Anda di halaman 1dari 7

Definisi Ilmu

Ilmu pengetahuan berasal dari dua suku kata; ilmu dan pengetahuan. Secara etimologi, ilmu dalam
bahasa Inggris disebut sebagai science, yang merupakan serapan dari bahasa latin scientia, yang
merupakan turunan dari kata scire, dan mempunyai arti mengetahui (to know), yang juga berarti
belajar (to learn) (Gie, 2000: 87).

Maka ilmu pengetahuan secara terminologi menurut Anshari (2002: 47-49) terdapat beberapa
pendapat para ahli, diantaranya:

a. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag menulis:

“Science is empirical, rational, general and cumulative; and it is all four at once” (ilmu adalah yang
empiris, yang rasional, yang umum dan bertimbun-bersusun; dan keempat-empatnya serentak).

b. Karl Pearson (1857-1936) merumuskan: “Science is the complete and consistent description of the
facts of experience in the simplest possible terms”

(Ilmu pengetahuan adalah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sesederhana/sesedikit mungkin).

c. Prof. Dr. Ashley Montagu, guru besar antropologi di Rutgers University menyimpulkan:

Science is a systematized knowledge derived from observation, study and experimentation carried
on order to determine the nature of principles of what being studied”

(ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang
dipelajari).

d. Driver dan Bel, pakar konstruktivis, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukan hanya kumpulan
hukum atau daftar fakta.

Ilmu pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan
konsepnya yang ditemukan secara bebas (Suparno, 1997: 17).

e. Menurut Endang Saefuddin Anshori (1987: 50)

ilmu pengetahuan adalah Usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem mengenai
kenyataan, struktur, bagian-bagian dan hukumhukum tentang hal-ihwal yang diselidiki (alam,
manusia, dan agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran yang dibantu penginderaan yang
kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksprimen

berdasarkan definisi yang ada maka ilmu pengetahuan memiliki ciri ciri yaitu sistematis, objektif,
rasional, general reliabel dan komunitas, dari kata kunci tersebut dapat dimaknai bahwa:

sistematis berarti ilmu pengetahuan disusun secara berurutan dan teratur yang saling berkaitan.

objektif yang berarti bahwa ilmu pengetahuan menjelaskan apa adanya sesuai dengan fenomena
yang terjadi

rasional yaitu ilmu pengetahuan bersumber pada pemikiran yang dapat diterima oleh logika
general yaitu ilmu pengetahuan mampu merangkum atau menyimpulkan fenomena fenomena
umum agar lebih sederhana

reliabel yaitu ilmu pengetahuan tersebut dapat dibuktikan kebenarannya

komunitas yaitu ilmu pengetahuan yang dapat diterima oleh masyarakat umum

itulah ciri ciri dari ilmu pengetahuan yang dapat kita nikmati hari ini dan seterusnya sehingga
manfaat dari ilmu pegetahuan itupun sangat banyak.

HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN

Pengertian ilmu atau al-‘ilm secara istilah telah dijelaskan oleh beberapa ahli diantaranya adalah :

a. al-’Amidi (dalam Wan Daud, 2003: 146) menyatakan:

Ilmu adalah sifat yang dengannya jiwa orang memiliki sifat ini, bisa membedakan beberapa realitas
yang tidak tercerap oleh indra-indra jiwa, hingga menjaganya dari derita, ketika itu dia sampai pada
suatu kondisi yang tidak memungkinkan sesuatu yang dibedakan itu berbeda dari cara-cara yang
darinya perbedaan itu diperoleh.

b. Menurut Syed Naquib al-Attas (1989: 78-89),

ilmu terbagi menjadi dua macam, meskipun keduanya merupakan satu kesatuan yang sempurna.
Pertama, ilmu yang diberikan oleh Allah swt. sebagai karunia-Nya kepada insan. Kedua, ilmu yang
dicapai dan diperoleh manusia berdasarkan daya usaha akliahnya sendiri yang berasal dari
pengalaman hidup, indera jasmani, nazar-akali, perhatian, penyelidikan, dan pengkajian.

c. Menurut Ziauddin Sardar (2000: 25),

istilah yang tepat mendefinisikan pengetahuan dalam Islam adalah al-’ilm, yang memiliki dua
komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah wahyu atau al-Qur’an; di
sinilah terletak kebenaran absolut. Kedua, bahwa metode mempelajari pengetahuan yang sistematis
dan koheren semuanya sama-sama valid, semuanya menghasilkan bagian dari satu kebenaran dan
realitas (bagian yang sangat bermanfaat untuk memecahkan masalah).

Maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan yang sesungguhnya itu berasal dari Allah SWT,
yang dapat dicermati melalui realitas, akal maupun aktivitas ilmiah.
Dengan uraian bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui (al-‘Alim) (QS. Saba’:1-2, QS.
AlTaghabun: 4, QS. Al-Mujadilah: 7)
sehingga ilmunya tak terhingga banyaknya (QS. AlKahfi:109).

