Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Studi Kasus di SD terkait dengan Pendekatan dalam

Manajemen Kelas
Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Manajemen Kelas

Dosen Pengampu :

Dra. Umi Setijowati, M. Pd.

Disusun oleh :

Mustika Rindi (1401419249)

Diah Nikasari (1401419252)

Andri Rusdianto (1401419255)

Rombel F

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan nikmat iman dan kesehatan dariNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjuk dari Allah SWT sebagai sebuah petunjuk jalan kehidupan yang lurus
yaitu syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar
bagi seluruh alam semesta.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususya dosen pembimbing yang
terhormat Ibu Dra. Umi Setijowati, M. Pd. yang telah membimbing kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Manajemen Kelas
dengan Judul “Studi Kasus di SD terkait dengan Materi Pendekatan dalam Manajemen
Kelas”.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran khususnya dari dosen
pembimbing agar makalah yang kami susun kedepannya dapat lebih baik. Kami juga
meminta maaf apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang , 18 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar belakang 3

B. Rumusan masalah 3

C. Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Mengidentifikasi Masalah-masalah Manajemen Kelas 4


B. Penyelesaian Masalah dalam Manajemen Kelas 4
C. Masalah Manajemen Kelas yang sering terjadi di SD dan Solusinya 5

BAB III PENUTUP 11


A. Kesimpulan 11

B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh
guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar
di kelas. Manajemen kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian
perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran,
penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok
yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas
yang ada.
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-
tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran,
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai
kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas
bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan
mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan
segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan
aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola
kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas
sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus
masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan
ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi
belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.

3
Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Usman
dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal
dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Di sini jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak
bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.Berdasarkan pendapat di atas,
jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif
demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung
jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi
kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional
mengelola kelas sehingga terciptanyaa suasana kelas yang kondusif guna menunjang
proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui,
memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan
suasana kelas yang kondusif. Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh
guru untuk pengelolaan kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas
sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus
masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pendekatan yang digunakan guru untuk menangani masalah manajemen
kelas yang sering muncul/terjadi di SD?
2. Bagaimana solusi untuk menangani masalah pendekatan manajenen kelas yang sering
muncul/terjadi di SD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendekatan untuk menangani masalah manajenen kelas yang
sering muncul/terjadi di SD?

4
2. Untuk memahami solusi untuk menangani masalah pendekatan manajenen kelas yang
sering muncul/terjadi di SD?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan untuk Menangani Masalah Manajemen Kelas


Macam-macam Pendekatan Dalam Manajemen Kelas
Pendekatan manajerial. Upaya penyelenggaraan pembelajaran dengan
menitikberatkan pada upaya guru untuk mengatur dan mengorganisasikan sesuai
dengan persepsi guru terhadap siswa, dengan kata lain pendekatan ini dipilih berdasar
orientasi guru dan ketercapaian target kurikulum yang harus diselesaikan, pendektan
ini meliputi:
1. Pendekatan kekuasaan atau otoriter
Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan
menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi
pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan
menerapkan disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak
ketertiban atau kedisiplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan dengan
 Perintah dan larangan. Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan
atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu.
Seorang guru dalam melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif,
namun jangkauannya hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul
sewaktu-waktu saja.
 Penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru,
banyak memerintah, menyuruh bahkan mengomeli. Bila dalam
menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan pendekatan
penguasaan dan penekanan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib
karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun demikian, pendekatan ini
kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana.

