Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas
Yang diampu oleh: Umi Chabibatus Zahro, M.Pd.I
Segala puji bagi Allah Swt, yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Manajemen Kelas”
dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Manajemen Kelas.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen Umi Chabibatus Zahro, M.Pd.I
selaku dosen mata kuliah Manajemen Kelas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai mata kuliah yang sedang kami tekuni.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih terdapat benyak kekurangan
dan kekeliruan pada makalah yang kami buat. Hal ini disebabkan karena pengetahuan,
kemampuan, dan pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami
sangat membutuhkan masukan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai
koreksi agar kami kedepannya menjadi lebih baik. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi para pembaca yang mancakup semua kalangan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelas merupakan tempat untuk belajar yang di dalamnya terdapat siswa
dengan berbagai latar belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang
berbeda beda. Karena itu perlu adanya pengelolaan dalam kelas untuk mempermudah
tugas manajemen itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud membahas materi
yang terangkum dalam rumusan pembahasan sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari pendekatan manajemen kelas?
2. Apa saja macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas?
C. Tujuan
Adapun Tujuan dan Urgensi Pembahasan ini adalah untuk:
1. Memahami pengertian dari pendekatan manajemen kelas.
2. Mengetahui berbagai macam pendekatan dalam manajemen kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda Karya, 2005)
Cara kerja semacam ini berbeda sekali dengan pendekatan seorang tukang, juga
di kalangan pendidikan, misalnya yang menggantungkan diri pada resep-resep, misalkan
dalam bentuk aturan umum tentang apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan
(daftar do’s dan don’ts seperti “selalulah bersikap adil”, “suara harus tetap tenang dikala
memarahi murid”, marahilah murid di bawah empat mata” dan yang semacamnya).
Seorang pekerja pendidikan yang menggantungkan diri pada “buku resep” macam ini
akan segera kehilangan akal apabila suatu dalil yang ia terapkan ternyata tidak memberi
hasil sebagaimana diharapkan. Ada sejumlah konsep tentang manajemen kelas, sebagian
diantaranya tidak lagi dianggap memadai, misalnya pandangan otoriter yang melihat
manajemen kelas sematamata sebagai upaya untuk menegakkan tata tertib, atau
pandangan permisif yang memusatkan perhatian pada usaha untuk memaksimalkan
kebebasan murid. Di dalam uaian ini akan dikemukakan tiga pandangan yang
nampaknya member harapan, baik dari penalarannya maupun berdasarkan informasi
yang diperoleh melalui penelitian-penelitian.
2. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui
pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi
bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik, jika apa
yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari
berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya. Dalam
pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faedah. Isi
dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara
peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus
memberi jalan keluar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya.
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang
ada dilingkungan sekitar, baik dilingkungan rumah maupun dilingkungan
sekolah. 5
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan
dengan cara berikut:
a. Membawa peserta didik kelingkungan untuk kepentingan
pembelajaran.
b. Membawa sumber-sumber belajar dari lingkungan ke sekolah.
3. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka (Muslich, 2007: 41). Dengan kata lain pembelajaran dan
pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang
4
Imas Aisyah (2018). PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
5
Afriza, (2022). Manajemen Kelas
membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan
nyata yang mereka hadapi (Johnson, 2008: 35).6
Depdiknas (2002) menyampaikan bahwa pendekatan kontekstual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Nurhadi (2004: 5), berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan
ketujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu kontruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya atau
authentic assessment.
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan.
Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan
pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti
bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam
pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu
konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan
konteks materi tersebut digunakan, serta hubungan bagaimana seseorang
belajar atau cara siswa belajar. Dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya
upaya membuat belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan
agar siswa mudah me nerima ide, gagasan, mudah memahami permasalahan
dan pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya
secara aktif, kreatif, dan produktif. Untuk mencapai usaha tersebut segala
komponen pembelajaran harus dipertimbangkan termasuk pendekatan
kontekstual. Dari konsep tersebut, menurut Sanjaya (2008: 255-256), ada tiga
hal yang harus dipahami, yaitu: Pertama, CTL menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses be lajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar da lam
konteks CTL tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran, akan
6
Muhtar S. Hidayat (2012). Vol,17 No. 2: pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
tetapi proses dan menemukan dilakukan oleh siswa. Kedua, CTL mendorong
agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidapan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat
dalam memori siswa, sehingga tidakakan mudah dilupakan. Kemudian ketiga,
CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengaharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu
tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu dimana konsep
pembelajaran terpadu pada dasarnya telah lama dikemukakan oleh John
Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan, pertumbuhan,
serta kemampuan pengetahuan. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya
adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan berbagai bahasan dari kompetensi dasar secara terintegrasi
kedalam satu tema sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
anak.7Ada juga yang memberikan pengertian bahwa pembelajaran tematik
atau terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa
dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan
lingkungan dan pengalaman kehidupannya sebagai upaya untuk
menghubungkan tema yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari.
Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, menyatakan bahwa pembelajaran
tematik merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif
dengan menggunakan tema.8 Tentunya langkah awal didalam melaksanakan
7
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, Op,cit. hlm. 147
8
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, Tematik: Pembelajaran Efektif Dalam Kurikulum 2004 (Malang: Bayumedia
Publishing, 2005), hlm. 6.
pembelajaran tematik ini adalah dengan pemilihan/ pengembangan tema.
Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama
memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian
anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Pembelajaran dengan menggunakan model tematik ini diharapkan akan dapat
memperbaiki kualitas pendidikan dasar terutama pendidikan untuk anak usia
dini, untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran
di sekolah.9
Tema merupakan payung keseluruhan kegiatan dan topik yang akan
dijadikan pembahasan dalam kegiatan bermain dan bereksplorasi bersama
anak. Tema bukan merupakan tujuan pembelajaran melainkan sebagai strategi
untuk membantu keluasan wawasan berpikir anak. Oleh karena itu, memilih
tema hendaklah yang menarik dan sesuai dengan jiwa anak. 10 Lebih lanjut
menurut lampiran Permendikbud RI No.67 Tahun 2013 tersebut juga
ditegaskan bahwa tema dalam pembelajaran tematik merajut makna pada
berbagai konsep dasar, sehingga peserta didik tidak hanya belajar konsep
dasar secara parsial. Dengan demikian, pembelajaran memberikan makna yang
utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
5. Pendekatan Intruksional
Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan
pembelajaran yang di rumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah
merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa. Pendekatan
instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru
agar mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu
mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial
kelas. 10
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
strategi manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain:
9
Moh. Sholeh, Metodologi Pembelajaran Kontemporer (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, cetakan 1, April
2014), hlm. 56
10
Afriza, (2022). Manajemen Kelas
1) Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang
menarik, relevan, dan sesuai secara empiris dianggap sebagai
penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas
2) Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru
mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang
sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.
3) Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari
yang perlu dipahami dan dilakukan siswa.
4) Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan
mengomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru.
5) Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses
usaha guru dalam menunjukkan minat yang sungguh-sungguh
terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda-tanda
kebosanan dan keresahan.
6) Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk
pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa
menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat
mereka benarbenar memerlukannya.
7) Merencanakan perubahan lingkungan dalah proses
mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam menghadapi
perubahan-perubahan situasi.
8) Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial
kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas
dengan cara yang berbeda.
6. Pendekatan Transaksional
Pendekatan Transaksional dan Intrasaksional adalah dua
pendekatan yang digunakan dalam teori komunikasi interpersonal.
Mereka membantu dalam memahami bagaimana komunikasi terjadi
antara individu dalam berbagai situasi. Berikut penjelasan singkat
tentang keduanya:
Pendekatan Transaksional (Transactional Approach)
1. Proses saling berpengaruh Pendekatan transaksional
menekankan bahwa komunikasi adalah sebuah proses saling
berpengaruh antara dua individu atau lebih. Ini berarti bahwa
dalam setiap interaksi, setiap pihak berkontribusi pada pesan
dan makna yang saling ditukar.
2. Pola Pesan Dalam pendekatan ini, posan-pesan yang ditukar
antara individu dilihat sebagai sebuah pola yang terus
menerus berkembang. Pola komunikasi ini dapat mengalami
perubahan seiring waktu dan interaksi yang berkelanjutan.
3. Interaksi Simultan Dalam komunikasi transaksional, pesan
yang diberikan oleh satu individu merangsang tanggapan
dari individu lainnya secara simultan. Hal ini berarti bahwa
dalam interaksi, kita sering kali merespons satu sama lain
secara cepat dan otomatis.
7. Pendekatan Psikologikal
Pendektan psikologikal adalah pendekatan pengelolaan kelas
berdasarkan perubahan tingkah laku bertolak dari sudut pandang psikologi
behavioral yang mengemukakan asumsi Semua tingkah laku yang baik dari
yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Dalam proses belajar
terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguat positif
(positive reinforcement), hukuman (Punishment), penghapusan (extinction)
dan penguat negatif (negatif reinforcement).
Asumsi pertama mengharuskan guru kelas berusaha menyusun
program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses
belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku murut norma
yang berlaku di lingkungan sekitar.
Asumsi kedua menunjukkan bahwa ada empat proses yang perlu
diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur
dan dalam segala keadaan (situasi). Proses belajar itu sebagian atau
seluruhnya dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di
lingkungan. Dengan demikian tugas guru ialah menguasai dan. menerapkan
keempat proses yang telah terbukti merupakan pengontrol tingkah laku
manusia atau ruang lingkup, yaitu:
1. Penguatan positif (positive reinforcement)
2. Hukuman (punishment)
3. Penghapusan (extinction) dan penundaan (time out)
4. Penguat negatif (negative reinforcement)
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa:
1.