Diantara kesekian banyak ilmu-Nya, ada yang diberikan kepada manusia, akan tetapi hanya sebagian
kecil saja yang dibeberkan melalui ayat-ayat Qur’aniyah (QS. Al-Isra’:85) (Muhaimin & Mujib, 1993:
83).

Dari skema tersebut bahwa sumber pengetahuan terbagi menjadi dua yaitu yang bersumber dari
Allah SWT dan bersumber dari insani atau manusia, sumber Illahi ini berupa Al Quran dan Assunah,
sedangkan yang bersumber dari manusia atau insani adalah ilmu yang berasal dari kemampuan
manusia berupa akal dan indera.

TEKNOLOGI

teknologi adalah hal yang tidak asing dipendengaran manusia abad ini, karena segala aktivitas yang
diakukan pasti melibatkan teknologi, penggunaan alat-alat teknologi diperuntukan untuk
mempermudah segala aktivitas dan kebutuhan manusia sehingga pekerjaan bisa lebih efisien dan
efektif. Dari pengertiannya teknologi adalah himpunan pengetahuan manusia tentang proses-proses
pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif
dan ekonomis (Baiquni, 1995: 58-60).

Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat diketahui dari wahyu pertama
yang diterima Nabi Muhammad saw.:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam (tulis baca). Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq:
1-5)

Kata iqra’, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari
menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi
obyeknya, perintah iqra’ itu mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia. (Shihab,
1996:433)

Dapat disimpulkan baha teknologi telah dijelaskan didalam Al quran secara umum dan tidak
terperinci agar bersifat universal dan dapat dipahami dari berbagai aspek.

KONSEP SENI

Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan
mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia yang didorong oleh kecenderungan
seniman kepada yang indah, apa pun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri
manusia atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya (Quraish Shihab: 1996). Di
sisi lain, Alquran memperkenalkan agama yang lurus sebagai agama yang sesuai dengan fitrah
manusia.

Maka tetapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah): (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Al-Rum [30]: 30).

Adalah satu hal yang mustahil, bila Allah yang menganugerahkan manusia potensi untuk menikmati
dan mengekpresikan keindahan, kemudian Ia melarangnya. Bukankah Islam adalah agama fitrah?
Segala yang bertentangan dengan fitrah ditolaknya, dan yang mendukung kesuciannya ditopangnya.
Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lain. Jika demikian,
Islam pasti mendukung kesenian selama penampilannya lahir dan mendukung fitrah manusia yang
suci itu, dan karena itu pula Islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia, sebagaiman seni
ditemukan oleh jiwa manusia di dalam Islam.

Tidak salah jika dikatakan bahwa inti segala uraian Alquran adalah memperkenalkan keesaan Allah
Swt. Ini terlihat dari wahyu pertama Alquran, ketika wahyu tersebut memerintahkan untuk
membaca dengan nama Allah yang diperkenalkannya sebagai Maha Pencipta, Maha Pemurah, serta
Pengajar. Dalam rangka memperkenalkan diri-Nya itulah Allah menciptakan alam raya, seperti bunyi
satu ungkapan yang dinilai beberapa ulama sebagai hadis qudsi:

Aku tadinya sesuatu yang tidak dikenal. Aku ingin dikenal, maka Kuciptakan makhluk agar mereka
mengenal-Ku. Untuk tujuan memperkenalkanNya –

di samping tujuan yang lain kitab suci Alquran mengajak manusia memandang ke seluruh jagat raya,
antara lain dari sisi keserasian dan keindahannya.

Tidakkah mereka melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikan dan
menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak retak sedikit pun? (QSQaf [50]:6).

Setelah Alquran berbicara tentang aneka tumbuh-tumbuhan di-nyatakannya: Perhatikanlah buahnya


di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu, terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman ( QS Al-An‟am
[6] : 99

SENI LUKIS, SENI PAHAT, DAN SENI PATUNG

Dalam surat Saba‟ (34): 13 diuraikan tentang nikmat yang dianugerahkan Allah kepada Nabi
Sulaiman, yang antara lain adalah,

Dalam Tafsir Al-Quthubi disebutkan bahwa patung-patung itu terbuat dari kaca, marmer, dan
tembaga, dan konon menampilkan para ulama dan nabi-nabi terdahulu. Di sini, patung-patung
tersebut karena tidak disembah atau diduga akan disembah, keterampilan membuatnya serta
pemilikannya dinilai sebagai bagian dari anugerah ilahi.

Kaum Nabi Shaleh terkenal dengan keahlian mereka memahat, sehingga Allah berfirman al a’raf
ayat 47:
Dapat disimupulkan bahwa islam mengharamkan seni lukis, seni pahat, dan seni patung karena
dikhawatirkan menjadi terlahirnya kemusyrikan, selain itu maka tidak menjadi masalah selama itu
hanya sekedar untuk memandangi keindahannya.

Anda mungkin juga menyukai