Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PSIKOLOGI BELAJAR MATEMATIKA

TEORI BELAJAR CONFREY

Dosen Pengampu: Fakhrudin, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Elena Trida Navisa (2225220057)


2. Farras Sahil Mumtaz (2225220089)

1A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur khadirat Allah SWT atas nikmat, rahmat. dan karunia
yang diberikan sehingga kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai dengan judul ‘Teori
Belajar Confrey’.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar Matematika
dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Pengampu mata kuliah
tersebut, yaitu Pak Fakhrudin, S.Pd., M.Pd. yang telah membantu dalam proses pembelajaran
dalam mata kuliah tersebut. Serta kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada rekan-
rekan yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini, dan harapan kami semoga
makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan baru dan wawasan baru para
pembaca.

Serang, 9 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran Menurut Confrey ......................................................................... 3

B. Pembelajaran Konstruktivisme ................................................................................... 4

C. Penerapan Dalam Pembelajaran Matematika .............................................................. 6

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Confrey .................................................................. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan upaya dari seseorang agar dapat berubah menjadi berwawasan,
berketerampilan, dan bersikap lebih baik. Belajar kaitannya sangat erat dengan pendidikan,
bahkan tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan. Dalam proses pembelajaran yang ada di
jenjang sekolah tenaga pendidik tidak harus menyampaikan suatu materi pelajaran saja,
tetapi juga harus membuat materi yang disampaikan kepada murid menjadi mengasyikkan,
menyenangkan, dan sangat berkesan dimata murid.

Setiap aspek dari hasil belajar haruslah dapat terukur, dalam suatu butir pembelajaran,
setiap aktivitas yang dilakukan oleh siswa harus dapat dievaluasi. Dalam pembelajaran di
kelas, guru bisa menggunakan beberapa metode belajar agar belajar siswa dapat terukur dan
bisa dievaluasi. Metode belajar ini disebut teori-teori belajar.

Teori-teori belajar ada berbagai macam yang bisa diterapkan oleh para guru untuk
memudahkan dalam proses belajar mengajar dikelas agar pengalaman siswa dalam belajar
menjadi sangat berkesan. Oleh karena itu, sangat penting bagi pendidik untuk mempelajari
teori-teori belajar tersebut, salah satunya teori belajar Confrey. Pada kesempatan kali ini,
kita akan memfokuskan pada pembahasan teori belajar Confrey dan penerapannya dalam
pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah Confrey itu?

2. Bagaimana teori belajar menurut Confrey?

3. Bagaimana penerapan teori belajar Confrey dalam pembelajaran matematika?

4. Apa kelebihan dan kekurangan teori Confrey?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui siapa itu Confrey

2. Untuk mengetahui bagaimana teori belajar menurut Confrey

1
3. Untuk mengetahui penerapan teori belajar Confrey dalam pembelajaran matematika

4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Confrey

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran Menurut Confrey

Confrey adalah seorang ahli psikologi yang berasal dari aliran kontruktivisme yang
berkontribusi dalam dunia pendidikan, menawarkan suatu powerfull construction dalam
matematika. Dalam mengkonstruksi ia mengidentifikasikan sepuluh karakteristik powerfull
construction berpikir peserta didik. Powerfull construction tersebut ditandai oleh:

a. Sebuah struktur dengan ukuran kekonsistenan internal.

b. Suatu keterpaduan antar bermacam – macam konsep.

c. Suatu kekonvergenan diantara aneka bentuk dan konteks.

d. Kemampuan untuk merefleksikan dan menjelaskan.

e. Sebuah kesinambungan sejarah.

f. Terikat kepada bermacam-macam sistem simbol.

g. Suatu yang cocok dengan pendapat experts (ahli).

h. Suatu yang potensial untuk bertindak sebagai alat untukkonstruksi lebih lanjut.

i. Sebagai petunjuk untuk tindakan selanjutnya.

j. Suatu kemampuan untuk menjustifikasi dan mempertahankan.

Semua ciri powerful di atas dapat digunakan secara efektif dalam proses belajar
mngajar dikelas. Menurut Confrey (1990), siswa – siswa yang belajar matematika seringkali
hanya menerapkan satu kriteria evaluasi mereka dari yang mereka konstruksi misalkan
dengan bertanya. Oleh karena itu pandangan siswa tentang “kebenaran” ketika siswa belajar
matematika perlu mendapat pengawasan ahli dan masyarakat menjadi tidak lengkap. Dalam
kasus ini peranan guru dan peranan siswa lain adalah menjustifikasi berfikirnya siswa.

Salah satu yang mendasar dalam pembelajaran matematika menurut konstruktivis


adalah suatu pendekatan dengan jawaban tak terduga sebelumnya dengan suatu ketertarikan
yang cerdik dalam mempelajari karakter, keaslian, cerita dan implikasinya. Pandangan

3
konstruktivisme dalam proses pembelajaran menghendaki adanya pergeseran dari peran
pengajar sebagai otoritas ilmu menuju peran pengajar sebagai fasilitator dan mediator yang
kreatif.

Dengan demikian disini pendidik dituntut senantiasa bereksplorasi dalam mengelola


pembelajaran, mengemas sajian materi pada buku teks sedemikian rupa sehingga menarik
bagi peserta didik dan bertindak sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran yang
dikelolanya. Salah satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah
pendidik tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada peserta didik tetapi
peserta didik harus membangun pengetahuan sendiri dalam benaknya. Dalam proses ini
pendidik dapat membantu dengan cara-cara mengajar sehingga informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan bagi peserta didik, dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya, mengajak peserta
didik agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar. “Teori Konstruktivis memandang peserta didik terus-menerus memeriksa
informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-
aturan itu jika tidak sesuai lagi”.

B. Pembelajaran Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme (Erna suwangsih: 13) didefinisikan sebagai pembelajaran yang


bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih
dinamis.

Implementasi (Erna suwangsih: 14) pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran


meliputi 4 tahap yaitu:

a. Apersepsi

b. Eksplorasi

c. Diskusi dan penjelasan konsep, serta

d. Pengembangan dan aplikasi

Tahap pertama

4
Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan
dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan
problematik tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep
yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan
pemahaman tentang konsep itu.

Tahap kedua

Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep pengumpulan,


pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang
guru. Kemudian secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain. Secara
keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam di
sekelilingnya.

Tahap ketiga

Saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya
ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa membangun pemahaman baru tentang
konsep yang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu– ragu lagi tentang konsepsinya.

Tahap keempat

Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat


mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan
pemecahan masalah–masalah yang berkaitan dengan isu–isu di lingkungannya.

Dalam pembelajaran matematika beberapa ahli konstruktivisme telah menguraikan


indikator belajar mengajar berdasarkan konstruktivisme. Confrey menyatakan: “sebagai
seorang konstruktivisme ketika saya mengajarkan matematika, saya tidak mengajarkan
siswa tentang struktur matematika yang obyeknya ada di dunia ini. Saya mengajar mereka,
bagaimana mengembangkan kognisis mereka, bagaimana melihat dunia melalui
sekumpulan lensa kuantitatif ”.

Hal ini mencerminkan bahwa matematika hanyalah sebagai alat untuk berfikir, fokus
utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi
pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli – ahli sebelumnya.

5
C. Penerapan Dalam Pembelajaran Matematika

Tahap Pertama

Seorang guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengukur tiang bendera dengan
menggunakan konsep trigonometri yang sudah para siswa pelajari sebelumnya dengan
berkelompok yang teridiri setiap kelompok 4 orang, tujuan guru tersebut agar para siswa
memahami penerapan konsep trigonometri yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari.

Tahap Kedua

Guru memberi kesempatan beberapa hari kedepan untuk siswa berdisukusi dengan
masing-masing kelompoknya dengan menelaah, menyelidiki seperti apa konsep yang
relevan dari trigonometri agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
untuk mencari tinggi tiang bendera yang ditugaskan oleh guru.

Tahap Ketiga

Siswa mempresentasikan hasil yang didapat dari pengukuran tiang bendera tersebut
didepan teman-teman kelompok yang lain, jika terdapat kesalahan dalam
mengaplikasikannya guru akan mengoreksi dan memperbaiki perhitungan dari siswa
tersebut.

Tahap Keempat

Guru menyimpulkan dan menambahkan beberapa kalimat dari hasil yang telah siswa
tersebut presentasikan agar para siswa lebih paham terkait penerapan konsep trigonometri
dalam kehidupan sehari-hari.

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Confrey

a. Kelebihan
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasan tentang gagasannya.
2. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

6
3. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri.
4. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari
kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

b. Kekurangan
1. Dalam proses belajarnya peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu
mendukung.
2. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi
siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan
miskonsepsi.
3. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang
besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan fasilitas guna
mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
4. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih banyak waktu.
Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa menjadi aktif, hal in
terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif siswa.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Confrey adalah seorang ahli psikologi yang berasal dari aliran kontruktivisme yang
berkontribusi dalam dunia pendidikan, menawarkan suatu powerfull construction dalam
matematika. Menurut Confrey (1990), siswa – siswa yang belajar matematika seringkali
hanya menerapkan satu kriteria evaluasi mereka dari yang mereka konstruksi misalkan
dengan bertanya. Pandangan konstruktivisme dalam proses pembelajaran menghendaki
adanya pergeseran dari peran pengajar sebagai otoritas ilmu menuju peran pengajar sebagai
fasilitator dan mediator yang kreatif.

Adapun pengimplementasian dalam pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran


meliputi 4 tahap yaitu:

a. Apersepsi

b. Eksplorasi

c. Diskusi dan penjelasan konsep, serta

d. Pengembangan dan aplikasi

Dengan demikian disini pendidik dituntut senantiasa bereksplorasi dalam mengelola


pembelajaran, mengemas sajian materi pada buku teks sedemikian rupa sehingga menarik
bagi peserta didik dan bertindak sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran yang
dikelolanya sehingga membuat peserta didik menjadi bisa mengembangkan ide-idenya.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uin-
suska.ac.id/10388/1/Psikologi%20Pembelajaran%20Matematika.pdf?fbclid=IwAR26y8ICxx
C0LaQRwW9dCMtqvV80JMImsHotMy2eeo07x5ZG95WBtajbOMQ

konten belajar|konten motivator|konten solusi penyelesaian|konten anak muda


(dionhandoko.com)

Keunggulan dan kelemahan pembelajaran konstruktivime - Donisaurus (donisetyawan.com)

Anda mungkin juga menyukai