan rahasia-rahasia Ilahiah yang tersirat
melalui ciptaanNya. Zikir secara qolbi ialah mengingat atau menyebut Allah dalam
hati, tidak berhuruf dan tidak bersuara, seperti tafakkur mengingat Allah, merenungi
rahasia ciptaanNya secara mandalam dan merenungi tentang zat dan sifat Allah Yang
Maha Mulia.

3. Zikru bil Jawarih, yaitu bentuk zikir yang direalisasikan dengan cara mengerahkan
segala kekuatan dan kemampuan yang terdapat dalam jasmani sebagai manifestasi dari
bentuk menaati seluruh perintah Allah dan berusaha semaksimal mungkin dalam
rangka menjauhi larangan-laranganNya.

Sabda Rasulullah SAW yang artinya:


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan amal seorang hamba hingga hati dan
tubuhnya ikut berasaksi”. (HR. Tirmizi)

Syeikh Abu Hasan As Sazali menyatakan: sebesar zarrah amal hati adalah seimbang
dengan sebesar gunung amal anggota badan. Jika zikir dengan lidah diperkuat dengan zikir
dalam hati, maka hal itu lebih sempurna, dan jika diperkuat lagi dengan menghadirkan
pengertiannya dengan jawarih, maka hal itu lebih sempurna lagi, jika berharap kepada
Allah itu dilakukan dengan sepenuh hati dan ikhlas, maka itulah puncak zikir yang paling
tinggi.

C. Fungsi Dzikir
Imam Ibnul Qoyyim al Jauziyyah di dalam kitabnya al Waabilus Syayyib dan pada
kitab Rafi’ul kalimat at Tayyib menerangkan ada tujuh fugsi zikir, yaitu :
1. Zikir dapat mengusir, mengalahkan dan menghinakan syaitan,
2. Orang yang berzikir Allah yang Maha Rahman akan rela kepadanya,
3. Zikir bisa menyebabkan hati menjadi gembira, berbahagia dan tentram,firman Allah
pada surah Ar Ra’du ayat 28 yang artinya:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.”

4. Dengan zikir, manusia akan dipermudah Allah jalan rezekinya,


5. Dengan berzikir, bisa akan terbuka baginya pintu pintu yang agung, yaitu pintu pintu
pengampunan
6. Dengan memperbanyak zikir bisa menyelamatkan diri dari siksa api neraka
7. Zikir merupakan ibadah yang paling ringan.
D. Dimensi Sains Dan Teknologi Dalam Islam

Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan
satu sama lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia
tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan
secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data
pengukuran yang diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam. Sedangkan
teknologi adalah himpunan pengetahuan manusia tentang proses-proses
pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan
yang produktif ekonomis (Baiquni, 1995: 58-60).
Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan
yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah
ensiklopedi sains dan teknologi apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara
gamblang.
Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari
pandangan al-Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada
tingkatan yang hampir sama dengan iman seperti tercermin dalam surat al-
Mujadalah ayat 11:

“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan manusia mencari ilmu atau


menjadi ilmuwan begitu banyak. Al-Qur’an menggunakan berbagai istilah yang
berkaitan dengan hal ini. Misalnya, mengajak melihat, memperhatikan, dan
mengamati kejadian-kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5; Luqman: 20; al- Ghasyiyah:
17-20; Yunus: 101; al-Anbiya’: 30), membaca (al- ‘Alaq: 1-5) supaya mengetahui
suatu kejadian (al-An’am: 97; Yunus: 5), supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15),
menjadi yang berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus:
101; al-Ra’d: 4; al Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah: 5, 13), menjadi ulu al-albab
(Ali ‘Imran: 7; 190-191; al-Zumar: 18), dan mengambil pelajaran (Yunus: 3).
Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat
diketahui dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan


manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang
Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis baca). Dia Mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-5)
Kata iqra’, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang
tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra’ itu
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia. (Shihab, 1996:433).