5
 Penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain
penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran,
memaksa siswa untuk meminta maaf kepada seseorang dihadapan siswa
lain, memaksa dengan tuntunan tertentu ataupun dengan ancaman-
ancaman lain. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang
tepat, karena sifat otoriter kurang manusiawi.
2. Pendekatan Intimidasi/ Ancaman
Pendekatan intimidasi adalah penekanan pendekatan yang memandang
managemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku siswa. bentuk-bentuk
intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, paksaan, ancaman, serta menyalahkan.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan
teguran keras. Peran guru disini adalah menggiring peserta didik berperilaku
sesuai dengan keinginan guru sehingga mereka merasa takut untuk melanggarnya.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan
teguran keras. Teguran keras adalah perintah yang diberikan pada situasi tertentu
dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku peserta didik yang
menyimpang. Sekalalipun pendekatan ini secara luas dan ada manfaatnya,
terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini.
Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara
dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan
yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan
dan hancurnya hubungan antara guru dan siswa.
3. Pendekatan Permisif
Pengelolaan pendekatan permisif disini diartikan sebagai suatu proses untuk
membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan
dimana saja. Peranan guru adalah untuk meningkatkan kebebasan siswa. Campur
tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan guru hendaknya juga berperan
sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh. Peranan
pendekatan ini bertentangan langsung dengan dengan pendekatan intimidasi.
Esensi pendekatan terletak pada peran guru memaksimalkan kebebasan peserta
didik, membantu peserta didik merasa bebas melakukan apa yang mereka mau.
Pendekatan permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari
bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata
sosial. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan permisif dalam
6
bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan
sekolah dan kelas. Para peserta didik sebaiknya memperoleh kesempatan secara
psikologi memikul resiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai
cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, dan tanggung
jawab sendiri.
4. Pendekatan Resep / Buku masak
Pendekatan buku masak adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar
hal yang harus dilakuan atau yang harus tidak dilakukan oleh seorang guru apabila
mengahadapi berbagai tipe masalah managemen kelas tanpa banyak berfikir lagi.
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang
dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh
guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam
daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan instruksional
Managemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran
yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan
teliti, cermat dengan pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa. Pendekatan instruksional dalam
managemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar mempunyai
potensi untuk mencapai tujuan utama managemen kelas, yaitu mencegah
timbulnya masalah.
Cukup banyak contoh yang membuktikan bahwa kegiatan belajar-mengajar yang
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik adalah faktor utama dalam
pencegahan timbulnya masalah managemen kelas. Sebaliknya banyak kenyataan
yang mendukung pendirian bahwa kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan
dan dilaksanakan dengan tidak baik adalah penyebab utama timbulnya masalah
managemen kelas.

B. Masalah Pendekatan Manajemen Kelas yang terjadi di SD


Berikut ini merupakan masalah manajemen kelas Sekolah Dasar di Salatiga beserta
solusinya:

Permasalahan Solusi penyelesaian

7
Guru belum fokus pada siswa secara Guru mereview kembali RPH dan RPP
individu namun pada penyelesaian dengan penyesuaian waktu
kurikulum.
Keberadaan siswa ABK yang memiliki Guru menerapkan sistem reward dan dan
learning pace berbeda dengan siswa punishment kepada siswa.
lain. Guru menerapkan metode peer-teaching
Belum ada tuntutan dari kepala sekolah Kepala sekolah mewajibkan fun learning
mengenai fun learning dalam PBM dalam PBM
Kepala sekolah melakukan supervisi
dalam kelas
Guru melakukan variasi dalam PBM
Guru kurang pengetahuan akan Guru mereview kembali urgensi
manajemen kelas manajemen kelas
Guru bekerjasama dengan kolega
sebagai tindakan preventif
Guru kurang mengadakan pendekatan Guru mengaplikasikan prinsip
interpersonal dengan siswa manajemen kelas
Guru memanfaatkan break time untuk
pendekatan personal
Guru kurang percaya bahwa siswa dapat Guru konsisten dalam penegakan
disiplin dan teratur dalam kelas kedisiplinan siswa
Guru mengembangkan trust pada siswa
Dalam tabel diatas, guru-guru menyepakati bahwa alternatif solusi yang dapat
dilakukan pada akar permasalahan pertama adalah guru mereview pada RPH maupun
RPP yang telah dibuat agar waktu dapat disesuaikan agar waktu untuk pemenuhan
kebutuhan psikologi siswa juga dapat terpenuhi. Pada akar permasalahan yang kedua,
guru dapat menerapkan sistem reward and punishment pada siswa lain yang dapat
menyelesaikan tugasnya dengan disiplin selama guru mendampingi atau fokus pada
siswa ABK dan metode peer-teaching dalam kelas. Solusi yang dapat dilakukan untuk
akar permasalahan ketiga adalah kepala sekolah mewajibkan guru untuk menerapkan
fun learning dalam PBM sehingga pembelajaran dalam kelas dapat lebih menarik dan
tidak membosankan bagi siswa.
Pada akar permasalahan keempat, solusi yang dapat dilakukan adalah guru dapat
mereview kembali urgensi manajemen kelas bahwa manajemen kelas bukan hanya
sekedar teori atau hasil penelitian namun sesuatu yang wajib diaplikasikan agar tujuan

