Anda di halaman 1dari 15

1

IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVISME VYGOTSKY DALAM


PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN
TEMATIK INTEGRATIF DI SD

As Janah Verrawati1) dan Ali Mustadi2)


Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarya1)
Universitas Negeri Yogyakarta2)
Email: asverra01@gmail.com 1) / asjanah.2017@student.uny.ac.id 1)
dan ali_mustadi@uny.ac.id 2)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implikasi teori konstruktivisme
Vygotsky dalam pelaksanaan model pembelajaran tematik integratif di SD. Urgensi teori
konstrukivisme pada pembelajaran tematik integratif serta implikasi konstruktivisme dalam
pembelajara tematik integratif. Penelitian ini merupakan penelitian teoritik dengan perolehan
data melalui berbagai artikel dalam berbagai jurnal, buku, dan media cetak lainnya yang
berkaitan dengan teori Konstruktvisme Vygotsky dan Model Pembelajaran Tematik Integratif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implikasi teori konstruktivisme dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik integratif sangat sesuai. Siswa akan lebih antusias jika pembelajaran
lebih berfokus pada siswa.
Kata kunci: Konstruktivisme Vygotsky, Model Pembelajaran Tematik Integratif

IMPLICATION OF THE THEORY OF CONSTRUCTIVISM VYGOTSKY IN


IMPLEMENTATION OF LEARNING MODELS INTEGRATIVE TEMATIC
IN ELEMENTARY SCHOOL

The purpose of this research is to describe the implications of Vygotsky's constructivism


theory in the implementation of integrative thematic learning model in elementary school. The
urgency of constructivism theory on integrative thematic learning and the implications of
constructivism in integrative thematic learning. This research is a theoretical research with data
reports through various articles in various journals, books, and other print media related to
Vygotsky Constructivism Theory and Integrative Thematic Learning Model. The results of this
study indicate the implication of constructivism theory in the implementation of integrative
thematic learning is very appropriate. Students will be more enthusiastic if learning easier on
students.
Keywords: Vygotsky Constructivism, Integrative Thematic Learning Model
2

PENDAHULUAN creating anactive, interest-ing, and


meaningful learning. Pendekatan tematik
Tujuan pendidikan nasional merupakan bentuk strategi pembelajaran
tercantum dalam Undang-Undang Dasar yang menggunakan tema melalui
1945 yaitu pembentukan Pemerintah penciptaan pembelajaran yang aktif,
Negara Republik Indonesia yaitu menarik, dan bermakna. Dikatakan
menerdaskan anak bangsa. Perluasan dari bermakna karena peserta didik akan dapat
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan memahami konsep-konsep melalui
diberlakukannya Undang-Undang Nomor pengalaman langsung dan nyata yang
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan menghubungkan antar konsep. Melalui
nasional. Menurut Hamalik (2010) : 79) kurikulum 2013, peserta didik akan
menjelaskan bahwa pendidikan merupakan didorong menjadi insan yang kreatif,
proses dalam rangka mempengaruhi produktif, inovatif, dan afektif melalui
peserta didik agar mampu untuk kompetensi-kompetensi yang berimbang
beradaptasi dengan situasi apapun di antara spiritual, pengetahuan, sikap, dan
lingkungan sekitar sehingga menghasilkan psikomotor/keterampilan (Kemdikbud
perubahan menjadi lebih baik agar dapat (2013): 4).
digunakan dan bermanfaat dalam (Authentic & Sekolah, 2013)
kehidupan bermasyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam
Pendidikan karakter begitu penting kurikulum 2013 adalah scientific.
bagi pembentukan karakter yang kuat. Pendekatan scientific ini lebih dikenal
Karakter yang kuat tidak akan terbentuk dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan
jika dalam proses pembelajaran hanya scientific lebih mengedepankan penalaran
memfokuskan pada kegiatan yang secara induktif daripada deduktif.
menekankan pada aspek kognitif saja. Penalaran induktif fenomena atau situasi
Melihat nilai strategis pendidikan, spesifik kemudian menarik kesimpulan
pemerintah melalui Departemen secara keseluruhan.
Pendidikan Nasional (Depdiknas) terus (Apriani, Wangid, & Yogyakarta,
menerus melakukan berbagai perubahan 2015) mengemukakan bahwa
dan pembaharuan sistem pendidikan pembelajaran tematik integratif baik untuk
dengan tujuan agar generasi bangsa dilaksanakan karena mampu meningkatkan
Indonesia menjadi bangsa yang cerdas soft skill dan hard skill peserta didik
sekaligus berkarakter. Salah satu upaya berdasar pada proses pembelajarannya
pemerintah dalam melakukan berbagai yang aktif, menarik, dan bermakna.
perubahan dan pembaharuan dalam sistem Pendidikan karakter begitu penting bagi
pendidikan nasional di Indonesia adalah pembentukan karakter yang kuat. Karakter
dengan melakukan perubahan kurikulum. yang kuat tidak akan terbentuk jika dalam
Pemerintah Indonesia berupaya proses pembelajaran hanya memfokuskan
mewujudkan tujuan pendidikan dengan pada kegiatan yang menekankan pada
cara memperbaiki sistem pendidikan aspek kognitif saja. Hal ini sesuai dengan
dengan cara memberlakukan kurikulum pendapat yang diungkapkan oleh
2013. (Saptono,2011:16) yang menyatakan
Model pembelajaran tematik bahwa pendidikan karakter sangat penting,
integratif merupakan perwujudan karakter lebih tinggi nilainya daripada
kurikulum 2013. Menurut (Drake, intelektualitas. Kehidupan kita bergantung
2012:273), thematic approach is one of the pada karakter kita, karakter membuat
teaching strategy that uses themes toward
3