E. Perkembangan Sains dan Teknologi


Sejarah perkembangan sains diawali dengan kegiatan pengamatan manusia atas
peristiwa-peristiwa alam, seperti matahari yang terbit di sebelah timur dan terbenam di
sebelah barat. Demikian pula pengamatan terhadap peredaran benda-benda langit seperti
bintang-bintang di malam hari merupakan awal perkembangan ilmu astronomi yang
sangat berguna sebagai pedoman arah bagi pelayaran di laut.
Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai tahun 638 M dari Iskandariah
(Alexanderia) menurut Dr. Draper dalam bukunya yang menulis: "Kegiatan kaum
muslimin mengembangkan ilmu pengetahuan dimulai sejak ditaklukannya Iskandariah
tahun 638 M". Belum sampai 2 abad sejak waktu itu, mereka sudah dapat menguasai
semua naskah ilmu Yunani dan menjelaskannya dengan cara yang benar.
Perkembangan pengetahuan pada masa itu meliputi ilmu kimia, fisika, astronomi,
matematika, kedokteran, dan farmasi. Ilmuwan muslim yang mempunyai sumbangan
dalam perkembangan ilmu kimia antara lain: Jabir Ibnu Hayyan, al-Kindi, dan al-Razi.
Sedangkan ahli matematika yang terkenal antara lain adalah al-Khawarizmi dan Umar
Khayyam.
Sebelum perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan bangsa Arab, Eropa
masih dalam kegelapan penuh tahayul, khurafat dan beribu macam dogma. Berdasarkan
hal-hal tersebut sungguh benarlah seorang sarjana barat yang bernama "Dozi" yang
mengatakan dalam bukunya "Sejarah Muslimin di Spanyol"; kalau bukan karena bangsa
Arab, kebangunan eropa akan terlambat berabad-abad".
Sedangkan teknologi, dewasa ini perkembangan dan kemajuannya berlangsung amat
pesat, sehingga tidak memungkinkan seseorang untuk mengikuti seluruh proses
perkembangannya. Perkembangan teknologi tidak terlepas dari adanya perkembangan
dalam bidang sains yang juga telah berlangsung dengan pesat sekali terutama sejak abad
ke-19 hingga sekarang.
Sejarah menunjukkan bahwa mula-mula teknologi berkembang tanpa adanya
hubungan dengan perkembangan sains. Namun kemudian, kenyataan bahwa
perkembangan sains itu mengakibatkan perkembangan teknologi dan sebaliknya,
merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri.
Pada prinsipnya "modernisasi teknologi" dan akselerasi kemajuannya menjadi topik
perlombaan, bahkan setiap individu maupun setiap bangsa beradu cepat dalam
mengangkat modernisasi teknologi menjadi sebuah kultur global. Idealisme ini memang
representatif dan sehat, sebab kemajuan teknologi pasti mampu membantu umat manusia
untuk tidak mempersulit kepentingan-kepentingannya baik berupa sarana komunikasi,
alat-alat kerja, bahkan hampir segala aspek kehidupan manusia dapat ditangani secara
mekanik.

F. Dampak Sains dan Teknologi


Perkembangan sains dan teknologi pada dasarnya bertujuan untuk mempermudah
segala kegiatan yang dilakukan manusia. Hubungan antar manusia yang berjauhan
letaknya dapat dipermudah dengan adanya telephon dan e-mail. Dengan adanya peralatan
komunikasi yang semakin canggih dan modern, maka beberapa kelompok masyarakat dari
beberapa negara dapat berinteraksi dengan mudah dan tentunya hal ini akan membawa
dampak yang satu terhadap yang lain.
Akan tetapi tidak dapat disangkal, bahwa manusia selama ini kurang belajar
bagaimana hidup dengan teknologi. Karena itu penampilannya lebih sebagai hamba
teknologi daripada sebagai tuannya. Hal itu disebabkan karena keadaan teknologi masih
kurang sempurna, sehingga manusia belum sempat mengenal hakikat sebenarnya
teknologi itu.
Kalau orang berbicara mengenai dampak-dampak teknologi biasanya yang dimaksud
adalah dampak-dampak teknosistem pada lingkungannya, baik fisis, biologis, maupun
sosial budaya. Dampak-dampak itu bisa positif bisa pula negatif. Dampak-dampak ini bisa
disengaja sesuai dengan tujuan semula atau yang tidak disengaja. Misalnya saja
perkembangan dari teknologi modern saat ini yang banyak diterapkan untuk mendapatkan
hasil yang sebesar-besarnya. Dampak-dampak ini bisa langsung dirasakan, tetapi
kebanyakan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merasakannya.
Di antara dampak-dampak yang lambat itu antara lain dampak-dampak fisis dan
biologis. Dampak-dampak fisis berupa pencemaran dan perusakan tanah, air, dan lapisan-
lapisan atmosfer. Dampak-dampak biologis berupa pemiskinan keanekaragaman hayati
karena kepunahan spesies. Kesemuanya menurunkan kualitas lingkungan hidup. Semua itu
bersifat negatif sehingga mengurangi manfaat.
Referensi :
 http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/PEMAS/article/download/4982/2282
 https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/download/1070/982
 http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/article/view/70/65
 http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/sumbula/article/view/3976

Anda mungkin juga menyukai