8
manajemen kelas dapat tercapai. Selain itu, guru dapat mendiskusikan strategi
manajemen kelas dengan kolega maupun guru senior sebagai langkah preventif untuk
minimalisisr masalah-masalah yang sering terjadi dalam manajemen kelas.
Akar permasalahan kelima adalah guru kurang mengadakan pendekatan interpersonal
dengan siswa. Solusi yang dapat diaplikasikan dalam kelas adalah guru mengingat
kembali prinsip-prinsip dalam manajemen kelas serta mengaplikasikannya dalam
PBM. Selain itu, break time yang biasanya berlangsung dua kali dalam satu hari dapat
dimanfaatkan guru untuk melakukan pendekatan pribadi pada siswa sehingga hal-hal
yang berkaitan dengan siswa, latar belakang keluarga, permasalahan sosialisasi,
ataupun permasalahan siswa lainnya dapat diketahui oleh guru sehingga dapat
dilakukan langkah-langkah solusinya. Pada akar permasalahan terakhir solusi yang
dapat dilakukan untuk guru kurang percaya bahwa siswa dapat disiplin dan teratur
adalah adanya konsistensi guru dalam penegakan kedisiplinan dalam kelas dan
pengembangan rasa trust guru pada siswa sehingga siswa enggan untuk melakukan
tindakan indisipliner dalam kelas.
Berdasarkan pada paparan akar permasalahan diatas maka pada bagian ini akan
dibahas mengenai usulan solusi yang dapat diaplikasikan dalam manajemen kelas
yaitu, keberadaan misbehaviour students adalah salah satu masalah krusial dalam
manajemen kelas karena berpengaruh terhadap smoothness dalam PBM. Selain itu,
siswa dengan perilaku mengganggu atau menyimpang juga berpengaruh terhadap
tercapainya tujuan
manajemen kelas. Namun, guru belum fokus pada siswa secara individu karena hanya
berpikir untuk penyelesaian kurikulum agar semua selesai tepat waktu dalam satu
semester. Solusi yang dapat dilakukan dalam kelas untuk permasalahan ini adalah
guru mereview kembali RPH dan RPP agar agihan waktu untuk kurikulum maupun
kebutuhan psikologis siswa dapat terpenuhi. Sebagai contoh, guru memasukkan total
waktu sepuluh sampai lima belas menit untuk berbincang atau memberikan perhatian
dengan satu atau beberapa siswa dalam kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan pada
keesokan harinya untuk siswa yang berbeda sehingga setiap siswa merasa
diperhatikan dan diberi kasih sayang oleh guru mereka. Waktu yang ada tidak hanya
digunakan untuk penyelesaian kurikulum namun juga dapat digunakan guru untuk
mempelajari karakter tiap siswa, mencari tahu latar belakang siswa, permasalahan
yang dihadapi dalam belajar maupun bersosialisasi bahkan juga minat bakat pada
masing-masing siswa.

