Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

LINGKUP PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN


DAN
LINGKUNGAN HIDUP

DOSEN : Dr. Rahmatullah

DISUSUN OLEH : Agung Septian (20187270186)


: Armintari S. (20187270119)
: Juvita Desyana H. (20187270151)
: Nadya Farda F. (20187270146)

FAKULTAS PASCASARJANA
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI (UNINDRA)
JAKARTA
2019

KATA PENGANTAR
i
Puji Syukur penyusun ucapkan terimakasih kepada Allah SWT. Shalawat serta salam
tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Kehadiran Pendidikan Kependudukan sebagai suatu komponen program pendidikan
di Indonesia merupakan bukti nyata bahwa pendidikan memperhatikan dan turut berusaha
menangani berbagai masalah yang timbul akibat bertambah banyaknya penduduk di
Indonesia. Masalah yang muncul pertama kali adalah masalah lingkungan hidup, asumsinya
adalah pertambahan jumlah populasi manusia berbanding lurus dengan pertambahan
pencemaran lingkungan hidup.
Pada mata kuliah Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang diampu
oleh Dr. Rahmatullah kami selaku mahasiswa diberikan tugas untuk mempresentasikan
tentang Lingkup Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Makalah ini berisi
tentang pengantar, tujuan dan serta latar belakang mengapa diadakannya pelajaran
Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup.
Kami penyusun memohon maaf apabila ada yang kurang dari penyajian makalah ini,
karena keterbatasan kami. Akhir kata kami selaku penyusun sangat mengharapkan adanya
kritik serta saran yang membangun demi penyempurnaan dan perbaikan untuk kedepannya.

Jakarta, 23 Juni 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. ii
DAAFTAR ISI………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 4
2.1 Apa, Mengapa dan Tujuan PKLH…………………………………………………… 4
2.2 Hakikat PKLH……………………………………………………………………….. 5
2.3 Latar Belakang PKLH……………………………………………………………….. 6
2.4 Pendidikan Kependudukan………………………………………………………….. 8
2.5 Pendidikan Lingkungan Hidup……………………………………………………… 9
2.6 Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah……………………………… 10
2.7 Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Mewujudkan Sekolah
Berbudaya Lingkungan……………………………………………………………... 11
2.7.1 Pengembangan Kebijakan Sekolah………………………………………... 11
2.7.2 Adanya Kinerja Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah………………. 11
2.7.3 Penampilan Sekolah……………………………………………………….. 13
2.7.4 Sikap dan Perilaku Warga Sekolah………………………………………… 14
2.8 Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup……………………………………………… 15

2.9 Perbedaan dan Persamaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup……. 16


2.10 Batasan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup……………………….. 16
2.11 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Masyarakat……………. 18
2.12 Metode Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Masyarakat………………………… 20

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………... 25


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. 25
3.2 Saran………………………………………………………………………………… 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran PKLH sebagai suatu komponen program pendidikan di Indonesia
adalah bukti nyata bahwa dunia pendidikan memperhatikan dan turut berusaha
menangani beberapa masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Masalah yang
sangat besar dan perlu ditangani segera adalah akibat semakin besarnya jumlah
penduduk. Mereka memerlukan pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan,
pelayanan pendidikan, penyediaan lapangan kerja, keamanan dan lain-lain kebutuhan
bagi kesejahteraan hidupnya. Di seluruh dunia tekanan akibat semakin banyaknya
penghuni planet bumi ini semakin dirasakan.Dalam usahanya untuk hidup lebih enak dan
kecukupan manusia sejak zaman purbakala telah memanfaatkan dan menggunakan alam
lingkungannya.Penggunaan nalar dan akalnya telah mendudukkan manusia sebagai
penakluk dan pengatur alam sekitarnya bagi kemudahan hidupnya.Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada pertengahan dan akhir abad ke-20 ini begitu dahsyat dan
menakjubkan sehingga seakan-akan seluruh masalah dapat dipecahkan olehnya.
Namun, tidak dapat disangakal lagi bahwa karena sebagian terbesar kehidupan 5
miliar manusia pada tahun 1987 (tahun 2015 sebanyak 7 miliar) ini masih tergantung dari
dukungan alam sekitarnya maka penggunaan sumber alam ini semakin intensif dan
ekstensif. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi yang dibarengi dengan
pertumbuhan industri secara besar-besaran untuk mengikuti permintaan bermilyar-milyar
orang tadi, telah mengakibatkan semakin menurunnya mutu alam lingkungan hidup
manusia tadi.Manusia melupakan bahwa daya dukung planet bumi untuk memberikan
kehidupan terbatas.
Akhir-akhir ini malapetakaberupa banjir, kekeringan, pencemaran air, tanah
maupun udara, kenaikan atau penurunan suhu panas di beberapa daerah, dan keracunan
oleh pestisida dan lain-lain telah banyak diberitahukan oleh media massa.Ancaman ini
dari segala aspeknya perlu kita sadari dan kita hadapi untuk dipecahkan.Manusia tidak
mungkin tidak bertambah terus. Pada tahun 1987 ini sudah 5 miliar, tahun 2000
diperkirakan mendekati 7 miliar, kalau pertumbuhan manusia tetap seperti tahun1998-
sekarang, pada tahun 2025 jumlah manusia di planet bumi sudah akan mencapai lebih
dari 12 miliar orang, untuk dapat memberi makan kepada 12 miliar orang ini bumi harus
diolah lebih intensif dan ekstensif lagi.

1
Keadaan sekarang sudah mendekati titik krisis. Hal ini terjadi karena dulu
kekuatan besar saling mendukung dan memperkuat ialah :
1. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terbatas di atas suatu tempat dengan daya
dukung terbatas untuk menghidupinya dan menampung sampah hasil kehidupannya.
2. Teknologi tidak terbatas yang dibarengi dengan sikap manusia untuk mendominasi
dan menghabiskan alam lingkungannya
Krisis yang mengancam sistem kehidupan di planet bumi ini perlu kita hadapi dan
pecahkan bersama.Pertumbuhan penduduk harus kita atur.Sikap kita untuk tidak
bertanggung jawab dalam mengeksploitasikan dan mendominasikan alam lingkungannya
perlu kita ubah.
Dalam hal ini perlu kita teruskan kepada generasi muda kita, generasi yang
mewarisi baik buruknya pengolahan sistem kehidupan di bumi ini.

1.2 PerumusanMasalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulisan makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa latar belakang dari PKLH?
2. Bagaimana hakikat dari PKLH?
3. Bagaimana latar belakang dari PKLH?
4. Apa yang dimaksud dengan pendidikan kependudukan?
5. Apa yang dimaksud dengan pendidikan lingkungan hidup?
6. Bagaimana penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah?
7. Bagaimana implementasi pendidikan lingkungan hidup dalam mewujudkan
sekolah berbudaya lingkungan?
8. Apa tujuan dari pendidikan lingkungan hidup?
9. Apa perbedaan dan persamaan pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup?
10. Bagaimana batasan tentang pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup?
11. Bagaimana pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup dalam masyarakat?
12. Bagaimana metode pendidikan lingkungan hidup dalam masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memahami Latar Belakang PKLH.
2. Memahami Hakikat PKLH
3. Memahami Latar Belakang PKLH.
4. Memahami Pendidikan Kependudukan.
5. Memahami Pendidikan Lingkungan Hidup.
6. Memahami Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah.
7. Memahami Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Mewujudkan
Sekolah Berbudaya Lingkungan.
8. Memahami Tujuan dari Pendidikan Lingkungan Hidup.
9. Memahami Perbedaan dan Persamaan PKLH.
10. Memahami Batasan tentang Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
2
11. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Masyarakat.
12. Metode Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

Kajian mengenai Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup ini terkait


juga didalamnya tinjauan mengenai falsafah hubungan manusia dengan alam dan
lingkungannya. Karena sejatinya ketika mengalami pertambahan populasi manusia
makan itu akan berbanding lurus dengan pertambahan tingkat polusinya. Hal ini
disebabkan karena manusia dalam hidupnya memanfaatkan alam untuk memenuhi
kebutuhan hajat hidupnya, dengan menggunakan air bersih, memotong kayu dan
sebagainya sehingga semakin lama maka alam akan semakin rusak seiring dengan
pertambahan populasi manusia.

2.1 Apa, Mengapa dan Tujuan PKLH

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada dasarnya ada dua


program pendidikan yang berbeda pada tujuannya, namun banyak persamaan dalam
hal objek kajiannya. Program Pendidikan Kependudukan meletakkan sasaran
utamanya pada perubahan sikap dan perilaku pada masalah “reproduksi dan
persebaran” pendudukan secara rasional dan bertanggung jawab. Sedangkan,
Pendidiakan Lingkungan Hidup meletakkan sasaran utamanya pada upaya perubahan
sikap dan perilaku pada masalah pengelolaan sumber daya alam secara rasional dan
bertanggung jawab. Persamaan yang paling mendasar dari Pendidikan Kependudukan

3
dan Pendidikan Lingkungan Hidup adalah upaya peningkatan kualitas hidup
penduduk dalam arti yang luas.
Dalam hal sasaran dan tujuan utama, kedua jenis program pendidikan ini
terdapat perbedaan. Pendidikan kependudukan mempunyai sasaran berupa perubahan
sikap dan perilaku tentang pengendalian dan keberadaan kependudukan, sedangkan
pendidikan lingkungan hidup memiliki sasaran berupa perubahan sikap dan perilaku
tentang pendidikan lingkungan hidup secara rasional dan bertanggung jawab. Kedua-
duanya dimaksudkan untuk menunjang terbinanya kualitas hidup penduduk secara
lebih baik. Keduanya juga memiliki kajian objek yang sama yaitu terdiri dari
dinamika kependudukan dan integrasi perilakunya (manusia) terhadap lingkungan
sosial, ekonomi dan fisiknya.

2.2. Hakikat PKLH


Masalah kependudukan dan masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang
cukup mendapat perhatian dunia. Masalah kependudukan mendapat perhatian karena
dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan manusia itu
sendiri beserta lingkungannya. Kelestarian lingkungan hidup yang menyangkut kawasan
laut, darat dan udara dipantau terus karena pada akhir-akhir ini menunjukkan gejala
kemerosotan makin meningkat dari tahun ke tahun.
Salah satu pertemuan di Pounex, Swiss, menyimpulkan bahwa masalah lingkungan
tidak saja disebabkan oleh kemajuan melainkan juga oleh keterbelakangan dan
kemiskinan. Masalah lingkungan yang akhir ini misalnya penyakit menular yang
disebabkan oleh lingkungan yang kotor dan erosi yang disebabkan karena kerusakan
hutan. Sementara di negara maju kerusakan lingkungan disebabkan oleh kurang atau
tidaknya adanya pembangunan. Oleh karena itu, tanpa pembangunan masalah lingkungan
justru akan menjadi makin parah.
Indonesia adalah salah satu negara yang tidak luput dari masalah kependudukan.
Pertambahan penduduk yang cepat, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas
penduduk yang rendah merupakan ciri-ciri masalah kependudukan di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk yang cepat (lebih dari 2%), akan mengakibatkan terjadinya
struktur penduduk muda, sehingga akan ketergantungan tinggi. Keadaan yang demikian
akan menjadi beban dalam pembangunan yang telah tercapai sebagian hanya digunakan
untuk konsumsi penduduk yang tidak produktif.
Penyebaran penduduk yang tidak merata akan mengakibatkan pemanfaatan sumber
daya manusia tidak atau kurang efektif. Di luar Jawa banyak sumber daya alam yang
4
belum atau kurang dimanfaatkan karena kekurangan tenaga kerja, sementara di Jawa
banyak pengangguran karena terbatasnya lapangan kerja, kualitas penduduk yang rendah,
yang ditandai dengan tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan pendapatan perkapita,
akan merupakan hambatan pula upaya memperhambat laju pembangunan.
Beberapa langkah telah dilakukan untuk mengatasi masalah kependudukan tersebut,
diantaranya program keluarga berencana yang telah dimulai sejak tahun 1970 dan
pendidikan kependudukan yang dimulai sejak tahun 1976. Diharapkan dengan kedua
usaha tersebut laju pertumbuhan pendudukan yang dapat ditingkatkan.
Kadar perlunya PKLH juga tersirat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Seperti diketahui, untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
yang membahagiakan seluruh bangsa Indonesia, negara kita melaksanakan pembangunan
di segala bidang dengan menggunakan pedoman yang ditujukan oleh Undang-Undang
Dasar 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Dalam GBHN itu disebutkan bahwa pembangunan nasional jangka panjang di bidang
ekonomi diarahkan antara lain kepada usaha untuk pengaturan serta menyebarkan
penduduk yang lebih wajar dengan memindahkan penduduk ke luar Jawa dan Bali.

2.3 Latar Belakang PKLH


Yang menjadi latar belakang mengapa terdapat PKLH adalah adanya masalah
kependudukan dan lingkungan hidup dimana dua hal tersebut dapat dibedakan tetapi tidak
dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan mempunyai keterkaitan yang erat dan saling
berhubungan.
Berikut merupakan sejarah perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup dari
berbagai penjuru dunia.
1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional
Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan
hidup diadakan di Beograd, Jugoslavia. Pada pertemuan tersebut dihasilkan
pernyataan antar negara peserta mengenai pendidikan lingkungan hidup yang dikenal
sebagai "The Belgrade Charter -a Global Framework for Environmental Education".
Secara ringkas tujuan pendidikan lingkungan hidup yang dirumuskan dalam Belgrade
Charter tersebut di atas adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap keterkaitan bidang ekonomi,
sosial, politik serta ekologi, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Memberi kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk
bekerja secara individu dan kolektif untuk menyelesaikan masalah lingkungan
saat ini dan mencegah munculnya masalah baru. Menciptakan satu kesatuan pola
5
tingkah laku baru bagi individu, kelompok-kelompok dan masyarakat terhadap
lingkungan hidup
2. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat ASEAN
Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan merupakan hal yang baru di
lingkup ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN telah mengembangkan program dan
kegiatannya sejak konferensi internasional pendidikan lingkungan hidup pertama di
Belgrade tahun 1975. Sejak dikeluarkannya ASEAN Environmental Education Action
Plan 2000-2005, masing-masing negara anggota ASEAN perlu memiliki kerangka
kerja untuk pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia
sebagai negara anggota ASEAN turut aktif dalam merancang dan melaksanakan
ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005.
Pada intinya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000 –2005 ini
merupakan tonggak sejarah yang penting dalam upaya kerja sama regional antar
sesama negara anggota ASEAN dalam turut meningkatkan pelaksanaan pendidikan
lingkungan di masing-masing negara anggota ASEAN.
3. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia
Penyelenggaraan pendidikan lingkungan di Indonesia dimulai pada tahun 1975
dimana Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta untuk pertama kalinya
merintis pengembangan pendidikan lingkungan dengan dengan menyusun garis-garis
besar program pengajaran pendidikan lingkungan hidup yang diujicobakan di 15
sekolah dasar di Jakarta pada periode tahun 1977/1978.
Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai
perguruan tinggi negeri dan swasta. Bersama dengan itu, mulai dikembangkan
pendidikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh semua PSL
dibawah koordinasi Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan
Hidup (Meneg PPLH). Sampai tahun 2002 jumlah PSL yang menjadi anggota Badan
Koordinasi PusatStudi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi 87 PSL dan
disamping itu berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mulai
mengembangkan dan membentuk program khusus pendidikan lingkungan.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah ( menengah umum dan
kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan
hidup secara integratif dituangkan dalam sistem sistem kurikulum tahun 1984dengan
memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir
semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan
tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh departemen pendidikan nasional
bagi guru-guru SD, SMP, dan SMA termasuk sekolah kejuruan.Prakarsa
6
pengembangan pendidikan lingkungan jugadlakukan oleh berbagai Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Pada tahun 1996/1997 terbentuk jaringan pendidikan
lingkungan yang beranggotakan LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian
terhadap pendidikanlingkungan. Hingga tahun 2001 tercatat 76 anggota JPLyang
bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.

2.4 Pendidikan Kependudukan


Pendidikan kependudukan pertama kali menjadi perhatian para ahli terjadi
pada tahun 1935 di swedia, kemudian di susul oleh negara-negara lainnya di tahun-
tahun berikutnya. Berbagai pertemuan internasional tentang kependudukan dan
lingkungan hidup diselenggarakan atas prakarsa UNESCO dengan tujuan untuk
merumuskan beberapa langkah bersama untuk mengatasi masalah kependudukan dari
lingkungan hidup yang dihadapi. Diantaranya ialah konferensi internasional tentang
Hak-Hak Manusia di Teheran (1968) salah satu resolusinya berupa Deklarasi
Pemimpin-Pemimpin Dunia tentang Kependudukan atau yang dikenal dengan “The
Proclamation of Tehran”. Menyusul kemudian Konferensi Kependudukan Dunia
(1974) di Bucharest Rumania, diselenggarakan dengan menghasilkan “World
Population Plan of Action”. Suatu rumusan tentang langkah-langkah untuk mencapai
masalah kependudukan secara umum, pada tahun berikutnya (1975) diselenggarakan
lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan di Belgrade Yugoslavia, yang
menghasilkan suatu kerangka umum tentang program pendidikan lingkungan dalam
suatu dokumen yang juga di kenal sebagai “Belgrade Charter”.
Lokakarya UNESCO (1970) di bangkok berpandangan bahwa suatu batasan
formal tentang pendidiakan kependudukan akan banyak membantu para peserta untuk
melakukan pembinaan dinegara masing-masing. Lokakarya memberikan batasan
pendidikan kependudukan sebagai :
“Suatu program kependudukan yang menyediakan kajian tentang situasi
kependudukan dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia, dengan maksud untuk
mengembangkan sikap dan perilaku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap
situasi kependudukan yang dihadapi”
Hal ini juga tergambar dalam tujuan umum yang dicantumkan dalam “Buku
Sumber Pendidikan Kependudukan”, dalam buku itu dinyatakan bahwa pendidikan
kependudukan dimaksudkan melibatkan pelajar dalam proses belajar dalam proses
belajar, sehingga dapat memperluas perspektif dan mengembangkan keterampilan

7
dalam menganalisis dan mendefinisikan masalah yang relevan untuk manfaat pribadi
dan masyarakatnya.
Salah satu kondisi sosial budaya, bangsa indonesia yang menimbulkan
masalah pertumbuhan penduduk ialah adanya adanya norma yang mengarah kepada
pembentukan keluarga dengan banyak anak. Suatu norma yang menghargai banyak
kelahiran dan pembentukan keluarga besar. Hal ini disebabkan oleh pandangan
masyarakat terhadap nilai anak dalam suatu keluarga. Menurut sutrisno hadipaling
sedikit ada nilai anak di indonesia yaitu anak sebagai perekat cinta kasih, sebagai
sumber tenaga kerja, anak sebagai asuransi hari tua, sebagai pelangsung keturunan,
sebagai teman di rumah, penolong dan pelindung, dan anak sebagai sumber rezeki.
Tujuan umum pendidikan kependudukan ialah untuk memungkinkan pelajar
dapat mengsuasai pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai yang diperlukan untuk
memahami dan menilai situasi kependudukan yang ada, kekuatan dinamis yang
membentuk dan berpengaruh terhadap kesejahteraan dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa dan dunia dimasa kini dan mendatang.
Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka tujuan yang lebih khusus pendidikan
kependudukan mencakup :
a. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar kependudukan dan hubungan
timbal balik antara dinamika penduduk, perilaku manusia, kualitas lingkungan
hidup dan berbagai aspek kehidupan manusia.
b. Mengembangkan kesadaran akan masalah kependudukan dan pemecahan bagi
pengkaitan kualitas hidup manusia.
c. Mengembangkan nilai dan sikap yang rasional dan bertanggung jawab terhadap
usaha pemecahan masalah kependudukan. Meningkatkan keterampilan
memecahkan masalah kependudukan yang dihadapi bagi kesejahteraan diri,
keluarga dan masyarakat. Meningkatkan keikutsertaan pelajar dalam kegiatan
pemecahan masalah kependudukan, baik secara individual maupun kelompok.

2.5 Pendidikan Lingkungan Hidup


Berbeda dengan pendidikan kependudukan yang memberi batasan utama
sebagai suatu program kependidikan yang bertujuan membina sikap nilai dan
perilaku, maka definisi pendidikan lingkungan hidup ini dipandang sebagai proses
reorganisasi nilai dan klarifikasi konsep untuk mengembangkan keterampilan dan
sikap yang diharapkan senada dengan batasan pendidikan kependudukan Bangkok

8
1970 adalah definisi pendidikan lingkungan hidup yang diberikan oleh Jayasurya
yang menyatakan bahwa, pendidikan lingkungan Hidup adalah:
“Suatu program kependudukan yang disusun untuk mengembangkan fungsi
kognitif dan afektif individu dan keterampilan psikomotornya dengan mengarahkan
untuk mengoptimalkan sumbangannya menuju peningkatan kualitas hidup, baik
tingkat mikro maupun makro dari pada unit keluarga, masyarakat dan bangsa dengan
perhatian khusus terhadap strategi dinamika masalah-masalah lingkungan hidup
manusia, baik secara individual maupun secara bersama-sama, untuk menghindarkan
akibat yang merugikan”

2.6 Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah


Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah didasari oleh kebijakan
lingkungan, yakni pernyataan lembaga sekolah tentang keinginan dan prinsip-prinsip
yang berkaitan dengan kinerja lingkungan secara keseluruhan. Kebijakan tersebut
merupakan kerangka tindakan dan penentuan sasaran serta target (objectives and
targets). Menajemen puncak, dalam hal ini kepala sekolah, menetapkan kebijakan
pendidikan lingkungan hidup sekolah, struktur, dan tanggung jawab. Kebijakan
pendidikan lingkungan hidup di sekolah dilakukan melalui penerapan manajemen
pendidikan lingkungan hidup yang mengacu pada prinsip plan, do, check, dan action.
a. Perencanaan (plan)
Dalam melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan di sekolah diperlukan
identifikasi aspek lingkungan, identifikasi peraturan perundang-undangan,
penetapan tujuan dan sasaran lingkungan sekolah, dan penetapan program
lingkungan untuk pencapaiannya.
b. Pelaksanaan (do)
Untuk melaksanakan pendidikan lingkungan hidup pada sistem ini, sekolah
mengembangkan kemampuan dan mekanisme yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan, tujuan, dan sasaran dapat dibuat untuk membentuk pola pengembangan
pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Mekanisme prinsip penerapan yang
dibangun seperti disyaratkan, terdiri dari tujuh elemen, yaitu: (1) struktur dan
tanggungjawab; (2) pelatihan, kepedulian dan kompetensi, (3) komunikasi; (4)
dokumentasi dan pengendaliannya; (5) kesiagaan dan tanggap darurat.
c. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan

9
Pemeriksaan dan tindakan koreksi dilaksanakan oleh organisasi untuk mengukur,
memantau dan mengevaluasi kinerja lingkungan sekolah. Prinsip pemeriksaan dan
tindakan koreksi terdiri dari empat elemen, yaitu pemantauan dan pengukuran,
ketidaksesuaian, tindakan koreksi/pencegahan, rekaman, dan audit.
d. Tinjauan Ulang Manajemen
Hasil dari proses pemeriksaan dan tindakan koreksi tersebut dijadikan masukan
bagi manajemen dalam menerapkan prinsip pengkajian dan penyempurnaan, yaitu
berupa kajian ulang manajemen yang dilaksanakan organisasi setiap enam bulan/
satu tahun sekali, atau bila dianggap perlu.

2.7 Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Mewujudkan


Sekolah Berbudaya Lingkungan
2.7.1 Pengembangan Kebijakan Sekolah
Untuk mewujudkan sekolah yang berbudaya lingkungan maka diperlukan
beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakannya kegiatan pendidikan
lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
sekolah berbudaya lingkungan yaitu partisipatif dan berkelanjutan. Visi dan misi
sekolah yang berbudaya lingkungan memiliki indikator :
a. Mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup;
b. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan non
kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup;
c. Penghematan sumber daya alam;
d. Mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat;
e. Pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan masalah
lingkungan hidup.
2.7.2 Adanya Kinerja Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah
Kinerja pendidikan lingkungan hidup di sekolah dapat diukur melalui
pengintegrasian materi lingkungan hidup dalam berbagai kegiatan, diantaranya :
a. Memperingati dan berpartisipasi pada hari-hari besar lingkungan hidup, seperti :
1) Hari Pencanangan Satu Juta Pohon
2) Hari Kehutanan Sedunia
3) Hari Air
4) Hari Bumi
5) Hari Keanekaragaman Hayati
10
6) Hari Lingkungan Hidup Sedunia
7) Hari Sampah
8) Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
b. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dapat dilakukan melalui
kurikulum secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model
pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan
lingkungan sehari-hari. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan hidup untuk
mewujudkan sekolah yang pedui dan berbudaya lingkungan dapat dicapai dengan
melakukan hal-hal berikut :
1) Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran;
2) Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup yang ada
di masyarakat sekitar;
3) Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya;
4) Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran
siswa tentang lingkungan hidup.
c. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah
perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu
sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan
berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah dalam
mengembangkan kegiatan berbasis partisipatif adalah;
1) Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kokurikuler di bidang lingkungan
hidup berbasis partisipatif di sekolah;
2) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar;
3) Membangun dan memprakarsai kegiatan kemitraan dalam pengembangan
pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
d. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler seperti 7 K yang mencakup keamanan, ketertiban,
kebersihan, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan merupakan suatu
wadah yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan materi lingkungan kepada
siswa dalam kegiatan konkret. Kegiatan konkret tersebut dapat dilakukan pada
perayaan hari internasional, nasional, dan lokal dengan membahas masalah
11
lingkungan global, nasional dan lokal yang sedang terjadi, gerakan kebersihan
lingkungan sekolah, pasar, perumahan, gerakan penggunaan sepeda, jalan kaki, bus
umum, lomba karya ilmia, kampanye lingkungan, dan lain sebagainya sesuai
kebutuhan dan kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat. Pelaksanaan
pengintegrasian materi lingkungan hidup pada kegiatan ektrakurikuler dapat memilih
metode dan media sesuai dengan kondisi lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk
membentuk sikap dan perilaku siswa dalam mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan pendidikan lingkungan
hidup diantaranya: Pramuka, PMR, Jurnalistik, KIR IPA, Duta Lingkungan dan Tim
Peneliti.
e. Pengelolaan dan atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung
sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup.
Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi;
1) Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan
lingkungan hidup;
2) Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan
sekolah;
3) Penghematan sumberdaya alam (air, listrik, energi) dan ATK;
4) Peningkatan kualitas pelayanan gizi sehat;
5) Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
2.7.3 Penampilan Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan (sekolah yang menanamkan
nilai-nilai lingkungan hidup kepada seluruh warga dan masyarakat sekitarnya) dapat
dikembangkan untuk mengantisipasi berbagai macam persoalan lingkungan,
khususnya kegiatan yang memiliki dampak atau akibat aktivitas kegiatan belajar
mengajar yang ada di sekolah.
Penampilan sekolah berbudaya lingkungan secara umum dapat dinilai dari
adanya :
a. Penerapan hemat energi
b. Manajemen/ pengelolaan pemisahan sampah
1) Penyediaan tempat sampah yg terpisah organik dan anorganik (sampah basah-
kering)
12
2) Sistem pengangkutan sampah (tersedia gerobak, TPS dll)
3) Ada kegiatan pengomposan dan pemanfaatan sampah (3R)
4) Ada tenaga kebersihan dan keterlibatan siswa dan guru dalam kebersihan
sekolah
5) Ada jadwal pengangkutan sampah dan catatan jumlah timbulan sampah dan
komposting
c. Pengelolaan air bersih dan kotor
d. Pengelolaan emisi/gas buang
e. Taman toga/apotek hidup (ada tulisan nama, kegunaan) dan tanaman hias.
f. Green house, kebun sekolah, taman, hutan sekolah, dan tanaman penghijauan
sebagai paru-paru sekolah
g. Kolam ikan, rumah burung
h. Logo dan slogan-slogan/baliho

2.7.4 Sikap dan Perilaku Warga Sekolah


Sikap dan perilaku warga sekolah terhadap lingkungan hidup merupakan nilai
yang paling penting dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan. Pelaksanaan
pendidikan lingkungan hidup disekolah mempunyai sasaran meningkatkan kepedulian
seluruh warga sekolah (kepala sekolah, tenaga administrasi, guru, dan siswa) terhadap
lingkungan. Standar penilaian dapat dibuat sesuai kebutuhan sekolah. Sebagai contoh
untuk menilai sikap dan perilaku siswa dengan kategori baik atau jelek dapat dilihat
dari penampilan kelasnya. Jika kelas siswa kelihatan kotor, apakah akibat banyak
kertas berserakan dan banyak coretan di dinding, kelasnya dapat dinilai bahwa siswa
tersebut belum memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Demikian juga bagi guru,
tenaga administrasi, dan kepala sekolah dapat dinilai dari ruang kerja masing-masing
unit. Sedangkan mengukur keberhasilan (sikap dan perilaku) sekolah dalam
mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan dapat dinilai seluruh unsur (warga) yang
ada di sekolah.

2.8 Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup


Pendidikan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan kesadaran dan
perlibatan masyarakat secara aktid dalam masalah-masalah lingkungan, atau menurut
Jayasurya tujuan pendidikan lingkungan hidup ialah agar pelajar memiliki

13
pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi dan rasa keterpanggilan (commitment)
untuk bekerja secara individual atau kolektif menuju pada pemecahan dan pencegahan
timbulnya masalah lingkungan.
Dalam tujuan umum pendidikan lingkungan hidup ini terkandung unsur tujuan
lain yang meliputi pembinaan unsur: pengetahuan, kesadaran, sikap keterampilan,
kemampuan mengevaluasi dan keikutsertaan (perilaku) dari peserta didik dalam
hubungannya dengan pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Adapun tujuan khusus pendidikan lingkungan hidup mencakup :
a. Mengembangkan kesadaran akan perlunya individu dapat memenuhi kebutuhan
dari lingkungannya.
b. Mengembangkan kesadaran akan lingkungan dan masalahnya pada masa kini dan
mendatang.
c. Mendapatkan pengetahuan dan pengertian tentang hubungan ekologi manusia
dengan lingkungan sosial budaya dan biofisiknya.
d. Memiliki kemampuan yang diperlukan untuk membangun sumber secara
bijaksana, melindungi dan mengembangkan lingkungan menuju menuju
pemecahan masalahnya.
e. Mengembangkan sikap, nilai dan kepercayaan yang esensial untuk meningkatkan
kualitas dan konservasi lingkungan
f. Berpartisipasi aktif, baik secara individual atau secara bersama dalam kegiatan
yang berhubungan dengan perbaikan lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup yang menekankan pada proses, programnya
disusun dengan maksud memberi kesempatan anak didik untuk menguasai cara dan
prosedur bagi penguasaan perubahan siakp dan perilaku, sedangkan pendidikan
lingkungan hidup yang menekankan sebagai program kependuduka untuk mengubah
perilaku akan materi, metode dan strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan
merubah sikap dan perilaku yang diharapkan. Pendidikan lingkungan hidup yang
pertama akan mengevaluasi hasil belajar dan segi tingkat penguasaan pengetahuan,
sikap dan perilaku yang diharapkan. Sedangkan pendidikan lingkungan hidup yang
kedua akan mengevaluasi keberhasilan belajar dari segi perubahan (penambahan)
pengetahuan, sikap dan perilaku anak didik yang diharapkan sehubungan dengan
pemanfaatan, penjagaan dan pelestarian potensi lingkungan bagi kesejahteraan.

2.9 Perbedaan dan Persamaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

14
Fokus utama dalam program pendidikan kepandudukan ialah dinamika
kependudukan dan hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia. Salah
satu aspek pembahasan materi dalam pendidikan kependudukan terdapat pembahasan
hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan lingkungan hidup, tetapi fungsinya
hanya sebagai penyangga bagi perubahan pengetahuan, sikap, kesadaran dan perilaku
kependudukan.
Dalam pendidikan lingkungan hidup, faktor-faktor dinamika kependudukan
juga menjadi pembahasan. Tetapi, perhatian yang diberikan juga terbatas dalam
kerangka kerja dan perspektif pendidikan lingkungan hidup. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan penalaran bahwa hal itu akan berpengaruh terhadap intensitas
penggunaan sumber dari pencemaran lingkungan.
Pendidkan kependudukan memungkinkan pelajar untuk memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan untuk mengambil
keputusan berdasarkan informasi tentang peristiwa dan masalah kependudukan yang
berpengaruh terhadap kualitas hidup dimasa kini dan mendatang bagi dirinya,
masyarakat dan bangsa.
Pendidikan lingkungan hidup mengembangkan kesadaran atau keterlibatan
pelajar tentang lingkungan hidup serta masalahnya dan memberikan mereka
pengetahuan, keterampilan, sikap dan keterkaitan motivasi untuk bekerja secara
individual menuju pada pemecahan masalah serta upaya penghindaranya
.
2.10 Batasan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Dalam laporan hasil rapat pengkajian pedoman pendidikan kependudukan dan
lingkungan hidup pada tanggal 25 – 27 januari 1984 tercantum batasan Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup sebagai :
“suatu program kependidikan untuk membina anak didik memiliki pengertian
kesadaran, sikap dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh
timbal balik antara penduduk dan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan
manusia”
Tujuan tersebut dapat dianalisis menjadi dua arah sasaran, yaitu : tujuan yang
mengarah kepada kemanfaatan individu dan kepada kemanfaatan kelompok, atau
masyarakat. Dari kedua arah kelompok sasaran tersebut kemudian disusunlah tujuan
yang lebih khusus sebagai berikut :

15
a. Mengembangkan pengetahuan tentang konsep dasar kependudukan dan
lingkungan hidup
b. Mengembangkan kesadaran (terhadap adanya masalah kependudukan dan
lingkungan hidup pada masa kini dan prospeknya pada masa yang akan datang)
c. Membina kesadaran akan perlunya mengatasi masalah persebaran dan
pertumbuhan penduduk serta kemerosotan kualitas lingkungan hidup
d. Mengembangkan pengetahuan dan pengertian tentang hubungan saling
memengaruhi antara dinamika kependudukan dengan sosial budaya, ekonomi dan
teknologi serta kualitas lingkungan hidup
e. Mengembangkan nilai dan sikap positif yang mengarah kepada pembentukan
keluarga yang bertanggung jawab, dalam lingkungan hidup yang serasi dan
menjamin kehidupan keluarga dan masyarakat yang semakin sejahtera dan
berkesinambungan.
f. Mengembangkan penguasaan keterampilan yang diperlukan untuk membina
keluarga yang bertanggung jawab, memanfaatkan sumber daya secara rasional,
memelihara dan melestarikan lingkunan bagi kehidupan yang baik
g. Mengembangkan partisipasi aktif baik secara individu maupun kelompok dalam
kegiatan yang menyangkut usaha peningkatan kualitas hidup melalui usaha
penyebaran penduduk secara rasional pengendalian fertilitas, dan keserasian
keseimbangan lingkungan hidup.
Dalam bidang lingkungan hidup, anak didik harus berperilaku nyata untuk
mengelola secara bijaksana sumber daya yang mereka miliki, tepat guna, hemat,
berorientasi kepada kelestarian kemanfaatan bagi kehidupan yang lebih layak.
Dalam cakupan yang lebih luas, masyarakat dihimbau untuk memeratakan
Indonesia demi terciptanya ketahanan ekonomi, sosial dan politik. Jika terciptanya
kemerataan kependudukan maka masalah-masalah sosial yang dialami Indonesia tidak
tercipta lagi, seperti Jakarta dan Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk yang
sangat banyak.
Secara nyata siswa melakukan perbuatan positif untuk memelihara kebersihan,
mencegah pencemaran, dan keseimbangan lingkungan hidup. Dengan perkataan lain
pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup bertujuan akhir, pembentukan warga
negara indonesia yang berwawasan kependudukan dan ligkungan hidup, yaitu warga
negara yang dalam tingkah laku sosial, ekonomi, politik dan budayanya,
berpandangan progresif terhadap berbagai masalah kependudukan lingkungan hidup
menuju kehidupan keluarga dan masyarakat yang serasi dan seimbang dalam
hubungannya dengan tuhannya, lingkungan sosial dan lingkungan alam hidupnya.
16
2. 11 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Masyarakat
Keserakahan dan sifat tamak kita mengejar keuntungan sesaat membuat kita lupa
tentang arti pentingnya lingkungan bagi kesinambungan kehidupan. Ada yang belum
pernah terpikirkan oleh kita selama ini. Pola warisan sistem sentralistik yang selama ini
dipaksakan kepada kita, seolah-olah menafikkan keberadaan masyarakat untuk mengelola
lingkungannya sendiri. Banjir, tanah longsor, adalah akibat dari tidak arifnya kita
mengelola lingkungan. Hutan yang gundul, semakin berkurangnya daerah resapan,
berkurangnya zona hijau dan lain-lain menggambarkan betapa tidak cerdasnya kita dalam
mengelola lingkungan. Keserakahan dan sifat tamak kita mengejar keuntungan sesaat
membuat kita lupa tentang arti pentingnya lingkungan bagi kesinambungan kehidupan.
Masyarakat yang tinggal di kota-kota besar di seluruh Indonesia umumnya sudah
terbiasa dengan masalah lingkungan: bertumpuknya sampah, pencemaran udara,
kebisingan, sungai berwarna warni dan bau, kekeringan di musim kemarau, banjir di
musim hujan, penurunan permukaan air tanah bahkan intrusi air laut. Kebiasaan dalam
keseharian yang dihadapi terkait masalah lingkungan tersebut menyebabkan masyarakan
menjadi tidak atau kurang peduli terhadap masalah lingkungan. Ketidakpedulian ini
muncul akibat berbagai sebab, salah satu diantaranya adalah kurangnya pendidikan. Oleh
karena itu, penerapan Pendidikan Kependudkan dan Lingkungan Hidup (PKLH)
diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya masyarakat
pendidikan dan pada gilirannya masyarakat pada umumnya terhadap masalah lingkungan
yang dihadapi, meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam menanggulangi masalah
lingkungan hidup.
Peran Pendidikan Kependidkan dan Lingkungan Hidup (PKLH) dalam masyarakat
merupakan salah satu upaya yang dikembangkan untuk mengoptimalkan peran
masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Hadirnya Pendidikan Lingkungan
Hidup dalam masyarakat diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih
ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak kegiatan manusia terhadap
lingkungan.
Masyarakat harus berperan aktif dalam penyelamatan lingkungan hidup dari
kerusakan yang bisa terjadi. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam menyelamatkan
lingkungan kita. Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan antara lain:
1. Jauhi perilaku buruk seperti eksploitasi terhadap alam secara berlebihan.
2. Stop penebangan liar terhadap pohon-pohon yang ada di hutan.
17
3. Percayalah bahwa reboisasi itu lebih berguna. “One man one tree”.
4. Jangan pernah membuang sampah di sembarang tempat. Akan sangat baik jika sampah
didaur ulang menjadi pupuk.
5. Kesadaran dari sektor industri atau pabrik untuk tidak membuang limbah industri
berbahaya sesuka mereka. Hal tersebut dapat mencemari lingkungan sekitarnya.
6. Cegah sebisa mungkin gas buang kendaraan yang dapat menyebabkan polusi udara.
Sekarang sudah ada uji emisi pada kendaraan tapi itu masih kurang efektif. Lebih efektif
jika terjadi pengurangan kendaraan. Akan lebih efektif apabila aktivitas kendaraan
berkurang. Namun, bukan berarti dihentikan sama sekali.
7. Gunakan seminimal mungkin kendaraan yang ramah lingkungan, seperti sepeda akan
sangat baik bila digunakan.
8. Berperilaku hemat. Hemat penggunaan listrik dan air.
9. Stop pemanfaatan lahan hanya untuk pembangunan gedung-gedung bertingkat.
10. Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi lingkungan dan
keanekaan jenis makhluk hidup

Poin penting dari semua ini adalah attitude masyarakat dalam hubungannya dengan
kelestarian lingkungannya. Kesadaran akan kelestarian lingkungan sangat penting. Karena
disinilah peran vital masyarakat dalam menjaga lingkungannya dari kerusakan yang bisa saja
terjadi setiap saat.
Peran pemerintah daerah atau pejabat setempat yang ditunjuk atas wilayahnya tersebut
sangat penting untuk mengetahui dan merencanakan jauh ke depan dengan tegas untuk dapat
mengembangkan kawasan daerah/wilayahnya untuk menjadi bentuk lingkungan yang sehat
untuk dihuni masyarakatnya dan terus menjadi pengawasannya jangan sampai terlupakan,
sehingga tidak saling tuduh jika sudah terjadi bencana. Yang terpenting dalam masyarakat,
dalam hal ini mengenai pengelolaan lingkungan adalah masyarakat sadar sebagai bagian dari
lingkungan dimana ia berada, tumbuhnya kearifan lokal dalam mengelola lingkungan, yang
pelan–pelan diharapkan akan menjadi budaya ”Cinta Lingkungan” yang tumbuh disetiap
sanubari warga masyarakat.

2.12 Metode Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Masyarakat


Strategi yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup mengenai
pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup, antara lain meliputi:
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pendidikan lingkungan hidup sebagai pusat
pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan
hidup yang ditujukan untuk:
a. mendorong pembentukan, penguatan dan pengembangan (revitalisasi) kapasitas
kelembagaan PLH;
18
b. mendorong tersusunnya kebijakan pendidikan lingkungan hidup di tingkat Pusat dan
Daerah;
c. memperkuat koordinasi dan jaringan kerja sama pelaku pendidikan lingkungan
hidup;
d. membangun komitmen bersama untuk PLH (termasuk komitmen pendanaan);
e. Mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan
lingkungan hidup.
2. Meningkatkan kualitas dan kemampuan (kompetensi) SDM PLH, baik pelaku maupun
kelompok sasaran pendidikan lingkungan hidup sedini mungkin melalui berbagai upaya
proaktif dan reaktif.
Mengembangkan kualitas SDM Masyarakat, yang meliputi guru, murid sekolah, aparatur
pemerintah, para ulama serta seluruh lapisan masyarakat sedini mungkin secara terarah,
terpadu dan menyeluruh harus dilakukan melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif.
Upaya ini harus dilakukan oleh seluruh komponen bangsa sehingga generasi muda,
subjek dan objek pendidikan lingkungan dapat berkembang secara optimal.
Selain itu, peningkatan kemampuan SDM di bidang lingkungan hidup dalam
profesionalitas (kompetensi) tenaga pendidik, dan peningkatan kualitas masyarakat dan
peningkatan kualitas SDM pada tingkat pengambil keputusan (birokrat) menjadi hal yang
penting dilakukan juga dalam rangka pengembangan kebijakan pendidikan lingkungan
hidup.
3. Mengoptimalkan sarana dan prasarana pendidikan lingkungan hidup yang dapat
mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efisien dan efektif.
Dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana pendidikan lingkungan hidup dapat
mendukung terciptanya tempat yang menyenangkan untuk belajar, berprestasi, berkreasi
dan berkomunikasi. Optimalisasi sarana dan prasarana ini dapat dilakukan dengan
menggunakan perpustakaan, laboratorium, alat peraga, alam sekitar dan sarana lainnya
sebagai sumber pengetahuan.
4. Meningkatkan dan memanfaatkan anggaran pendidikan lingkungan hidup dan
mendorong partisipasi publik serta meningkatkan kerja sama regional, internasional
untuk penggalangan pendanaan PLH.
Meningkatkan pendanaan pendidikan lingkungan hidup khususnya anggaran pada
instansi yang melaksanakan pendidikan lingkungan hidup yang memadai diharapkan
dapat memacu perluasan dan pemerataan perolehan pendidikan khususnya pendidikan
lingkungan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia dan menuju terciptanya manusia
Indonesia yang berkualitas. Saat ini anggaran pendidikan khususnya pendidikan
lingkungan masih sangat minim, walaupun di dalam Amendemen UUD 1945, pagu
anggaran pendidikan telah ditetapkan minimum sebesar 20% dari seluruh APBN. Di
19
samping itu, sumber pendanaan pendidikan lingkungan hidup dapat digalang dari
masyarakat, baik lokal, regional maupun internasional.
5. Menyiapkan dan menyediakan materi pendidikan lingkungan hidup yang berbasis
kearifan tradisional dan isu lokal, modern serta global sesuai dengan kelompok sasaran
PLH serta mengintegrasikan materi pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum
lembaga pendidikan formal.
Penyusunan materi PLH harus mengacu pada tujuan pendidikan lingkungan hidup
dengan memperhatikan tahap perkembangan dan kebutuhan yang ada saat ini. Untuk itu
materi pendidikan lingkungan hidup yang berbasis kearifan tradisional dan isu lokal,
modern serta global harus disesuaikan dengan kelompok sasaran PLH.
Meningkatkan informasi yang berkualitas dan mudah diakses dengan mendorong
pemanfaatan teknologi.
6. Dalam meningkatkan informasi yang berkualitas, pemanfaatan teknologi perlu terus
diupayakan sehingga pengembangan pendidikan lingkungan dapat berhasil guna dan
berdaya guna serta sekaligus dapat memberikan akses kepada masyarakat terhadap
informasi tentang pendidikan lingkungan hidup.
7. Mendorong ketersediaan ruang partisipasi bagi masyarakat dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu pelayanan pendidikan lingkungan hidup.
Dalam meningkatkan peran serta masyarakat dibidang pendidikan lingkungan hidup
meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha,
dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan (Pasal 54, UU Sidiknas 2003) perlu terus digalakkan. Selain itu,
penyediaan ruang bagi masyarakat untuk pastisipasi akan menjadi faktor pendukung
dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup.
8. Mengembangkan metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang berbasis
kompetensi dan partisipatif.
Metode pelaksanaan pendidikan lingkungan adalah hal yang sangat penting dan
sangat berperan dalam menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Pengembangan
metode pelaksanaan dalam pendidikan lingkungan hidup ditujukan pada pengembangan
berbagai metode penyampaian pendidikan lingkungan hidup (antara lain melalui Joyful
Learning Process) pada setiap jenjang pendidikan dan pengembangan berbagai metode
partisipatif tentang pendidikan lingkungan hidup.
Masyarakat sebagai kontrol sosial harus mampu memberikan contoh dan pegangan
bagi anak muda yang lemah dalam pengetahuan lingkungan hidup. Di dalam pendidikan
lingkungan hidup, masyarakat harus ikut serta dalam mengatasi permasalahan lingkungan
dan berperan aktif dalam penyelamatan lingkungan hidup dari kerusakan yang bisa terjadi
20
kapan saja dan di mana saja. Selain pendidikan formal dalam hal ini yang dimaksud adalah
sekolah, peran serta masyarakat sebagai bagian terpenting dari lembaga pendidikan informal
dan non-formal memiliki peranan yang sangat besar dalam melaksanakan pendidikan
lingkungan hidup di masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan non-formal dan informal khususnya dalam
pendidikan lingkungan hidup (PLH) serta metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan
yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendidikan lingkungan hidup non-formal adalah kegiatan pendidikan di bidang
lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan bagi yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. Pendidikan non-formal juga berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini
(PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Metode kegiatan belajar dalam pendidikan lingkungan hidup non formal adalah:
kursus/pelatihan mengenai pengetahuan lingkungan hidup dalam bermasyarakat yang
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Metode yang umum digunakan adalah kombinasi antara metode ceramah, latihan (studi
kasus), dan diskusi mengenai pengetahuan lingkungan hidup, permasalahan lingkungan,
serta penyelesaian terhadap masalah lingkungan.
b. Pendidikan lingkungan hidup informal adalah kegiatan pendidikan di bidang
lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah dan dilaksanakan tidak terstruktur
maupun tidak berjenjang. Berdasarkan intensitas proses pembelajaran dan outcomes yang
dihasilkannya, beberapa bentuk kegiatan pendidikan (metode pembelajaran) lingkungan
hidup pada jalur informal adalah :
1. Penerbitan Media: salah satu bentuk pendidikan lingkungan hidup yang bertujuan
untuk menyampaikan informasi, gagasan, dan perkembangan-perkembangan terbaru
berkaitan dengan lingkungan hidup kepada masyarakat luas melalui publikasi media
massa (media cetak maupun elektronik) baik itu dalam bentuk buku, majalah, tabloid,
buletin, artikel ilmiah, poster, opini umum, iklan layanan masyarakat, dan sebagainya.
21
Hasil akhir yang ingin dicapai umumnya berupa peningkatan pengetahuan,
pemahaman, dan kesadaran akan pelestarian lingkungan hidup.
2. Penyuluhan: merupakan kegiatan pendidikan lingkungan hidup non formal yang
bertujuan untuk menerangkan/menjelaskan tentang suatu isu, permasalahan, gagasan,
atau metode yang bersifat spesifik agar peserta memahaminya secara lebih mendalam.
3. Seminar: merupakan kegiatan pendidikan lingkungan hidup dalam bentuk forum
persidangan ilmiah yang dipimpin/diarahkan oleh seorang pakar. Pada forum tersebut,
satu atau beberapa nara sumber diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasan,
pemikiran, atau pengalamannya tentang topik tertentu guna mendapat tanggapan dari
para peserta melalui mekanisme tanya jawab. Dengan demikian, baik nara sumber
maupun peserta akan mendapatkan umpan balik (feed back) yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kapasitas pengetahuannya.
4. Lokakarya: merupakan kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang bertujuan untuk
membahas permasalahan praktis tentang suatu bidang tertentu melalui mekanisme
diskusi interaktif antar peserta yang memiliki minat yang relatif sama dengan tingkat
keahlian yang relatif setara, namum memiliki sudut pandang yang relatif berbeda.
Suatu lokakarya umumnya akan menghasilkan suatu kesepakatan, rumusan, atau
rekomendasi yang akan menjadi acuan/referensi bagi pihak-pihak yang terlibat.

22
BAB III
PENUTUP

Dengan adanya Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup maka


diharapkan berbagai lapisan masyarakat turut serta dalam pembangunan dan
pemerataan jumlah penduduk dan tidak apatis terhadap jumlah pertumbuhan
masyarakat di Indonesia. Masalah-masalah diantaranya adalah peningkatan pencemaran
sumber daya alam dan lingkungan oleh karena itu berbagai pihak harus turut serta
dalam melakukan penghematan penggunaan sumber daya alam agar dapat kita nikmati
bersama hingga keturunan anak cucu kita.

3.1 Simpulan
Dari Pembahasan yang telah dipaparkan dalam makalah ini maka dapat
disimpulkan bahwa latar belakang dari diadakannya Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat pencemaran sumber daya
alam dan lingkungan serta masalah-masalah sosial jika terjadi pertambahan jumlah
penduduk, pemusatan jumlah penduduk serta ketidak merataannya ketahanan sosial,
ekonomi dan politik yang akan berdampak pada ketahanan dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia

3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan selaku penyusun adalah,pemerintah hendaknya
memfasilitasi program transmigran yang sudah dijalankan. Terkadang dalam
prakteknya perlu pengawasan, apakah dalam kehidupannya masyarakat transmigran
mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Pemertaan sektor-sektor Ekonomi ke daerah-daerah, serta pemaksimalan
pemanfaatan Sumber Daya Alam daerah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan
hajat masyarakat sekitar, agar tidak lagi terjadi urbanisasi karena didaerah kekurangan
lapangan pekerjaan.

23

Anda mungkin juga menyukai