orang mampu bertahan, memiliki stamina unique in their use of higher mental
berjuang, dan sanggup mengatasi ketidak functions : deliberate, focused cognitive
beruntungan secara bermakna. processes that enhance learning, memory,
Model pembelajaran tematik and logical reasoning. In Vygotsky’s view,
intergratif menggunakan pendekatan the potential for acquiring lower mental
scientific yang memberikan kesempatan functions is biologically built in, but
peserta didik untuk dapat melakukan society and culture are critical for the
proses ilmiah yaitu mengamati, menanya, development of higher mental functions”
menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan. Hal ini sesuai Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
dengan teori belajar konstruktivisme dipahami bahwa manusia memiliki
Vygotsky yang lebih menitikberatkan kemampuan untuk menggunakan fungsi
interaksi dari faktor-faktor interpersonal mental mereka untuk meningkatkan
(sosial), kultural-historis, dan individual pembelajaran, ingatan dan penalaran logis.
sebagai kunci dari perkembangan manusia Dalam pandangan Vygotsky, dasar fungsi
(Schunk, 2012: 339). Teori belajar ini mental manusia dibangun secara biologis
berfokus pada peserta didik (student dan untuk mengembangkan fungsi mental
Center). Guru berperan sebagai fasilitator . tersebut, manusia memutuhkan peranan
Berdasarkan beberapa hal diatas, maka masyarakat dan budaya.
penulis bermaksud untuk mengkaji lebih Ormrod (2012) menjelaskan lebih lanjut
dalam mengenai mengenai implikasi teori terkait konsep-konsep dalam teori
belajar konstruktivisme Vygotsky dalam konstruktivisme Lev Vygotsky, menurut
model pembelajaran tematik integratif. Ormrod, Vygotsky mengungkapkan
beberapa gagasan penting dalam teorinya
PEMBAHASAN yaitu:
a. Interaksi informal maupun formal
Teori Konstruktivisme Vygotsky antara orang dewasa dan anak akan
Teori Vygotsky lebih menitikberatkan memberi pemahaman bagi anak tentang
interaksi dari faktor-faktor interpersonal bagaimana anak berkembang.
(sosial), kultural-historis, dan individual b. Setiap budaya memiliki makna dalam
sebagai kunci dari perkembangan manusia upaya meningkatkan kemampuan
(Schunk, 2012: 339). kognitif anak, kebermaknaan budaya
Pusat konsep dan prinsip dalam teori bagi anak bertujuan untuk menuntun
konstruktivisme Lev Vygotsky anak dalam menjalani kehidupan secara
dikemukakan oleh Ormrod (2012: 314) produktif dan efisien.
bahwa: c. Kemampuan berfikir dan berbahasa
“Some cognitive processes are seen in a berkembang pada awal tahun
variety of species; others are unique to perkembangan anak. Perkembangan
human beings. Vygotsky distinguished kognitif menurut Vygotsky sangat
between two kinds of processes, or tergantung pada perkembangan dan
functions. Many species exhibit lower penguasaan bahasa.
mental functions: certain basic ways of d. Berkembangnya proses mental yang
learning and responding to the kompleks terjadi setelah anak
environment—discovering what foods to melakukan aktifitas sosial, dan secara
eat, how best to get from one location to bertahap akan terinternalisasi dalam
another, and so on. But human beings are kognitif anak yang dapat dipergunakan
4

secara bebas. Vygotsky mengemukakan dorongan anak dalam proses


bahwa proses berfikir yang kompleks perkembangannya. Kedua penjelasan
sangat tergantung pada interaksi sosial tersebut sejalan dengan definisi ZPD
anak. Sebagaimana anak mendiskusikan yang diungkapkan oleh Vygotsky
tentang peristiwa, objek dan masalah (1986: 86) yaitu jarak antara tingkat
dengan orang dewasa dan orang lain perkembangan aktual dengan ditentukan
yang lebih berpengetahuan, maka secara oleh pemecahan masalah secara mandiri
bertahap hasil diskusi tersebut akan dan tingkat potensi pembangunan yang
menjadi bagian dalam struktur berpikir ditentukan melalui permasalahan
anak. pemecahan di bawah bimbingan orang
e. Anak akan mampu mengerjakan tugas- dewasa atau bekerja sama dengan rekan
tugas yang menantang jika diberi tugas yang lebih cakap. Maka dapat
yang lebih menantang dari individu disintesiskan bahwa Zone of proximal
yang kompeten. Pemberian tugas yang development adalah jarak antara tingkat
menantang mendorong berkembangnya perkembangan sesungguhnya yang
kemampuan kognitif secara optimal. ditunjukkan dalam kemampuan
Terkait konsep penting dalam teori pemecahan masalah secara mandiri dan
konstruktivisme Lev Vygotsky, selain tingkat kemampuan perkembangan
Interaksi-interaksi sosial yang berperan potensial yang ditunjukkan dalam
dalam membangun pengetahuan anak, kemampuan pemecahan masalah di
Schunk (2012) menfokuskan bawah bimbingan orang dewasa atau
penjelasannya pada empat konsep utama teman sebaya yang lebih mampu.
teori konstruktivisme Vygotsky yang Zone of Proximal Development
terdiri dari Zone of Proximal Development merupakan istilah vygotsky untuk
(ZPD), Scaffolding, serta bahasa dan serangkaian tugas yang sulit dikuasai
pemikiran. anak secara mandiri tetapi dapat
a. Zone of Proximal Development (ZPD) dipelajari dengan bantuan dari orang
Satu konsep yang utama pada lain seperti dari guru atau teman yang
teori konstruktivisme Lev Vygotsky lebih mampu. Jadi, batas bawah dari
adalah Zone of Proximal Development ZPD adalah tingkat sebuah masalah
(ZPD). Schunk (2012: 341) yang mampu di pecahkan oleh anak
menjelaskan bahwa ZPD merupakan secara mandiri. Batas atas ZPD adalah
jarak antara level potensi perkembangan tingkat tanggung jawab atau tugas
yang ditentukan melalui pemecahan tambahan yang dapat diterima anak
masalah secara mandiri dan level dengan bantuan dari seorang instruktur
potensi perkembangan yang ditentukan atau guru. Hal ini sejalan dengan
melalui pemecahan masalah dengan pendapat Ormod (2012: 317) bahwa
bantuan orang lain atau dengan teman zone of proximal development
sebaya yang lebih mampu. Sedangkan merupakan konsep wilayah yang
Woolfok (2009: 74) mengartikan ZPD menunjukan terjadinya peluang
sebagai sebuah perbedaan tentang apa kemampuan anak untuk memahami
yang dapat dilakukan sendiri oleh anak tugas-tugas sebagai wujud
dan apa yang perlu bantuan dari orang berkembangnya ke-mampuan kognitif
lain ataupun dari orang dewasa. anak
Interaksi dengan orang dewasa ataupun
dengan teman sebaya mampu memberi
5

Konsep ZPD dalam teori melakukan aktivitas tertentu


konstruktivisme Lev Vygotsky dapat tanpa bantuan. Namun,
digambarkan sebagai berikut: mereka tidak pada tahap
kemampuan sempurna dan
terkadang memerlukan
beberapa bantuan.
Tahap III : Pada tahap ketiga kinerja
dikembangkan. Artinya pada
tahap ini peserta didik
mencapai tahap kemandirian.
Pada tahap ini, seorang siswa
tidak memerlukan bantuan
dari orang dewasa, atau
berlatih lebih banyak latihan
untuk memperkuat
pengetahuan yang sudah ada.
Tahap IV : Pada tahap keempat, peserta
didik melakukan de-
automatisasi kinerja yang
mengarah pada proses
Gambar 2.1 Zone of Proximal pengulangan fungsi, setiap
Development (ZPD) kali menerapkannya pada
(Moll, 1990: 185) hasil tahap sebelumnya
Gambar 2.1 tentang empat tahap melalui ZPD.
dalam zone of proximal development Pembelajaran seumur hidup oleh
(ZPD) dijelaskan oleh Gallimore dan setiap individu terdiri dari urutan ZPD
Tharp (dalam Moll, 1990) sebagai yang diatur, dari bantuan lain untuk
berikut: bantuan mandiri yang berulang
Tahap I : Tahap pertama menunjukkan berulang kali untuk pengembangan
bagaimana peserta didik kapasitas baru (Moll, 1990). Interpretasi
mengembangkan pemahaman pendekatan sosio-kultural Vygotsky
tentang bahasa yang sesuai pada perkembangan kognitif adalah
dengan studi mereka dan bahwa seseorang harus memahami dua
dasar-dasar topik yang sedang prinsip utama karya Vygotsky:
dipelajari dengan Pengetahuan yang Lebih
mengandalkan orang lain Berpengetahuan (MKO) dan ZPD.
seperti instruktur untuk MKO mengacu pada seseorang yang
melakukan suatu tugas. memiliki pemahaman yang lebih baik
Tahap II : Pada tahap kedua, pembelajar atau tingkat kemampuan yang lebih
menggunakan pengetahuan tinggi daripada pelajar sehubungan
sebelumnya untuk dengan tugas, proses, atau konsep
melaksanakan tugas tanpa tertentu (Galloway, 2001).
bimbingan apapun. ZPD ZPD menyiratkan bahwa pada
terjadi antara tahap pertama tahap tertentu dalam pengembangan,
dan kedua. Peserta didik peserta didik dapat memecahkan
berlatih sendiri, yang berbagai masalah tertentu hanya ketika
menyiratkan bahwa mereka
6

mereka berinteraksi dengan guru dan membutuhkan bantuan melalui interaksi


bekerja sama dengan rekan sejawat. sosial".
Begitu aktivitas pemecahan masalah Prosesnya dapat dipahami dalam
pelajar telah diinternalisasi, masalah perspektif sosio-kultural dengan
yang awalnya dipecahkan di bawah mengacu pada ZPD Vygotsky, yang
bimbingan dan kerja sama dengan orang menjelaskan bagaimana memajukan
lain dapat ditangani secara independen. proses belajar siswa. Pendekatan ini
Vygotsky (1978: 87) menyoroti bahwa diperkuat oleh Wertsch (1985: 60-61)
"apa yang ada di ZPD hari ini akan yang menegaskan bahwa: Setiap fungsi
menjadi tahap perkembangan aktual dalam perkembangan budaya siswa
besok, yaitu, apa yang dapat dilakukan muncul dua kali, atau pada dua bidang.
pembelajar dengan bantuan hari ini, dia Pertama, ia muncul di pesawat sosial,
atau dia akan dapat melakukannya dan kemudian di bidang psikologis.
sendiri besok". Pertama, muncul di antara orang-orang
Vygotsky percaya bahwa ketika sebagai kategori antar-psikologis dan
seorang pelajar berada di ZPD untuk kemudian berada di dalam siswa
tugas tertentu, memberikan bantuan sebagai kategori intra-psikologis.
yang tepat akan memberi kemajuan
pelajar untuk mencapai tugas tersebut b. Scaffolding.
(Galloway, 2001). Setelah pelajar, Konsep lain dalam teori
dengan bantuan bantuan, tuankan tugas, Konstruktivisme Lev Vygotsky adalah
bantuan kemudian dapat dihapus dan Scaffolding. Scaffolding erat kaitannya
pelajar kemudian dapat menyelesaikan dengan zone of proximal development
tugasnya sendiri. yaitu sebuah teknik untuk mengubah
Wertsch (1985: 67) menyatakan level dukungan. Selama sesi pengajaran,
bahwa ZPD "adalah untuk menangani orang yang lebih ahli (guru atau siswa
dua masalah praktis dalam situasi yang lebih mampu) menyesuaikan
belajar: penilaian kemampuan jumlah bimbingannya dengan level
intelektual peserta didik dan evaluasi kinerja murid yang telah dicapai. Ketika
praktik instruksional". Kegiatan tugas yang akan dipelajari murid
pembelajaran menantang pemikiran merupakan tugas yang baru, maka orang
peserta didik dalam proses yang lebih ahli dapat menggunakan
pembelajaran. Borchelt (2007: 2) teknik instruksi langsung. Saat
selanjutnya menegaskan bahwa kemampuan siswa meningkat, maka
"pembelajaran ditentukan oleh interaksi semakin sedikit bimbingan yang
antara pengetahuan peserta didik, diberikan. Vygotsky menganggap
konteks sosial yang mapan, dan masalah bahwa anak mempunyau konsep yang
yang harus dipecahkan". Ini mendukung kaya tetapi tidak sistematis, tidak
gagasan Vygotsky (1978) bahwa teratur, dan spontan. Anak akan
pemikiran tingkat tinggi dikembangkan bertemu dengan konsep yang sistematis
terlebih dahulu dalam tindakan dan dan logis serta rasional yang dimiliki
kemudian dipikirkan. Borchelt (2007: 2) oleh orang yang lebih ahli yang
berpendapat bahwa "potensi membantunya.
pengembangan kognitif dioptimalkan c. Bahasa dan pemikiran
dalam ZPD atau area eksplorasi yang Perkembangan manusia terjadi
dipersiapkan secara kognitif, namun melalui alat-alat kultur (bahasa dan
7

simbol-simbol) yang kemudian yang tidak menggunakannya (Santrock.


diteruskan dari satu orang ke orang lain 2013: 63).
atau sering disebut dengan transmisi Teori Vygotsky mengundang
alat-alat kultur (Schunk: 2012: 341). banyak perhatian karena teorinya
Bahasa adalah alat kultur yang paling mengandung pandangan bahwa
penting. Bahasa di dapat dari tuturan pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan
sosial, kemudian untuk disimpan dalam bersifat kolaboratif. Artinya
tuturan pribadi, dan akhirnya menjadi pengetahuan didistribusikan diantara
tuturan tersembunyi (didalam). orang dan lingkungan, yang mencakup
Vygotsky mempercayai bahwa objek, alat, buku, dan komunitas dimana
bahasa tidak hanya untuk komunikasi orang berada. Hal ini menunjukkan
sosial, tetapi juga untuk merencanakan, bahwa memperoleh pengetahuan dapat
memonitor perilaku mereka dengan dicapai dengan baik melalui interaksi
caranya sendiri dinamakan dengan orang lain dalam kegiatan
“pembicaraan batin” (inner speech) bersama.
(pembicaraan privat). Menurut Piaget
inner speech bersifat egosentris dan
tidak dewasa. Tetapi menurut teori Implikasi Teori Konstruktivisme
Vygotsky inner speech adalah alat Vygotsky
penting bagi pemikiran selama masa Teori konstruktivisme menekankan
kanak-kanak (early childhood). Anak- pada siswa sebagai pembelajar aktif,
anak berkomunikasi dengan orang lain sehingga dalam penerapannya teori
menggunakan bahasa sebelum mereka konstruktivisme sering disebut sebagai
dapat fokus pada pemikirannya. Anak- strategi pengajaran yang berpusat pada
anak menggunakan bahasa untuk siswa (student-centered instruction). Di
komunikasi dengan dunia luar selama ruang kelas yang berpusat pada siswa, guru
periode agak lama sebelum transisi dari menjadi “pemandu di samping” dan bukan
pembicaraan eksternal ke pembicaraan “orang bijaksana di atas panggung”,
internal (batin). Periode transisi terjadi dengan membantu siswa menemukan
antara usia 3 sampai 7 tahun dan makna mereka sendiri dan bukan
terkadang anak dalam usia ini sering mengendalikan semua kegiatan di ruang
berbicara sendiri. Setelah beberapa kelas (Weinberger & Combs: 2001).
waktu kebiasaan berbicara sendiri dapat Menurut Drake (2012: 273), thematic
hilang dan mereka melakukannya tanpa approach is one of the teaching strategy
harus diucapkan. Ketika ini terjadi anak that uses themes toward creating anactive,
sudah memasukkan pembicaraan interest-ing, and meaningful learning. Hal
egosentris menjadi inner speech, dan ini sesuai dengan pendekatan tematik
pembicaraan batin ini kemudian akan merupakan bentuk strategi pembelajaran
menjadi pemikiran mereka. Teori yang menggunakan tema melalui
Vygotsky mengemukakan bahwa anak penciptaan pembelajaran yang aktif,
yang menggunakan inner speech menarik, dan bermakna. Dikatakan
merupakan proses awal menjadi bermakna karena peserta didik akan dapat
komunikatif secara sosial dan juga memahami konsep-konsep melalui
menegaskan bahwa seorang anak yang pengalaman langsung dan nyata yang
menggunakan inner speech akan lebih menghubungkan antar konsep. Melalui
kompeten secara sosial daripada anak kurikulum 2013, peserta didik akan
8

didorong menjadi insan yang kreatif, konsep ZPD. Dimana seorang murid
produktif, inovatif, dan afektif melalui mengajar murid lainnya (Santrock, 2013).
kompetensi-kompetensi yang berimbang Peer Tutoring merupakan kegiatan
antara spiritual, pengetahuan, sikap, dan interaksi antar siswa yang memudahkan
psikomotor/keterampilan. siswa untuk mengeluarkan pendapat atau
Teori konstruktivisme menekankan pikiran kepada temannya sendiri, hal ini
pada siswa sebagai pembelajar aktif, meminimalisir kelemahan siswa yang
sehingga dalam penerapannya teori memiliki rasa malu/sungkan untuk
konstruktivisme sering disebut sebagai bertanya kepada guru. Dalam tutoring
strategi pengajaran yang berpusat pada teman lintas usia, teman yang mengajar
siswa (student-centered instruction). Di biasanya usianya lebih tua sedangkan
ruang kelas yang berpusat pada siswa, guru tutoring teman seusia, teman yang
menjadi “pemandu di samping” dan bukan mengajar biasanya teman sekelas. Tutoring
“orang bijaksana di atas panggung”, teman lintas usia biasanya lebih efektif dari
dengan membantu siswa menemukan pada tutoring teman seusia (Santrock,
makna mereka sendiri dan bukan 2013).
mengendalikan semua kegiatan di ruang Berikut adalah strategi peer tutoring
kelas (Weinberger & Combs: 2001). yang dapat dilakukan dalam pembelajaran:
Menurut Drake (2012: 273), thematic 1. Gunakan tutoring lintas usia jika
approach is one of the teaching strategy memungkinkan
that uses themes toward creating anactive, 2. Biarkan siswa berpartisipasi baik
interest-ing, and meaningful learning. Hal sebagai pengajar maupun yang diajari.
ini sesuai dengan pendekatan tematik Ini akan membantu siswa belajar bahwa
merupakan bentuk strategi pembelajaran mereka bisa membantu dan dibantu.
yang menggunakan tema melalui Memasangkan kawan akrab biasanya
penciptaan pembelajaran yang aktif, bukan strategi yang baik karena mereka
menarik, dan bermakna. Dikatakan akan kesulitan untuk fokus pada tugas
bermakna karena peserta didik akan dapat yang diberikan.
memahami konsep-konsep melalui 3. Jangan ijinkan tutor memberikan tes
pengalaman langsung dan nyata yang kepada yang diajari. Ini bisa
menghubungkan antar konsep. Melalui melemahkan kerjasama diantara murid.
kurikulum 2013, peserta didik akan 4. Sisihkan waktu untuk melatih tutor.
didorong menjadi insan yang kreatif, Diskusikan tentang strategi peer
produktif, inovatif, dan afektif melalui tutoring yang kompeten. Tunjukkan
kompetensi-kompetensi yang berimbang cara kerja scaffolding. Beri penjelasan
antara spiritual, pengetahuan, sikap, dan yang jelas dan teratur kepada tutor, dan
psikomotor/keterampilan. persilahkan mereka bertanya pada tugas
Dalam hal ini penerapan teori mereka.
konstruktivisme Lev Vygotsky adalah Dalam teori konstruktivisme Lev
memberdayakan teman sebaya sebagai Vygotsky dikemukakan bahwa
ahli. Maka salah satu penerapan strategi pengetahuan dibangun melalui interaksi
yang dapat dilakukan adalah pembelajaran sosial, interaksi sosial dapat terjalin pada
peer tutoring. Pembelajaran Peer Tutoring dua orang atau lebih, sehingga selain
(Tutor Sebaya) merupakan salah satu kegiatan peer tutoring yang dilakukan oleh
bentuk penerapan teori konstruktivisme dua siswa yang saling berinteraksi, belajar
sosial terutama pada pengaplikasian dalam kelompok juga sangat
9

memungkinkan untuk membantu siswa sebagai mediator dan fasilitator yang


dalam mengkonstruksi pengetahuannya. membantu agar proses belajar siswa
Glasersfeld (1989) menjelaskan bagaimana berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan
pengaruh konstruktivisme terhadap belajar fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa
dalam kelompok. Menurutnya, dalam tugas sebagai berikut:
kelompok belajar siswa dapat 1. menyediakan pengalaman belajar yang
mengungkapkan bagaimana ia melihat memungkinkan siswa bertanggung
persoalan dan apa yang akan dilakukan jawab dalam membuat rancangan,
terhadap persoalan tersebut. Inilah salah proses dan penelitian
satu jalan menciptakan refleksi yang 2. menyediakan atau memberikan
menuntut kesadaran akan apa yang sedang kegiatan-kegiatan yang merangsang
dipikirkan dan dilakukan. Berdasarkan keingintahuan siswa dan membantu
pendapat tersebut maka salah satu mereka untuk mengekspresikan
penerapan teori Lev Vygotsky dalam gagasan-gagasannya dan
proses pembelajaran yang menekankan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka
adanya interaksi sosial dapat berupa (Watts & Pope, 1989). Menyediakan
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran sarana yang merangsang siswa berfikir
akan lebih efektif dengan melibatkan secara produktif. Menyediakan
komunitas orang belajar. Melalui kesempatan dan pengalaman yang
pembelajaran kooperatif siswa dapat paling mendukung proses belajar siswa.
berinteraksi dengan siswa lain untuk Guru harus menyemangati siswa. Guru
menemukan gagasan baru maupun perlu menyediakan pengalaman konflik
memecahkan suatu permasalahan. Ketika (Tobin, Tippins & Gallard: 1994)
siswa telah mampu menemukan suatu 3. memonitor, mengevaluasi dan
gagasan maupun telah berhasil menunjukkan apakah peikiran siswa
memecahkan suatu masalah melalui berjalan atau tidak. Guru menunjukkan
interaksi dengan siswa lain maka siswa dan mempertanyakan apakah
tersebut dapat membangun pemahamannya pengetahuan siswa itu berlaku untuk
sendiri terhadap gagasan yang telah ia menghadapi persoalan baru yang
temukan maupun masalah yang telah ia berkaitan. Guru membantu
hadapi. mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan
Selain adanya interaksi antar siswa siswa.
dalam pembelajaran kooperatif, interaksi Hal ini sesuai dengan kurikulum
antara guru dan siswa dalam proses 2013 yang menempatkan guru sebagai
pembelajaran juga mempengaruhi siswa fasilitaor dalam pembelajaran dan peserta
untuk membangun pengetahuannya didik sebagai pelaku belajar.
sendiri. Guru sebagai pembelajar Menitik pada pembelajaran
hendaknya mampu membangun interaksi konstruktivis yang berorientasi pada siswa
yang baik dengan siswa untuk dalam membangun sendiri
menumbuhkan motivasi belajar dan rasa pengetahuannya, maka seorang guru harus
ingin tahu sehingga siswa memiliki melihat bahwa siswa bukanlah lembaran
keinginan untuk membentuk suatu kertas putih bersih atau sebuah bejana
pemahaman dan mampu memperbaiki kosong. Hal ini berangkat dari fakta bahwa
pemahaman atas pengetahuan sebelumnya. siswa yang berada di tataran kelas yang
Menurut Suparno (1997: 65) peran guru paling rendahpun telah hidup beberapa
dalam pembelajaran konstruktivis adalah tahun dan menemukan suatu cara yang
10

berlaku untuk menghadapi lingkungan optimal. Pernyataan yang disampaikan


hidup mereka. Mereka sudah membawa guru tersebut sebagai penuntun siswa agar
“pengetahuan awal”. Pengetahuan yang dapat menemukan letak kesalahan yang ia
mereka punyai adalah dasar untuk buat, hal ini merupakan salah satu contoh
membangun pengetahuan selanjutnya. scaffolding (tuntunan/dukungan) dari guru
Karena itu, guru perlu mengerti taraf pada siswa.
pengetahuan anak (Glasersfeld: 1989). Guru konstruktivis tidak akan
Apa pun yang dikatakan seorang membenarkan ajarannya dengan
siswa dalam menjawab suatu persoalan mengklaim “ini satu-satunya yang benar”.
adalah jawaban yang masuk akal bagi Pengajar/Guru yang menerapkan teori
mereka pada saat itu. Maka dalam hal ini konstruktivisme akan cenderung
guru sebaiknya tidak langsung menilai membiarkan siswa untuk menemukan cara
bahwa jawaban siswa salah, karena bagi yang paling menyenangkan menurut
siswa dinilai salah merupakan suatu yang masing-masing siswa dalam pemecahan
mengecewakan dan mengganggu sehingga persoalan (Suparno, 1997: 67). Penerapan
dapat menimbulkan efek negatif bagi pembelajaran yang memberikan kebebasan
siswa. Oleh karena itu, sebaiknya guru untuk siswa menemukan strategi
memberikan jalan kepada siswa untuk belajarnya sendiri akan sangat menarik bila
menginterpretasikan pertanyaannya. setiap kali siswa dihapakan oleh persoalan,
Dengan demikian maka dapat menuntun mereka akan menemukan jalan yang tidak
siswa untuk memahami kesalahannya disangka atau diluar dugaan. Bila seorang
sendiri dan dapat menyusun jawaban- guru tidak menghargai penemuan mereka,
jawaban yang lebih tepat/baik (Glasersfeld: maka dapat dikatakan bahwa tindakan
1989). Contoh dalam praktik tersebut menyalahi sejarah perkembangan
pembelajaran, jika seorang siswa membuat sains yang juga dimulai dari kesalahan-
kesalahan dalam menjawab suatu kesalahan. Dalam sejarah sains, penemuan
persoalan, sebaiknya guru tidak langsung teori-teori lama tidaklah salah dalam
memberi tahu letak kesalahan tersebut. perkembangannya, tetapi lebih dikatakan
Sebagai contoh, jika seorang siswa sebagai tidak dapat menjawab persoalan-
menyatakan bahwa semua bagian tubuh persoalan baru. Teori-teori lama tetap
manusia dialiri darah. Guru tidak perlu dapat menjawab persoalan lama yang
memberi pernyataan bahwa itu salah. dihadapinnya pada waktu menemukannya
Lebih baik guru memberi pernyataan yang (Glasersfeld: 1989).
sifatnya menguatkan dan menuntun, Pembelajaran dari sudut pandang
misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan teori konstruktivisme Lev Vygotsky
yang didasarkan pada pengalaman siswa: mengarah pada aktivitas pengaturan
“Apakah kalian pernah memotong rambut lingkungan agar terjadi proses belajar,
atau kuku kalian sendiri?”. “Apakah ketika yaitu interaksi antara pembelajar dengan
kalian memotong rambut, rambut kalian lingkungan belajarnya. Winkel (1996)
akan berdarah?”. Dengan menjawab menyatakan bahwa inti dari pembelajaran
pertanyaan, siswa akan mampu konstruktivis adalah penataan lingkungan
menemukan pemahamannya sendiri. Dari belajar. Lingkungan belajar berarti tempat
contoh ini, kirannya jelas bahwa guru dimana si pembelajar dapat berinteraksi,
dapat membantu siswa dengan pendekatan bekerjasama dan mendukung satu sama
pembelajaran yang sesuai, agar konstruksi lain untuk mencapai tujuan pembelajaran
pengetahuan siswa dapat terbangun dengan dengan menggunakan berbagai sarana dan
11

sumber belajar. Dalam hal ini maka peserta didik agar mampu untuk
penerapan teori konstruktivisme Lev beradaptasi dengan situasi apapun di
Vygotsky dapat dilakukan dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan
menciptakan suasana belajar yang perubahan menjadi lebih baik agar dapat
interaktif dengan memanfaatkan sarana digunakan dan bermanfaat dalam
dan sumber belajar. kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan uraian aplikasi teori Kurikulum 2013 mempunyai tujuan
konstruktivisme Lev Vygotsky di atas untuk mempersiapkan insan Indonesia
beberapa hal yang perlu ditekankan dalam yang memiliki kemampuan hidup sebagai
penerapannya yaitu: 1) pembelajaran harus pribadi dan warga negara yang produktif,
dimulai dari batas zona bahwah dalam kreatif, inovatif, dan efektif, serta mampu
ZPD; 2) penggunaan teknik scaffolding berkontribusi pada kehidupan
digunakan ketika siswa membutuhkan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
bantuan; 3) memberdayakan teman sebaya peradaban dunia (Permendikbud Nomor 66
sebagai ahli; 4) pembelajaran akan lebih Tahun 2013). Sedangkan aspek utama pada
efektif dengan melibatkan komunitas orang Kurikulum 2013 yaitu Standar Kompetensi
belajar. Lulusan (SKL), Kompetensi inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD), dan indikator
Kurikulum 2013 Model Pembelajaran yang berbasis scientific approach dan
Tematik Integratif authentic assessment. Kurikulum 2013
juga memiliki beberapa karakteristik yang
Penggunaan kurikulum bertujuan lebih menekankan pada pencapaian
untuk menyamakan pengetahuan dan kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan umum yang harus dimiliki keterampilan.
peserta didik. Hal ini sejalan dengan Marsh Menurut Drake (2012: 273), thematic
(2009: 7) yang menyatakan: approach is one of the teaching strategy
“Curriculum is the totality of learning that uses themes toward creating anactive,
experiences provided to students so that interest-ing, and meaningful learning.
they can attain general skills and Pendekatan tematik merupakan bentuk
knowledge at a variety oflearning sites”. strategi pembelajaran yang menggunakan
Artinya bahwa kurikulum merupakan tema melalui penciptaan pembelajaran
keseluruhan pengalaman yang diberikan yang aktif, menarik, dan bermakna.
kepada peserta didik sehingga mereka Dikatakan bermakna karena peserta didik
dapat mencapai keterampilan umum dan akan dapat memahami konsep-konsep
pengetahuan di berbagai kegiatan melalui pengalaman langsung dan nyata
pembelajaran. yang meng-hubungkan antar konsep.
Tujuan pendidikan nasional Melalui kurikulum 2013, peserta didik
tercantum dalam Undang-Undang Dasar akan didorong menjadi insan yang kreatif,
1945 yaitu pembentukan Pemerintah produktif, inovatif, dan afektif melalui
Negara Republik Indonesia yaitu kompetensi-kompetensi yang berimbang
menerdaskan anak bangsa. Perluasan dari antara spiritual, pengetahuan, sikap, dan
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan psikomotor/keterampilan.
diberlakukannya Undang-Undang Nomor (Apriani et al., 2015) mengemukakan
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan bahwa pembelajaran tematik-integratif
nasional. Menurut Hamalik (2010) : 79) baik untuk dilaksanakan karena mampu
menjelaskan bahwa pendidikan merupakan meningkatkan soft skill dan hard skill
proses dalam rangka mempengaruhi
12

peserta didik berdasar pada proses Implikasi Teori Konstruktivisme


pembelajarannya yang aktif, menarik, dan Vygotsky dalam model Pembelajaran
bermakna. (Wangid, Mustadi, Erviana, & Tematik Instegratif
Arifin, 2014), tematik integratif merupakan
model pembelajaran terpadu yang Prinsip pembelajaran pada
menggunakan pendekatan antar bidang kurikulum 2013 adalah memadukan antara
studi. Model ini diparktikkan dengan kempetensi kognitif (pengetahuan), afektif
menggabungkan bidang studi dengan cara (sikap), dan keterampilan (psikomotor).
memberi prioritas pada kurikuler dan Ketiga kompetensi memiliki lintasan
menemukan keterampilan, konsep, dan perolehan yang berbeda (M. Fadlillah,
sikap yang saling tumpang tindih di dalam 2014:178). Pendekatan yang digunakan
beberapa bidang studi. dalam pembelajaran Kurikulum 2013 yaitu
Hal baru yang muncul dari pendekatan scientific. Pendekatan scientific
penerapan kurikulum 2013 yaitu model adalah pendekatan yang dilakukan dengan
pembelajaran tematik integratif. adanya proses ilmiah dalam pembelajaran
Pembelajaran tematik integratif yaitu (M. Fadlillah, 2014:175). Pendekatan
pembelajaran yang menggunakan tema scientific adalah pembelajaran yang
untuk mengaitkan beberapa materi dilakukan melalui proses mengamati,
pelajaran sehingga mampu memberikan menanya, mencoba, menalar, dan
pengalaman yang bermakna bagi peserta mengkomunikasikan. Pada penerapan
didik (Authentic & Sekolah, 2013). pendekatan scientific sebaiknya guru
Pembelajaran tematik lebih menekankan memperhatikan beberapa prinsip dalam
pada keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan pembelajarannya. Sesuai
proses belajar secara aktif dalam proses dengan permendikbud nomer 22 tahun 2016
pembelajaran, sehingga peserta didik dapat yang mengungkapkan beberapa prinsip
memperoleh pengalaman langsung dan dalam melaksanakan pembelajaran
terlatih untuk dapat menemukan berbagai Kurikulum 2013 yaitu (1) berpusat pada
pengetahuan yang dipelajarinya (Suyanto, peserta didik; (2) mengembangkan
2013:180). kreativitas peserta didik; (3) menciptakan
Menurut beberapa pendapat diatas kondisi yang menyenangkan dan
dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 menantang; (4) bermuatan nilai etika,
adalah kurikulum yang mempunyai tujuan estetika, logika, dan kinestetik; (5)
untuk mempersiapkan warga Indonesia menyediakan pengalaman belajar yang
yang memiliki kemampuan hidup sebagai beragam melalui berbagai strategi dan
pribadi dan warga negara yang produktif, metode pembelajaran yang menyenangkan,
kreatif, inovatif, dan efektif, serta mampu kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
berkontribusi pada kehidupan Teori Vygotsky mendukung untuk
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan menciptakan pembelajaran yang sesuai
peradaban dunia. Kurikulum 2013 agar siswa memperoleh pengalaman
memiliki beberapa karakteristik yang lebih langsung secara berkelompok. Selain itu
menekankan pada pencapaian kompetensi Vygotsky mengemukakan bahwa seorang
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. anak usia SD sudah mulai dapat
memecahkan masalah secara berkelompok,
sehingga sebaiknya guru menerapkan
metode pembelajaran yang mampu
mendukung siswa untuk menemukan
jawabannya sendiri melalui pengalaman
13

langsung dan dilakukan secara dan menentukan pola. Kemudian hasil


berkelompok. yang mereka tuliskan akan
Dalam teori konstruktivisme Lev dipresentasikan di hadapan guru dan
Vygotsky dikemukakan bahwa teman-temannya yang lain.
pengetahuan dibangun melalui interaksi Metode berasal dari kata method yang
sosial, interaksi sosial dapat terjalin pada artinya suatu cara kerja yang sistematis
dua orang atau lebih, sehingga selain untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan
kegiatan peer tutoring yang dilakukan oleh dalam mencapai tujuan (M. Fadlillah,
dua siswa yang saling berinteraksi, belajar 2014). metode diartikan sebagai cara
dalam kelompok juga sangat teratur yang digunakan untuk melakukan
memungkinkan untuk membantu siswa suatu kegiatan agar mencapai tujuan
dalam mengkonstruksi pengetahuannya. pembelajaran (Depdiknas, 2008:910). Bila
Glasersfeld (1989) menjelaskan bagaimana dihubungkan dengan pembelajaran,
pengaruh konstruktivisme terhadap belajar metode dimaksudkan untuk memudahkan
dalam kelompok. Menurutnya, dalam penyampaian materi kepada siswa supaya
kelompok belajar siswa dapat tujuan pembelajaran dapat tercapai
mengungkapkan bagaimana ia melihat sebagaimana yang diharapkan. Pada
persoalan dan apa yang akan dilakukan implementasi Kurikulum 2013, ada
terhadap persoalan tersebut. Hal ini sesuai beberapa metode yang dapat diterapkan
dengan pendekatan pembelajaran tematik dan digunakan dalam proses pembelajaran
integratif yaitu scientific. yaitu (Amri, Sofan, 2013:113):
Langkah-langkah dalam 1. Metode ceramah merupakan metode
mengimplementasikan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan
scientific yaitu: penuturan secara lisan oleh guru dalam
1. Mengamati. Dalam kegiatan menyampaikan materi kepada siswa.
mengamati, guru membuka kesempatan 2. Metode diskusi adalah cara
secara luas dan bervariasi kepada siswa menyampaikan materi pembelajaran
untuk melakukan pengamatan melalui dengan memberikan kesempatan kepada
kegiatan menyimak, melihat, siswa untuk menyampaikan pendapat
mendengarkan, dan membaca. dan menyusun sebuah kesimpulan serta
2. Menanya. Ketika kegiatan menanya, menentukan alternatif pemecahan
guru memberi kesempatan kepada siswa masalah.
untuk bertanya mengenai apa yang 3. Metode tanya jawab adalah cara
sudah dilihat, disimak, didengar, dibaca menyampaikan materi pembelajaran
dan dilihat. melalui proses tanya jawab. Guru
3. Mengumpulkan dan mengasosiasikan. memberikan kesempatan kepada siswa
Tindak lanjut dari menanya adalah untuk mengeluarkan pertanyaan terkait
mencari informasi-informasi dari dengan materi pelajaran, kemudian
berbagai sumber yang dapat mendukung meminta siswa lain untuk menjawab.
pembelajaran pada hari itu. Sumber Jika siswa mengalami kesulitan guru
informasi dapat diperoleh darimana saja bisa memberikan pancingan jawaban
dan melalui apasaja. yang dapat memotivasi siswa.
4. Mengkomunikasikan hasil. Siswa 4. Metode eksperimen ialah cara
melakukan kegiatan menuliskan apa penyampaian materi pembelajaran
yang mereka temukan dalam kegiatan dimana siswa diminta untuk mencoba,
mencari informasi, mengasosiasikan, mengamati, dan mengevaluasi kegiatan-
14

kegiatan tertentu yang berhubungan fikiran atau diskusi dengan teman sebaya
dengan tema pembelajaran. maupun orang yag lebih mampu untuk
5. Metode problem solving. Metode ini berkonsultasi, hal ini sesuai dengan
menyampaikan materi dengan cara implikasi teori belajar konstruktivisme
memberikan suatu permasalahan kepada vygotsky yang menghendaki pembelajaran
siswa untuk dipecahkan atau dicari jalan yang menempatkan pembelajaran
keluarnya (M. Fadlillah, 2014:196). berorientasi pada student center.

Kesimpulan: References:
Pembelajaran tematik integratif adalah
pembelajaran yang menggunakan Apriani, A., Wangid, M. N., & Yogyakarta,
pendekatan scientific yang memberikan U. N. (2015). THE EFFECT OF
kesempatan peserta didik untuk dapat THEMATIC-INTEGRATIVE SSP ON
melakukan proses ilmiah yaitu mengamati, THE CHARACTERS OF
menanya, menalar, mencoba, dan DISCIPLINE, 3, 12–25.
mengkomunikasikan. Hal ini sangat sesuai Authentic, D. A. N., & Sekolah, A. (2013).
dengan teori belajar konstruktivisme The analysis of integrative thematic
Vygotsky yaitu setiap individu dapat content, scientific approach, and
membangun informasi ataupun authentic assessment in elementary
pengetahuan secara mandiri melalui school textbooks, 1–15.
interaksi sosial dengan orang lain atau
dengan orang yang lebih mampu. Borchelt, N. (2007). Cognitive Computer
Pemberian bantuan kepada peserta didik Tools In The Teaching And Learning
harus memperhatikan Zone Of Proximal Of Undergraduate Calculus.
Development (ZPD). Zone of Proximal International Journal For The
Development merupakan istilah vygotsky Scholarship Of Teaching And
untuk serangkaian tugas yang sulit Learning, 1(2):1-17.
dikuasai anak secara mandiri tetapi dapat
dipelajari dengan bantuan dari orang lain Drake, S.M. (2012). Creating standards
seperti dari guru atau teman yang lebih based integrated curriculum: the
mampu. Zone of Proximal Development commom core state standards edition.
(ZPD) akan berkaitan erat dengan California. Corwin Press A sage
scaffolding, scaffolding yaitu pemberian Publication Company.
bantuan yang semakin lama semakin
dikurangi sesuai dengan tingkat Galloway, C. M. (2001). Vygotsky's
penguasaan peserta didik dalam Constructionism. In M Orey (Ed.).
memahami tugas. Emerging Perspectives On Learning,
Apabila peserta didik sudah mampu Teaching, And Technology. Georgia:
untuk melakukan suatu proses belajar College of Education University Of
secara mandiri maka pemberian bantuan Georgia.
akan dilepas merupakan salah satu prinsip
teori vygotsky yang dapat di terapkan pada Glasersfeld, E. V. (1989). Knowing without
pembelajaran tematik integratif sebab Metaphysics: Aspect of The Radical
peran guru disini lebih dominan sebagai Constructivist Position. Research
fasilitator dalam proses belajar mengajar. and Reflexivity: Toward a
Pembelajaran tematik integratif lebih Cbernetic/Social Constructivist Way
menghendaki peserta didik untuk bertukar of Knowing. London: Sage
15

Hamalik, O. (2010). Proses belajar Vygotsky, L. S. (1986). Though and


mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Language. (Translate, revised and
edited by Alex Kozulin). London:
Kemdikbud. (2013). Peraturan Menteri The Massachusetts Institute of
pendidikan Nasional dan Kebudayaan Technology. (Edisi asli diterbitkan
RI No 67 Tahun 2013 tentang standar tahun 1934 oleh lembaga sosial dan
proses. ekonomi Moskow)
M. Fadlillah. (2014). Implementasi
Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Wertsch, J. V. (1985). Vygotsky And The
SD/MI, SMP/MTs, &SMA/MA. Social Formation Of Mind.
Yogyakarta: Ar-Ruzz. Cambridge, MA: Harvard University
Press
Moll, L. C. (1990). Vygotsky and Education Watts & Pope. (1989). Thinking about
(Rev.ed). Cambridge: Cambridge Thinking, Learning about Learning:
University Press. Constructivism in Physics Education.
Physics Education,24: 326-331.
Ormrod, J. E. (2012). Human Learning. (6th Woolfolk. A. (2009). Educational
ed.). United State of America: Psychologi Active Learning
Pearson Education, Inc. Edition.(10nd ed.). (Terjemahan
Helly Prajitno Soetjipto & Sri
Santrock, J. W. (2013). Psikologi Mulyantini Soetipto). Yogyakarta:
Pendidikan. (2nd ed.). (Terjemahan Pustaka Belajar. (Edisi asli
Tri Wibowo). Jakarta: Kencana diterbitkan tahun 2008 oleh Pearson
Prenada Media Grup. (Edisi asli Education, Inc. Arlington Streen,
diterbitkan tahun 2004 oleh McGraw Boston)
Hill Company, Inc).
Wangid, M. N., Mustadi, A., Erviana, V. Y.,
Saptono. (2011). Dimensi-dimensi & Arifin, S. (2014). Kesiapan guru SD
pendidikan karakter. Salatiga: Esensi. dalam pelaksanaan pembelajaran
Schunk, D. H. (2012). Learning Theories. tematik-integratif pada kurikulum 2013
(Terjemahann Eva Hamdiah dan di DIY. Jurnal Prima Edukasia, 2(2),
Rahmat Fajar). Yogyakarta: Pustaka 175–182.
Pelajar. https://doi.org/10.21831/jpe.v2i2.2717

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme


dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius

Tobin, K., Tippins, D., & Gallard, A.


(1994). Handbook of Research on
Science Teaching and Learning. (pp.
45-93). New York: Macmillan
Publishing Company

Anda mungkin juga menyukai