9
Siswa ABK dalam kelas membutuhkan perhatian serta waktu khusus dalam
penangananya padahal guru memiliki waktu terbatas untuk menyelesaikan semua
tugasnya dalam kelas. Para guru merasa kesulitan dalam menyampaikan materi
kepada seluruh kelas maupun pada saat membimbing siswa ABK secara khusus.
Solusi yang telah dirumuskan adalah pemberian reward and punishment dalam kelas
selama guru fokus membimbing siswa ABK. Sebagai contoh, guru akan memberikan
reward berupa hadiah kecil atau poin yang dikumpulkan hingga akhir tahun. Para
siswa yang mendapat poin yang tinggi akan mendapat hadiah akhir tahun. Punishment
dapat diberikan untuk
siswa yang tidak disiplin contohnya berdiri di depan kelas atau mengerjakan tugas
piket tambahan. Selain reward and punishment, solusi yang dapat diaplikasikan
adalah metode peer-teaching yaitu siswa dibagi dalam kelompok dengan ketua
kelompok yang dapat bertanggungjawab atas kelompoknya dan dengan kemampuan
akademis beragam agar siswa dapat saling membantu. Tujuan lain peerteaching
adalah agar siswa tidak sibuk sendiri dalam kelas selama guru fokus pada siswa ABK.
Minat, perhatian, gairah belajar kurang dapat ditingkatkan dengan metode mengajar
yang menarik. Namun, pada kenyataannya guru cenderung monoton dengan metode
pembelajaran teacher- centered. Akibatnya, siswa kurang berminat dan bergairah
dalam mengikuti PBM dalam kelas sehingga mencari kegiatan yang lebih menarik
bagi mereka. Guru-guru tidak berminat untuk menerapkan fun learning karena belum
ada tuntutan dari kepala sekolah, selain itu mereka juga fokus pada penyelesaian
materi.
Kepala sekolah dapat mewajibkan fun learning dalam PBM sebagai salah satu solusi
sehingga guru terpacu untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih
menarik minat siswa. Kepala sekolah juga diharapkan melakukan supervisi sebagai
tindak lanjut dari penerapan fun learning dalam kelas. Supervisi diharapkan dapat
meningkatkan kinerja guru dalam menerapkan manajemen kelas yang efektif. Selain
itu, melalui supervisi guru dapat terpacu untuk menerapkan fun learning dalam kelas.
Guru juga dapat menggunakan variasi dalam PBM dengan penggunaan audio visual
aids seperti alat peraga, video, juga games atau group discussion agar siswa lebih
tertarik dalam mengikuti PBM dalam kelas.
Guru cenderung monoton dalam PBM disebabkan oleh kurangnya keterampilan
dalam menganalisis kondisi kelas. Akar permasalahannya terletak pada kurangnya
pengetahuan akan manajemen kelas. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah

10
guru mereview kembali akan urgensi manajemen kelas, teori maupun aplikasi agar
dapat efektif dilaksanakan. Guru juga dapat bekerjasama dengan kolega dengan cara
mendiskusikan secara terus menerus mengenai manajemen kelas sebagai langkah
preventif untuk permasalahan yang sering terjadi dalam manajemen kelas.
Banyaknya permasalahan dalam kelas antar siswa maupun guru dengan siswa yang
mengakibatkan kelelahan guru secara fisik maupun emosional disebabkan oleh
kurang akrabnya guru dengan siswa dan kurangnya pemahaman guru terhadap siswa
secara individu. Selain itu, disebabkan juga oleh kurangnya pendekatan interpersonal
guru dengan siswa. Guru harus dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip manajemen
kelas seperti hangat, antusias, variasi, dan lainnya. Solusi yang kedua adalah guru
dapat memanfaatkan waktu break time yang biasanya dilaksanakan dua kali dalam
satu hari untuk melakukan pendekatan personal pada siswa. Guru dapat memberi
perhatian serta menggali latar belakang siswa, cara bersosialisasi, maupun mencari
tahu kesulitan belajar yang dihadapi di sekolah.
Guru-guru dalam kelas sering melakukan inkonsistensi dalam penegakan disiplin
dalam kelas karena kurangnya kepercayaan guru terhadap siswa. Guru kurang percaya
bahwa siswa sekolah dasar dapat disiplin dan teratur. Akibatnya, toleransi lebih sering
diberikan oleh guru kepada siswa bahkan sering tindakan indisipliner siswa dibiarkan
terjadi dalam kelas. Solusi untuk akar permasalahan terakhir adalah guru harus
konsisten dalam penegakan kedisiplinan dalam kelas.
Selain itu, guru juga harus mengembangkan hubungan saling mempercayai dengan
siswa. Dengan dasar inilah, guru dapat yakin untuk melaksanakan manajemen kelas
efektif agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai