Anda di halaman 1dari 5

BIODATA

Nama : Ahmad Misbahul Munir


Tempat, tanggal lahir : Demak, 30 September 1986
Alamat rumah : Kenanga RT 02 RW 02
Desa Brambang Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak
Alamat instansi kerja : Boweh, Desa Rejosari
Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak
KONSEP IPA DALAM INDIGENOUS KNOWLEDGE: PEMBUATAN BATU BATA

1. Pengertian Batu Bata

Batu bata merupakan salah satu elemen (material) pendukung dalam pendirian
sebuah bangunan, terbuat dari tanah hitam (humus) dan tanah kuning (tanah liat).Bahan
utama batu merah adalah tanah dan air.Bentuk dan ukuran tanah bervariasi.(Subandi,
2013).
Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi
bangunan yang terbuat dari tanah lempung/tanah liat ditambah air dengan atau tanpa
bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan,seperti menggali, mengolah,
mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah
warna, serta akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur
lagi bila direndam dalam air. (Ramli, 2007).
Definisi batu bata menurut SNI 15-2094-2000, SII-0021-78 merupakan suatu
unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat
dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga
tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

2. Konsep IPA pada bahan pembuatan batu bata


a. Tanah Lempung/Tanah Liat
Tanah lempung atau tanah liat adalah partikel mineral bekerangka dasar silikat
yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung silika atau
alumunium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan alumunium adalah
unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses
pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas
panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila
basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida
silikon dan oksida alumunium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki
lapisan satu oksida silikon dan satu oksida alumunium, sementara golongan 2:1
memiliki dua lapis golongan oksida silikon yang mengapit satu lapis oksida
alumunium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat,
menyusut saat kering dan memuai saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis
tanah dapat membentuk kerutan – kerutan atau “pecah – pecah” bila kering.
(Wikipedia Indonesia).
Tanah lempung yang dibakar akan mengalami perubahan seperti berikut (Nuraisyah,
2010) :

a. Pada temperatur + 150oC, terjadi penguapan air pembentuk yang ditambahkan

dalam tanah lempung pada pembentukan setelah menjadi batu bata mentah.

b. Pada temperatur antara 400oC – 600oC, air yang terikat secara kimia dan zat-zat

lain yang terdapat dalam tanah lempung akan menguap.

c. Pada temperatur diatas 800oC, terjadi perubahan-perubahan kristal dari tanah

lempung dan mulai terbentuk bahan gelas yang akan mengisi pori-pori sehingga

batu bata menjadi padat dan keras.

d. Senyawa-senyawa besi akan berubah menjadi senyawa yang lebih stabil dan

umumnya mempengaruhi warna batu bata.

e. Tanah lempung yang mengalami susut kembali disebut susut bakar. Susut bakar

diharapkan tidak menimbulkan cacat seperti perubahan bentuk (melengkung),

pecah-pecah dan retak. Tanah lempung yang sudah dibakar tidak dapat kembali

lagi menjadi tanah lempung oleh pengaruh udara maupun air.

b. Fly Ash (Abu Terbang)


Fly ash (abu terbang) adalah salah satu residu yang dihasilkan dalam
pembakaran dan terdiri dari partikel – partikel halus seperti amorf dan abu tersebut
merupakan bahan anorganik yang terbentuk dari perubahan bahan mineral (mineral
matter) karena proses pembakaran.
Fly ash merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus,
berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Sebenarnya
abu terbang tidak memiliki kemampuan mengikat seperti semen, namun dengan
kehadiran air dan ukuran yang halus, oksida silika yang dikandung di dalam abu
batubara akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari
proses hidrasi semen dan akan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan yang
mengikat.
c. Sekam Padi
Kulit padi (sekam) merupakan salah satu bahan/material sisa dari proses
pengolahan padi yang sering dianggap sebagai limbah. Besarnya konsumsi beras
sebagai makanan pokok dan meningkatnya produksi padi dapat memberikan
perkiraan makro akan jumlah material tersebut dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
dari BPS, produksi padi di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 53,67 juta ton gabah
kering giling (GKG), dimana dapat menghasilkan sekam padi sebanyak 20% - 25%
dari berat keseluruhan.
Sekam padi umumnya hanya digunakan sebagai bahan bakar utama atau
tambahan pada industri pembuatan bata atau tahu, bahan dekorasi, media tumbuh
bagi tanaman hias, atau bahkan dibuang.Sudah diketahui bahwa sekam padi
mengandung banyak silika amorf apabila dibakar mencapai suhu 500A – 700AC
dalam waktu sekitar 1 sampai 2 jam. Oleh karena itu, kini mulai dikembangkan
pemanfaatan abu sekam padi (sisa pembakaran sekam padi) dalam berbagai bidang,
salah satunya di bidang konstruksi.
1. Konsep IPA pada proses pembuatan Batu bata
Tanah sawah diberikan air dan diaduk hingga menjadi adonan yang cukup liat
untuk dicetak. Pencetakan bata dolakikan secara manual dengan menggunakan
cetakan yang terbuat dari kayu. Kemudian diangin-anginkan hingga setengah kering.
Setelah setengah kering, batu bata mentah tersebut dijemur hingga kering di bawah
sinar matahari yang cukup panas di musim kemarau. Setelah kering, batu bata
mentah ini dibakar di dalam pembakaran bata hingga ‘matang’.
Porses pembakaran di dalam kiln atau tungku pembakaran ini, umumnya
menggunakan bahan bakar dari bagian-bagian pohon hasil sisa penggergajian kayu.
Proses pembakaran batu bata ini memakan waktu yang cukup lama. Api yang
digunakan juga api sedang, sehingga proses ‘pematangannya’ terjadi perlahan-lahan.
Proses ‘pematangan’ ini dapat belangsung selama beberapa hari. Semakin lama
proses pembakaran, semakin ‘matang’ batu batanya, sehingga kekuatannya pun lebih
baik. Batu bata yang lebih kuat ini akan menghasilkan bangunan yang akan bertahan
lebih lama.
Batu bata yang matang ini memiliki warna oranye (jingga) kemerahan
sehingga disebut dengan nama yang kita kenal: batu bata merah. Setelah dingin, batu
bata merah ini barulah didistribusikan kepada para penyalur dan juga para penjual
atau toko-toko bahan bangunan.
Konsep IPA dalam proses pembuatan batu bata yaitu :
1. Konsep jenis-jenis tanah
2. Manfaat sekam padi
3. Senyawa dan campuran (proses pencampuran bahan-bahan pembuatan batu bata)
4. Benda Padat berubah bentuk jika diberi tekanan (pencetakan batu bata)
5. Penguapan ( dalam mengeringkan cetakan basah batu bata)
6. Perpindahan kalor ( proses pembakaran batu bata )
7. Pencemaran lingkungan ( asap dari pembakaran proses pembuatan batu bata )

REFERENSI

http://digilib.unila.ac.id

https://jayawan.com/proses-pembuatan-batu-bata-merah/

https://www.klopmart.com/article/detail/pembuatan-batu-bata-merah

Anda mungkin juga menyukai